Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH ASIA TIMUR

NASIONALISME KOREA

Disusun Oleh:

Nur Intan Syafiqah 1302065


Fanesa Zahara (1306043)
Fahmi Rahman (1302

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


(UNP)
2015

NASIONALISME KOREA
A. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Istilah nasionalis dan
nasional berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir di, kadangkala tumpang tindih
dengan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, etnik. Namun istilah etnik biasanya
digunakan untuk menunjuk kepada kultur, bahasa, dan keturunan di luar konteks politik.
Dalam bahasa Arab istilah nasionalisme identik dengan istilah al-wathan yang
berarti sebuah lingkungan yang didalamnya terdapat aturan dan masyarakat yang
bertempat tinggal di dalamnya terikat dengan aturan tersebut. Dengan demikian alwathan

identik dengan negara dan rasa cinta terhadap negara tersebut. Berarti

nasionalisme adalah cinta terhadap negara.1


Disamping definisi bahasa diatas terdapat beberapa rumusan lain mengenai
nasionalisme, di antaranya: 2
a. 1. Huszer dan Stevenson:
Nasionalisme adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa cinta secara alami
b.

kepada tanah airnya.


L. Stoddard:
Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan, yang dianut oleh
sejumlah besar individu sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan.

Nasionalisme adalah rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa.


c. Hans Kohn:
Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita dan satusatunya bentuk sah dari organisasi politik, dan bahwa bangsa adalah sumber dari
semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah kecintaan
alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan dan
kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan dijadikan
sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan kebudayaan dan ekonomi.

B. Korea di Bawah Kekuasaan Jepang (Sebelum Perang Dunia II)


Nasionalisme Korea mulai muncul ketika Jepang melakukan aneksasi ke wilayah
Korea. Status Korea berubah dari negara merdeka menjadi daerah protektorat Jepang
1 Ali Maschan Moesa. Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama. (Yogyakarta: LKIS,
2007)., hal 180
2 Badri Yatim. Soekarno, Islam, dan Nasionalisme. (Bandung: Nuansa, 2001)., hal 58.

setelah Jeapng melalukan perang dengan Tiongkok (perang Tiongkok-Jepang I) tahun


1894-1895 dan perang dengan Rusia (1904-1905).
Ajang pertarungan Tiongkok-Jepang-Rusia di Korea membuat rakyat Korea
menjadi korban. Rakyat Korea melakukan perjuangan di seluruh pelosok Korea. Pada
tahun 1907-1908 dilakukan pemberontakan nasional terhadap Jepang, namun berhasil
ditumpas oleh militer Jepang. Pemberontakan ini diawali ketika Jepang membunuh
permasuri Myongsong, sehingga anggota militer menetapkan tujuan melindungi negara
dan bangsa. Oleh sebab itu dibawah kepemimpinan Yu In-sok Korea membentuk anggota
militer dan melancarkan aksi keras terhadap birokrat pro- Jepang.3
Jalannya pemberontakan
Tahun 1907, anggota militer Yu In-sok yang merupakan pasukan gabungan
melancarkan infiltrasi ke kota Seoul, namun pasukan ini dihadang oleh Jepang. Akibatnya
pasukan militer Yu In-sok terpaksa mengundurkan diri sampai di Manchuria. Sementara
itu pelopor bangsa Korea membentuk Sinminhoe (Badan Masyarakat Baru) untuk
mengaktifkan kegiatan pencerahan melalui dua jalan, yaitu lewat peningkatan taraf
perekonomian berlandaskan modal bangsa dan gerakan melancarkan pendidikan dalam
rangka cinta tanah air. Dengan Sinminhoe ini, para pelopor bergerak dalam berbagai
bidang seperti politik, pers, sosial, budaya dan pendidikan, mereka mulai merintis jalan
menuju suatu gerakan kemerdekaan Korea. Pada 1 Maret 1910, diprolakmirkanlah
kemerdekaan Korea.
Akhir dari pemberontakan ini ketika Jepang terkejut terhadap gerakan
kemerdekaan bangsa Korea. Pasukan jepang secara membabi buta menyiksa deminstran
Korea. Sekitar 7 ribu orang Korea dibunuh. Dengan peristiwa ini seluruh wilayah Korea
masuk penguasaan Jepang. Bersama Inggris, Amerika Serikat dan feodal Korea yang proJepang menandatangani Traktat Penguasan pada 10 Agustus, dengan demikian Korea
berubah menjadi koloni Jepang sepenuhnya.4

Gerakan Samil
Eksploitasi sumber daya ekonomi yang dilakukan Jepang setelah aneksasi Korea
tahun 1910 dilakukan secara besar-besaran, sehingga menyebabkan penderitaan bagi
3 Bustamam, Sejarah Asia Timur. (Padang: UNP Press, 2011), hal 192-193.
4 Ibid., hal 194.

bangsa Korea. Eksplotasi tersebut dilakukan dengan memanfaatkan kekayaan sumber


daya alam Korea bagi kebutuhan industri Jepang yang sedang tumbuh pesat. Selain
melakukan eksploitasi, pemerintah imperialis Jepang juga melakukan tindakan
diskriminatif serta menindas dengan mengeluarkan peraturan akulturasi, yakni larangan
serta penggantian nama, bahasa dan budaya Korea dengan budaya Jepang. Dalam
keadaan yang tertindas tersebut, rakyat Korea telah beberapa kali mengadakan upaya
pemberontakan, namun karena belum munculnya semangat persatuan diantara rakyat
menyebabkan upaya pemberontakan tersebut selalu berakhir dengan kegagalan.
Persatuan diantara rakyat Korea (yang mulanya terpecah menjadi beberapa clan
atau golongan) untuk melawan tindakan Jepang yang telah menyengsarakan mereka baru
terwujud ketika pada tahun 1919 terjadi peristiwa penting, yaitu tewasnya Raja Kojong
serta adanya semangat self determination pasca Perang Dunia I. Semangat ini menuntut
hak memerintah sendiri berdasarkan self determination serta tewasnya raja tersebut telah
membulatkan rakyat Korea untuk melakukan suatu gerakan yang lebih nyata. Gerakan
tersebut dimanifestasikan melalui sebuah gerakan unjuk rasa damai rakyat Korea yang
kemudian disebut dengan Gerakan Samil. Secara harfiah gerakan Samil adalah gerakan
Tiga dan Satu yang menandakan bahwa waktu gerakan ini berlangsung tanggal 1 Maret.
Gerakan ini disebut juga dengan Gerakan 1 Maret. Gerakan Samil memunculkan
semangat nasionalisme bangsa Korea untuk menuntut kemerdekaan dari tangan penjajah
Jepang.
Munculnya semangat nasionalisme bangsa Korea tersebut telah merubah tatanan
sosial dan politik di Korea kearah yang lebih pasti untuk mencapai kemerdekaan. Pada
bidang sosial perubahan yang terjadi setelah Gerakan Samil dapat digambarkan dengan
dihapuskannya status istimewa setiap marga (clan) yang selama ini menyebabkan sulitnya
rakyat Korea untuk bersatu. Selain itu, perubahan lainnya terlihat dari adanya semangat
untuk memperoleh pendidikan dengan mendirikan sekolah swadaya masyarakat
menggantikan sekolah tradisional (sodang). Sementara itu, perubahan yang terjadi pada
bidang politik ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi modern seperti
Pemerintahan Pengasingan Korea, Sinminhoe, Singanhoe, Uibyong, dan Kukmuwon dan
lainnnya. Satu hal yang pasti dari terbentuknya organisasi modern ini adalah, kuatnya
kerjasama mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan, sehingga berbeda dengan
kelompok terdahulu yang mudah dihancurkan Jepang. Sementara itu, keberadaan
organisasi-organisasi tersebut juga memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap
perjuangan bangsa Korea untuk memperoleh kemerdekaan. Hal ini dikarenakan strategi

perjuangan yang mereka lakukan sangat efektif, yakni dengan melakukan perjuangan
melalui jalur diplomasi oleh Pemerintahan Pengasingan Korea serta perang gerilya yang
dilakukan oleh banyak organisasi semi-militer.
Pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya Pemerintahan Pengasingan Korea
pada 9 April 1919 adalah banyaknya organisasi yang terbentuk setelah Gerakan Samil
sehingga memerlukan satu simbol persatuan diantara mereka dalam bentuk kelembagaan.
Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok perjuangan tersebut memiliki wadah
untuk saling mengkoordinasikan perjuangannya, baik antara pejuang yang berada di
dalam maupun di luar negeri. Didasarkan atas kondisi tersebut, maka pada tanggal 9 April
1919 dibentuklah Pemerintahan Pengasingan Korea (Taehan Minguk Imsi Chongbu) di
Shanghai, serta Seoul, Pyongan, Kando dan Vladivostok sebagai cabangnya.
Terbentuknya pemerintahan pengasingan tersebut, memiliki arti penting terhadap
perjuangan bangsa Korea, sebab organisasi tersebut menjalankan perjuangan melalui
jalan diplomasi untuk mendapat pengakuan dari negara asing termasuk dengan mengikuti
konferensi-konferensi internasional, salah satunya yang paling penting adalah Konferensi
Kairo.5
C. Korea dalam Perang Dunia II
Nasib Korea pada Perang Dunia II itu bergantung pada tiga Konferensi penting
yang diadakan oleh negara sekutu, terlebih ketika menyerahnya Jepang pada sekutu,
maka wilayah Korea mulai diatur oleh Sekutu.6 Amerika, Ingris, Rusia, dan Tiongkok
menyepaki bagaimana status Korea melalui 3 Konferensi, yaitu:7
a. Konferensi Kairo (Desember 1943)
Yang menetapkan bahwa menetapkan bahwa setalh perang Korea akan diberi
kemerdekaan. Konferensi ini dihadiri oleh Roosevelt dari AS, Churchill dari Inggris
dan Chiang Kae Sek dari Tiongkok.
b. Konferensi Yalta (Februari 1945)
Konferensi Yalta ini terdapat perkembangan baru, dimana Inggris dan Anerika
mendesak Rusia untuk perang terhadap Jepang, setelah perang kemerdekaan akan
diberikan kepada Korea. Konferensi kedua ini dihadiri oleh Roosevelt, Churchill

5 Mochamad Ikhsan, Peranan Gerakan Samil dalam Kebangkitan Nasionalisme Korea 1919-1945
(skripsi). (Bandung: UPI, 2011), hal 138-140.
6 Bustamam, op cit., hal 196.
7 Ibid., hal 201.

dan Stalin dari Uni Soviet. Ketiga pemimpin ini menetapkan Korea dibagi menjadi
dua daerah pendudukan.
c. Konferensi Menlu negara-negara pemenang perang (Moscow, Desember 1945)
Konferensi ini memutuskan bahwa Korea berada dibawah naungan PBB yang
diawasi oleh AS, Inggris, Rusia, dan Tiongkok, dengan tugas 4 negara ini adalah
membentuk suatu pemerintahan sementara di Korea dalam batas waktu 5 tahun.
Ketiga Konferensi ini pada hakikatnya memecah menjadi dua Korea, karena adanya
faktor kepentingan ideologi bagi negara pemenang perang (adikuasa).
D. Korea Terbagi Menjadi Dua
Ketiga Konferensi yang diadakan itu mengambil keputusan yang berbeda tentang
Korea. Pada mulanya Korea dimerdekakan menjadi daerah pendudukan dan kemudian
menjadi daerah pewalian PBB dengan AS dan US sebagai pemegang mandat. US
menguasai Korea sebelah Utara 38 Lintang utara dan AS menguasai sebelah selatan garis
lintang tersebut. Dengan demikian Korea terpecah atas dua bagian yang berada di bawah
dua kekuatan yang secara poltik dan ideologi berbeda.
Kedua negara bertahan dengan prinsip masing-masing. Korea mempunyai arti
penting bagi kedua negara yang berbeda ideologi. Letaknya yanng strategis di kawasan
pasifik, SDA yang kaya membuat kedua negara memanfaatkan kesempatan yang
diberikan PBB dalam mencapai tujuan politik dan ideologinya.
AS dan US tampil sebagai pemenang perang Dunia II mulai terlibat dalam perang
dingin ideologi. AS membangun Korea Selatan dengan besar, mewujudkan stabilitas
politik dan keamanan dari penyusupan orang komunis dari Korea Utara, AS
mengusahakan Korea Selatan untuk tidak bergantung pada AS, tidak memberikan
pendidikan militer, melainkan membangun perekonomian Korea Selatan sehingga negara
itu tumbuh menjadi negara industri, masalah keamanan sepenuhnya diserahkan kepada
AS.
US mempersiapkan Korea Utara untuk dapat hidup mandiri. Ideologi komunis
diindoktrinasikan secara intensif, korupsi ditumpas secara ketat. Pendidikan militer di
siapkan dengan matang. Perebedaan kedua sistem pembinaan tersebut membuat Korea
Utara dan Sealatn tidak pernah selesai berkonflik.
September 1947 sidang umum PBB mendesak kedua negara untuk melaksanakan
pemilu dibagian Selatan daerah 38 derajat LU, yang diawasi langsung oleh komisi PBB.
Tanggal 15 Agustus 1948 dibentuk Republik Korea Selatan dengan Syngmen Rhee
terpilih sebagai presiden pertamanya. Di Korea Utara komisi PBB tidak dijinkan masuk
wilayah tersebut. Pada 9 September 1948 dibentuk Republik Demokrat Rakyat Korea dan

Kim Ill Sung sebagai presiden dengan wilayah meliputi seluruh semenajung Korea,
namun Republik Demokrat Rakyat Korea ini tidak diakui oleh PBB.8
E. Korea dalam Dekade Pertengahan Abad XX
Perang korea
Pada bulan februari 1949 Uni Soviet menarik semua tentaranya dari Korea Utara,
dengan ditariknya pasukan oleh Uni Soviet ini menyebabkan Amerika juga harus menarik
pasukannya dari tanah korea selatan pada bulan juni 1949 Sebelum pasukan Uni Soviet
ditarik dari Korea Utara, pihak Korea Utara Kim Ill Sung melakukan pembersihan secara
besar-besaran terhadap paham-paham yang bertentangan dengan ideologi komunis
terutama paham liberal, pemberantasan korupsi dilakukan secara intensif tanpa
memandang siapa pelakunya. Sementara itu pembinaan di bidang angkatan bersenjata
terus ditingkatkan dengan batuan dari Uni Soviet. Dengan pola seperti ini Korea Utara
cepat tumbuh dan menemukan jati dirinya, walaupun di bidang ekonomi masih
mengalami banyak masalah, dalam keadaan yang sangat kuat dalam bidang militer itulah
kemudian uni soviet mengambil keputusan untuk menarik pasukannya dari Korea Utara.
Dengan ditariknya pasukan Uni Soviet dan Amerika Serikat dari semenanjung
Korea menyebabkan suhu politik dan militer di perbatasan kedua daerah itu menjadi
panas. Angin-angin yang mengarah perang secara frontal, dan memang tanpa
pengumuman perang terlebih dahulu pada tanggal 25 juni 1950 Korea Utara menyerbu
markas besar tentara Korea Selatan di Kaesong yang menandai dimulainya Perang Korea,
tanpa perlawanan yang berarti markas angkatan bersenjata Korea Selatan dapat direbut,
awal Juli kota Seoul jatuh dan diikuti oleh Inchon,pada pertengahan Agustus tentara
merah telah menduduki seluruh Korea, kecuali suatu daerah kecil seluas 100 x 50 km
dekat pelabuhan Fusan di daerah tenggara.
Berita penyebaran Korea Utara ke Korea Selatan ini menggoncang dunia
internasional, khususnya PBB pada waktu itu didominasi oleh Amerika Serikat, Amerika
mencap Korea Utara sebagai aggressor. Presiden Truman sendiri mendesak PBB untuk
bersidang esok harinya, dalam persidangan ini ditetapkan gencatan senjata dengan
perbandingan suara 9:0. Lebih lanjut Amerika dapat mempengaruhi PBB dan membentuk
pasukan gabungan 16 negara yang intinya tentara Amerika untuk diterjunkan ke kancah
perang Korea, Jendral Mac Arthur panglima tentara Amerika di Jepang dipercayakan
memimpin tentara PBB di Korea, pertengahan September 1950 lebih kurang dari 40 ribu
tentara PBB dengan menggunakan 200 buah kapal mendarat di dekat Inchon sebelah
8 Ibid., hal 202-204.

barat Seoul yang ditunjang oleh ratusan pesawat terbang, kota Seoul sendiri direbut dan
PBB berhasil mengkucar-kacirkan tentara Korea dan pada akhir 1950 selatan dikuasai
sampai pasukan gabungan PBB mendekati garis 38 derajat LU.
Sewaktu penyerbuan akan dilanjutkan kearah utara timbul perbedaan pendapat
dilkalangan politisi dan militer yaitu Mac Arthur yang bersikeras untuk menyerang Korea
Utara dalam menjamin keamanan seluruh Korea, namun Manchuria harus dihancurkan
dulu dalam rangka memutuskan kemungkinan bantuan pasukan dan material dari Uni
Soviet dan Republic Rakyat Tiongkok.
Perang Korea mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 1952 dimana pasukan
PBB membombardir Korea Utara dengan ratusan pesawat tempur, didalamnya termasuk
penyebaran kuman (perang kuman)

oleh Amerika Serikat, beberapa negara di Asia

sebelumnya telah memperingatkan agar pihak adikuasa tidak melibatkan diri dalam
perang tersebut dan adanya turut campur PBB menimbulkan intervensi dari Tiongkok dan
pada tanggal 25 Oktober 1950 RRT menggerakkan pasukan sukarela menuju Korea
Utara, dan adanya serdadu Tingkok dari selatan sungai Yalu , pasukan tersebut mendesak
pasukan PBB kearah selatan Korea, akhir November 1950 garis pertahanan dari Amerika
dapat ditembus oleh mereka dan pada 4 Desember 1950 pasukan ini berhasil menguasai
Pyongyang dan pada 4 Januari mereka sampai di Seoul sementara itu 14 Desember
sampai 25 Desember dari pelabuhan Hamburg yang terkepung di pantai timur Korea
Utara dengan bersusah payah 10.000 serdadu Amerika, Inggris, Korea Selatan diungsikan
ke kapal dari daerah kapal Chosin dalam hawa dingin yang menusuk tulang dalam topan
salju.
Tampaknya pasukan PBB tidak begitu berdaya mengahadapi pasukan gabungan ini
namun dibalik kekalahan siasat itu terdapat kemenangan diplomasi, PBB menuduh
adanya agresi Tiongkok (1 Februari 1951) empat puluh empat negara menyetujui, situasi
demikian memaksa semua pihak menahan diri dan mengintensifkan penyelesaian melalui
meja perundingan dan akhirnya pada 27 Juli 1953 ditandatangani naskah perjanjian
mengakhiri perang dan kedua belah pihak.9
Gagalnya Reunifikasi Korea
Sejak pecahnya Perang Dunia ke II, langkah-langkah untuk memerdekakan Korea
telah dilakukan oleh negara besar seperti Amerika dan Inggris, akan tetapi setelah perang
dunia usai kemerdekaan yang telah dijanjikan kepada bangsa Korea menjadi hal yang
9 Ibid., hal 208-212.

sangat semu. Amerika dan Uni Soviet menjadi semacam alat yang menyebabkan
keinginan merdeka dari bangsa itu menjadi terbengkalai, sampai detik ini Korea Utara
dengan Korea Selatan tetap berada dalam keadaan keterpisahanya, beberapa kali
dilakukan upaya penyatuan namun upaya itu selalu gagal. Dalam setiap kali perundingan
selalu saja Korea Utara tidak menerima dan membatalkan hasil perundingan.
Sementara itu Korea Selatan melalui cita-cita kebebasan demokrasi dan
perdamaian selalu berinisiatif untuk melakukan perundingan dengan pihak utara, pada
bulan April 1951 wakil-wakil dari Republic dan 16 negara utusan PBB dalam perang
Korea dan delegasi dari Uni Soviet, RRC dan Korea Utara bertemu di Genewa, namun
pertemuan itu gagal, akhirnya PBB pada pertengahan tahun 1970-an menghentikan segala
pembicaraan tentang Korea di dewan keamanan.
Bulan Agustus 1970 kembali Korea Selatan mengambil inisiatif. Presiden Park
Chung Hee menonjolkan masalah kemanusiaan bukan politik. Sebagai tindakanya
diadakan penyatuan palang merah kedua negara ini di Panmujom, 1971. Namun
berikutnya Korea Utara memasukkan unsure politik agar Korea Utara mencabut Undangundang anti komunis dan menarik pasukan Amerika Serikat ke Korea.
Usaha kearah penyatuan sangat banyak dipengaruhi oleh negara-negara yang
punya kepentingan di korea seperti sebelumnya, yang tidak tampil sebagai penengah dari
konflik, kehadiran mereka di semenanjung Korea justru kadang memperkeruh
permasalahan yang terjadi, hal ini menyebabkan Korea terpisah menjadi dua negara yang
berlainan ideologinya.10
F. Tokoh Nasionalisme Korea
a. Korea Selatan
Syngman Rhee dilahirkan di Haeju, Hwanghae, Korea, 26 Maret 1875 dari
sebuah keluarga bengsawan (Yangban). Syngman Rhee dikenal sebagai aktifis dalam
perjuangan melawan Jepang. Dia pernah ditangkap ketika melakukan demonstrasi anti
Jepang pada tahun 1897 sampai tahun 1904. Setelah bebas, Syngman Rhee
melanjutkan studinya di Amerika Serikat, dan mendapat gelar AB dari George
Washington University dan gelar Ph.D dari Princeton University. Riwayat pendidikan
Barat inilah yang dapat dikatakan banyak mempengaruhi Syngman Rhee dalam hal
pemikiran pemikiran politiknya. Beberapa sikap politik yang paling kentara adalah
sikap anti komunis nya yang disinyalir sebagai penyulut beberapa konflik di Korea
Selatan.

10 Ibid., hal 226-227.

Pada tahun 1910 Syngman Rhee kembali ke Korea, tetapi karena aktivitas
politiknya tidak disukai pemertintah, dia memutuskan untuk pergi ke China pada
tahun 1912. Hingga pada tahun 1919 semua faksi pro kemerdekaan Korea berkumpul
di China dan membentuk pemerintahan provisional Korea di Shanghai, dia dipilih
sebagai presiden sampai 1925. Presiden pemerintahn provisional merupakan awal
karis Syngman Rhee sebagai politisi.
Korea Selatan di Bawah Pemerintahan Syngman Rhee
Salah satu sarana yang digunakan Syngman Rhee untuk menjalankan
kediktatorannya adalah National Security Law (NSL), yang disahkan oleh Dewan
Nasional pada November 1948. Dengan bersenjatakan undang undang ini, Syngman
Rhee menggalakkan kampanye anti komunis dengan cara melakukan pembersihan
semua institusi dari orang orang yang pernah terlibat partai komunis. Pers, institusi
pendidikan, militer, dan institusi institusi yang lain sebagian besar tak dapat lepas
dari kebijakan ini. Sampai tahun 1950, negara telah memenjarakan sekitar 60.000,
50% sampai 80% dari mereka dipenjarakan atas dasar NSL.
Revolusi April 1960
Tanggal 19 April 1960 timbul demonstrasi mahasiswa di Korea Selatan yang
diikuti oleh sekitar 30.000 orang bergerak menuju istana kepresidenan dan melakukan
demonstrasi di sana. Sekitar 130 orang mahasiswa terbunuh dan sekitar 1000 orang
terluka. Kemudian, pada tanggal 25 April 1960, sekitar 300 orang dosen melakukan
demonstrasi yang mendukung aksi mahasiswa. Gerakan gerakan tersebut akhirnya
berhasil membuat Syngman Rhee mengundurkan diri dan melarikan diri ke Hawaii
pada bulan mei 1960. Akhirnya setelah melewati beberapa proses, pada bulan Juli
1960, Yun Yo Son terpilih oleh parlemen sebagai presiden Korea Selatan kedua.
b. Korea Utara
Kim Il-sung lahir 15 April 1912 meninggal 8 Juli 1994 pada umur 82 tahun
adalah seorang politikus berhaluan komunis dari Korea yang memimpin Korea Utara
sejak 1948 hingga hari kematiannya. Ia menjabat sebagai perdana menteri pada tahun
1948-1972 dan presiden pada tahun 1972-1994, tetapi posisinya yang paling
berpengaruh adalah Sekretaris Jenderal Partai Buruh Korea. Dalam konteks pemujaan
kepribadian, Kim secara resmi disebut sebagai Pemimpin Besar dan menurut

Konstitusi Korea Utara, ia adalah Presiden Abadi negara tersebut. Hari ulang
tahunnya merupakan salah satu hari libur di Korea Utara.11
Korea Utara di Masa Kepemimpinananya
Semasa kepemimpinannya di Korea Utara, Il-sung juga dikenal sebagai sosok
yang eksentrik dengan pemikiran yang antimainstream dan revolusioner. Karakter
idiosinkratiknya ini pun ikut berpengaruh secara signifikan dalam kebijakankebijakan yang dihasilkan semasa pemerintahannya.
Hasil pemikiran
Salah satu hasil pemikiran Il-sung yang begitu populer adalah tesis politisnya
yang kemudian berkembang menjadi aliran atau varian baru dari paham Marxisme,
yaitu ideologi Juche (The Juche Idea), pada pertengahan dekade 1960an. Il-sung
sendiri mengembangkan ideologi Juche setelah memiliki pemikiran yang dalam
mengenai apa yang dibutuhkan untuk mencapai suatu era baru; era di mana setiap
orang dapat menjadi penentu takdirnya masing-masing (masters of their own destiny).
Ideologi inilah yang kemudian menggantikan Marxisme-Leninisme sebagai ideologi
negara KoreaUtara (Herman, 2004). Il-sung memiliki pamor sebagai pihak yang
menyebabkan meletusnya perang sipil antara Korea Utara dengan Korea Selatan di
Semenanjung Korea pada tahun 1950.12

Referensi:
Ali Maschan Moesa. 2007. Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama.
Yogyakarta: LKIS.
Badri Yatim. 2001. Soekarno, Islam, dan Nasionalisme. Bandung: Nuansa.
11 Monsanto Luka. Tangan Besi : 100 Tiran Pengasa Dunia. (Yogyakarta : Galang Press, 2008).
12 Ravio Patra. Idiosinkrasi dalam Sosok Kim Il-Sung: Lahirnya Ideologi Juche dan Nasionalisme
Korea Utara. (Bandung: Unpad, 2013), hal 2 dan 4.

Bustamam, 2011. Sejarah Asia Timur. Padang: UNP Press.


Mochamad Ikhsan, 2011. Peranan Gerakan Samil dalam Kebangkitan Nasionalisme Korea
1919-1945 (skripsi). Bandung: UPI. Diakses pada 17 Mei 2015.
Monsanto Luka. 2008. Tangan Besi : 100 Tiran Penguasa Dunia. Yogyakarta : Galang Press.
Ravio Patra. 2013. Idiosinkrasi dalam Sosok Kim Il-Sung: Lahirnya Ideologi Juche dan
Nasionalisme Korea Utara. Bandung: Unpad. Diakses pada 17 Mei 2015.

Anda mungkin juga menyukai