Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dalam proyek pembangunan rumah susun lanjutan di Provinsi Sumatera
Utara I Medan menghadapi berbagai kendala, terutama dari sisi paradigma pekerja,
kurangnya kesadaran dan prioritas terhadap kebutuhan dasar atau bonus daripada
keselamatan kerja, serta kurangnya manajemen program K3 dan pendekatan
dengan para pekerja. Studi ini memberikan pemahaman yang penting tentang
faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan K3 dalam proyek konstruksi,
sehingga dapat menjadi dasar untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan K3 di
masa depan.
**Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Proyek
Pembangunan Pabrik Minyak PT.MNS di Kota Bitung**
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dalam proyek konstruksi untuk
mencegah kecelakaan dan memastikan kinerja yang maksimal. Sistem manajemen
K3 meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan
prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan. Penggunaan alat pelindung
diri seperti helm, kacamata pengaman, sarung tangan, dan sepatu kerja sangat
diperlukan dalam pekerjaan konstruksi. Metode penelitian yang digunakan
meliputi observasi, studi kepustakaan, dan analisis data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek
pembangunan pabrik minyak sudah berjalan cukup baik, namun masih ada pekerja
yang kurang peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Daftar pustaka yang disebutkan dalam teks meliputi Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia No: kep 1135/men/1987, buku "Project Management: A
System Approach to Planning, Scheduling and Controlling" oleh Kerzner, J
Daftar pustaka yang disebutkan dalam jurnal tersebut mencakup berbagai sumber
referensi yang relevan, seperti peraturan pemerintah, buku, jurnal, dan buletin yang
mendukung penelitian ini.
Artikel ini membahas risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
pelaksanaan konstruksi bangunan gedung swasta. Penelitian dilakukan dengan
metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif, melalui observasi, wawancara, dan
penyebaran kuesioner kepada pihak proyek yang berpengalaman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 28 risiko yang teridentifikasi, dengan 11 risiko dalam
kategori ringan dan 17 risiko dalam kategori sedang. Risiko-risiko tersebut
dikendalikan dengan berbagai tindakan, seperti tool box meetings, pengaturan
posisi kerja, penggunaan alat pelindung diri, dan lain-lain.
Dokumen ini berisi tentang analisis potensi bahaya dan rekomendasi perbaikan
dalam keselamatan dan kesehatan kerja di area konstruksi. Terdapat 26 temuan
potensi bahaya yang digolongkan menjadi 7 jenis sumber bahaya, dengan
rekomendasi perbaikan untuk masing-masing risiko. Kesimpulan dan saran juga
disajikan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di area konstruksi.
Daftar pustaka juga disertakan sebagai referensi.
Dokumen ini berisi tentang analisis potensi bahaya dan rekomendasi perbaikan
dalam keselamatan dan kesehatan kerja di area konstruksi. Terdapat 26 temuan
potensi bahaya yang digolongkan menjadi 7 jenis sumber bahaya, dengan
rekomendasi perbaikan untuk masing-masing risiko. Kesimpulan dan saran juga
disajikan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di area konstruksi.
Daftar pustaka juga disertakan sebagai referensi.
Artikel ini membahas tentang identifikasi dan penanganan risiko K3 pada proyek
konstruksi gedung, dengan studi kasus pada proyek Gedung Centro City
Residences. Penelitian ini bertujuan untuk membuat perencanaan program K3 yang
detail dan komprehensif sebagai upaya mencapai keberhasilan proyek, terutama
dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hasil identifikasi bahaya pada
proyek tersebut meliputi 33 kegiatan dengan 118 potensi bahaya/risiko kecelakaan
kerja. Selain itu, artikel juga membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
motifasi pelaksanaan K3, tujuan pelaksanaan K3, dan manfaat pelaksanaan K3
bagi kontraktor dan tenaga kerja konstruksi.
Identifikasi dan penanganan risiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi sangat
penting untuk menghindari dampak negatif bagi pemberi kerja dan kontraktor.
Manajemen risiko meliputi identifikasi, penilaian, penanganan, dan pengawasan
risiko. Teknik identifikasi risiko meliputi matriks penilaian risiko berdasarkan
tingkat probabilitas dan dampak, serta penggunaan teknik eliminasi, substitusi,
isolasi, dan pengendalian. Manajemen risiko juga melibatkan penggunaan alat
pelindung diri, prosedur kerja yang aman, dan pengaturan lingkungan kerja.
Penelitian ini adalah tentang identifikasi dan penanganan risiko pada proyek
pembangunan Centro City Residences. Hasil identifikasi bahaya meliputi 33
kegiatan dengan 118 potensi bahaya/risiko kecelakaan kerja, yang dikelompokkan
ke dalam 3 kategori/level risiko. Program kerja K3 meliputi penetapan sasaran K3
proyek, perencanaan kegiatan, pengawasan K3, dan pembuatan 300 bentuk
pengendalian untuk menanggulangi risiko. Semua program kerja K3 bertujuan
untuk pencegahan
Dari jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa identifikasi dan penanganan risiko
K3 pada proyek konstruksi gedung sangat penting untuk mencapai keberhasilan
proyek, terutama dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hasil
identifikasi bahaya pada proyek tersebut meliputi 33 kegiatan dengan 118 potensi
bahaya/risiko kecelakaan kerja, yang dikelompokkan ke dalam 3 kategori/level
risiko. Program kerja K3 meliputi penetapan sasaran K3 proyek, perencanaan
kegiatan, pengawasan K3, dan pembuatan 300 bentuk pengendalian untuk
menanggulangi risiko. Manajemen risiko meliputi identifikasi, penilaian,
penanganan, dan pengawasan risiko, serta penggunaan alat pelindung diri,
prosedur kerja yang aman, dan pengaturan lingkungan kerja. Selain itu, artikel juga
membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja, motifasi pelaksanaan K3,
tujuan pelaksanaan K3, dan manfaat pelaksanaan K3 bagi kontraktor dan tenaga
kerja konstruksi.