Anda di halaman 1dari 10

KEBERADAAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA

MASYARAKAT DESA SIMEGO, KECAMATAN PETUNGKRIYONO


PEKALONGAN

Abd Rahman
Program Studi Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia

Telepon: 0741-5917398, Faksimile. 0741-583111

Abstrak

Penulisan artikel ini berangkat dari pertanyaan bagaimana keberadaan nilai-nilai


pancasila dalam kasus masyarakat Desa Simego. Desa Simego terletak dalam
wilayah Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah.
Studi pada kasus dinamika masyarakat di Desa Simego ini menarik untuk diamati
dalam kaitan letak wilayah desa Simego pada daerah perbukitan yang terletak
pada ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut, tepatnya di sepanjang dataran
tinggi Dieng. Nah, bagaimana nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara
terinternalisasi dan berada dalam masyarakat desa Simego yang masih sangat
minim akses transportasi, informasi dan teknologi. Kajian pada masyarakat desa
Simego ini menggunakan kerangka konseptual Peter L. Berger dan Thomas
Luckman tentang sosiologi pengetahuan dari suatu masyarakat, di sini ia
menjelaskan tentang sosialisasi, internalisasi, dan eksternalisasi. Pada masyarakat
desa Simego terlihat terjadi harmonisasi antara nilai-nilai pancasila yang bersifat
ideal dengan nilai-nilai yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat desa Simego.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Pancasila, Masyarakat, Desa Simego, aktualisasi, internalisasi.

101
Pendahuluan eksternalisasi dalam suatu masyarakat.
Dan diperkuat dengan konsep
Agaknya benar juga apa yang
Masyarakat yang dikemukakan oleh
dikemukakan oleh Prof. Notonagoro
Koentjaraningrat. Sosialisasi merupakan
pada saat penganugerahan gelar doctor
proses belajar yang dialami individu
honoris Causa di bidang Ilmu Hukum
sejak masa kanak-kanak sampai masa
kepada Ir. Soekarno pada 19 September
tuanya. Ia belajar pola-pola tindakan
1951 bahwa Pancasila mampu
dalam interaksi dengan segala macam
mewadahi keberagaman yang ada di
individu sekelilingnya yang
Indonesia dan dapat diterima oleh
mengemban beragam peran sosial yang
bangsa Indonesia karena nilai-nilai yang
ada dalam kehidupan sehari-hari. Yang
terkandung dalam Pancasila merupakan
dimaksud peran adalah tindakan-
penjelmaan dari jatidiri bangsa. Hal ini
tindakan yang seharusnya dilakukan
sangat terasa terutama pada masyarakat
oleh seseorang sesuai dengan status atau
pedesaan pada bangsa Indonesia. Nyaris
kedudukannya. Pada dasarnya,
tanpa disadari bahwa secara alamiah
sosialiasi berlangsung seumur hidup
dan tradisional, masyarakat desa justru
selama manusia masih mampu dan mau
pengamal kongkret dari Pancasila.
meningkatkan kemampuannya untuk
Makalah ini ingin melihat kenyataan
menjadi manusia yang lebih berguna
pada satu masyarakat desa yaitu desa
bagi masyarakat (Peter L. Berger &
Simego, mengenai bagaimana
Thomas Luckman: 1966: 187-199).
keberadaan nilai-nilai pancasila pada
Terdapat dua macam sosialisasi
masyarakat tersebut. Apalagi desa
yang dialami oleh seseorang: sosialisasi
Simego yang terletak pada wilayah
primer dan sekunder. Sosialisasi primer
ketinggian yang masih minim sarana
adalah sosialisasi paling dini atau
transportasi dan informasi serta
pertama yang diterima individu.
teknologi.
Lingkungan keluarga merupakan
Kerangka teoritis yang
sosialisasi pertama yang dialami oleh
digunakan dalam tulisan ini mengacu
individu pada masa kanak-kanak, yang
pada pendapat Peter L. Berger dan
dengan itu ia menjadi anggota
Thomas Luckman yang menjelaskan
masyarakat. Sosialisasi sekunder adalah
tentang sosialisasi, internalisasi dan

102
setiap proses berikutnya yang yang disimpulkan oleh Koentjaraningrat
mengimbas individu yang sudah bahwa Masyarakat adalah sekumpulan
disosialisasikan itu ke dalam sektor- manusia yang mempunyai prasarana
sektor baru dunia obyektif untuk saling ‘berinteraksi’ dengan pola
masyarakatnya (Peter L. Berger & tingkah laku yang khas mengenai semua
Thomas Luckman: 1966: 187). faktor kehidupannya. Serta pola itu
Sosialisasi individu dengan lingkungan harus bersifat kontinue; dengan
sosialnya menumbuhkan eksternalisasi perkataan lain, pola khas itu harus
dan internalisasi dalam diri individu. sudah menjadi adat istiadat yang khas
Eksternalisasi adalah suatu pencurahan (Koentjaraningrat, 2009: 116-117).
kedirian manusia secara terus menerus
ke dalam dunia, baik dalam aktivitas
Pembahasan
fisik maupun mentalnya. Sementara Secara administrative, desa Simego
manusia mengeksternalisasikan dirinya termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
ia membangun dunia ke dalam mana ia Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,
mengeksternalisasikan diri. Dalam Propinsi Jawa Tengah. Simego
proses eksternalisasi itu, ia merupakan sebuah desa yang terdiri dari
memproyeksikan makna-maknanya lima dukuh. Kelima dukuh tersebut
sendiri ke dalam kenyataan (Peter L. adalah Igir Gede, Simego, Sabrang,
Berger & Thomas Luckman: 1966: Kumenyep dan Kubang. Desa Simego
149). Sedangkan Internalisasi adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa
peresapan kembali tersebut oleh Songgodadi, sebelah barat berbatasan
manusia, dan mentransformasikannya dengan Desa Timbangan, Sebelah
sekali lagi dari struktur-struktur dunia selatan berbatasan dengan Desa
objektif ke dalam struktur-struktur Plorengan, dan sebelah timur berbatsan
kesadaran subjektif. Melalui dengan Desa Gumelem. Luas desa
eksternalisasi, maka masyarakat secara keseluruhan adalah 963,5 ha,
merupakan produk manusia. Melalui sebagian besar merupakan tanah hutan
internalisasi, maka manusia merupakan dengan luas 499,963 ha.
produk masyarakat. Dari segi topografis wilayah
Adapun mengenai konsep simego terletak pada ketinggian 1600
masyarakat mengacu kepada pendapat meter diatas permukaan laut, tepatnya di

103
sepanjang dataran tinggi Dieng. Fraksi kebanyakan bepergian dengan jalan
tanah di desa Simego adalah antara kaki.1
pasir dan pasir berlumpur. Warga keseluruhan desa ini data
Kedalamannya adalah 10 meter. Desa tahun 2008 bahwa jumlah warga laki-
Simego termasuk desa di sekitar hutan laki 861 orang, perempuan 828 orang.
dan berbatasan dengan kabupaten lain Dengan jumlah keseluruhan 348 KK.
yaitu Kabupaten Banjarnegara. Bentang Tk Pendidikan warga masih sangat
alam dari desa Simego ini adalah minim yaitu dengan rincian, lulusan SD:
berbukit-bukit. Suhunya sangatlah 930 orang, lulusan SLTP 43 orang, dan
dingin dengan rata-rata perhari berkisar lulusan SLTA: 10 orang, serta
antara 15 derajat hingga 20 derajat pendidikan khusus pesantren 17 orang.
celcius. Di desa ini alat transportasi Klasifikasi penduduk menurut mata
hampir tidak ada. Aset transportasi satu- pencaharian dengan rincian yaitu, PNS
satunya adalah ojek dan truck untuk 2 orang, wiraswasta/pedagang: 12
mengangkut hasil perkebunan dan orang, Tani 825 orang, tukang 10 orang,
pupuk. Prasarana perhubungan di desa buruh tani 20 orang, pensiunan 1 orang.
ini sudah agak lumayan baik dengan Sarana ibadah, Masjid 6 buah dan
dibangunnya jalan beraspal meskipun musalla 2 buah. SD ada 2 buah, dengan
masih ditemukan pula jalan makadam. gurunya 16 orang dan murid 250 orang.
Panjang jalan aspal adalah 1,5 km, jalan Sedangkan SLTP ada 1 buah, dengan 12
makadam adalah satu kilo meter. orang gurunnya dan 43 orang muridnya.
Jembatan desa sebanyak 8 buah. Jalan Pada masyarakat desa Simego
antar dukuh dan desa adalah jalan sangat terlihat prinsip masyarakat yang
beraspal adalah sepanjang 3600 meter mengakui adanya Tuhan, ini terlihat dari
dan makadam sepanjang 2000 meter. kehidupan keberagamaan yang ada.
Jalan-jalan yang menghubungkan satu Masyarakat desa Simego menganut
dukuh yang satu dengan yang lain 100% agama Islam. Di desa Simego
kebanyakan masih jalan tanah yang awalnya berkembang gerakan Rifaiyah,
diperkeras dengan batu-batuan. Orang- adalah Ramdani pimpinan Cabang
orang desa seperti petani dan pekebun Rifaiyah Desa Simego saat ini (2009),
1 Hasil observasi yang
dilakukan di desa Simego pada bulan
Juli 2009.

104
Ramdani ini asli batan, datang ke desa
4 Rifaiyah sebutan yang
simego ini tahun 1986, pada saat itu
diberikan atas gerakan yang
(tahun 1986) kegiatan keagamaan dikembangkan oleh Syaikh Ahmad
Rifai. Syaikh ahmad rifai di lahirkan di
minim sekali, kaum tua masih ada
desa tempuran kabupaten kendal Jawa
lengger.2 Adalah juga Ahmad Zis Tengah pada tanggal 9 Muharram 1200
Hijriyah bertepatan dengan 1786
menggerakkan kehidupan keagamaan
Masehi. Pada tahun 1816 Masehi,
melalui kegiatan Rifaiyah, lalu ia ketika usianya mencapai 30 tahun,
ahmad Rifai pergi ke Makkah untuk
memondokkan anaknya Syahpuddin,
menunaikan ibadah Haji dan selama 8
dan ada juga ahmad supardi. tahu mendalami ilmu-ilmu keislaman di
bawah guru Syaikh Ahmad Usman dan
Syahpuddin yang mondok ini pulang
Syaikh Al faqih Muhammad ibn Abd Al
membina adik-adiknya, lalu Azis jaisy, kemudian melanjutkan
belajarnya ke Mesir selama 12 tahun, di
berkembang.3
kairo beliau belajar kitab-kitab Fiqih
Ahmad zis lahir tahun 1945, ia madzhab Syafii. Setelah 20 tahun
belajar di Timur tengah, kemudian
seorang aktivis rifaiyah di desa Simego
Ahmad rifai pulang ke Indonesia
ini,4 ayahnya Abdul wahab. Diketahui bersama syaikh Nawawi Banten dan
Syaikh Muhammad Kholil Bangkalan
juga bahwa semangat rifaiyah ini turut
Madura. Dan pada waktu ingin kembali
berperan besar dalam perubahan ke indonesia ketiganya duduk
memusyawarahkan unuk menyatakan
kehidupan agama masyarakat di desa
menyebar ilmu yang telah di peroleh
simego ini, awalnya ada orang “stress” dalam bentuk tulisan, menjalankan amar
ma’ruf nahi munkar; menterjemahkan
yang jalan sampai wonosobo dari desa
kitab-kitab berbahasa arab kedalam
simego ini, nah pulang dari wonosobo bahasa pribumi untuk mencapai
kesuksesan dakwah; mendirikan
membawa kitab rifaiyah awalliyah.5
pondok-pondok pesantren; jihad fi
Merta besari salah seorang penduduk sabililah untuk mengusir penjajah
Belanda dari tanah air. Untuk
yang kaya, juragan tembakau, tertarik
memperkuat dan melestarikan
dengan rifaiyah dan kemudian mengaji pengajarannya selama-lamanya, Syaikh
ahmad rifa’i mempersiapkan murid-
ke Karangtengah, kalibening, kemudian
muridnya dengan cara khusus seperti
disarankan untuk mengaji lebih lanjut pengkaderan untuk masa depan
pemikiran dan penggeraknya. Mereka
2 Wawancara dengan bapak itu rata-rata berada di Jawa Tengah
Ramdani, desa Simego 24 Juli 2009, seperti di Wonosobo, Batang, Kendal,
pukul 16.00-17.30 Wib. Kebumen, Pekalongan. oleh karena itu
wajar saja jika desa Simego yang
3 Wawancara dengan bapak notabene berada di Jawa Tengah,
Ramdani, desa Simego 24 Juli 2009, khususnya di antara Wonosobo dan
pukul 16.30-17.30 Wib. Pekalongan terkena dampak dari

105
ke Paesan Kedungwuni. Sepulang dari Pengajian yang dikembangkan
mengaji di Paesan; Mertabesari dan oleh semangat rifaiyah di masyarakat
istrinya pergi haji ke Mekkah, tahun ini bersumber dari kitab rifaiyah
1928. Pulang ia berganti nama menjadi awaliyah yang berisi pembahasan
H. Ahmad fadholi; kakaknya suami istri tentang Fiqih dan tasawwuf. Kitab ini
juga naik haji dan berganti nama memberi penekanan pada rukun Islam
menjadi H. Abdul Wahab. Ia kemudian yang pertama yaitu syahadat, rukun
mewakafkan tanah untuk mesjid desa. Islam yang lain itu disebut prilaku umat
Sebelumnya mesjid hanya berupa Islam, kemudian juga kitab ini berisi
langgar kecil dengan lantai panggung.6 tatacara dalam beribadah. Lalu ada
Kemudian Syakhuddin anak pengajian rutin organisasi rifaiyah ini,
dari Ahmad Zis lahir tahun 1974 adalah 70 hari sekali, digilir diadakannya
generasi rifaiyah sejak akhir tahun 1990 dengan kelompok-kelompok rifaiyah di
an hingga sekarang. Kegiatan-kegiatan daerah lain, kemudian setiap kamis
yang ada seperti pengajian-pengajian malam ada tahlilan, anak-anak mengaji
(seperti Isra’Mi’raj dan maulid Nabi). al-qur’an setiap malam, mengajinya
Tahun 1980-an kurang lebih 80-90 pakai metode Qiraati. Ciri utama juga
rumah di dukuh simego ini. Di sini ada yang menjadi kekhasan organisasi
2 mesjid, yang pertama masjid rifaiyah rifaiyah ini dalam pengembangan ajaran
pertama-tama sangat sederhana sekali, Islam ialah adanya upaya sumber ajaran
petromak, masjidnya pakai alas bambu Islam yang ditulis dalam bahasa arab itu
hingga tahun 1992 mulai diperbaharui di alihbahasakan ke bahasa Jawa, ini
hingga sekarang ini (2009).7 mungkin terkait dengan strategi untuk

gerakan Rifa’iyah ini. mempermudah masuk dan


berkembangnya Islam di desa simego
5 Wawancara dengan bapak
Syakhuddin, desa simego 24 Juli 2009, yang notabene adalah orang Jawa.
pukul 18.30-20.00 Wib
Selain gerakan Rifaiyah, pada
6 Wawancara tanggal 6 maret tahun 1990 an di desa Simego ini mulai
2009 di Desa Simego, Koleksi Transkip
Pujo Semedi ada anak desa juga yang ingin
mempelajari tentang agama Islam tanpa
7 Wawancara dengan bapak
Ahmad zis dan bapak syakhudin, desa “binaan” gerakan Rifaiyah, mereka di
Simego 24 Juli 2009, pukul 18.30-20.00
antaranya adalah Nasrul Afif. Nasrul
Wib

106
Afif lahir pada tahun 1983 di dukuh Simego ada 3 TPQ, lalu di dukuh
Simego ini, dan pada tahun 1995 pergi semego ini ada MDA (Madrasah
mondok belajar tentang Agama Islam di Diniyah awaliyyah) yang didirikan oleh
salah satu pesantren di kota Pekalongan, ust nasrul, yang kegiatannya ada di pagi
ketika pulang dari Mondok di hari pukul 5.00 hingga 6.00 dan ada di
wonosobo pada tahun 2004, Nasrul afif sore hari serta malam hari. Seluruh
mendirikan MDA di dukuh Simego, dukuh di desa Simego ini ada pengajian
sebagai salah satu cara yang dalam bentuk TPQ kecuali di dukuh
dilakukannya untuk mengajarkan dan Simego ada MDA dan Majlis Ta’lim.
mengaktualisasikan ajaran agama Islam MDA ini dikelola seperti sekolah ada
di dukuh Simego. Waktu pertama kali tingkatannya yaitu sapir 1, sapir 2,
dibuka Murid MDA ini sekitar 15 ibtida’, jurumiyah, dan ambarati serta
orang, setelah lima tahun yaitu pada setiap tingkatannya ada evaluasi.
tahun 2009 ini jumlah muri MDA ini Tingkatan sapir adalah
berjumlah 87 orang. Dalam pengamatan tingkatan persiapan, sedangkan ibtida’,
ust nasrul walaupun 100% penduduk di jurumiyah dan ambarati adalah
desa ini Islam, namun hanya sekitar 30 tingkatan lanjutan, dimana pada
% yang taat agama dalam indikatornya tingkatan lanjutan ini bukan sekedar
melaksanakan shalat wajib 5 waktu, belajar baca Alqur’an tapi juga ada
itulah menjadi salah satu alasan yang meteri pelajaran Fiqih yang
menjadikan perlunya sebuah MDA menggunakan kitab safinnatunnajah8
didirikan. dan fathul Qarib9, serta juga diajarkan
Mengenai pengajian bagi anak- ilmu alat tata bahasa arab seperti nahwu
anak di desa simego ini yang terdiri dari dan sharaf. Mengenai biaya kegiatan
5 dukuh, yaitu dukuh Igir Gede ada
8 Kitab safinnatunnajah karangan
TPQ sangat minim (partisipasi anak-
syaikh al alim al fadhil salim bin sumair
anak sekitar 50% kebawah), dukuh al hadrami. Kitab ini tidak begitu tebal,
tipis, namun mamfaatya sangat besar
kubang ada TPQ yang partisipasi anak-
dalam pemahaman hukum dasar Islam.
anaknya lebih kurang 50%, kumenyep Kitab yang membahas masalah fikih
(khususnya mazhab Syafii) ini pada
ada TPQ yang partisipasi anak-anaknya
umumnya diajarkan pada tingkatan
60 %, Sabrang ada TPQ yang partisipasi pertama atau orang awam yang sedang
belajar agama Islam, dan juga terutama
anak-anaknnya 70 %. Sedangkan dukuh
di tingkat dasar di pesantren-pesantren.

107
MDA adalah swadaya masyarakat, organisasi NU di desa Simego ini sudah
seperti pada tahun 2008 ada yang ada lebih kurang 12 tahun silam (sejak
menumbangkan tanah lalu dibuat tahun 1997). Beda pengembangan
pondok kelas untuk kelangsungan pengajaran Islam di desa simego ini
belajar MDA, sebelumnya hanya antara organisasi NU dan Organisasi
dirumah, baik rumah ust Nasrul maupun Rifaiyah, Organisasi Rifaiyah cendrung
rumah salah satu penduduk. Mengenai di Jawakan dalam pembahasaan
pengajar, ust Nasrul memakai sistem pengajaran ajaran-ajaran Islam. Namun
kaderisasi, bagi kakak kelas tingkat agaknya pada prinsipnya NU dan
lanjut mengajar adik tingkatnya di kelas Rifaiyah sama, bahkan Muscab
sapir, ust Nasrul hanya mengajar di Rifaiyah tahun lalu (2008) di desa
tingkat lanjut, dan sekali seminggu simego ini telah menyatakan bahwa
mengajar keseluruhan tingkat sebagai rifaiyah adalah NU.12
hari pengecekan bagi ust Nasrul.10 Kemudian mengenai prosesi
Kemudian kalau bulan puasa adat nikah sampai tahun 2002 masih
ada pengajian umum selama sebulan mayoritas bahwa dirayakan terlebih
penuh yang dibimbing langsung oleh dahulu baru dibawa ke KUA untuk
ust Nasrul. Ust Nasrul juga berafiliasi dilakukan akad nikah. Barulah setelah
dengan organisasi NU, di rumahnya tahun 2002 mulai dirubah kebiasaan ini,
banyak foto-foto alim ulama NU, di mana akad nikah terlebih dahulu baru
ternyata di dukuh simego ini sudah ada dirayakan, sesuai dengan sunah Rasul.
cabang organisasi NU yang kegiatannya Kemudian mengenai zakat, hanya ada
diantaranya Istigasah dan arisan setiap zakat fitrah di dukuh simego ini dan ini
jum’at wage, santunan anak yatim sudah berangsung lama, hanya saja
setiap tanggal satu asyura.11 Cabang semakin kemari pengelolaannya
9 Kitab fathul Qarib juga membahas semakin membaik. Pemberian zakat
masalah Fikih (khususnya mazhab
fitrah terbagi, bagi warga anggota
syafii), hanya penjelasannya lebih luas
dari kitab safinnatunnajah.
Hijriyah.
10 Wawancara dengan Bapak Nasrul
Afif, desa simego 25 Juli, pukul 16.00- 12 Memang jika dilihat sumber
17.30 Wib referensi yang digunakan baik aktivis
Rifaiyah maupun aktivis NU di desa
11 Tanggal Satu asyura adalah tanggal Simego ini hampi sama, yang isi
satu Muharram dalam kalender kitabnya menggunakan mazhab Syafii.

108
organisasi rifaiyah maka zakat kepada Masjid dan mushalla.13 Kemudian yang
sesama anggota rifaiyah, namun di luar juga bisa dilihat dari nilai-nilai
itu tergabung dalam organisasi NU pancasila yang berada pada masyarakat
maka zakatnya juga sesama warga NU desa Simego semangat dalam
itu. Zakat pertanian jarang sekali, permusyawaratan dalam memilih
mengenai naik haji juga jarang karena pemimpin dukuh dan pemimpin desa.
persoalan kemampuan, boleh dikatakan
hanya kepala desa di desa simego ini
Penutup
yang telah menunaikan ibadah haji. Dari paparan ringkas di atas terlihat
Shalat jamaah di Masjid umumnya terjadinya internalisasi nilai-nilai
hanya dilakukan pada saat shalat pancasila pada masyarakat desa Simego,
Magrib dan Isya serta Waktu shalat minimal pada tiga hal yaitu adanya
Subuh, mengenai waktu zuhur dan keyakinan akan nilai-nilai ketuhanan,
Ashar warga rata-rata berada di sawah adanya semangat gotong royong dan
pertanian masing-masing, jadi untuk adanya nilai-nilai permusyawaratan
waktu shalat Zuhur dan Ashar Masjid dalam memilih pemimpin, baik itu pada
tidak di fungsikan kecuali pada siang tingkat dukuh maupun pada tingkat
Jum’at yaitu pada saat shalat Jum’at. desa. Dengan ‘minimnya’ sarana
Mengenai Qorban di desa ini akhir- sosialisasi yang ada, masyarakat desa
akhir ini mulai berlangsung, idul adha Simego telah membuktikan terjadinya
tahun kemarin (1429 H/2008 M) ada 10 internalisasi nilai-nilai pancasila dalam
ekor kambing Qurban. masyarakat tersebut. Proses internalisasi
Selain itu pada masyarakat desa juga membuktikan bahwa nilai-nilai
Simego juga terlihat semangat gotong pancasila terserap dengan sendirinya
royong. Ini ditandai dengan kegiatan dalam beberapa sendi kehidupan pada
gotong royong dalam membangun masyarakat desa Simego.
rumah sering dilakukan setidaknya
Daftar Pustaka
sudah ada 25 kali, begitu juga dalam
gotong royong mengelola tanah juga Abdurrahman. 2009. “Agama dan
Masyarakat: Studi Kasus Desa
sering dilakukan setidaknya sudah 48
kali dilakukan, begitu juga dengan 13 Data ini di peroleh dari data
monografi yang terdokumentasi di
gotong royong dalam membangun
kantor kepala desa Simego.

109
Simego Petungkriyono
Kabupaten Pekalongan”. Notonagoro, T.T. 1957. “Pancasila
Laporan Tugas Akhir Pada Dasar Filsafat Negara Republik
Mata Kuliah Dinamika Indonesia”, Penerbitan
Kebudayaan, Program mengenai pancasila nomor
Pascasarjana Jurusan Sejarah pertama, Universitas Gadjah
Univeritas Gadjah Mada, mada, Yogyakarta.
Yogyakarta.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Peter L. Berger dan Thomas Luckman.


Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 1990. Tafsir Sosial atas
Kenyataan: Risalah tentang
Sosiologi Pengetahuan, terj.
Latif, Yudi. 2012. Negara Paripurna Hasan Basari. Jakarta: LP3ES.
Historisitas, Rasionalitas, dan
Aktualitas Pancasila. Jakarta:
Gramedia.

110

Anda mungkin juga menyukai