Anda di halaman 1dari 5

A.

Identitas Buku

Yoon Suk-yeol

Yoon Suk-yeol (Hangul: 윤석열; Hanja: 尹錫悅; RR:


Yun Seok-yeol, lahir 18 Desember 1960) adalah seorang
politikus, mantan jaksa agung, dan presiden ke-20 Korea
Selatan sejak 2022. Ia menjabat sebagai Jaksa Agung Korea
Selatan dari tahun 2019 sampai 2021. Ia menjadi kandidat
calon presiden untuk Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif,
partai oposisi utama saat ini, dalam pemilihan umum Presiden
Korea Selatan 2022. Ia terpilih sebagai Presiden Korea Selatan
setelah mengungguli Lee Jae-myung dengan perolehan suara
sebanyak 48,6%.

 Kehidupan awal dan pendidikan

Yoon lahir di Yeonhui-dong, Distrik Seodaemun, Seoul


pada 1960. Beberapa orang meyakini bahwa ia berasal dari Honam, Jeolla, tetapi hal itu
hanya rumor yang berasal dari prasangka hanya orang Jeolla yang punya temperamen seperti
dirinya.

Yoon lahir dan dibesarkan oleh orang tua dari kalangan akademisi. Ayahnya, Yoon Ki
Joong, adalah profesor dan pendiri Departemen Statistik di Universitas Yonsei. Yoon Ki
Joong merupakan lulusan Universitas Yonsei dan Universitas
Hitotsubashi, Jepang. Ia adalah pendiri Himpunan Statistik
Korea dan menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Korea.
Ibunya, Choi Jeong Ja, bekerja sebagai pengajar di Ewha
Womans University dan meraih gelar profesor tetapi berhenti
mengajar setelah menikah.Yoon Seok-yeol bersekolah di
Sekolah Dasar Daegwan Sekolah Menengah Pertama
Jungnang, dan Sekolah Menengah Atas Chungam. Ia
mengambil jurusan hukum di Universitas Nasional Seoul pada
1979. Ia mendapat gelar sarjana hukum pada 1983 dan menyelesaikan magister hukum dari
universitas yang sama pada 1988.
 Karier

Yoon tergolong terlambat memulai kariernya karena berkali-kali gagal lulus ujian
hukum. Setelah lulus pada ujian di percobaan kesembilan pada 1991, Yoon mengikuti
pendidikan di Institut Penelitian dan Pelatihan Yudisial dan lulus pada 1994. Ia memulai
kariernya sebagai jaksa pada tahun 1994 di Kantor Kejaksaan Distrik Daegu. Ia mulai bekerja
sebagai asisten jaksa di Divisi Investigasi Khusus yang menangani kasus-kasus korupsi. Ia
pernah memegang sejumlah posisi penting di divisi ini, di antaranya Direktur Divisi Khusus 1
Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul dan Kepala Divisi 1 dan 2 Kantor Kejaksaan Agung.

Namanya mulai terkenal karena menangani kasus-kasus korupsi yang berhubungan


dengan politikus dan pengusaha. Ia menangkap kepala dinas intelejen Badan Kepolisian
Nasional di era pemerintahan Kim Dae-jung, meskipun ditentang atasannya. Pada masa
pemerintahan Roh Moo-hyun, ia menangkap tokoh-tokoh politik seperti Ahn Hee-jung dan
Kang Geum-won. Pada 2013 ia menjadi kepala Kantor Kejaksaan Distrik Suwon. Ia
menyelidiki kasus keterlibatan Badan Intelejen Nasional Korea Selatan dalam proses
pemilihan presiden 2012. Namun, investigasi ini membuat Yoon diskors selama tiga bulan
dan dipindahkan ke Kantor Kejaksaan Daegu. Menurut Kim Yeon-woo, penulis buku Yoon
Suk-yeol: A Warm-Hearted Man, Yoon diasingkan di sana dan menghabiskan waktunya
sendirian, termasuk saat makan siang. Pada 2016, ia diminta Park Yong-soo—investigator
independen—untuk bergabung dalam tim investigasi kasus penyalahgunaan kekuasaan oleh
presiden Park Geun-hye. Investigasi ini menghasilkan skandal politik besar yang menyeret
sejumlah tokoh, termasuk Choi Soon-sil dan eksekutif Samsung, Lee Jae-yong.

Setelah delapan tahun mengemban amanat di kejaksaan Daegu, ia mengundurkan diri


dan setelah itu dipilih kembali oleh presiden menjadi direktur divisi pertama departemen
investigasi pusat Kejaksaan Agung dan kepala departemen investigasi khusus pertama Kantor
Kejaksaan Distrik Pusat Seoul. Pemilihan Yoon sebagai Jaksa Agung adalah bagian dari
reformasi hukum yang diterapkan Moon dan ia pun menjadi orang kepercayaan Moon. Saat
menjadi Jaksa Agung ia memerintahkan penyelidikan pada Menteri Kehakiman dan orang
dekat Presiden Moon, Cho Kuk, orang dekat Presiden atas tuduhan korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan. Hubungan Yoon dan Moon semakin memburuk ketika Yoon
memperbolehkan penyelidikan keterlibatan Cheong Wa Dae dalam pemilihan sela di Ulsan
yang memenangkan teman dekat Moon. Yoon akhirnya mundur sebagai Jaksa Agung pada
Maret 2021 sebagai bentuk protes atas rencana reformasi kejaksaan.
 Pemilihan presiden Korea Selatan

Pada Juni 2021, Yoon mengumumkan maju dalam bursa pemilihan presiden sebagai
calon independen. Tak lama setelahnya ia bergabung dengan partai oposisi utama, Partai
Kekuatan Rakyat pada Juli 2021 dan menjadi kandidat capres dari partai pada November
2021. Yoon Seok-yeol memenangkan pemilihan umum
presiden yang digelar 9 Maret 2022. Setelah dikonfirmasi
sebagai pemenang pemilihan presiden oleh Komite
Pemilihan Nasional, ia berpidato di Majelis Nasional pada
10 Maret 2022 pagi waktu setempat. Ia menggantikan
Moon Jae-In sebagai Presiden Korea Selatan dan dilantik
pada 10 Mei 2022.

1. Awalnya, Yoon Suk Yeol ingin belajar ekonomi dan


tidak bercita-cita menjadi hakim atau jaksa. Namun,
ayahnya menasihati untuk belajar hukum dengan
mengatakan bahwa dia nantinya bisa belajar hukum
ekonomi. Akhirnya pada 1979, Yoon Suk Yeol
masuk Universitas Nasional Seoul sebagai jurusan
hukum. Dikenal sebagai pahlawan anti-korupsi,
Yoon Suk Yeol merupakan seorang jaksa yang agresif dan keras kepala.
Sebelumnya, dia pernah membantu untuk menghukum mantan Presiden Korsel
Park Geun-hye dan taipan bisnis atas tuduhan korupsi.

2. Gaya kepemimpinan dan pemikirannya

Pola kepemimpinan konservatif Yoon Suk Yeol jelas membawa pendekatan berbeda
dalam politik nasional Korea Selatan. Hal ini tak lepas dari perbedaan haluan antara
Partai Kekuatan Rakyat dan Partai Demokrat di mana partai yang disebut terakhir
menempatkan kadernya sebagai Presiden di era sebelumnya. Presiden Moon dari
partai Demokrat di masa sebelumnya membawa Korea Selatan cukup aktif
mengedepankan jalur diplomasi, berbeda dengan Yoon Suk Yeol yang pada masa
awal keterpilihannya menyatakan sikap tegas terkait isu-isu sensitif dalam
perpolitikan nasional Korea Selatan,” jelas Novriest Umbu Walangara Nau,
S.Hub.int., M.A., Dosen Universitas Ksatria Wacana pada wawancara 30/03/2022
lalu. Umbu menguraikan bahwa Yoon Suk Yeol juga merupakan seorang yang
eksentrik, tegas, dan tidak ragu mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversial.
Langkah-langkahnya ini jugalah yang membuat popularitasnya melambung,
termasuk juga menciptakan segregasi di antara pemilih. Hal tersebut dapat menjadi
sinyal untuk mengamati wajah Korea Selatan yang berbeda di bawah komando
Yoon Suk Yeol dengan pola kepemimpinan konservatifnya. Meskipun pengalamannya
terbatas dalam politik, Yoon masih berhasil mengkonsolidasikan dukungan dari sebagian
besar elit negara.
B. Sumbangsihnya :
 Adanya perubahan haluan sikap politik akibat perubahan kepemimpinan sempat
menjadi isu yang hangat diperbincangkan khususnya bagi para pengamat politik
dunia. Hal ini sebagai akibat dari adanya Perang Korea yang sampai detik ini masih
belum mengalami titik terang, kecuali adanya gencatan senjata.
 Perang antara kedua negara semenanjung Korea tersebut bisa saja sewaktu-waktu
terjadi dan ini dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah kebijakan yang
dilakukan baik Korea Selatan maupun Korea utara, serta dipengaruhi oleh pola
kepemimpinan dari dua negara tersebut. Korea Utara yang menganut otoritarianisme
memiliki pola kepemimpinan yang tertutup dan lebih mengerucut terhadap kepala
negara mereka yaitu Kim Jong Un. Sementara Korea Selatan yang menganut sistem
liberal menganut pola kepemimpinan yang berubah-ubah seiring dengan pergantian
kepemimpinan di negara tersebut.
 Perbedaan pola kepemimpinan di Korea Selatan pun dilihat dapat membawa corak
politik yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor idiosinkratik Yoon Suk Yeol
yang berbeda dengan presiden Korea Selatan sebelumnya, Moon Jae In, yang
masingnya membawa pendekatan yang berbeda dalam politik negara tersebut.
C. Penutup
 Kesimpulan
Presiden terpilih baru Korea Selatan, Yoon Seok-Yeol pun menyadari pentingnya
mempunyai kebijakan luar negeri yang tepat ketika harus berurusan dengan Korea Utara.
Latar belakang beliau sebagai seorang konservatif pun akan sangat mempengaruhi
keputusannya dalam membawa arah kebijakan luar negeri Korea Selatan terhadap
tetangganya ini. Yoon mengkritik pemerintahan Moon selama ini masih terkesan lunak
dan juga “formal” ketika berdiplomasi dengan Korea Utara. Menurutnya, diperlukan
adanya pendekatan yang lebih keras serta mengancam ketika berdiplomasi dengan Korea
Utara. Dalam janji kampanye politiknya, Yoon menegaskan bahwa ia bisa saja
mengakhiri perjanjian Inter-Korea Comprehesive Military Agreement yang sudah
ditandatangani di tahun 2018. Perjanjian ini sendiri memiliki point penting dimana
perjanjian ini akan mengurangi ketegangan dan resiko konflik militer di garis
demarkasasi (DMZ) serta mengembalikan zona ini kembali menjadi zona perdamaian.
Yoon menganggap bahwa perjanjian ini bukan membuat Korea Utara mau untuk
mendenuklirarisasi, akan tetapi malah membuat Korea Utara semakin berambisi
melakukan denuklirisasi dikarenakan adanya kelonggaran dari pemerintah Korea
Selatan. Selain itu, Yoon juga mengusulkan adanya pendirian kantor diplomatik trilateral
yang terletak di Panmunjom dimana kantor ini akan berisi perwakilan dari kedua Korea
serta AS sebagai mediator untuk membahas kemungkinan denuklirisasi Korea Utara.
Walaupun pendekatan Yoon bisa dikatakan lebih keras serta sedikit berbeda dari
pendekatan Presiden Moon, Beliau masih bersedia untuk bertemu dengan Kim Jong-Un
di masa pemerintahannya serta berjanji untuk tetap mengirimkan bantuan kemanusiaan
ke Korea Utara dalam rangka membantu kesejahteraan masyarakat di negeri tersebut.
 Implikasi
Presiden Yoon Seok Yeol berjanji bahwa ia akan membangun hubungan aliansi
yang kuat dengan presiden Amerika Serikat dan dan mencanangkan untuk
melakukan latihan militer bersama yang lebih intensif. Selain itu, Korea Selatan
juga ingin aktif dalam Kerjasama bilateral dengan AS-Jepang. Langkah ini
menrupakan Langkah penting yang dapat membuat hubungan Korea Utara-Korea
Selatan dalam nuansa baru. "Saya akan memperkuat kapasitas militer untuk
menangkal setiap bentuk provokasi. Saya akan tegas menghadapi perilaku curang
Korea Utara, meski saya selalu membuka peluang bagi dialog Utara dan Selatan.
 Saran
Sebaiknya juga Yoon Sek Yeol jangan terlalu keras dan kepatuhannya pada peraturan
yang membuat rekam jejak yang menimbulkan kebencian para tokoh-toh.

Anda mungkin juga menyukai