Anda di halaman 1dari 11

Proses Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan

Dini Faldini Riska Paidra

2302010004

Pendahuluan

Bagian utama dari program pendidikan keaksaraan adalah proses


pembelajaran yang dalam pelaksanaannya harus mengacu pada standar proses dalam
standar nasional pendidikan. Standar proses kombinasi yang dimaksud merupakan
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang didalamnya
terdapat pengaturan tentang proses pembelajaran yang harus dilaksanakan.

Mengacu pada pasal 19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19


Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan ayat (1), (2),
dan (3) yang berbunyi bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, insfiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik, serta psikologis peserta didik.

Satu pasal lagi yang perlu disampaikan disini, yaitu pasal 20 yang berbunyi
bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan bencana pelaksanaan
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian jelaslah
bahwa proses pembelajaran menjadi bagian penting dalam pelaksanaan program
pendidikan keaksaraan, khususnya yang menyangkut tentang metode pengajaran dan
sumber belajar sebagaimana juga dipaparkan pada Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar pada butir D tentang Proses
Pembelajaran pada butir 1 tentang komponen proses pembelajaran dan butir 2
tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang menguraikan hal-hal penting yang
meliputi pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,
pembelajaran andragogik, pembelajaran tematik, dan pembelajaran yang menekankan
pada pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Strategi Pembelajaran

Secara teoritis, strategi pembelajaran salah satunya disebut sebagai strategi


pembelajaran partisipatif yaitu strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik
dalam proses pembelajarannya baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
penilaian kegiatan pembelajaran atas dasar beberapa prinsip pembelajaran: sesuai
kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan pembelajaran, berpusat pada peserta
didik, dan berangkat dari pengalaman belajar peserta didik (Sudjana, 2000).

Dalam praktek pendidikan keaksaraan dasar, terdapat sedikitnya lima strategi


pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan. Kelima
strategi pembelajaran itu adalah pembelajaran berbasis teks, PRA, penugasan,
penggalian masalah, dan BDPS. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran berbasis teks merupakan pembelajaran yang menggunakan
teks-teks untuk menumbuhkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
sehingga teks tersebut bisa menjadi media percepatan pemerolehan kempotensi
berbahasa Indonesia pada warga belajar pendidikan keseteraan. Teks yang dimaksud
dapat berupa teks personal, narasi, deskripsi, informasi, petunjuk dan arahan. Dalam
strategi pembelajaran di sini dilakukan kegiatan belajar yang berupa pembangunan
konteks dan permodelan, pembangunan teks bersama, dan pembangunan teks
mandiri.

Kedua, pembelajaran PRA yaitu participatory rural appraisal yang


merupakan metode pengkajian pedesaan secara partisipatif yang memungkinkan
masyarakat desa saling berbagi, menambah, dan menganalisis pengetahuan tentang
kondisi kehidupannya dalam rangka untuk perencanaan dan tindakan kegiatan
tertentu. Dasar utama kegiatan ini adalah “keterlibatan, tanggung jawab dan
penentuan keputusan bersama masyarakat” (Direktorat Pembinaan Pendidikan
masyarakat, 2014).

Ketiga, strategi pembelajaran yang berbasis pada pengalaman sendiri (BDPS)


yaitu strategi belajar yang memanfaatkan pengalaman belajar warga belajar,
informasi dan ide-ide yang dimiliki warga belajar yang akan selalu mengiringi proses
pembelajaran selanjutnya. Strategi pembelajaran seperti ini sedikit banyak diilhami
oleh asumsi belajar yang dibangun oleh Knwles dalam merumuskan andragoginya
bahwa orang dewasa telah memiliki pengalaman belajar sendiri.

Keempat, strategi pembelajaran “menggali masalah dan memecahkan


masalah” yang dikembangkan pertama kali oleh Paulo Freire, merupakan strategi
pembelajaran yang memunculkan masalah baik individu maupun kelompok yang
kurang disadari oleh warga belajar sendiri tanpa keterlibatan pihak luar.

Kelima, strategi penugasan yaitu strategi pembelajaran yang memberikan


seperangkat tugas kepada warga belajar untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu
sehingga warga belajar mempunyai kesempatan untuk menunjukkan seluruh
kemampuannya. Strategi pembelajaran seperti ini merupakan implementasi dari
strategi pembelajaran yang menekankan kepada belajar sambal melakukan atau
mengerjakan. Dan ini merupakan prinsip belajar yang harus dilakukan oleh pelajar
orang dewasa: belajar dengan melakukan sesuatu. Penugasan disini tentu berbentuk
tugas yang memperhatikan standar kompetensi yang akan dicapai oleh peserta
pendidikan keaksaraan dasar yang sesuai dengan karakteristik warga belajar dan
spesifikasi materi bahan ajarnya.

Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara memproses kegiatan belajar agar


warga belajar dapat berinteraksi secara aktif yang memungkinkan terjadinya
perubahan dalam diri warga belajar. Sebelum menetapkan jenis metode pembelajaran
yang akan dilakukan perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam memilih metode
pembelajaran seperti yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan
Masyarakat (2014), yaitu:

1. Berorientasi pada tujuan yang dicapai;


2. Sesuai dengan karakteristik oraang dewasa;
3. Sesuai media belajar yang akan digunakan;
4. Berkait dengan tingkat kemampuan dan kemudahan warga belajar dalam
menyerap materi;
5. Efisien, efektif, memiliki daya tarik, dan membangkitkan suasana belajar
dalam kelompok; dan
6. Berorientasi pada kemampuan awal warga belajar.

Dalam melaksanakan praktek pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar,


Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2014) mengembangkan
beberapa metode pembelajaran yaitu metode abjad, dril, suku kata, kata
kunci, struktur-analisis-sintensis (SAS), IQRA, transliterasi, dan
pendekatan pengalaman berbahasa (PBB).
Metode Abjad
Metode abjad merupakan media belajar yang di pandang cukup efektif
untuk membantu warga belajar mengingat huruf, ejaan, dan kata-kata
baru. Metode abjad tidak hanya sekedar mengenal lambing bunyi dari A-Z
yang belum tentu memiliki makna, tetapi perlu di tekankan bahwa warga
belajar memaknai sebuah huruf atau abjad dengan benda konkrit sesuai
pilihan minat dan kebutuhan warga belajar sendiri.

Metode Iqra
Metode iqra diadaptasi dari pembelajaran Bahasa Arab untuk
mempelajari Al-Qur’an. Digunakan dalam pembelajaran keaksaraan dasar
karena metode iqra dipandang efektif. Pembelajaran keaksaraan dasar
dengan menggunakan metode iqra didasarkan pada konsep utama belajar
secara sistematis dimulai dari yang sederhana meningkat setahap demi
setahap. Dari huruf menjadi suku kata, menjadi kata dan menjadi suku
kalimat. Dengan pembelajaran seperti ini warga belajar merasa lebih
ringan dalam mempelajarinya.

Metode Transliterasi
Metode pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar yang ke tiga adalah
metode transliterasi dengan konsep utama dalam metode ini adalah
mengalihkan tulisan baik huruf/ aksara maupun angka dari satu bentuk
huruf/aksara dan angka kebentuk huruf/aksara dan angka lain. Secara
ringkas metode transliterasi ini dalam pembelajaran pendidikan
keaksaraan dari memidah huruf/aksara dan angka Arab ke huruf/aksara
dan angka Latin.
Dalam menggunakan metode transliterasi perlu di penuhi beberapa
persyaratan dasarnya yaitu:
1). Kedekatan pelafalan antara kedua aksara yang bersangkutan.
2). Asal kata Bahasa Arab yang di alihtuliskan.

Metode Suku Kata


Metode suku kata yaitu metode yang di awali dengan pengenalan dan
pemahaman terhadar suku kata-suku kata tertentu yang mudah dibentuk,
ditulis, dilafalkan, dan yag paling banyak digunakan dalam perngucapan.
Dari suku kata itu kemudian di urai menjadi huruf dan huruf-huruf
tersebut menjadi suku kata baru, dan seterusnya.
Metode suku data memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
metode suku kata terletak pada pengenalan, pemahaman, dan penggunaan
kata-kata dasar konkrit dan memiliki makna jelas suku kata yang bersifat
repetisi. Selain itu, warga belajar dapat belajar mulai dari hal-hal yang
mudah, konkret, kata pendek yeng sulit, abstrak, dan kata yang panjang.
Kelemahan metode suku kata berupa tutor perlu kreatif untuk mencari dan
menemukan kata-kata dari yang sederhana menuju yang sulit. Tutor
kadang-kadang juga menggabungkan suku kata secara asal-asalan tanpa
memikirkan apakah memiliki makna yang jelas, konkrit, atau tidak.

Metode Kata Kunci


Metode kata kunci yang merupakan metode pembelajaran membaca
dan menulis berdasarkan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Kata kunci yang dimaksud dipilih dari berbagai alternatif kata
yang diajukan oleh warga belajar yang digunakan sebagai alat menggali
atau memancing pemikiran kritis warga belajar sejak awal sampe akhir
kegiatan pembelajaran.
Metode kata kunci kelebihan dan kekurangan. Kelebihanya terletak
pada pemilihan topik-topik yang memiliki makna bagi kehidupan
masyarakat, warga belajar diberi erkesempatan untuk memberikan
masukan terhadap proses dan materi belajar, dimungkinkannya adanya
variasi kegiatan bukan sekedar membaca dan menulis, warga belajar dapat
melihat dan merefleksikan serta mendiskusikan materi yang dipelajari, dan
memalui metode ini warga belajar dapat memahami masalah kehidupan
yang mereka alami sehari-hari. Metode kata kunci ini memiliki kelemahan
yang berupa perlunya kehadiran tutor yang mampu menggerakan warga
belajar setiap saat dan pelaksanaan diskusi yang bersifat terbuka dan tidak
menggurui.

Metode SAS
Metode struktur-analisis-sintesis (SAS) yang menekankan bahwa
belajar membaca dan menulis akan bermanfaat serta menarik minat warga
belajar jika menggunakan berbagai informasi yang dekat dan dikenal oleh
mereka.
Pembelajaran ini memiliki tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu,
pertama, struktur, tutor menyusun struktur kalimat yang lengkap terdiri
dari subyek-predikat-obyek, dan keterangan. Kedua, analisis, warga
belajar memahami arti suatu kalimat kemudian diuraikan menjadi kata,
suku kata, sampai dengan huruf (dianalisis). Di samping itu, warga belajar
menghafal dan melafalkan huruf-huruf menjadi suku kata, kata, dan
kalimat semula (sintesis). Tahap ini bertujuan untuk memberikan
penguatan terhadap hafalan dan struktur dari hasil proses pada tahap
selanjutnya.
Sama halnya dengan metode yang lain, metode pembelajaran ini
memiliki juga kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya berupa
pembelajaran yang didasarkan pada penyusunan kalimat itu tidak berdiri
sendiri dan dibangun berdasarkan pikiran, ide, ucapan, dan tulisan yang
terdiri atas kata, suku kata, huruf, dan tanda baca. Kelemahannya berupa
kalimat yang ditulis bukan berasal dari warga belajar, kalimat tersebut
tidak memiliki makna bagi warga belajar atau kadang tidak fungsional,
pemenggalan/pengkombinasian suku kata sering kali tidak memiliki
makna fungsional bagi warga belajar, dan kalua digunakan secara terus
menerus akan membuat kebosanan pada warga belajar.

Metode Pendekatan Pengalaman Berbahasa


Metode pendekatan pengalaman berbahasa (PBB) ini merupakan cara
pembelajaran keaksaraan (baca-tulis-hitung) berdasarkan pengalaman
warga belajar sendiri. Metode ini dilaksanakan melalui proses belajar yang
berasal dari gagasan/ide atau kalimat yang diucapkam oleh warga belajar
sendiri bukan dari pihak lain dengan menggunakan bahasa ucapan atau
bahasa tutur. Dalam pembelajaran ini warga belajar dilibatkan dalam
memikirkan bahwa suatu kalimat itu tidak berdiri sendiri dan dibangun
berdasarkan pikiran, ide, ucapan, dan tulisan yang terdiri atas kata, suku
kata, huruf dan tanda baca. Ciri khusus metode pembelajaran pendekatan
pengalaman berbahasa ini terletak pada penggunaan bahasa ucapan atau
tutur dari warga belajar sendiri.

Memilih Strategi Pembelajaran


Permasalahannya berupa bagaimana memilih strategi dan metode
pembelajaran keaksaraan dasar sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan baik? Berokut ini beberapa prinsip pemilihan
pembelajaran pendidikan kekerasan dasar yang sesuai, sebagaimana
dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat:
1. Mengacu pada kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa anatara
lain berorientasi pada masalah dan pengalaman pribadi warga
belajar, memberi pengalaman yang bermakna, kebebasan bagi
warga belajar sesuai dengan minat, kebutuhan, dan
pengalamannya. Tujuan pembelajaran ditetapkan dan disetujui
oleh warga belajar, dan warga belajar memperoleh umpan balik
atas hasil belajarnya.
2. Memperhatikan kodisi warga belajar sebagai orang dewasa dengan
memperhatikan kondisi awal kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung calon warga belajar.
3. Memperhatikan pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai
serta memperhatikan kondisi ligkungan atau masalah-masalah
yang dihadapi sehari-hari dalam segala aspek kehidupan.
4. Memperhatikan kebutuhan, keinginan atau minat warga belajar
serta memperhatikan sarana dan prasarana yang tersedia dalam
lingkungan belajarnya.

Memilih metode pembelajaran

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2014)


mengidentfikasi sejumlah prinsip yang dapat dipakai sebagai acuan
dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan, sebagai
berikut:

1. Ketahui tingkat kemampuan membaca, menulis, dan berhitung


oleh calon warga belajar: apakah berada dari tingkat rendah,
sedang, atau tinggi; tingkat kemampuan ini berpengaruh pada
pemilihan metode pembelajaran.
2. Ketahui kondisi, masalah, kebutuhan, minat, keinginan calon
warga belajar yang berkait dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, hubungan kemasyarakatan, pekerjaan sehari-hari,
lingkungan hidup, lingkungan alam, dan kebiasaan atau adat
istiadat.
3. Ketahui sarana dan prasarana, fasilitas atau media yang
memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung
pembelajaran pertimbangan ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung yang dibutuhkannya. Hindari pemilihan metode
pembelajaran yang tidak memungkinkan tersedianya segala
bentuk dukungan, antara lain ketersediaan sarana dan
prasarana. Kekayaan lingkungan alam dan sosial di sekitarnya
upayakan agar menjadi metode dan media pembelajaran yang
efektif.
4. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan
hendaknya dikaitkan dengan perubahan tingkat kemampuan
pembelajaran keaksaraan dasar yang telah dicapai: dari belum
bisa baca, tulis, hitung berubah lagi menjadi meningkatnya
kemampuan warga belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan seperti dikemukakan diatas,


beberapa kesimpulan dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Keberhasilan proses pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar


dipengaruhi oleh ketetapan memilih strategi dan metode pembelajarannya.
2. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran keaksaraan dasar yang harus dipilih dengan memperhatikan
beberapa pertimbangan keefektifan pelaksanaan proses pembelajaran.
3. Perlu pemahaman yang mendalam tentang karakteristik dan kebiasaan
belajar warga belajar agar dapat dihindari kegagalan dalam proses
pembelajaran.
4. Perlu keterlibatan warga belajar dalam setiap tahap proses pembelajaran.
Referensi
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. 2014. Materi 5:
Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan
Dasar. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan


Pendidikan Keaksaraan Dasar.

Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah.


Bandung: Penerbit Falah Foundation.

Anda mungkin juga menyukai