Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Pada Pasien yang Mengalami Gangguan

Sensori Penyakit Katarak

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Irma Rahmania 202205101
Nunik Fitria Yolanda 23010073
Rimmi Sianturi 202205102

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA FAKULTAS


KESEHATAN

PROGRAN STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

TANGERANG SELATAN

i
BAB I
PENDAHULUANAN

A. Latar Belakang
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan
merupakan penyakit degeneratif namun saat ini katarak telah ditemukan pada usia
muda (35-40 tahun), hal ini disebabkan kurangnya asupan gizi dan nutrisi yang
dibutuhkan tubuh.
World Health Organotation (WHO) menemukan ada 285 juta orang yang
mengalami gangguan penglihatan di dunia, 39 juta mengalami kebutaan dan 246
juta memiliki low vision. Prevalensi katarak di Indonesia berdasarkan hasil
Riskesdas 2018 adalah sebesar 1,8%. Prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi
Utara (3,7%), Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%) (Kemenkes, 2018). Hasil survey
Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) oleh Perhimpunan Dokter
Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Balitbangkes tahun 2019 di 15 provinsi
diketahui angka kebutaan yang ditemukan mencapai 30% dan dari angka tersebut
katarak merupakan penyebab tertinggi yaitu sebesar 81%.
Kebutaan yang terjadi akibat katarak dapat dicegah dengan tindakan
operasi.Tindakan pembedahan pada pasien katarak bertujuan untuk memperbaiki
visus atau tajam penglihatan. Pembedahan katarak dilakukan dengan mengambil
lensa mata yang terkena katarak kemudian diganti dengan lensa implan atau
Intraokuler Lens (IOL). Sebanyak lebih dari 90% operasi katarak berhasil dengan
perbaikan fungsi penglihatan yang dinyatakan dengan perbaikan visus pasien
pasca operasi.

2
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian katarak ?
2. Apa etiologi dari katarak?
3. Apa saja manifestasi klinis dari katarak?
4. Apa saja klasifikasi katarak?
5. Bagaimana patofisiologi katarak?
6. Bagaimana klinical pathway katarak?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik katarak?
8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan katarak?

B. Tujuan
1. Umum
Secara umum tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui konsep dasar
asuhan keperawatan pada penderita Katarak.

2. Khusus
1) Pembaca dapat mengetahui dan memahami pengertian katarak
2) Pembaca dapat mengetahui dan memahami etiologi dari katarak
3) Pembaca dapat mengetahui dan memahami manifestasi dari katarak
4) Pembaca dapat mengetahui dan memahami klasifikasi katarak
5) Pembaca dapat mengetahui dan memahami patofosiologi katarak
6) Pembaca dapat mengetahui dan memahami clinical pathway katarak
7) Pembaca dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik katarak
8) Pembaca dapat mengetahui dan memahami konsep dasar asuhan
keperawatan katarak

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa
atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata
dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2000 : 62)
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-
duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut
(opak) yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi
dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth:
2002)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009)
Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga
pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan
progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang
(Corwin, 2000)
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa rnenjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolism normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu (Iwan,2009).

4
B. Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000) :
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh factor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic
(misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada
mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/ gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik
(Admin,2009).

C. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari Gejala objektif biasanya meliputi:
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
5
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi
negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b.Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d.Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
3. Gejala lainya adalah :
a. Sering berganti kaca mata
b. Penglihatan sering pada salah satu mata

D. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan
berikut :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa
yang akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir
(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)

b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di


bawah usia 40 tahun

6
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Jenis katarak ini merupakan proses degenerative (kemunduran) dan
yang paling sering ditemukan. Adapun tahapan katarak senilis
adalah :
a) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa
mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-
bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini
seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
b) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
c) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian
lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita
katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan
menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
d) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang
sudah merembes melalui kapsul lensa dan bias menyebabkan
perdangan pada struktur mata yang lainya.

E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi

7
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multiple (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influx air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan
yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

8
Clinical Pathway Katarak

Trauma Degeneratif Penyakit lain

Perubahan serabut Kompresi sentral Jumlah protein


meningkat

Densitas

Keruh

Lensa mata

Katarak

Menghambat jalan cahaya

Penurunan ketajaman
penglihatan

Pembedahan Penglihatan berkurang /


buta

Pre Operasi Post Operasi Gangguan persepsi Resiko tinggi


sensori visual cedera fisik

Kecemasan Gangguan rasa


meningkat nyaman (nyeri)

9
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis,
glaucoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C, vitamin B2, vitamin A dan vitamin E. Selain itu, untuk
mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik
menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior,
menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior
10
dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi
ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan
lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason
frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel
yang kecil yang kemudian di aspires melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian
diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah
jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina bertanggung
jawab terhadap sepertiga kekuatan focus mata. Koreksi optikal yang dapat dilakukan
diantaranya:
1) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25% - 30% menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer
yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-
benda Nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung.
Memerlukan waktu penyesuaian yang lama ampai pasien dapat mengkoordinasikan
gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pandang yang
terbatas.
2) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hamper sempurna bagi mereka yang mampu
menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi
lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami
kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk
pelepasan dan pembersihan lensa.
3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam mata.
Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL
11
mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar 95% IOL di pasang di
kamera posterior, sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada
pasien yang menjalani ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture
tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler.

I. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

12
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktifvitas biasanya/hobby sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
b. Makan / cairan
Gejala : mual / muntah (pada komplikasi kronik / glaukoma akut)
c. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa di
ruang gelap.
Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil.
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba – tiba, berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata.
e. Penyuluhan dan pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskular, riwayat
stress, alergi, gangguan vasomotor, ketidakseimbangan endokrin.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
 Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
 Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan
kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
b. Post Operasi
 Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur
invasif.
 Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(bedah pengangkatan).

13
 Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara
terapeutik dibatasi.
 Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

14
3. Perencanaan

a. Pre Operasi

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

15
1. Gangguan persepsi Tujuan : gangguan persepsi (I.06189)
sensori visual / sensori teratasi. 1. Orientasikan pasien terhadap 1. Memperkenalkan pada pasien
penglihatan Kriteria hasil (L.06048): lingkungan aktifitas. tentang lingkungan dam aktifitas
berhubungan  Dengan penglihatan sehingga dapat meninggalkan
dengan penurunan yang terbatas klien stimulus penglihatan.
ketajaman mampu melihat 2. Bedakan kemampuan lapang pandang 2. Menentukan kemampuan lapang
penglihatan, lingkungan diantara kedua mata. pandang tiap mata.
penglihatan ganda semaksimal mungkin. 3. Observasi tanda disorientasi dengan 3. Mengurangi ketakutan pasien dan
(D.0085).  Mengenal perubahan tetap berada di sisi pasien. meningkatkan stimulus.
stimulus yang positif 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas 4. Meningkatkan input sensori, dan
dan negatif. sederhana seperti menonton TV, radio, mempertahankan perasaan normal,
 Mengidentifikasi dll. tanpa meningkatkan stress.
kebiasaan lingkungan. 5. Anjurkan pasien menggunakan 5. Menurunkan penglihatan perifer dan
kacamata katarak, cegah lapang gerakan.
pandang perifer dan catat terjadinya
bintik buta.
6. Posisi pintu harus tertutup terbuka, 6. Menurunkan penglihatan perifer dan
jauhkan rintangan. gerakan.
2. Cemas Tujuan : kecemasan (I.12392)
berhubungan teratasi 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 1. Membantu mengidentifikasi sumber
dengan Kriteria hasil : relaks, berikan dorongan untuk ansietas.
pembedahan yang  Mengungkapkan verbalisasi dan mendengarkan dengan

16
akan dijalani dan kekhawatirannya dan penuh perhatian.
kemungkinan ketakutan mengenai 2. Yakinkan klien bahwa ansietas 2. Meningkatkan keyakinan klien.
kegagalan untuk pembedahan yang mempunyai respon normal dan
memperoleh akan dijalani. diperkirakan terjadi pada pembedahan
penglihatan  Mengungkapkan katarak yang akan dijalani.
kembali(D.0080) pemahaman tindakan 3. Tunjukkan kesalahpahaman yang 3. Meningkatkan keyakinan klien.
rutin perioperasi dan diekspresikan klien, berikan informasi
perawatan(L.09093) yang akurat.
4. Sajikan informasi menggunakan 4. Meningkatkan proses belajar dan
metode dan media instruksional. informasi tertulis mempunyai
sumber rujukan setelah pulang.
5. Jelaskan kepada klien aktivitas 5. Pengetahuan yang meningkat akan
premedikasi yang diperlukan (I.14517) menambah kooperatif klien dan
menurunkan kecemasan.
6. Diskusikan tindakan keperawatan pra 6. Pengetahuan yang meningkat akan
operatif yang diharapkan (I.14517) menambah kooperatif klien dan
menurunkan kecemasan
7. Berikan informasi tentang aktivitas 7. Menjelaskan pilihan memungkinkan
penglihatan dan suara yang berkaitan klien membuat keputusan secara
dengan periode intra operatif. benar.

b. Post Operasi

17
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa Tujuan : nyeri teratasi (I.08238)
nyaman (nyeri Kriteria hasil : 1. Bantu klien dalam mengidentifikasi 1. Membantu pasien menemukan
akut)  klien melaporkan tindakan penghilangan nyeri yang tindakan yang dapat menghilangkan
berhubungan penurunan nyeri secara efektif. atau mengurangi nyeri yang efektif.
dengan prosedur progresif dan nyeri 2. Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi 2. Nyeri dapat terjadi sampai anestesi
invasive (D.0077) terkontrol setelah sampai beberapa jam setelah local habis, memahami hal ini dapat
intervensi (L.08066) pembedahan. membantu mengurangi kecemasan
yang berhubungan dengan yang
3. Lakukan tindakan mengurangi nyeri tidak diperkirakan.
dengan cara: 3. Latihan nyeri dengan menggunakan
- Posisi : tinggikan bagian kepala tindakan yang non farmakologi
tempat tidur, ganti posisi dan tidur, memungkinkan klien untuk
ganti posisi dan tidur pada sisi yang memperoleh rasa kontrol terhadap
tidak dioperasi nyeri.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
4. Berikan obat analgetik sesuai program
4. Analgesik dapat menghambat
5. Lapor dokter jika nyeri tidak hilang reseptor nyeri.
setelah ½ jam pemberian obat, jika 5. Tanda ini menunjukkan

18
nyeri disertai mual. peningkatan tekanan intra ocular
atau komplikasi lain.
2. Resiko tinggi Tujuan : infeksi tidak (I.14539)
terjadinya infeksi terjadi 1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan : - Nutrisi dan hidrasi yang optimal
berhubungan Kriteria hasil : - Beri dorongan untuk mengikuti diet meningkatkan kesehatan secara
dengan prosedur  Tanda-tanda infeksi seimbang dan asupan cairan yang keseluruhan, meningkatkan
invasif (bedah tidak terjadi adekuat penyembuhan luka pembedahan.
pengangkatan)  Penyembuhan luka - Instruksikan klien untuk tetap - Memakai pelindung mata
(D.0142). tepat waktu menutup mata sampai hari pertama meingkatkan penyembuhan dan
 Bebas drainase purulen setelah operasi atau sampai menurunkan kekuatan iritasi
, eritema, dan demam diberitahukan. kelopak mata terhadap jahitan
(L.14137). luka.
2. Gunakan tehnik aseptic untuk 2. Tehnik aseptic menimalkan
meneteskan tetes mata : masuknya mikroorganisme dan
- Cuci tangan sebelum memulai mengurangi infeksi.
- Pegang alat penetes agak jauh dari
mata.
- Ketika meneteskan hindari kontk
antara mata dengan tetesan dan alat
penetes.
3. Gunakan tehnik aseptic untuk 3. Tehnik aseptic menurunkan resiko
membersihkan mata dari dalam ke luar penyebaran infeksi / bakteri dan

19
dengan tisu basah / bola kapas untuk kontaminasi silang.
tiap usapan, ganti balutan dan
memasukkan lensa bila menggunakan.
4. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / 4. Mencegah kontaminasi dan
menggaruk mata yang dioperasi. kerusakan sisi operasi.
5. Observasi tanda dan gejala infeksi 5. Deteksi dini infeksi memungkinkan
seperti : kemerahan, kelopak mata penanganan yang cepat untuk
bengkak, drainase purulen, injeksi meminimalkan keseriusan infeksi.
konjunctiva (pembuluh darah
menonjol), peningkatan suhu.
6. Anjurkan untuk mencegah ketegangan 6. Ketegangan pada jahitan dapat
pada jahitan dengan cara : menimbulkan interupsi,
menggunakan kacamata protektif dan menciptakan jala masuk untuk
pelindung mata pada malam hari. mirkoorganisme
7. Kolaborasi obat sesuai indikasi : 7. Sediaan topical digunakan secara
- Antibiotika (topical, parental atau profilaksis, dimana terapi lebih
sub conjunctiva) agresif diperlukan bila terjadi
- Steroid. infeksi.
- Menurunkan inflamasi.
3. Gangguan sensori Hasil yang diharapkan: (I.06189)
– perceptual :  Meningkatkan 1. tentukan ketajaman penglihatan, catat 1. Kebutuhan individu dan pilihan
penglihatan ketajaman penglihatan apakah satu atau kedua mata terlibat intervensi dan pilihan intervensi

20
berhubungan dalam batas situasi bervariasi sebab kehilangan
dengan gangguan individu penglihatan terjadi lambat dan
penerimaan  Mengenal gangguan progresif.
sensori/ status sensori dan 2. orientasi pasien terhadap lingkungan, 2. Memberikan peningkatan
organ indera, berkompensasi staf/ orang lain di area kenyamanan dan kekeluargaaan,
lingkugan secara terhadap perubahan menurunkan cemas dan disorientasi
terapeutik (L.06048). pasca operasi.
dibatasi, ditandai 3. observasi tanda-tanda dan gejala-gejala 3. Terbangun dalam lingkungan yang
dengan : disorientasi, pertahankan pengamanan tak dikenal dan mengalami
Menurunnya tempat tidur sampai benar-benar keterbatasan penglihatan dapat
ketajaman, sembuh dari anesthesia. mengakibatkan bingung pada
gangguan orangtua.
penglihatan. 4. ingatkan klien menggunakan kacamata 4. Perubahan ketajaman dan
Perubahan respo katarak yang tujuannya memperbesar ± kedalaman persepsi dapat
biasanya terhadap 25%, penglihatan perifer hilang. menyebabkan bingung /
rangsang meningkatkan resiko cedera sampai
(D.0085). pasien belajar untuk
mengkompensasi.
4. Kurang Tujuan : Setelah diberikan (I.12361)
pengetahuan tindakan 1. Kaji informasi tentang kondisi individu 1. Meningkatkan pemahaman dan
tentang kondisi keperawatan prognosis tipe prosedur, tipe prosedur kerjasama dengan program pasca
prognosis berupa HE lensa. operasi

21
pengobatan diharapkan klien 2. Tekankan pentingnya evaluasi 2. Pengawasan periodic menurunkan
berhubungan mengerti dengan perawatan. Beritahu untuk melaporkan resiko komplikasi serius.
dengan tidak kondisi, penglihatan berawan.
mengenal sumber prognosis,dan 3. Informasikan kepada klien untuk 3. Dapat bereaksi silang / campur
informasi, pengobatan. menghindari tetes mata yang dijual dengan obat yang diberikan.
ditandai dengan Kriteria hasil : bebas.
klien kurang  Dapat melakukan 4. Dorong pemasukan cairan yang 4. Memertahankan konsistensi faeces
mengikuti perawatan dengan adekuat, makan terserat. untuk menghindari mengejan
instruksi, sering prosedur yang benar 5. Anjurkan klien untuk menghindari 5. Aktifitas yang menyebabkan mata
bertanya terjadi  Dapat menyembuhkan membaca, berkedip, mengangkat yang lelah tegang, manuver valsava atau
komplikasi yang kembali apa yang telah berat, mengejar saat defekasi, meningkatkan TID dapat
dapat dicegah dijelasakan (L.12104). membongkok pada panggul, meniup mempengaruhi hasil operasi dan
(D.0111) hidung penggunaan spray, bedak bubuk, mencetuskan perdarahan.
merokok. Catatan : iritasi pernapasan yang
menyebabkan batuk / bersih dapat
meningkatkan TID.

22

Anda mungkin juga menyukai