0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas landasan sosiologis dan antropologis pendidikan. Landasan sosiologis pendidikan merujuk pada norma-norma yang berlaku di masyarakat, sementara landasan antropologis berkaitan dengan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan, seperti perbedaan budaya antar daerah. Dokumen juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu pran
Dokumen tersebut membahas landasan sosiologis dan antropologis pendidikan. Landasan sosiologis pendidikan merujuk pada norma-norma yang berlaku di masyarakat, sementara landasan antropologis berkaitan dengan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan, seperti perbedaan budaya antar daerah. Dokumen juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu pran
Dokumen tersebut membahas landasan sosiologis dan antropologis pendidikan. Landasan sosiologis pendidikan merujuk pada norma-norma yang berlaku di masyarakat, sementara landasan antropologis berkaitan dengan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan, seperti perbedaan budaya antar daerah. Dokumen juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu pran
Menurut Pidarta (1997:145), sosiologi adalah ilmu yang mempelajaritentang hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktursosialnya. Dengan kata lain, ilmu ini mempelajari tentang bagaimana individu(manusia) berhubungan dan berinteraksi dengan individu lain dalam kelompoknyaserta bagaimana bentuk susunan unit-unit atau struktur dalam masyarakat atausosial beserta kaitannya satu sama lain. Sosiologis Pendidikan di Indonesia Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, Landasan SosiologisPendidikan merujuk pada norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalamproses kehidupan bermasyarakat, setidaknya ada tiga paham dasar yang dianutoleh masyarakat itu sendiri atau individu dalam masyarakat, yakni pahamIndividualisme, paham Kolektivisme, dan paham Integralistik.
2.landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-
kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa, kesenian, dsb).
2.1 individu, masyarakat dan kebudayaan
individu adalah manusia perseorangan yang memiliki karakteristik sebagai kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung jawabnya sendiri (otonom). Masyarakat didefinisikan oleh Ralph Linton sebagai "setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas". Sejalan dengan definsi dari Ralph Linton, Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan” (Soerjono Soekanto, 1986). Mengacu kepada dua definisi tentang masyarakat seperti dikemukakan di atas, Anda dapat mengidentifikasi empat unsur yang mesti terdapat di dalam masyarakat, yaitu: 1) Manusia (individu-individu) yang hidup bersama, 2) Mereka melakukan interaksi sosial dalam waktu yang cukup lama. 3) Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan. 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan,sehingga setiap individu di dalamnya merasa terikat satu dengan yang lainnya. Kebudayaan. Dalam hidup bermasyarakat manusia menghasilkan kebudayaan. Kebudayaan adalah "keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar" (Koentjaraningrat, 1985).
2.2 Pendidikan Sosialisasi dan Enkulturasi
Upaya Mempertahankan Kelangsungan Eksistensi Masyarakat dan Kebudayaan. Salah satu unsur masyarakat adalah adanya interaksi sosial. Interaksi sosial antara lain mengimplikasikan reproduksi sehingga masyarakat menghasilkan keturunan. Dengan memiliki keturunan berarti masyarakat memiliki generasi muda yang akan menjadi generasi penerusnya. Menurut Peter L. Berger "sosialisasi adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat" (Kamanto Sunarto, 1993). Yang dipelajari individu melalui sosialisasi ini adalah peranan-peranan. Dalam proses sosialisasi individu belajar untuk mengetahui peranan yang harus dijalankannya serta peranan-peranan yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat ini individu akan dapat berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan enkulturasi adalah suatu proses dimana individu belajar cara berpikir, cara bertindak, dan merasa yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya. Herkovits menyatakan bahwa sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasian individu ke dalam sebuah kelompok sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses perolehan kompetensi budaya untuk hidup sebagai anggota kelompok (Imran Manan,1989).
2.3 Pendidikan sebagai Pranata Sosial
Pranata Sosial. Menurut Theodorson pranata sosial (social institution) adalah suatu sistem peran dan norma sosial yang saling berhubungan dan terorganisasi disekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi sosial yang penting (Sudarja Adiwikarta,1988). Komblum menggunakan istilah institusi untuk menjelaskan pranata sosial, ia mendefinisikannya sebagai "suatu struktur status dan peranan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan- kebutuhan dasar anggota masyarakat" (Kamanto Sunarto, 1993). Adapun Koentjaraningrat (1984), dalam definisinya tentang pranata secara tersurat menyebutkan juga peralatan- peralatan dan manusia-manusia yang melaksanakan peranan-peranan itu. Redaksi berbagai definisi pranata sebagaimana disajikan di atas memang berbeda-beda, namun demikian pada dasarnya mengandung pengertian yang relatif sama. Esensinya dapat Anda pahami bahwa pranata sosial merupakan suatu sistem aktivitas yang khas dari suatu kelakuan berpola; aktivitas yang khas ini dilakukan oleh berbagai individu atau manusia yang mempunyai status dan peran masing-masing yang saling berhubungan atau mempunyai struktur; mengacu kepada sistem ide, nilai dan norma atau tata kelakuan tertentu; dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan; dan aktifitas khas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota masyarakat. Pendek kata, pranata sosial adalah perilaku terpola yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya. Jenis Pranata Sosial. Individu dan masyarakat mempunyai berbagai kebutuhan dasar (basic needs), misalnya: kebutuhan akan metabolisme, reproduksi, keamanan, kesehatan, dsb. Kebutuhan-kebutuhan dasar ini akan dipenuhi dalam bentuk respons budaya penyediaan makanan, kekerabatan, perlindungan, pendidikan, dsb. Respons- respons ini akan memiliki kesamaan polanya dalam suatu masyarakat tertentu. Pola respons yang terstandar itu disebut pranata sosial. Terdapat berbagai pranata sosial, antara lain: pranata ekonomi, pranata politik, pranata agama, pranata pendidikan, dsb. Pranata pendidikan. Pranata pendidikan adalah salah satu pranata sosial dalam rangka proses sosialisasi dan/atau enkulturasi untuk mengantarkan individu ke dalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya, serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya. Melalui pranata pendidikan sosialisasi dan/atau enkulturasi diselenggarakan oleh masyarakat, sehingga dengan demikian eksistensi masyarakat dan kebudayaanya dapat bertahan sekalipun individu-individu anggota masyarakatnya berganti karena terjadinya kelahiran, kematian, dan/atau perpindahan.