Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konstruksi merupakan sektor industri penyumbang terbesar dalam hal
angka kecelakaan kerja di Indonesia. Bahkan, merujuk data Badan Penyelenggara
Jasa Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, konstruksi tercatat sebagai jawara nasional
kecelakaan kerja dari tahun ke tahun.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia
masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka
kecelakaan kerja. Secara nasional, angka kecelakaan kerja sektor konstruksi versi
BPJS Ketenagakerjaan, selalu bertengger di angka 32 persen, bersaing ketat
dengan industri manufaktur yang juga selalu bertengger di kisaran angka 31
persen. Merujuk data BPJS Ketenagakerjaan, kasus kecelakaan kerja yang terjadi
pada 2016 (hingga November) tercatat 101.367 kejadian dengan korban
meninggal dunia 2.382 orang, sedangkan pada 2015 tercatat 110.285 dengan
korban meninggal dunia 2.375 orang (Redaksi ISafetynews, 1 februari 2017).
Kecelakaan kerja di sektor konstruksi, masih tetap akan terjadi di tahun
2017. Salah satu faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain karena konstruksi
merupakan pekerjaan yang padat karya dan bukan padat alat, waktu pengerjaan
terbatas, dan intensitas kerja tinggi.
Kecelakaan kerja tidak mesti berjalan paralel dengan banyaknya jumlah
proyek konstruksi. Kecelakaan kerja bisa dicegah, apabila semua pihak yang
terlibat dalam proyek konstruksi mulai dari level tertinggi yaitu pimpinan hingga
level terbawah seperti tenaga kasar, memperhatikan dan mengedepankan aspek
K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dalam setiap tahapan pekerjaan konstruksi
yang dilakukannya. Pertanyaannya, apakah semua pihak sudah mengedepankan
K3? Belum. K3 masih dipandang sebagai tanggungjawabnya petugas K3, yang di
lapangan mengenakan baju merah.
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komphrehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik (Ramli, 2010).

1
2

Proyek pembangunan Jembatan Musi VI Palembang merupakan salah satu


proyek konstruksi yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Penggunaan
teknologi tinggi dan metode pelaksanaan yang tidak akurat serta kurang teliti
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Terbukti dari data yang didapatkan sampai
April 2017 pelaksanaan terdapat 8 kejadian kecelakaan kerja (Health Safety
Environment, PT. Nindya Karya). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
menganalisa risiko kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi jembatan
Musi VI Palembang dan memberikan usulan pengendalian risiko dengan
menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis).

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan
yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana mengidentifikasi risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
pada proyek konstruksi Jembatan Musi VI Palembang?
2. Bagaimana menilai risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada
proyek konstruksi Jembatan Musi VI Palembang?
3. Bagaimana upaya pengendalian risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) pada proyek konstruksi Jembatan Musi VI Palembang?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui risiko-risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terjadi
pada proyek konstruksi Jembatan Musi VI Palembang
2. Mengetahui indek risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terjadi
pada proyek konstruksi Jembatan Musi VI Palembang
3. Memberikan upaya pengendalian risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) pada proyek konstruksi Jembatan Musi VI Palembang
3

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


Adapun ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Proyek konstruksi yang akan ditinjau adalah Proyek Pembangunan Jembatan
Musi VI Palembang.
2. Responden penelitian ini adalah pihak yang terlibat langsung di dalam
proyek, yakni Kontraktor.
3. Risiko yang akan diidentifikasi dan diukur hanya risiko-risiko kecelakaan
kerja

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
sebagai berikut :
BAB 1. PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisi mengenai uraian tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan
proposal tugas akhir.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini menguraikan mengenai penilaian risiko keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini dijelaskan rencana mengenai data-data penelitian, rancangan dan
prosedur penelitian serta pelaksanaan penelitian di lapangan.
BAB 4. PEMBAHASAN
Pada bagian ini dijelaskan rencana mengenai data-data penelitian, rancangan dan
prosedur penelitian serta pelaksanaan penelitian di lapangan.
BAB 5. PENUTUP
Pada bagian ini dijelaskan rencana mengenai data-data penelitian, rancangan dan
prosedur penelitian serta pelaksanaan penelitian di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai