Rhee Syngman adalah Presiden pertama Korea Selatan setelah kemerdekaan dari
Jepang. Dia menjabat dari 1948 hingga 1960. Selama masa pemerintahannya, Korea Selatan
menghadapi Perang Korea melawan Korea Utara yang mendapat dukungan dari Tiongkok
dan Uni Soviet. Sikap atau respon masyarakat Korea Selatan terhadap program-program
diplomasi Rhee Syngman adalah bercampur. Di satu sisi, dia dianggap sebagai tokoh penting
dalam mempertahankan kemerdekaan Korea Selatan, menghadapi ancaman komunis, dan
menghadapi agresi Korea Utara. Namun, pada saat yang sama, pemerintahan nya juga
diwarnai oleh otoritarianisme dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.
Salah satu program diplomasi yang signifikan yang dikenal dengan kebijakan "Jilseo
Oejon" ( 질 서 재 건 ) adalah kebijakan yang dipromosikan oleh Presiden Rhee Syngman
dalam upayanya untuk menjaga dan membangun kembali ketertiban dan stabilitas di Korea
Selatan setelah Perang Korea. Istilah ini secara harfiah diterjemahkan sebagai "Rekonstruksi
Ketertiban."
Kebijakan "Jilseo Oejon" merupakan bagian dari upaya Rhee Syngman untuk
membangun kembali negara dan stabilitas pasca-Perang Korea. Masyarakat Korea Selatan
menyikapi program ini dengan dukungan terhadap upaya Rhee Syngman untuk menciptakan
Angkatan Bersenjata Republik Korea yang kuat. Masyarakat Korea Selatan pada masa itu
merespons positif, mereka melihat kebijakan ini sebagai ekspresi dari tekad untuk tidak
bergantung pada negara-negara asing, terutama setelah pengalaman kolonialisme Jepang dan
pengaruh asing sebelumnya. Masyarakat melihat keberanian Rhee Syngman sebagai
pemimpin yang berani dan tegas dalam menjaga kedaulatan negara untuk menghadapi Korea
Utara dan pasukan komunis. Kebijakan ini mencerminkan semangat nasionalisme dan
kemandirian dalam urusan luar negeri serta pertahanan nasional.
Meskipun dalam beberapa aspek kebijakan ini mendapat dukungan, namun ada juga
kritik dan kontroversi terutama dalam hal pemberantasan korupsi dan otoriterisme
pemerintahannya. Beberapa tindakan diplomatik Rhee Syngman, terutama dalam hal
perselisihan perbatasan dengan Korea Utara, memicu kontroversi dan ketegangan dalam
masyarakat Korea Selatan. Beberapa anggota masyarakat merasa bahwa pendekatan ini telah
memperburuk ketegangan antara kedua Korea.
Daftar Referensi
Fields, David P. 2019. Foreign friends: Syngman Rhee, American exceptionalism, and the
division of Korea. Amerika Serikat: The University Press of Kentucky. Diakses 17
Oktober 2023 dari https://emas2.ui.ac.id/mod/resource/view.php?id=2217468
Wahyuningtyas, Agustin S. 2013. Korea Selatan Pada Masa Pemerintahan Syngman Rhee
(1948-1960). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses 18 Oktober 2023
dari https//eprints.uny.ac.id/21174/