DAN DISLIPIDEMIA
Kelompok 5
KELAS : 2A
b. Pada atrium
Ekstrasistol adalah denyut jantung prematur sebelum denyut jantung kembali normal.
Takikardia atrium fokal adalah aritmia dengan impuls listrik yang berasal dan terbatas di dalam atrium.
Takikardia fokal biasanya terjadi ketika kebutuhan metabolik meningkat dan stres, seperti infeksi, hipoksia, dll.
Flutter atrium adalah Kondisi ketika bilik atas jantung (atrium) berdetak terlalu cepat. Kontraksi cepat pada bilik
atas jantung dapat menyebar ke bilik bawah, mengakibatkan detak jantung yang cepat.
Fibrilasi atrial adalah Denyut jantung tidak teratur dan sering kali cepat yang umumnya menyebabkan aliran
darah tidak lancar. Bilik atas jantung (atrium) tidak bekerja sama dengan bilik bawah (ventrikel).
c. Pada penghubung AV Node
Ekstrasistol ventrikel atau ventricular extrasystole merupakan salah satu aritmia ventrikel yang ditandai dengan
adanya kompleks QRS abnormal yang muncul lebih awal (prematur) dibandingkan ritme sinus normal.
Ekstrasistol ini tidak didahului oleh adanya aktivitas atrial (gelombang P).
Takikardia masuk kembali nodal atrioventrikular (AV) adalah salah satu contoh takikadia supraventrikular.
Takikardia supraventrikular adalah detak jantung yang cepat yang terjadi ketika impuls listrik normal jantung
terganggu.
GOLONGAN ARITMIA
d. Pada ventrikel
Ekstrasistol ventrikel atau ventricular extrasystole merupakan salah satu aritmia ventrikel yang ditandai
dengan adanya kompleks QRS abnormal yang muncul lebih awal (prematur) dibandingkan ritme sinus
normal. Ekstrasistol ini tidak didahului oleh adanya aktivitas atrial (gelombang P).
Sebuah kondisi ketika bilik bawah jantung (ventrikel) berdenyut sangat cepat. Takikardia ventrikel
terjadi karena ada masalah dengan impuls listrik jantung. Kondisi ini dapat berkembang sebagai
komplikasi serangan jantung atau dapat terjadi pada orang dengan kondisi tertentu, seperti penyakit
katup jantung.
Flutter ventrikel adalah aritmia , lebih khusus lagi takikardia yang mempengaruhi ventrikel dengan
kecepatan lebih dari 250-350 denyut/menit, dan salah satu yang paling tidak dapat dibedakan. Hal ini
ditandai pada EKG dengan bentuk gelombang sinusoidal tanpa definisi jelas dari gelombang QRS dan T.
2. Gangguan panghantaran impuls
a. Blok sino-atrial
b. Blok sino-ventrikular
c. Blok intraventrikular
MEKANISME TERJADINYA
PENYAKIT ARITMIA
MEKANISME TERJADINYA
PENYAKIT ARITMIA
1. Gangguan Pembentukan Impuls
Gangguan pembentukan impuls dalam patofisiologi aritmia dapat berupa otomatisasi dan afterdepolarization. Otomatisasi merupakan
inisiasi impuls oleh serabut secara spontan tanpa adanya stimulasi. Gangguan ini ditandai oleh gangguan pada pelepasan impuls dari
pacemaker normal pada nodus SA (terlalu cepat atau terlalu lambat) maupun adanya pelepasan impuls dari pacemaker di luar lokasi
normal (ektopik). Adapun pada kondisi normal, impuls dari pacemaker ektopik ini biasanya dapat ditekan oleh overdrive suppression dari
nodus SA. Namun, bila supresii ini tidak terjadi, maka impuls dari pacemaker ektopik akan mengambil alih pembentukan impuls dan
menyebabkan terjadinya aritmia.
Afterdepolarization merupakan depolarisasi yang mengikuti potensial aksi jantung yang dapat terbagi menjadi dua, yaitu early
afterdepolarization (EAD) dan delayed afterdepolarization (DAD). EAD muncul dan mengganggu repolarisasi pada fase 2 atau fase 3
potensial aksi jantung, sedangkan DAD muncul setelah repolarisasi. Ketika afterdepolarization terjadi hingga mencapai potensi threshold,
maka dapat menyebabkan triggered-activity yang mengakibatkan kondisi ekstrasistol.
2. Gangguan Konduksi Impuls
Konduksi impuls merupakan proses mengalirnya impuls yang menyebabkan denyut pada otot jantung. Gangguan pada konduksi impuls
dapat berupa blok konduksi. Blok konduksi sendiri dapat atau tanpa disertai dengan reentry. Pada bradiaritmia, gangguan konduksi
impuls dapat disebabkan oleh adanya blok maupun slow escape rhythm. Pada takiaritmia, gangguan konduksi impus dapat disebabkan
oleh blok dengan reeentry. Reentry sendiri merupakan kondisi di mana impuls menyebar ke area yang telah mengalami repolarisasi dan
depolarisasi. Hal ini menyebabkan pergerakan sirkular impuls. Kondisi reentry dapat disebabkan oleh adanya dua jalur konduksi
fungsional, blok pada salah satu jalur konduksi yang bersifat unidirectional, hingga konduksi yang berjalan lambat pada jalur yang tidak
terblok.
GEJALA ARITMIA
Diagnosis Penunjang
1. Elektrokardiografi (EKG)
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Echocardiography
4. Tes Stres EKG
5. Holter Monitoring
ANGINA
Angina secara klinis adalah keadaan iskemia miokard yang
disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung
(miokard ) karena adanya penyumbatan atau penyempitan arteri
koroner, peningkatan beban kerja jantung, dan menurunnya
kemampuan darah mengikat oksigen.
KLASIFIKASI PENYAKIT
JANTUNG KORONER
1.Angina Pectoris atau Stable Angina 2.Angina Tidak Stabil atau Unstable Angina
1. EKG
Tes dan prosedur diagnostik digunakan untuk menegakan data yag diperoleh dari riwayat
dan pemeriksaan fisik yaitu Elektrokardiografi ( EKG ). Pada pasien penyakit jantung
terutama penyakit jantung koroner (iskemik) dalam intoleransi aktivitas sangat penting
dilakukan pemeriksaan EKG karena dapat mengetahui adanya perubahan atau kelainan-
kelianan dari irama jantung (aritmia) pada jantung danuntuk menunjukan adanya iskemia
yang terjadi (Ruhyanudin, 2007).
2. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada menunjukan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi
dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya klasifikasi
arkus aorta (Kasron, 2016).
MEKANISME ANGINA
Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila
gagal jantung sudah kronis. Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH, atau kadang oleh
efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.
Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebaigian besar pasien (80-90%), termasuk
gelombang Q, perubahan ST-T, hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia.
Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi
ventrikel (sistolik dan diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katub jantung dapat
disinggirkan.
Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi
tiroid dapat menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan.
Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel dan sangat berguna ketika citra
yang memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh. Pemindahan perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional
penyakit jantung koroner
MEKANISME GAGAL
JANTUNG
MEKANISME GAGAL
JANTUNG
Terjadinya gagal jantung diawali dengan adanya kerusakan pada
jantung atau miokardium. Hal tersebut akan menyebabkan menurunnya
curah jantung. Bila curah jantung tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme, maka jantung akan memberikan respon
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung agar
tetap dapat memompa darah secara adekuat. Bila mekanisme tersebut
telah secara maksimal digunakan dan curah jantung normal tetap tidak
terpenuhi, maka setelah akan Itu timbul gejala gagal jantung. Terdapat
tiga mekanisme primer yang dapat dilihat dalam respon kompensatorik,
yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya. beban
awal akibat aktivasi Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS), dan
hipertrofi ventrikel.
DISLIPIDEMIA
Dislipidemia adalah
terganggunya
metabolisme lipid akibat
interaksi faktor genetik
dan faktor lingkungan
berupa peningkatan
kadar kolesterol total.
GOLONGAN DAN GEJALA
DISLIPIDEMIA