Qawaa'Idul Arba' - Catatan Penuntut Ilmu
Qawaa'Idul Arba' - Catatan Penuntut Ilmu
ARBA’
EMPAT KAIDAH MENGENAL KESYIRIKAN
قواعد ا ألربع
QAWAA’IDUL ARBA’
Karya
Ditulis Oleh
Penuntut Ilmu
Alhamdulillah, segala puji dan puja syukur patut senantiasa kita panjatkan ke-hadirat Allah ﷻ.
Karena limpahan nikmat dan kasih sayang-Nya, kita dapat merasakan indahnya menjalani kehidupan di
atas Sunnah Rasulullah ﷺ. Hal yang terkadang kita luput untuk memintanya dalam setiap untaian do’a
yang kita panjatkan ke-hadirat Rabbul ‘Aalamiin. Namun dengan luasnya kasih sayang-Nya, Allah ﷻmasih
memberikan nikmat tersebut kepada kita. Semoga Allah ﷻmenjadikan kita hamba yang senantiasa
bersyukur atas nikmat-Nya yang senantiasa tercurah, meng-istiqamah-kan kita di atas Islam dan Sunnah
Nabi ﷺ, serta mengumpulkan kita di Surga-Nya kelak untuk menikmati puncak dari seluruh nikmat, yakni
memandang Wajah Allah ﷻ
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia terbaik, Khalil Ar-Rahman, dan
sosok suri tauladan yang mampu mencerminkan Islam secara utuh, yakni Nabi Muhammad ﷺ. Semoga
ketika di dunia, kita senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya, dan diistiqamahkan dalam ber-‘ittiba
kepadanya. Dan semoga di akhirat kelak, Allah ﷻmengizinkan Beliau ﷺmemintakan syafa’at untuk kita,
mengizinkan kita untuk minum di Telaganya, dan mengumpulkan kita di Surga bersama Rasulullah ﷺ
Segala puji bagi Allah ﷻyang telah memudahkan terselesaikannya tulisan ini yang kami beri nama
“Catatan Penuntut Ilmu”. Tulisan ini merupakan catatan dari kajian kitab Qawaa’idul Arba’ (Empat Kaidah
Mengenal Kesyirikan) yang ditulis oleh Asy-Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab Rahimahullah dan
dibawakan oleh Guru kami, Al-Ustadz Muhammad Mundzir Hafidzahullah. Tulisan ini kami buat dengan
harapan faedah-faedah dari kajian kitab tersebut dapat tersampaikan kepada kaum muslimin baik yang
sempat maupun yang tidak sempat mendengarkan, baik yang pernah maupun yang belum pernah
mendengarkan kajian kitab tersebut.
Tulisan ini telah diperiksa dan dikoreksi oleh Al-Ustadz Muhammad Mundzir Hafidzahullah. Hal
ini bertujuan agar terhindar dari kesalahan penulisan, kesalahan pengambilan faedah, dan penyimpangan
makna. Tulisan ini masih jauh dari struktur atau aturan penulisan ilmiah, namun InsyaAllah tidak
mengurangi manfaat dan faedah dari tulisan ini.
Demikian tulisan ini adanya, semoga Allah ﷻmembukakan hati dan pikiran kita dalam mengambil
setiap faedah dan ilmu yang disampaikan, menjadikan ilmu yang sedikit yang kita miliki bermanfaat di
dunia dan akhirat, dan semoga Allah ﷻmemudahkan semua urusan kita di dunia dan di akhirat.
Barakallahu fiikum.
DAFTAR ISI
PENGANTAR KAJIAN...................................................................................................................................... 9
A. Sekilas Tentang Asy-Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab ........................................................... 9
B. Pengertian ‘Aqidah.......................................................................................................................... 10
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 12
A. Makna Basmallah ............................................................................................................................ 13
B. Meminta Hanya Kepada Allah ﷻ.................................................................................................... 15
KAIDAH KEDUA............................................................................................................................................ 52
A. Alasan-Alasan Musyrikin Quraisy atas Berhala-Berhala Mereka .................................................... 52
B. Tentang Syafa’at dan Syaratnya...................................................................................................... 55
C. Jenis – jenis Dan Tujuan Syafa’at .................................................................................................... 58
KAIDAH KETIGA ........................................................................................................................................... 60
A. Rasulullah ﷺMemerangi Segala Bentuk Kesyirikan. ...................................................................... 60
DAFTAR MATAN
“Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja,
tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-
Nya.”
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya,
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali-‘Imran : 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan dari-pada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) Nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan menga-wasimu.” (QS. An-Nisa : 1).
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
Amma Ba’du
“Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad (As-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam
agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap
kesesatan tempatnya di neraka.”
PENGANTAR KAJIAN
Berikut kita akan membahas dan mempelajari pelajaran ‘aqidah yang bersumber dari kitab Al-
Qawaa’id Al-Arba’ yang ditulis oleh Asy-Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab An-Najdy Rahimahullah.
Kitab ini membahas tentang Empat Pokok atau Landasan Dalam Mengenal Kesyirikan. Pentingnya
mengenal kesyirikan agar kita dapat menjauhi hal tersebut dan memurnikan tauhid kepada Allah
Beliau (penulis) Rahimahullah berjuang mengembalikan ‘aqidah kaum muslimin setelah banyak
yang rusak. Beliau Rahimahullah berusaha mengembalikan ‘aqidah kaum muslimin sebagaimana yang
datang dari Al-Qur’an dan hadits Nabi ﷺsetelah banyak kerusakan ‘aqidah yang terjadi di zaman beliau.
Pada zaman itu, banyak kaum muslimin yang menyembah dan berdo’a kepada kuburan orang-orang
shalih.
Asy-Syaikh Rahimahullah membuat banyak kitab tentang ‘aqidah, tentang tauhid. Diantaranya Al-
Qawaaid Al-‘Arba yang akan kita pelajari, Al-Ushul As-Sittah, Tsalatsatul Ushul, Kitab At-Tauhid, Fadlu
Al-Islam, Nawaaqidh Al-Islam, Masaail Jahiliyyah, Al-Kabaair, Kasyfu Syubuhat, dan masih banyak lagi
karya beliau yang membahas ‘aqidah dan tauhid yang isinya hanya berasal dari Al-Qur’an dan hadits
Nabi ﷺ. Dan kitab-kitab beliau Rahimahullah sudah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Banyak celaan orang-orang kepada beliau. Tetapi mereka tidak bisa mendatangkan bukti
kesalahan pada kitab-kitab beliau. Padahal kitab-kitab beliau telah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa. Ini menunjukkan bahwa celaan kepada beliau hanya berdasarkan hawa nafsu belaka. Karya beliau
hanya berisikan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga pendalilan beliau sangatlah kuat. Tidak
pernah datang kritikan kepada tulisan beliau berdasarkan dalil dan hujjah. Sehingga celaan terhadap
beliau hanyalah hasutan dan hawa nafsu belaka.
Banyak orang yang terhasut oleh celaan orang yang ditokohkan terhadap Asy-Syaikh Muhammad
Ibn Abdul Wahhab Rahimahullah. Dan ketika mereka yang terhasut membaca tulisan beliau, maka
merekapun rujuk dan menjadi pembela dakwah beliau. Maka haruslah kita ingat bahwa siapapun dalam
agama ini (dalam berbicara masalah agama) haruslah berdasarkan Al-Qur’an dan hadits Nabi ﷺ. Siapapun
orang yang kita cintai baik Guru, Orang tua, Ustadz, Kiyai, maupun Syaikh, jika berbicara tentang agama
tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka tidak boleh kita mengambilnya. Dan siapapun yang
berbicara tentang agama sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka wajib kita benarkan.
Sebelum masuk ke dalam pembahasan kitab, terlebih dahulu kita memahami dan mengetahui
makna dan arti dari ‘Aqidah. Al-‘Aqidah ( ) َالْ َع ِق ْيدَ ُةdari kalimat ُالْ َع ْقد, artinya mengikat, ُعقَدَ ٌةartinya adalah
ikatan, kata Rasulullah ﷺ
الش ْي َط ُان عَ َل قَا ِفيَ ِة َر ْأ ِس َأ َح ِد ُ ُْك ا َذا ه َُو َنَ َم ثَ ََل َث ُعقَ ٍد
َّ ُي َ ْع ِقد
ِ
“Setan mengikat di tengkuk kepala kalian saat ia tidur dengan tiga ikatan”,
Bagaimana melepaskannya?
Dari hadits ini, Rasulullah ﷺmengatakan, ُعقَدَ ٌة, ikatan. ‘Aqidah diambil dari kata ُ ُعقَدَ – ي َ ْع ِقدartinya
mengikat. Al-‘Aqidah ( ) َالْ َع ِق ْيدَ ُةadalah ikatan dalam hati, yaitu keyakinan, keimanan, sesuatu yang diikat di
dalam hati, sesuatu yang wajib diimani di dalam hati. Sesuatu yang wajib diyakini dan tidak boleh seorang
muslim berbeda dalam permasalahan ‘aqidah dan permasalahan iman.
Mungkin jika kita lihat, tidak ada ulama terdahulu dari kalangan Sahabat atau tabi’in yang
menggunakan kata ‘aqidah, tidak dijumpai di dalam Al-Qur’an dan di dalam hadits Nabi ﷺpun tidak ada
kalimat tersebut. Mereka (para ulama) dahulu mengistilahkan ‘aqidah dengan Al-Iman, As-Sunnah, Asy-
Syariah, dan At-Tauhid. Inilah istilah para ulama salaf dahulu untuk Al-‘Aqidah.
Ulama yang pertama kali menggunakan lafadz Al-‘Aqidah adalah Abu Ja’far Ath-Thahawy
Rahimahullah, beliau menulis kitab Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah. Kemudian dilanjutkan oleh ulama besar
Syafi’iyyah, yaitu kitab Aqidatus-Salaf Ashhabul Hadits, (‘Aqidah Para Ulama Salaf Ahli Hadits) yang ditulis
oleh Abu Utsman Ismail Ash-Shabuuny Rahimahullah. Barulah ulama-ulama kemudian menggunakan
istilah ‘aqidah di dalam kitab-kitab mereka.
Kebanyakan perkara-perkara ‘aqidah tidak bisa kita lihat dengan mata, sehingga ini adalah
perkara ghaib. Seperti surga, neraka, wujud Allah ﷻkehidupan setelah kematian, alam kubur, mizan,
sirath, padang mahsyar, dan yang lainnya. Seorang mukmin yang kuat ‘aqidahnya, dia akan mudah untuk
menjalankan syariat Allah ﷻ
Karena dia yakin dengan iman, ‘aqidah, dan tauhid yang dimilikinya bahwasanya tidaklah dia
diciptakan oleh Allah ﷻkecuali hanya untuk beribadah kepadaNya. Dia meyakini bahwa setiap ucapan dan
Suatu hal yang wajib bahwasanya ‘aqidah diambil dari Al-Qur’an dan As-sunnah. Tidak boleh
diambil dari ijtihad ulama, kiyai, ataupun ustadz, ‘aqidah haruslah berdasar dari Al-Qur’an dan hadits
Nabi ﷺyang shahih.
Berikutnya, marilah kita masuk ke dalam pembahasan inti, yakni kitab Qawaa’idul Arba’.
املقدمة
PENDAHULUAN
انَّهُۥ ِمن ُسلَ ْي َم َٰ َن َوانَّهُۥ ب ِْس ِم أ َّ ِّلل أ َّلر ْ َمح َٰ ِن أ َّلر ِح ِي
ِ ِ
“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi) nya : “Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml : 30)
Di dalam Al-Qur’an ada surat yang tidak terdapat basmalah di awal suratnya, yakni pada surat At-
Taubah/Al-Baraah/Al-Fadhihah. Pendapat pertama mengatakan bahwa surat At-Taubah adalah bagian
dari surat sebelumnya yakni surat Al-Anfal. Pendapat kedua mengatakan bahwa surat tersebut berisikan
tentang perang. Pendapat ketiga mengatakan surat ini berisikan sifat-sifat orang munafik. Tetapi semua
itu wallahu a’lam adalah pendapat lemah. Karena yang pertama, tidak ada dalil bahwa surat At-Taubah
adalah bagian dari surat Al-Anfal. Kedua, Allah ﷻmenyebutkan pula tentang peperangan dalam surat -
surat lain dan surat - surat tersebut dimulai dengan basmalah. Dan yang ketiga tentang sifat orang
munafik, Allah ﷻsebutkan di dalam surat Al-Baqarah dan surat lain, bahkan ada surat khusus tentang
orang munafik yakni surat Al-Munafiqun. Tetapi semuanya dimulai dengan basmalah. Pendapat yang
dibenarkan oleh Asy-Syaikh Abdurrahman Al-‘Adni Rahimahullah, sebagaimana datangnya dari Allah ﷻ
bahwasanya surat At-Taubah tidak dimulai dengan basmalah maka itulah yang kita imani. Kenapa
sebabnya? Karena Rasulullah ﷺtidak menjelaskannya, maka kita imani sebagaimana datangnya.
Di dalam lafadz basmalah ada 19 huruf. Setiap kita membaca basmalah dengan ikhlas mengharap
pahala dari Allah ﷻ, berarti minimalnya kita telah mendapatkan 190 kebaikan. Karena 1 huruf yang dibaca
seorang muslim di dalam Al-Qur’an maka baginya 10 kebaikan. Sebagaimana datang dari Rasulullah ﷺ:
Maka perbanyaklah membaca Al-Qur’an, karena itulah yang berharga untuk nanti di hari kiamat
dibanding harta benda yg kita miliki saat ini. Apa yang kita miliki saat ini tidak akan ada yang kita bawa,
kita lebih membutuhkan bacaan Al-Qur’an kita nanti di hari kiamat.
Kita menulis dan memulai tulisan kita dengan basmalah berarti kita meminta berkah dan
mengharapkan pertolongan dari Allah ﷻdengan nama-Nya yang paling agung yakni Lafdzul Jalaalah ()هللا.
هللا mempunyai arti Al-Ma’buud yakni yang disembah. Kemudian َّالر ْمح َِن dan َّالر ِح ْ ِي mempunyai
makna yang berbeda. Keduanya diambil dari sifat Allah ﷻRahmah. Ar-Rahman adalah rahmat Allah ﷻ
yang Allah ﷻlimpahkan untuk seluruh alam semesta, meliputi malaikat dan jin, manusia muslim dan kafir,
binatang, tumbuhan, dan yang lainnya. Sedangkan Ar-Rahim adalah rahmat atau kasih sayang Allah ﷻ
kepada kaum muslimin. Allah ﷻmemberikan islam, iman, tauhid, keikhlasan, ketakwaan, cinta kepada
Allah ﷻdan Rasul-Nya ﷺ, tawakkal, khasyah, khauf, inabah, raghbah, rahbah, dan yang lainnya. Nikmat
itu hanya Allah ﷻberikan kepada kaum mukminin dan tidak diberikan kepada orang-orang kafir. Allah ﷻ
berfirman :
Maka apabila seseorang mengawali tulisan dengan membaca basmalah, berarti dia telah berdo’a
dan bertawassul kepada Allah ﷻdengan menyebut nama Allah ﷻ, Ar-Rahman, dan Ar-Rahim.
هللا الْ َك ِر َمي َر َّب الْ َع ْر ِش الْ َع ِظ ِي َأ ْن يَتَ َو ََّّلكَ ِِف ادلُّ نْ َيا َوالآ ِخ َر ِة
َ َأ ْسأَ ُل
“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah, Rabb ‘Arsy yang agung agar memeliharamu di
dunia dan di akhirat”
Dan perlu diingat bahwa berdo’a tidak boleh kepada selain Allah ﷻ. Maka Asy-Syaikh
Rahimahullah disini berdo’a hanya kepada Allah ﷻyang Maha Karim. Allah ﷻmempunyai sifat Karim yang
artinya mudah dalam memberi. Dalam bahasa Arab, orang yang dermawan disebut Karim. Maka kita
berdo’a kepada Allah ﷻkarena Allah ﷻmempunyai sifat Al-Karim yaitu mudah dalam memberi. Allah ﷻ
berfirman :
Ada orang yang tidak meminta Islam, namun Allah ﷻberikan. Ada pula orang yang tidak meminta
sunnah, tetapi Allah ﷻberikan. Ada orang tidak meminta untuk diterbitkan matahari, namun Allah ﷻ
terbitkan. Kemudian Allah ﷻhembuskan pula angin tanpa diminta. Tidak dapat kita bayangkan jika saja
angin berhenti berhembus, maka virus dan bakteri serta sumber penyakit akan bertumpuk di satu tempat.
Bahkan ada orang yang tidak pernah berdo’a kepada Allah ﷻ, tetapi Allah ﷻmemberikan apa yang ia
butuhkan.
Luasnya atau besarnya Kursiy Allah ﷻdibandingkan dengan langit-langit dan bumi, bagaikan sebuah koin
yang dilemparkan ke padang pasir yang luas tidak berujung dalam pandangan mata. Langit-langit dan
bumi ibarat koin dan Kursiy Allah ﷻibarat padang pasir yang luas tersebut. Dan ‘Arsy Allah ﷻjauh lebih
besar dari Kursiy Allah ﷻ. Itulah ‘Arsy, makhluk yang paling besar yang Allah ﷻciptakan. Sedangkan
makhluk yang paling mulia yang Allah ﷻciptakan adalah Rasulullah ﷺ. Makhluk yang lebih mulia di sisi
Allah ﷻdaripada malaikat adalah orang shaleh, dan Rasulullah ﷺadalah orang yang paling shaleh. Jika
‘Arsy yang begitu agung mudah bagi Allah ﷻuntuk menciptakannya, terlebih makhluk selain ‘Arsy maka
lebih mudah Allah ﷻmenciptakannya. Kalau Allah ﷻyang memiliki ‘Arsy dan alam semesta ini, maka
hanya kepada Allah ﷻlah sepatutnya kita meminta.
Kita meminta kepada Allah ﷻkarena Allah ﷻmempunyai dua sifat diantara banyak sifat Allah ﷻ.
Pertama, Al-Karim yaitu yang mudah memberi. Kedua, Al-Ghaniy yang Maha Kaya memiliki segala-
galanya. Sebuah analogi sederhana, jika dua sifat ini tidak dimiliki seseorang, maka janganlah kita meminta
pertolongan kepadanya. Seorang yang dermawan ketika kita meminta tolong pada saat ia tidak
mempunyai apa yang kita butuhkan, maka ia tidak akan mampu menolong kita. Demikian pula seseorang
yang mempunyai harta dan kedudukan termasuk apa yang kita butuhkan tetapi ia tidak mempunyai sifat
dermawan, maka ia pun tidak akan menolong kita. Dan Allah ﷻadalah Dzat yang mempunyai sifat Karim
dan memiliki segala-galanya. Maka sepatutnya kita hanya meminta pertolongan kepada Allah ﷻsemata.
Hal inilah yang melatar belakangi Asy-Syaikh Rahimahullah berdo’a dan meminta kepada Allah ﷻ
َ الْ َك ِرdan sifat Allah الْ َع ِظ ِي
dengan menyebutkan nama Allah مي َر َّب الْ َع ْر ِش. “Aku memohon kepada Allah yang
menciptakan, menguasai, memiliki ‘Arsy-Nya yang sangat Agung”. Maka dari itu, kita meminta kepada
Dzat yang memiliki segala-galanya. Allah ﷻberfirman :
Karena Allah ﷻyang memiliki segala-galanya, maka berdo’alah hanya kepada Allah ﷻ. Jangan
sedikit pun berputus asa dan merasa kecil hati untuk meminta kepada Allah ﷻ. Mintalah semua kepada
Allah ﷻ, mudahkanlah lisan kita untuk berdo’a kepada Allah ﷻ, dan mintalah segala-galanya kepada Allah
ﷻuntuk perkara dunia dan akhirat.
Dalam atsar yang dihasankan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, Rasulullah ﷺ
bersabda :
ك ََش ٍء َح ََّّت ِ د
الشس َع َ َّ َسلُوا
َّ ُ اّلل
“Mintalah kepada Allah, sekali pun tali sandal”. (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/42, Al Albani
berkata: “mauquf jayyid” dalam Silsilah Adh Dha’ifah no. 1363)
Untuk hal seperti tali sandal pun kita minta kepada Allah ﷻ. Jikalah harta kita banyak, tetapi toko sandal
tidak ada yang buka, maka tidak akan bisa kita mempunyai sandal. Maka mintalah, berdo’alah kepada
Allah ﷻ, mintalah untuk urusan dunia dan akhirat. Demikian pula jika kita merasa ada penyakit hati dalam
diri kita, maka mintalah kepada Allah ﷻuntuk menghilangkannya. Dan minta pulalah kepada Allah ﷻagar
dimudahkan kita untuk beribadah. Lalu apa yang Asy-Syaikh Rahimahullah minta kepada Allah ? ﷻ
Inilah do’a Asy-Syaikh untuk kita, padahal Asy-Syaikh tidak pernah bertemu dengan kita. Namun,
Syaikh mendo’akan setiap pembaca dan pendengar kitabnya agar dijadikan wali Allah ﷻdi dunia dan di
akhirat. Wali Allah ﷻadalah orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah ﷻ. Hal ini bermakna bahwa
As-Syaikh mendo’akan kita agar dicintai Allah ﷻ, dipermudah dalam melakukan ketaatan, dan dipersulit
dalam melakukan kemunkaran.
Dalam hal aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Dalilnya adalah firman Allah ﷻ
ۗون أ َّ َّلل فَأت َّ ِب ُع ِون ُ َْي ِب ْب ُ ُُك أ َّ ُّلل وي َ ْغ ِف ْر لَ ُ ُْك ُذنُوب ُ ُْك
َ ُّنُت ُ ُِتب
ْ ُ قُ ْل ِان ُك
َ َ
Dalam ayat ini, menerangkan bahwa sebab seseorang dicintai Allah ﷻadalah dengan mengikuti
Rasulullah ﷺ. Empat hal yang perlu kita ambil dari Rasulullah ﷺyakni ibadah, aqidah, muamalah,
dan akhlak.
َ ُنُك عَن ِدينِ ِهۦ فَ َس ْو َف يَأْ ِِت أ َّ ُّلل ِبقَ ْو ٍم ُ َِيُّبُّ ُ ْم َو ُ َِي ُّبون َ ُه آۥ َأ ِذ َّ ٍل عَ َل ألْ ُم ْؤ ِم ِن َني َأ ِع َّز ٍة عَ َل ألْ َك َٰ ِف ِر َين ُ ََي َٰ هِد
ون ِِف ْ ُ ي َ َٰ آأََيُّ َا أ َّ َِّل َين َءا َم ُنوا َمن يَ ْرتَ َّد ِم
ون لَ ْو َم َة ََّل آ ِ ٍِئ
َ َُسبِيلِ أ َّ ِّلل َو ََّل َُيَاف
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela.”…(QS. Al-Maidah : 54).
Kecintaan mereka kepada Allah ﷻtidak sebatas pernyataan belaka. Mereka mencintai Allah ﷻ
lebih dari apapun dan siapapun. Demikianlah cinta seorang mukmin kepada Allah ﷻ. Dalam
firman Allah ﷻ:
قُ ْل ان ًَك َن َء َاِبآ ُؤ ُ ُْك َو َأبْنَا آ ُؤ ُ ُْك َواخ َ َْٰو ُن ُ ُْك َو َأ ْز َ َٰو ُج ُ ُْك َوع َِش َۡيتُ ُ ُْك َو َأ ْم َ َٰو ٌل أ ْق َ ََتفْتُ ُموهَا َو ِ َت َٰ َر ٌة َ َّْتشَ ْو َن َك َسا َدهَا َو َم َس َٰ ِك ُن تَ ْرضَ ْوَّنَ َا آ َأ َح َّب الَ ْي ُُك
ِ ِ
ِ ِ ولۦ َو َِّجَا ٍد ِِف ِ َسب
ِيَلۦ فَ َ ََتب َّ ُصوا َح َّ َّٰت يَأْ ِ َِت أ َّ ُّلل ِبأَ ْم ِر ِهۦ ِ ِ ِ دم َن أ َّ ِّلل َو َر ُس
Katakanlah (Muhammad): "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-
Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan
(adzab)-Nya"…(QS. At-Taubah : 24).
Bahkan Allah ﷻharus lebih kita cintai daripada Rasulullah ﷺ, urutan kedua kecintaan kita setelah
cinta kepada Allah ﷻadalah mencintai Rasulullah ﷺ. Hal tersebut disebabkan karena Allah ﷻ
memerintahkan kita untuk mencintai Rasulullah ﷺ. Sebagai wujud kefanatikan kita dan kecintaan
kita kepada Allah ﷻmaka wajib atas kita mencintai siapa yang Allah ﷻcintai.
Jika anggota tubuh seseorang merasakan sakit, maka bagian tubuh lain ikut merasakan sakit atau
rasa yang tidak enak bahkan tidak nyaman kemudian berusaha mengobatinya. Demikian pula
kaum mukminin, apabila ada saudara mukmin ditimpa kesulitan, kesakitan, dan hal semisalnya,
maka kita harus peka merasakan hal tersebut dan berusaha menolongnya. Persaudaraan kaum
muslimin lebih erat tali persaudaraannya dibandingkan dengan saudara kandung atau ikatan
darah.
Ketika putra Nabi Nuh ‘alaihissalam menolak dakwah tauhid yang disampaikan sang Ayah,
kemudian Allah ﷻtenggelamkan dia. Nabi Nuh berkata kepada Allah “ ﷻYa Allah, anakku ini
termasuk dari keluargaku” dan Allah ﷻmenjawab “dia bukan dari keluargamu”, padahal itu anak
kandung Nabi Nuh ‘alaihissalam. Maka wajib bagi kita untuk saling berkasih sayang dan berlemah
lembut kepada kaum mukminin. Tidak boleh kita bertengkar dan saling mencela. Rasulullah ﷺ
bersabda :
Rasulullah ﷺbersabda :
َ ألْ َك َٰ ِف ِر
Firman Allah ﷻdalam surah Al-Maidah ayat 54 ين …“ َأ ِع َّز ٍة عَ َلbersikap tegas kepada orang
kafir…”. Ketegasan ini disertai dengan tetap berharap hidayah dari Allah ﷻkepada mereka.
Seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Nuh ‘alaihissalam, dan para Nabi
yang lain. Mereka berdakwah kepada keluarga mereka, saudara mereka, dan kaum mereka
termasuk orang-orang kafir dengan rasa iba serta berharap turunnya hidayah Allah ﷻkepada
mereka orang-orang kafir. Tetapi sikap para Nabi tetap tegas dalam bermuamalah dengan mereka
orang-orang kafir. Dan janganlah kita menjadi pembela dan pelindung kedzaliman orang-orang
kafir. Bermuamalah dengan mereka hukumnya sah sebagaimana Rasulullah ﷺmembeli gandum
kepada orang Yahudi dan melakukan kerjasama pertanian dengan orang-orang Khaybar.
ِ َّ أ
Firman Allah ﷻdalam surah Al-Maidah ayat 54 ّلل َ ُُ ََي َٰ هِد
ِون ِِف َسبِيل “yang berjihad di jalan Allah”.
Jihad ini ada empat :
a. Jihad melawan hawa nafsu. Untuk mengalahkan hawa nafsu maka harus ditumpas dengan
iman. Untuk mendapatkan iman, maka kita harus berilmu dengan cara terus belajar,
menuntut ilmu, karena iman adalah buah dari ilmu. Mustahil seseorang beriman dengan
sendirinya tanpa ilmu.
b. Jihad melawan syaithan. Untuk mengalahkan syaithan maka harus ditumpas dengan ilmu.
Maka penting bagi kita untuk terus menuntut ilmu, karena syaithan terus membisikan
syubhat, kemunafikan, bahkan kekafiran atau kesyirikan kepada kita.
c. Jihad melawan orang munafik. Orang yang secara dzahir Islam namun dia senang mencela,
menghina, dan melecehkan ajaran Islam bahkan senang dengan tertindasnya kaum muslimin.
Maka lawanlah dengan lisan dan tulisan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi ﷺ
d. Jihad melawan orang kafir. Maka dilawan dengan senjata. Perlu diketahui bahwa tidak semua
orang kafir diperangi. Orang kafir terbagi atas empat :
- Kafir Dzimmi, yaitu orang kafir yang tinggal di negeri kaum muslimin dengan membayar
pajak. Dia merasa tidak nyaman tinggal di lingkungan mereka sesama kafir dikarenakan
hal tertentu semisal kejahatan dan dia memilih untuk tinggal di negeri kaum muslimin
dengan membayar pajak. Ini ada di zaman Nabi ﷺ
- Kafir Musta’man, yaitu orang kafir yang dijamin keamanannya. Seperti utusan dari negeri
kafir masuk ke negeri muslim untuk suatu kepentingan. Sekalipun negerinya sedang
terlibat peperangan dengan negeri muslim yang didatanginya.
Sebagaimana Rasulullah ﷺmenjamin keamanan dua orang utusan Musaylamah Al
Kadzdzaab masuk ke Madinah. Rasulullah ﷺmengatakan “…andaikan aku tidak
memegang amanah, maka aku akan penggal kepala kalian”. Rasulullah ﷺmenjamin
keamanan mereka untuk masuk ke Madinah dan keluar dari Madinah.
- Kafir Mu’ahad, yaitu orang kafir yang ada perjanjian damai. Suatu kelompok kafir yang
bersepakat untuk berdamai, maka tidak boleh kita memeranginya. Bersabda Rasulullah
ﷺtentang ketiga jenis orang kafir tersebut :
- Kafir Harbi, yaitu orang kafir yang diperangi. Misalnya yang terjadi sekarang ini pada
saudara-saudara kita di Palestina. Mereka ditindas oleh Yahudi Israel yang sebenarnya
mereka tidak punya wilayah. Namun mereka mengambil wilayah kaum muslimin, mereka
menindas bahkan membunuh kaum muslimin tidak peduli laki-laki dan perempuan,
bahkan anak-anak dan orang tua. Orang kafir seperti inilah yang boleh diperangi kaum
muslimin.
Mereka yang berjihad di jalan Allah ﷻdengan lisan dan tulisan, dan jika mereka pergi berjihad
dengan senjata maka harus di bawah bendera yang benar-benar syar’i (sesuai dengan syariat),
bukan di bawah bendera-bendera kelompok seperti contohnya Hamas dan Ikhwanul Muslimin.
Berjihad haruslah didasari karena Allah ﷻ, bukan demi kelompok atau partai atau golongan
tertentu.
ٍ ِ ون لَ ْو َم َة ََّل آ
Allah ﷻberfirman dalam surah Al-Maidah ayat 54 ِئ َ ُ…“ َو ََّل َُيَافdan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela…”. Seorang mukmin yang dicintai Allah ﷻtidak takut dicela
dalam menampakkan syi’ar-syi’ar keislaman. Adapun ketika celaan itu menimpanya, maka dia
tidak malu dan berkecil hati akan hal tersebut (contoh : seorang pria yang muslim yang memakai
gamis dikatakan daster, perempuan bercadar dikatakan ninja, pria berjenggot dikatakan seperti
kambing, pria memakai celana di atas mata kaki dikatakan kebanjiran, dll). Seorang mukmin ketika
mendapati hal seperti ini, ia tidak mempedulikannya dan bahkan dia mengucapkan salam kepada
pencela. Allah ﷻberfirman :
Demikianlah sikap seorang mukmin apabila datang orang jahil menyapanya, maka jawablah
dengan salam. Berkata Imam Syafi’i Rahimahullah :
Dahulu para Sahabat Radhiyallahu ’anhum tidak hanya dicibir, bahkan disiksa dan dibunuh, tetapi
mereka tetap tegar di atas Al-Haq (kebenaran berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah). Maka
sepatutnya kita lebih tegar karena hanya celaan yang menimpa.
Ibadah yang paling Allah ﷻcintai dari ibadah-ibadah sorang hamba kepada-Nya adalah amalan-
amalan yang Allah ﷻwajibkan untuk hamba-Nya. Amalan wajib tidak bisa digantikan dengan
beribu bahkan berjuta amalan sunnah. Dua rakaat shalat subuh tidak akan bisa tergantikan oleh
beribu rakaat qiyamullail (shalat malam), puasa Ramadhan tidak akan bisa tergantikan oleh beribu
puasa sunnah, demikian pula amalan wajib lainnya. Maka wali Allah ﷻadalah dia yang
mengutamakan amalan wajib daripada amalan sunnah.
َو ََّل يَ َزا ُل َع ْب ِدي يَتَقَ َّر ُب ا َ َّل ِِبلنَّ َوا ِفلِ َح ََّّت ُأ ِحبَّ ُه
ِ
“…Dan ada diantara Hamba-Ku terus menerus mendekat diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah
sunnah hingga Aku pun mencintainya…” (HR. Bukhari).
Kemudian ada diantara hamba-hamba Allah ﷻ, dia mendekatkan diri kepada Allah ﷻdengan
melakukan berbagai amalan sunnah agar dicintai-Nya. Ia melakukan shalat-shalat sunnah, puasa-
puasa sunnah seperti puasa senin dan kamis, puasa tiga hari setiap bulan, puasa Ayyamul Bidh
(CATATAN : Puasa Ayyamul Bidh hanya dikerjakan pada tanggal 13, 14, dan 15. Sedangkan puasa
tiga hari setiap bulan dapat dilakukan pada awal, pertengahan, atau akhir bulan), sedekah-
sedekah sunnah dan wakaf dia keluarkan, dan amalan-amalan sunnah yang lain.
Lanjutan hadistnya :
َو ِر ْج َ َُل ال َّ ِِت ي َ ْم َِش ّبِ َا، َويَدَ ُه ال َّ ِِت ي َ ْب ِط ُش ّبِ َا،َص ِب ِه
ُ ِ َص ُه َّ ِاَّلي يُ ْب
َ َ َ َوب،فَا َذا َأ ْحبَ ْب ُت ُه ُك ْن ُت َ ْْس َع ُه َّ ِاَّلي ي َْس َم ُع ِب ِه
ِ
“…bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia
gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan…” (HR. Bukhari).
Dalam lanjutan hadits ini, bukan berarti Manunggaling Kawulaning Gusti (pent : Keyakinan
Tasawwuf Sufi, artinya Allah bersatu dengan makhluk). Tetapi artinya adalah Allah ﷻmudahkan
dia untuk mendengar, melihat, dan berbuat hal-hal yang baik, serta melangkahkan kakinya ke
tempat yang baik. Begitupula sebaliknya, Allah ﷻakan mempersulit dia untuk melihat,
mendengar, dan berbuat hal yang buruk, serta melangkahkan kaki ke tempat yang buruk.
Ciri atau sifat seorang wali Allah ﷻdi dalam hadits tersebut diantaranya adalah seorang muslim
yang saling mencintai karena Allah ﷻbukan karena harta, jabatan, dan sesuatu yang ada pada
saudaranya. Kemudian ia melakukan safar ke suatu tempat untuk mengunjungi saudaranya
semata-mata karena Allah ﷻHal ini dilakukannya karena ia mengetahui bahwa saudaranya adalah
seorang muslim, karena saudaranya adalah ahlussunnah yang harus ia cintai melebihi muslim
yang lain. Kemudian seseorang yang memberi sesuatu kepada saudaranya karena Allah ﷻbukan
karena menginginkan balasan atau pujian dari saudaranya.
Allah ﷻberfirman :
ْ ُ ان َّ َما ن ُْط ِع ُم ُ ُْك ِل َو ْج ِه أ َّ ِّلل ََّل ُن ِريدُ ِم,ون أ َّلط َعا َم عَ َ ٰل ُح ِ دب ِهۦ ِم ْس ِكي انا َوي َ ِتمياا َو َأ ِس اۡيا
نُك َج َزا آ اء َو ََّل ُش ُك اورا َ َويُ ْط ِع ُم
ِ
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang
yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan
wajah Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih”
(QS. Al-Insan : 8-9).
Mereka wali Allah ﷻadalah yang memberi makan orang miskin, anak yatim, bahkan orang kafir
yang ditawan. Mereka melakukan hal tersebut semata-mata mengharapkan Wajah Allah ﷻdan
mereka tidak mengharapkan apapun dari orang yang diberi walaupun hanya sebatas ucapan.
Adapun jika mereka yang diberi mendo’akan atau memberikan ucapan terima kasih, itu
merupakan suatu kesyukuran. Namun apabila mereka yang diberi tidak mengucapkan apa-apa,
maka niat mereka tidak akan berubah sedikit pun. Kemudian selanjutnya adalah orang yang duduk
bermajelis karena Allah ﷻ. Ia bermajelis ilmu dan melakukan musyawarah untuk kemaslahatan
kaum muslimin, semata-mata hanya karena Allah ﷻ
Ketika sakaratul maut, Allah ﷻmengutus malaikat-Nya kepada wali-wali Allah ﷻuntuk
menguatkan mereka dan memberikan kabar gembira. Sebagaimana firman Allah ﷻ:
Inilah ciri-ciri wali Allah ﷻketika ia hidup di dunia. Hal ini tentu bukanlah batasan, ini merupakan
beberapa ciri dari banyak ciri-ciri seseorang yang Allah ﷻcintai di dunia yang disebutkan dalam Al-Qur’an
dan hadits-hadits Nabi ﷺ
Allah ﷻberfirman :
َ ُنُت تُوعَد
ون ُ ِ ا َّن أ َّ َِّل َين قَالُوا َربُّنَا أ َّ ُّلل ُ َّث أ ْس تَقَ َٰ ُموا تَتَ َ ََّن ُل عَلَۡيْ ِ ُم ألْ َملَ َٰ آئِ َك ُة َأ ََّّل ََّتَافُوا َو ََّل َ ُْت َ نزُوا َو َأب
ْ ُ ّْشوا بِألْ َجنَّ ِة أل َّ َِّت ُك ِ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (malaikat) dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".” (QS. Fussilat : 30)
Allah ﷻmengabarkan kepada mereka melalui malaikat-Nya agar tidak takut dan tidak bersedih.
Takut adalah sakit di dalam hati untuk sesuatu yang akan datang (belum terjadi). Sedangkan sedih
adalah sakit yang ada di dalam hati untuk sesuatu yang telah terjadi. Artinya, Allah ﷻ
mengabarkan mereka agar tidak takut dengan akhirat dan agar tidak bersedih dengan dunia yang
mereka tinggalkan meliputi keluarga, saudara, istri, anak, harta, jabatan, dan hal semisalnya
karena Allah ﷻyang akan menjaganya. Apabila seseorang itu shaleh, maka Allah ﷻakan menjaga
anak dan hartanya.
Ketika Nabi Musa ‘alaihissalam dan Nabi Khadir ‘alaihissalam pergi ke suatu kampung, mereka
‘Alaihumassalam melihat tembok yang hampir roboh. Kemudian berkata Nabi Khadir
‘alaihissalam kepada Nabi Musa ‘alaihissalam “Berdirikanlah tembok tersebut, karena di
Orang yang dicintai Allah ﷻ, ia akan dipermudah dalam sakaratul mautnya dan ia meninggal dalam
keadaan husnul khatimah. Terdapat tanda-tanda meninggalnya dalam keadaan husnul khatimah,
diantaranya adalah ia meninggal setelah melakukan amal shaleh. Rasulullah ﷺbersabda :
Inilah salah satu tanda seseorang meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Ia meninggal
setelah melakukan amal shaleh atau sedang melakukan amal shaleh. Dan berkeringat di kening
ketika meninggal seperti Rasulullah ﷺ. Datang hadits dari Rasulullah ﷺ:
Ketika malakul maut membawa ruhnya ke langit, bertanya para malaikat “siapa ruh yang baik
ini?”, disebut namanya dengan nama terbaiknya yang ada di dunia, dan Allah ﷻterima ruhnya.
Kemudian ketika ruh tersebut dikembalikan lagi dan dia melihat jasadnya diantarkan ke kuburan,
dia berkata “percepat aku, percepat aku, percepat aku!”.
Ketika di alam kubur, diterangi alam kuburnya, ditemani dia dengan sosok yang baik rupa, dan dia
tidur. Rasulullah ﷺbersabda :
Rasulullah ﷺbersabda :
Jika seseorang menyukai artis-artis Korea, mengidolakan orang kafir, dan para pelaku keburukan,
maka dengan merekalah ia akan dikumpulkan. Maka selayaknya kita mencintai Rasulullah ﷺ, Abu
Bakr Ash-Shiddiq, Umar Ibn Khattab, Utsman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib Radhiyallahu ’anhum,
dan orang-orang shaleh yang lain yang telah jelas keshalehannya agar kelak kita dikumpulkan
bersama mereka.
7. Wajah Mereka Bercahaya Pada Hari Kiamat dan Rasulullah ﷺMengenali Mereka.
Wajah, tangan, dan kaki mereka bercahaya. Mereka dikenali oleh Rasulullah ﷺdari bekas wudhu
mereka ketika di dunia. Rasulullah ﷺbersabda :
Orang yang shaleh ketika dihisab, diberikan hisab yang ringan. Tidak setiap detik kehidupannya di
dunia ditanya oleh Allah ﷻ. Karena orang yang hisabnya diperinci oleh Allah ﷻ, maka kata
Rasulullah “ ﷺBinasalah dia”. Maka penting bagi kita untuk menghafal dan mengamalkan do’a
yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺuntuk kita berharap dipermudah hisab kita di hadapan Allah ﷻ
kelak di hari kiamat. Rasulullah ﷺbersabda :
ُ َأتَ ْع ِر ُف َذن َْب َك َذا؟ َأتَ ْع ِر ُف َذن َْب َك َذا؟ فَيَ ُق:هللا يُدْ ِن الْ ُم ْؤ ِم َن فَ َيضَ ُع عَلَ ْي ِه َكنَ َف ُه َوي َْس ُ َُت ُه فَيَ ُقو ُل
َح ََّّت ا َذا قَ َّر َر ُه. َأ ْي َر ِب، ن َ َع ْم:ول َ ا َّن
ِ ِ
اب َح َس نَاتِ ِه َ َ فَ ُي ْع َطى ِكت. َس َ َْتِتُ َا عَلَ ْي َك ِِف ادلُّ نْ َيا َو َأَنَ َأ ْغ ِف ُرهَا َ َِل الْ َي ْو َم:ََل قَا َل
َ َ ب ُِذنُو ِب ِه َو َر َأى ِِف ن َ ْف ِس ِه َأن َّ ُه ه
“Sesungguhnya Allah akan mendekatkan seorang hamba mukmin, kemudian menempatkannya
di samping-Nya. Allah menutupinya (dari para hamba yang lain) kemudian bertanya, ‘Apakah
kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini?’ Hamba tersebut menjawab,
‘Benar, wahai Rabb-ku.’ Sampai Allah menjadikan hamba tersebut mengakui dosa-dosanya dan
dia yakin bahwa dirinya akan binasa, lalu Dia berkata, ‘Aku telah menutupinya tatkala kamu hidup
di dunia dan Aku akan mengampuninya pada hari ini untuk kebaikanmu.’ Kemudian dia diberi
kitab catatan amalan kebaikannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah ﷺbersabda :
Pada saat di dunia, kita mampu menggerakkan dan mengangkat tangan sesuai dengan kehendak
kita. Namun, pada hari kiamat tangan kita akan bergerak sendiri untuk menerima buku catatan
amal. Allah ﷻberfirman :
,وِت ِك َت َٰ َبهُۥ َو َرا آ َء َظهْ ِر ِهۦ ُ ْ َويَن َق ِل ُب ا َ ٰ آَل َأه ِ َِْلۦ َم, فَ َس ْو َف َُي ََاس ُب ِح َس ااِب ي َِس اۡيا,وِت ِك َت َٰ َبهُۥ ِب َي ِمينِ ِهۦ
َ ِ َو َأ َّما َم ْن ُأ,ُس اورا َ ِ فَأَ َّما َم ْن ُأ
ِ
َوي َ ْص َ ٰل َس ِع اۡيا,فَ َس ْو َف يَدْ ُعوا ثُ ُب اورا
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan
pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya dengan riang gembira.
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak
(meraung-raung), dan dia akan masuk ke dalam neraka sa’ir (neraka yang menyala-nyala).” (QS.
Al-Insyiqaq : 7-12).
Di saat penimbangan amal akan ditimbang amal baik dan amal buruk. Seseorang yang dicintai
Allah ﷻ, ia lebih berat amal baiknya dibandingkan dengan amal buruknya. Allah ﷻberfirman :
َنَ ٌر َحا ِم َي ٌة, َو َما آ َأد َ ىْٰر َك َما ِه َي ْه, فَأُ ُّم ُه هَا ِوي َ ٌة, َو َأ َّما َم ْن َخ َّف ْت َم َ َٰو ِزينُ ُه, فَه َُو ِِف ِعيشَ ٍة َّر ِاض َي ٍة,فَأَ َّما َمن ثَ ُقلَ ْت َم َ َٰو ِزينُ ُه
Ketika orang lain merasa kepanasan bahkan tenggelam dengan cucuran keringatnya, wali Allah ﷻ
merasakan keteduhan berkat amal shaleh yang dia lakukan ketika di dunia. Satu sak semen, satu
buah genteng, satu kubik pasir yang dia wakafkan, dan sedekah lainnya yang pernah dia keluarkan
di dunia, maka itu akan menjadi peneduhnya di Padang Mahsyar. Kemudian seseorang yang
membaca surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan menjadi sebab pula ia dinaungi ketika di padang
mahsyar. Karena kedua surah ini seperti dua gumpalan awan atau dua kumpulan burung yang
terbang menaunginya. Di saat orang-orang merasakan kepanasan, keringatnya bercucuran hingga
pinggangnya, ada yang sampai dada, dan bahkan menghanyutkannya, karena Allah ﷻ
mendekatkan matahari sejauh satu mil di atas kepala. Seorang wali Allah ﷻia tidak merasakan
hal tersebut bahkan merasa teduh. (HR. Muslim)
Sirath adalah jembatan yang lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang yang
terbentang di atas Neraka Jahannam dan terdapat pengait-pengait yang akan menjatuhkan orang
yang melintas ke dalam Neraka Jahannam tersebut. Ada yang mampu melintas secepat kedipan
mata, ada yang seperti kilat, ada yang seperti angin, seperti burung terbang, seperti kuda pacu,
seperti berlari, berjalan, merangkak, dan ada pula orang yang terjatuh. Dan wali Allah ﷻadalah
yang selamat dari hal tersebut. (HR. Bukhari & Muslim)
13. Masuk ke Dalam Surga Allah ﷻdan Mendapatkan Kenikmatan Yang Paling Besar, Yakni Melihat
Wajah Allah ﷻ
Rasulullah ﷺbersabda :
ون َألَ ْم تُبَيد ِْض ُو ُجو َهنَا َألَ ْم تُدْ ِخ ْلنَا الْ َجنَّ َة َوتُنَ ِ دج َنا ِم ْن َ ُون شَ يْئاا َأ ِزيدُ ُ ُْك فَ َي ُقولَ ُاّلل تَ َب َاركَ َوتَ َع َاَل تُ ِريد ُ ا َذا َد َخ َل َأ ْه ُل الْ َجنَّ ِة الْ َجنَّ َة قَا َل ي َ ُق
ُ َّ ول
ِ
اب فَ َما ُأع ُْطوا شَ يْئاا َأ َح َّب الَۡيْ ِ ْم ِم ْن النَّ َظ ِر ا ََل َر ِ د ِّب ْم ع ََّز َو َج َّل َ النَّا ِر قَا َل فَ َي ْك ِش ُف الْ ِح َج
ِ ِ
“Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala berfirman, (yang artinya) “Apakah kalian
(wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)?”
Maka mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah
Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?”
Maka (pada waktu itu) Allah membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Mahamulia), dan
penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai daripada
melihat (wajah) Allah ‘azza wa jalla.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca
Andaikan seseorang ketika ia di dunia mencapai tingkatan ihsan, dia beribadah kepada Allah ﷻ
seakan dia melihat-Nya atau sekan ia diawasi oleh-Nya, hal itu bukan hanya sekedar nikmat ibadah yang
Allah ﷻanugerahkan kepada hamba-Nya, tetapi itu merupakan puncak nikmat yang Allah ﷻberikan ketika
di dunia.
E. Jenis-Jenis Keberkahan
Berkah adalah adanya kebaikan Allah ﷻkepada sesuatu. Keberkahan Allah ﷻmeliputi tempat,
waktu, dan manusia, rinciannya sebagai berikut :
1. Keberkahan Tempat
Berkah yang Allah ﷻberikan terhadap tempat contohnya Allah ﷻmemberikan keberkahan
kepada masjid di mana shalat di masjid pahalanya 27 kali lipat dibandingkan shalat di rumah.
Kemudian, shalat di Masjidil Haram 10.000 kali lipat, shalat di Masjid Nabawi 1000 kali lipat, dan
shalat di Masjidil Aqsha 500 kali lipat dan digugurkan seluruh dosa-dosanya. Itulah berkah Allah
ﷻyang diberikan kepada suatu tempat. Dan berkah ini tidak akan berpindah. Maksud dari tidak
berpindah berkah tersebut, contohnya seseorang mengambil tanah dari tempat berberkah
tersebut, tidak akan menjadi berkah tanah yang ia ambil dari tempat berberkah itu. Contoh lain
adalah seseorang dikuburkan di tempat-tempat berberkah, tidak akan berpindah keberkahan
tempat itu kepada kuburan seseorang yang dikubur di dalamnya. Berkahnya adalah jika seseorang
melakukan amal shaleh di tempat tersebut (3 masjid yang telah disebutkan). Bukan dengan
mengusap-usap atau mencium-cium tempat tersebut atau batu-batu di tempat tersebut. Ada
sebagian orang yang mencium-cium dan mengusap-usap Masjidil Haram, padahal yang
disyariatkan untuk dicium adalah hajarul aswad, tidak semua bagian Ka’bah harus dicium terlebih
semua bagian Masjidil Haram.
2. Keberkahan Waktu
Berkah yang Allah ﷻberikan terhadap waktu contohnya adalah malam Lailatul Qadr, dimana
seseorang yang beribadah di malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan. Kemudian sepuluh
hari pertama di bulan Dzulhijjah, seseorang yang beribadah pada hari-hari itu, dia bermajelis ilmu,
Kemudian contoh lainnya, shalat tahajjud sebelum tidur tentu tidak lebih baik dari shalat tahajjud
di sepertiga malam terakhir. Karena pada sepertiga malam terakhir Allah ﷻturun ke langit dunia.
Rasulullah ﷺbersabda :
َ ِ َم ْن يَدْ ع ُِون فَأ َْس تَج: ي َ ُقو ُل،الس َما ِء ادلُّ نْ َيا ِح َني ي َ ْبقَى ثُلُ ُث الل َّ ْيلِ ْالآ ِخ ُر
َم ْن ي َْسأَلُ ِن،ُيب َل َّ ك لَ ْي َ ٍَّل ِا ََل
َّ ُ ي َ ْ َِن ُل َربُّنَا تَ َب َاركَ َوتَ َع َاَل
َم ْن ي َْس َت ْغ ِف ُر ِن فَأَ ْغ ِف ُر َ ُل،ُفَأُع ِْط َيه
“Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah
berfirman, “Barangsiapa yang berdo’a kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan, barangsiapa yang
meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku,
niscaya Aku ampuni.”” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Keberkahan Manusia
Keberkahan pada manusia adalah kekhususan yang Allah ﷻberikan hanya kepada Rasulullah ﷺ.
Air liur beliau ﷺdiperebutkan oleh para Sahabat Radhiyallahu ’anhum sampai-sampai orang
Quraisy pada saat itu mengatakan “belum pernah aku melihat suatu pengikut memuliakan
pemimpinnya, seperti Sahabat Muhammad memuliakan Muhammad. Tidaklah air liurnya yang
jatuh ke tanah, kecuali diperebutkan oleh Sahabat Muhammad”. Rasulullah ﷺpernah mengutus
seorang Sahabat untuk suatu tugas. Ketika pulang, tulang kering dari kaki Sahabat tersebut patah.
Kemudian Rasulullah ﷺmeludahi kakinya tersebut dan kakinya pun sembuh seperti sedia kala
seakan-akan tidak pernah sakit sebelumnya. Ali Ibn Abi Thalib Radhiyallahu ’anhu sakit matanya,
kemudian diludahi oleh Rasulullah ﷺkemudian sembuh. Rambut Rasulullah ﷺdibagi-bagikan
Kemudian keringat Rasulullah ﷺ, Ummu Haram Radhiyallahu ’anha mengambil keringat
Rasulullah ﷺyang keluar ketika Beliau ﷺsedang tidur siang di rumah Ummu Haram Radhiyallahu
’anha. Minyak wangi yang paling wangi yang pernah dicium oleh Ummu Haram Radhiyallahu
’anha adalah keringat Rasulullah ﷺ. Kemudian bekas minum Rasulullah ﷺ, ketika itu di sebelah
kanan beliau ﷺada Abdullah Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ’anhuma dan di sebelah kiri beliau ﷺada
Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiyallahu ’anhu. Jika kita menawarkan makanan atau minuman maka
tawarkanlah terlebih dahulu kepada yang disebelah kanan, sekalipun yang ada disana adalah anak
kecil. Berkata Rasulullah ﷺkepada Abdullah Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ’anhuma “Wahai Abdullah,
bolehkah aku menawarkan bekas minumku ini kepada Syaikh yang ada di sebelah kiriku?”. Lalu
kemudian Abdullah Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ’anhuma meminum habis air minum bekas minum
Rasulullah ﷺ. Disini dapat diambil faedah pula bagaimana Rasulullah menyebut Abu Bakr Ash-
Shiddiq Radhiyallahu ’anhu dengan panggilan “Syaikh” karena keilmuan beliau Radhiyallahu
’anhu. Tetapi walaupun dari segi ilmu dan usia jauh berbeda antara Abu Bakr Ash-Shiddiq dan
Abdullah Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ’anhuma, dalam hal ibadah tidak boleh mendahulukan orang
lain. Maka dari itu Abdullah Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ’anhuma menghabiskan air tersebut dan
tidak memberikannya kepada Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiyallahu ’anhu.
Selanjutnya adalah baju Rasulullah ﷺ. Sebelum dipakai oleh Rasulullah ﷺtidak ada Sahabat yang
meminta baju baru beliau. Namun ketika baju itu sudah dipakai oleh Rasulullah ﷺ, ada berkah
badan Beliau ﷺyang menempel pada baju tersebut. Ketika Rasulullah ﷺbaru keluar rumah, tiba-
tiba datang seorang Sahabat dan meminta baju tersebut. Rasulullah ﷺpun kembali masuk ke
rumahnya dan melipat kembali baju baru tersebut untuk kemudian diberikan kepada Sahabat
yang meminta tadi. Kemudian Sahabat tersebut mengatakan “Aku ingin kain ini menjadi kafanku
nanti” dan kain tersebut pun menjadi kafannya.
Kemudian masih banyak lagi, seperti sandal, bantal, piring, dan barang-barang lain milik
Rasulullah ﷺ. Tetapi ini adalah kekhususan Rasulullah ﷺ. Tidak boleh kita menganggap hal
seperti ini ada pada manusia di zaman ini sekalipun itu Ulama, Kiyai, Ajengan, Ustadz, Habib, dan
siapapun yang ditokohkan. Tidak boleh kita berebut untuk mencium tangannya, mengusap
bajunya, dan hal lain yang semisal. Mana dalil tidak bolehnya hal tersebut? Maka jawabannya,
manusia terbaik setelah Rasulullah ﷺadalah Abu Bakr Ash-Shiddiq, kemudian Umar Ibn
Khattab, kemudian Utsman Ibn ‘Affan, kemudian Ali Ibn Abi Thalib Radhiyallahu ’anhum. Tetapi
tidak ada satu Sahabat kecilpun atau tabi’in yang mengharap atau mengambil berkah dari apa
Maka wajib atas kita untuk mengetahui hal ini, untuk menjelaskan kepada banyak orang
kekeliruan yang terjadi di zaman ini. Perlu kita mengetahui dan mampu menjelaskan bahwasanya
mengambil berkah dari air liur, bekas air minum, baju, rambut, dan hal-hal yang dimiliki seseorang, hal itu
hanya dilakukan kepada Rasulullah ﷺsaja.
Sebenarnya ada berkah yang terdapat dalam diri kaum muslimin, yakni keikhlasan, keimanan,
hidayah, dan Al-Qur’an yang ada pada hatinya. Seorang muslim bukanlah ancaman untuk lingkungan dan
negara. Namun sebaliknya, seorang muslim mempunyai berkah untuk keluarga, lingkungan dan
negaranya. Seperti halnya anak adalah berkah untuk orang tuanya dan orang tua adalah berkah untuk
anaknya. Allah ﷻberfirman :
Rasulullah ﷺbersabda :
ا َّن ِم ْن الشَّ َج ِر َۡش ََر اة ََّل ي َْس ُقطُ َو َرقُهَا َواَّنَّ َا َمث َ ُل الْ ُم ْس ِ َِل
ِ ِ
“Ada sebuah pohon yang berkahnya seperti keberkahan seorang muslim” (HR. Bukhari).
Dari hadits ini kita mengetahui bahwa di dalam diri seorang muslim terdapat keberkahan. Namun
keberkahan yang dimiliki seorang muslim adalah keberkahan ilmu, berkah iman, dan yang telah
disebutkan sebelumnya. Ketika kita mendapati sesuatu yang dapat mengganggu orang lain di jalan,
kemudian kita mengambil dan membuangnya, maka itulah keberkahan kita sebagai seorang muslim
kepada manusia. Seorang muslim, dia berkata baik, tidak mencela, tidak menghujat, maka inilah berkah
seorang muslim. Seperti hadits Nabi ﷺyang telah lalu :
Diantara tujuan iblis kepada anak-anak Adam adalah menjadikannya tidak bersyukur kepada Allah
ﷻ. Berkata iblis di hadapan Allah ﷻ
َو ِم ْن َخ ْل ِفهِ ْم َوع َْن َأيْ َم َٰ َنِ ِ ْم َوعَن َ ََشا آ ِئ ِل ِه ْم ۖ َو ََّل َتِدُ َأ ْك َ ََث ُ َْه شَ َٰ ِك ِر َين
“…kemudian aku akan mendatangi mereka (manusia) dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan
dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-
A’raf : 17).
Inilah misi dari iblis yang menginginkan manusia tidak bersyukur. Banyak kita dapati bagaimana seorang
anak tidak bersyukur kepada orang tuanya, seorang hamba tidak bersyukur kepada Rabbnya, seorang
murid tidak bersyukur kepada gurunya, seorang istri tidak bersyukur kepada suaminya, seorang tetangga
tidak bersyukur kepada tetangganya yang lain, dan yang lainnya.
F. Rukun Syukur
Perlu kita mengetahui kapan seseorang dikatakan bersyukur. Ada 3 rukun syukur (Ibnu Qayyim
Rahimahullah) antara lain ;
Panca indra, harta, keluarga, dan nikmat tauhid dan sunnah itu datangnya dari Allah ﷻBahkan
tanpa kita memintanya, Allah ﷻmemberikan hal tersebut.
Ada orang yang tidak tahu dari mana nikmat-nikmat sampai kepadanya, itulah orang-orang kuffar.
Mereka menyangka harta yang datang kepada mereka adalah murni hasil jerih payah, keringat,
kepintaran, kecerdasan, dan kepiawaian mereka dalam berdagang. Maka yang seperti ini adalah
kufur nikmat. Allah ﷻyang membuat mereka dapat berbicara, membuat akal mereka mampu
berpikir, Allah ﷻyang meminjamkannya akal, dan mereka lupa hal tersebut. Perlu diketahui
bahwa kita ini tidak memiliki apa-apa, bahkan satu helai rambutpun kita tidak memilikinya.
Me-lafadz-kan kata syukur kepada Allah ﷻ. Dan ucapan syukur terbaik yang diajarkan oleh
Rasulullah ﷺadalah ( ألْ َح ْمدُ ِ َّ ِّلل َر ِ دب ألْ َع َٰ لَ ِم َنيSegala puji bagi Allah, Rabb alam semesta). Berkata
Rasulullah ﷺ:
Timbangan amal seseorang di hari kiamat bisa penuh dengan dzikir “Alhamdulillah”. Rasulullah
ﷺbersabda :
Setelah kita mengetahui hadits-hadits tersebut, maka perbanyaklah membaca Tahmid. Rasulullah
ﷺbersabda :
Rasulullah ﷺbersabda :
اّلل الْ َع ِظ ِي ِ َّ َحبِيبَ َت ِان ا ََل َّالر ْمح َِن ُس ْب َح َان، ثَ ِقيلَتَ ِان ِِف الْ ِم َْي ِان، َ ُِك َمتَ ِان َخ ِفي َفتَ ِان عَ َل ال ِلد َس ِان
ِ َّ ُس ْب َح َان، اّلل َو ِ َِب ْم ِد ِه
ِ
“Dua kalimat yang ringan dilisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu
“Subhanallah Wa Bi Hamdih, Subhanallahil ‘Azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya.
Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari dan Muslim).
Perlulah kita mengetahui bagaimana banyak memuji Allah ﷻ. Dalam shalat kita memujinya
dengan mengatakan :
َش ٍء ب َ ْعدُ َأ ْه َل الثَّنَا ِء َوالْ َم ْج ِد ََّل َما ِن َع ِل َما َأع َْط ْي َت َو ََّل ُم ْع ِط َى
ْ َ الس َم َو ِات َو ِم ْل َء ا َل ْر ِض َو ِم ْل َء َما ِشئْ َت ِم ْن َّ اللَّهُ َّم َربَّنَا َ َِل الْ َح ْمدُ ِم ْل َء
ِل َما َمنَ ْع َت َو ََّل ي َ ْن َف ُع َذا الْ َج دِد ِمنْ َك الْ َج ُّد
Ya Allah, Rabb kami, bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang
Engkau kehendaki setelah itu. Wahai Tuhan yang layak dipuji dan diagungkan. Tidak ada yang
dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada pula yang dapat memberi apa yang
Engkau halangi, tidak bermanfaat kekayaan bagi orang yang memilikinya, hanyalah dari-Mu
kekayaan itu)” (HR. Muslim).
Maka hendaknya kita terus memuji, mengagungkan, dan menyanjung Allah ﷻ
Suatu bentuk kufur nikmat jika menggunakan harta dalam hal keburukan/kedzaliman. Maka
apapun nikmat yang Allah ﷻberikan kepada kita, harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah
ﷻ, karena itu merupakan fasilitas yang Allah berikan untuk mewujudkan hakikat kita diciptakan
oleh Allah ﷻ.
ِ َُو َما َخلَ ْق ُت ألْجِ َّن َوأ َّْل َنس ا ََّّل ِل َي ْع ُبد
ون
ِ ِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat : 56).
Demikianlah yang Allah ﷻkatakan di dalam Al-Qur’an. Dan Allah ﷻtidak membiarkan manusia
begitu saja. Ketika hikmah mereka diciptakan di dunia untuk beribadah, Allah ﷻmemberikan
faslitas berupa harta, panca indra, keluarga, saudara, dan yang lainnya.
Ada banyak do’a yang Rasulullah ﷺajarkan agar seseorang menjadi hamba yang bersyukur,
diantaranya do’a yang dibaca dipenghujung tasyahud akhir di dalam shalat sebelum salam ;
Inilah rukun syukur yang perlu kita ketahui. Selain mengetahuinya, maka penting bagi kita untuk
menghafal do’a-do’a yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺagar kita senantiasa bersyukur dan mengingat Allah
ﷻ.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang terlepas dari musibah, bahkan diantara bentuk cinta Allah
ﷻkepada seorang hamba adalah dengan memberikannya musibah. Rasululllah ﷺbersabda :
َ َما يَ َزا ُل الْ َب ََل ُء ِِبلْ ُم ْؤ ِم ِن َوالْ ُم ْؤ ِمنَ ِة ِِف َج َس ِد ِه َو َم ِ ِال َو َو َ ِدل ِه َح ََّّت ي َ ْلقَى
هللا َو َما عَلَ ْي ِه خ َِط ْيئَ ٌة
“Bencana akan senantiasa menimpa orang Mukmin dan Mukminah pada dirinya, anaknya, dan hartanya
sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pun pada dirinya” (HR. At-
Tirmidzi).
Musibah adalah penggugur dosa bagi mereka yang bersabar. Namun sebaliknya, bagi ia yang kesal
dengan musibah, maka ia akan mendapatkan murka Allah ﷻ. Rasulullah ﷺbersabda :
Sebagian ulama apabila mereka tidak tertimpa musibah, maka mereka menganggap diri mereka itu
munafik. Bukan berarti mereka berharap agar tertimpa musibah, karena seorang muslim tidak
diperbolehkan berangan-angan untuk terkena musibah. Akan tetapi musibah adalah bentuk cinta Allah ﷻ
kepada seorang muslim yang bersabar.
G. Rukun Sabar
Sabar secara bahasa artinya menahan diri. Seseorang tidak dikatakan bersabar apabila tidak
memenuhi tiga rukun, yakni :
Terkadang seorang ibu harus mencubit bahkan terkadang memukul anaknya, karena sayangnya
kepada anaknya. Begitu pula Allah ﷻ, ketika menginginkan dosa-dosa hamba-Nya berguguran
maka Allah ﷻmenimpakan musibah. Maka ber-husnudzhan-lah (berbaik sangka ) kepada Allah ﷻ
Selain penggugur dosa, musibah dapat mengangkat derajat seorang hamba.Terkadang seorang
hamba dengan ibadah yang ia lakukan ia tidak mampu meraih kedudukan tertinggi di surga karena
keterbatasannya dalam beribadah. Kemudian Allah ﷻmenginginkan kepada hamba tersebut
untuk mendapatkan derajat yang tinggi di surga, maka Allah ﷻtimpakan kepadanya musibah yang
jika ia bersabar, maka ia akan meraih surga yang tinggi.
2. Menahan Lisan
Janganlah seseorang dia meraung, meratap, bahkan dia mengkritik dan marah dengan takdir Allah
ﷻyang ditimpakan kepadanya. Maka yang seperti ini akan mendapatkan murka Allah ﷻTermasuk
dari perkara jahiliyah yang terus ada adalah meratapi mayit, demikian yang dikatakan Rasulullah
ﷺ
3. Menahan Anggota Tubuh Dari Melakukan Hal-hal Yang Memperlihatkan Dia Menolak Takdir.
Seseorang sampai bunuh diri, menggundul rambut, merobek baju, memukul tembok, menampar
pipi, menyiksa diri, dan mengurung diri dikarenakan kesedihan, maka yang demikian tidaklah
dikatakan bersabar. Rasulullah ﷺbersabda :
َض َب الْخُدُ ْو َد َأ ْو شَ َّق الْ ُج ُي ْو َب َأ ْو َدعَا بِدَ ع َْوى الْ َجا ِه ِليَّ ِة
َ َ لَي َْس ِمنَّا َم ْن
“Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi, merobek pakaian, atau berteriak
dengan teriakan jahiliyah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka apabila kita tertimpa musibah hendaklah bersabar dengan memenuhi ketiga hal yang telah
disebutkan. Ucapkanlah apa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺketika tertimpa musibah, yakni ucapan Al-
“ اَنَّ ِ َّ ِّلل َواَنَّ الَ ْي ِهSesungguhnya kita adalah milik Allah dan semua akan kembali kepada Allah”
َ َراجِ ُع
Istirja’ ون
ِ ِ ِ
dan ucapkan kalimat yang baik ل ِ “ قَدَ ُرIni adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki dan
َ هللا َو َماشَ ا َءفَ َع
perbuat” , karena semua yang Allah ﷻtakdirkan pasti ada hikmahnya. Kemudian hadapilah musibah
dengan sabar dan shalat. Allah ﷻberfirman :
ي َ َٰ آأََيُّ َا أ َّ َِّل َين َءا َمنُوا أ ْس تَ ِعينُوا بِأ َّلص ْ ِب َوأ َّلصلَ ٰو ِة
“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu...” (QS. Al-Baqarah :
153).
Abdullah Ibn Abbas Radhiyallahu ‘anhuma ketika mendengar putranya wafat dan dia sedang dalam
perjalanan, seketika ia menunaikan shalat, dan langsung meminta pertolongan kepada Allah ﷻ.
Orang yang bertaqwa dan penghuni surga bukan berarti ia tidak pernah melakukan dosa dan
perbuatan keji serta munkar, Allah ﷻmenyebutkan sifat orang yang bertaqwa :
َوأ َّ َِّل َين ا َذا فَ َعلُوا فَ َٰ ِحشَ اة َأ ْو َظلَ ُم آوا َأن ُف َسهُ ْم,لُضا آ ِء َوأ ْل َك َٰ ِظ ِم َني ألْغَ ْيظَ َوألْ َعا ِف َني ع َِن ألنَّ ِاس ۗ َوأ َّ ُّلل ُ َِي ُّب ألْ ُم ْح ِس ِن َني
َّ َّ لُسا آ ِء َوأَّ َّ ون ِِف أ َ أ َّ َِّل َين يُن ِف ُق
ِ
َ َصوا عَ َ ٰل َما فَ َعلُوا َو ُ َْه ي َ ْعلَ ُم
ون َ َذ َك ُروا أ َّ َّلل فَأ ْس تَ ْغ َف ُروا ِ َُّلنُوّبِ ِ ْم َو َمن ي َ ْغ ِف ُر أ َُّّلن
ُّ ِ ُُوب ا ََّّل أ َّ ُّلل َولَ ْم ي
ِ
“…(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali-‘Imran : 134-135).
Inilah perbedaan orang yang bertaqwa dengan orang fasiq. Orang fasiq, ia tidak merasa dirinya melakukan
perbuatan keji, ia tidak tahu bahwa perbuatannya maksiat, dan ia tidak ber-istighfar setelah ia bermaksiat.
Ia menganggap remeh dosa yang ia lakukan dan mengakhirkan ber-istighfar, padahal mengakhirkan
istighfar dosanya jauh lebih besar dari perbuatan dosa yang telah ia lakukan, karena ia telah menganggap
remeh Allah ﷻ
َ َو َما ًَك َن أ َّ ُّلل ِل ُي َع دِذّبَ ُ ْم َو َأ َنت ِف ِۡي ْم ۚ َو َما ًَك َن أ َّ ُّلل ُم َع دِذّبَ ُ ْم َو ُ َْه ي َْس تَ ْغ ِف ُر
ون
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah
(pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”. (QS. Al-Anfal : 33).
Allah ﷻtidak akan mengadzab suatu negeri dimana mereka pelaku maksiat, pelaku kesyirikan, dan
kedzaliman (di Makkah dahulu) ketika ada orang-orang beriman yang berada di tengah-tengah mereka
dan mereka ber-istighfar. Diantara sebab tidak turunnya azab di suatu negeri, atau di suatu kampung,
atau kepada seseorang adalah dengan ia menjaga istighfar (senantiasa ber-istighfar) kepada Allah ﷻ
Ber-istighfar mempunyai makna yang berbeda dengan taubat. Istighfar adalah memohon
ampunan kepada Allah ﷻdan memohon agar Allah ﷻmenutup ‘aib yang ia lakukan sehingga tidak ada
seorang pun yang mengetahui. Ini adalah pendapat Syaikh Sulaiman Ar-Ruhayli Hafidzhahullah.
Sedangkan Taubat adalah kembali kepada Allah ﷻ. Seseorang yang bertaubat harus memenuhi lima syarat
(enam jika berkaitan dengan manusia) :
Yakni sebelum ruh berada di kerongkongan (sakaratul maut) dan sebelum datangnya tanda hari
kiamat (terbit matahari dari barat, keluar dajjal, dan binatang yang dapat berbicara). Apabila telah
muncul salah satu dari tanda yang telah disebutkan, maka tidak bermanfaat taubat seseorang,
tidak bermanfaat pula amal shaleh yang dilakukan seorang mukmin, bahkan tidak diterima lagi
seorang kafir yang masuk islam. Fir’aun, ia bertaubat ketika sakaratul maut, maka taubatnya tidak
diterima oleh Allah ﷻ.
Dia wajib untuk meminta kehalalan dari seseorang yang didzalimi. Apabila telah mengambil harta
maka kembalikan atau meminta untuk dihalalkan, apabila telah menyakiti fisik (memukul) maka
mintalah untuk dibalas (qishas) atau meminta halal dan dimaafkan, dan apabila telah merusak
kehormatannya dengan cara ghibah, mencela, atau yang lainnya, maka wajib pula meminta
kehalalannya.
I. Kunci Kebahagiaan.
Maka seseorang yang bersyukur ketika diberi nikmat, kemudian bersabar ketika mendapatkan
musibah, dan segera ber-istighfar ketika tergelincir dalam dosa, ialah seseorang yang mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Rasulullah ﷺbersabda :
َّ َ َ ََع ابا َل ْم ِر الْ ُم ْؤ ِم ِن ا َّن َأ ْم َر ُه ُُكَّ ُه خ ْ ٌَۡي َولَي َْس َذاكَ َل َح ٍد اَّلَّ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن ا ْن َأ َصاب َ ْت ُه
َّ َ َسا ُء شَ َك َر فَ ََك َن خ ْ اَۡيا َ ُل َوا ْن َأ َصاب َ ْت ُه
َضا ُء َص َ َب فَ ََك َن
ِ ِ ِ ِ
خ ْ اَۡيا َ ُل
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati
kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika
mendapatkan musibah, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).
Setiap detik yang kita lalui mulai bangun dari tidur sampai tidur kembali adalah antara kesenangan dan
kesedihan. Bahkan sejak seseorang lahir sampai ia meninggal adalah antara kesenangan dan musibah atau
kesedihan. Tidak ada satupun manusia yang hanya mendapatkan salah satunya saja atau tidak
mendapatkan keduanya.
َ َ َأ ۡن تَ ۡع ُبد: َأ َّن الۡ َح ِني ِف َّي َة ِم َّ َُّل ا ۡب َرا ِه َي.هللا ِل َطا َعتِ ِه
هللا َو ۡحدَ ُه ُم ۡخ ِل اصا َ ُل د ِادل َين ُ َ َأ ۡرشَ دَ ك,ا ۡع َ َۡل
ِ ِ
“Ilmuilah/Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu dalam menaatiNya. Al-hanifiyah adalah agama
Nabi Ibrahim, yaitu beribadah kepada Allah dengan memurnikan ibadah hanya kepadanya”
ا ۡع َ َۡلadalah sebuah kalimat yang dipakai untuk mengembalikan konsentrasi para penuntut ilmu dan
ِ
fokus pada apa yang beliau sampaikan. Sebelum beliau masuk kepada pembahasan aqidah, beliau terlebih
dahulu mendo’akan para penuntut ilmu. Berulang kali beliau mendo’akan murid-muridnya dan hal inilah
Kasih sayang, perhatian, dan kelemah-lembutan sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Karena tanpa hal tersebut, ilmu akan sulit diserap oleh murid-muridnya. Hati seseorang lebih mudah
menerima kasih sayang dan kelemah-lembutan daripada kekerasan, ancaman, dan peringatan. Di dalam
Al-Qur’an, Allah ﷻlebih banyak memperkenalkan diri-Nya dengan kasih sayang-Nya dibandingkan dengan
dahsyatnya murka-Nya. Allah ﷻlebih banyak menyebutkan tentang kekekalan surga dan kenikmatan
surga daripada dahsyatnya api neraka. Ini menunjukkan kasih sayang Allah ﷻmengalahkan murka-Nya.
Dalam hadits qudsi Allah ﷻberfirman :
Demikian pula di setiap awal surah di dalam Al-Qur’an kita melihat dan membaca kasih sayang
Allah ﷻdengan berulang Allah ﷻmenyebutkan “ بسم هللا الرمحن الرحيDengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang”. Dalam Basmallah, Allah ﷻtidak menyebutkan nama dan sifatnya
yang Jabbar. Allah ﷻmempunyai sifat Jabbar, yakni memaksa. Allah ﷻMaha Memaksa, tidak ada seorang
pun yang mampu mengelak dari paksaan Allah ﷻ, jalan hidup seperti ini, warna kulit seperti ini, tinggi
badan setinggi ini, dan hal lainnya, tidak mampu seorang pun mengelak dari takdir Allah ﷻ. Inilah Jabbar-
Nya Allah ﷻ
Inilah yang harus diketahui dan dipahami oleh para penuntut ilmu yang mana mereka akan
menjadi seorang guru, atau seorang ayah, atau seorang ibu, haruslah ia mempunyai sifat rahmah (kasih
sayang) kepada muridnya dan anak-anaknya. Diantara tanda sifat rahmah seseorang adalah ia mudah
mendo’akan. Lihatlah bagaimana Asy-Syaikh mendo’akan kita berulang kali dengan do’a yang luar biasa.
Asy-Syaikh mendo’akan kita agar menjadi wali Allah ﷻ, yakni orang yang dicintai Allah ﷻdi dunia dan di
akhirat, tidak dijadikan musuh Allah ﷻ. Kemudian Asy-Syaikh melanjutkan dengan mendo’akan kita
berberkah di mana pun kita berada, di rumah, di sekolah, di tempat kerja, sebagai orang tua maupun
sebagai anak, sebagai guru maupun sebagai murid, sebagai rakyat maupun sebagai pejabat. Setelah itu,
beliau mendo’akan agar kita mendapatkan kebahagiaan.
Kemudian Asy-Syaikh mendo’akan lagi agar Allah ﷻmenuntun kita untuk melakukan ketaatan
kepada-Nya. Rusyd adalah hidayah yang merupakan lawan dari Al-ghayy (kesesatan). Do’a syaikh
mempunyai makna semoga Allah ﷻmenuntun kita, membimbing kita, memberikan taufiq dan hidayah
kepada kita untuk selalu taat kepada-Nya. Wajib bagi setiap muslim untuk taat kepada Allah ﷻ.
Sebagaimana firman Allah ﷻ:
ي َ َٰ آأََيُّ َا أ َّ َِّل َين َءا َمنُ آوا َأ ِطي ُعوا أ َّ َّلل َو َأ ِطي ُعوا أ َّلر ُسو َل
ي َ َٰ آأََيُّ َا أ َّ َِّل َين َءا َمنُوا ََّل َ َُّتونُوا أ َّ َّلل َوأ َّلر ُسو َل
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan RasulNya” (QS. Al-Anfal :
27).
Beberapa kali Allah ﷻmengulangi perintah-Nya agar kita taat kepada-Nya, tidak memaksiati-Nya
dan tidak memberontak terhadap syariat-Nya. Ketaatan terbagi atas dua hal, yakni mengerjakan perintah
dan tidak mengerjakan larangan.
Al-hanifiyah adalah agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Julukan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah
Abu Al-Anbiya (bapak para Nabi) dan juga Khalil Ar-Rahman. Dimana julukan Khalil Ar-Rahman
diperuntukkan kepada Rasulullah ﷺdan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Urutan keutamaan para Nabi, yang pertama adalah Nabi Muhammad ﷺ, kemudian Nabi Ibrahim
‘alaihissalam, kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dikatakan atau dijuluki Abu
Al-Anbiya karena dari keturunan beliaulah banyak dilahirkan para Nabi ‘alaihimussalam. Nabi Ibrahim
‘alaihissalam mempunyai dua putra, yakni Ismail dan Ishaq, keduanya adalah Nabi. Kebanyakan para Nabi
berasal dari Nabi Ishaq ‘alaihissalam dengan jumlah ribuan. Dari keturunan Nabi Ismail ‘alaihissalam
hanya satu Nabi, yakni Nabi Muhammad ﷺ. Jumlah para Nabi sebanyak 124.000. Dari Hudzaifah Ibn Al-
Yaman Radhiyallahu’anhu, ketika ia bertanya kepada Rasulullah ﷺberapa jumlah rasul, beliau ﷺ
menjawab 315. Kemudian bertanya berapa jumlah Nabi, beliau ﷺmenjawab 124.000. Kebanyakan para
Nabi ini berasal dari keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, seperti Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf, Nabi Musa,
Nabi Harun, Nabi Yusya’, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Isa, Nabi Yahya, Nabi Zakariya, dan yang lainnya
‘alaihimussalam. Berkata Nabi Yusuf ‘alaihissalam :
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah imam, yakni panutan bagi seluruh Nabi dan kaum muslimin.
Allah ﷻberfirman :
ِ ْ ا َّن ا ْب َ َٰر ِه َي ًَك َن ُأ َّم اة قَا ِن اتا ِ د َّ ِّلل َح ِنيفاا َولَ ْم ي َ ُك ِم َن ألْ ُم
ّش ِك َني
ِ ِ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan
hanif. Dan sekali-kali bukanlah di termasuk orang-orang musyrik” (QS. An-Nahl : 120)
ِ ْ ُ َّث َأ ْو َح ْينَا آ الَ ْي َك َأ ِن أت َّ ِب ْع ِم َّ ََّل ا ْب َ َٰر ِه َي َح ِنيفاا ۖ َو َما ًَك َن ِم َن ألْ ُم
ّش ِك َني
ِ ِ
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) : "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan
bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. An-Nahl : 123)
ِ ْ قُ ْل َصدَ َق أ َّ ُّلل ۗ فَأت َّ ِب ُعوا ِم َّ ََّل ا ْب َ َٰر ِه َي َح ِنيفاا َو َما ًَك َن ِم َن ألْ ُم
ّش ِك َني
ِ
“Katakanlah : "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan
bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Ali-‘Imran : 95)
Hanif mempunyai arti “yang bengkok/menjauh”, artinya menjauh dari keburukan, dari
kesyirikan, dan dari kesesatan. Sehingga dapat diartikan pula bahwa hanif adalah lurus berada dalam jalan
kebenaran. Dalam hadits qudsi, Allah ﷻberfirman :
َّ َواَّنَّ ُ ْم َأتََتْ ُ ُم،َوا ِ دن َخلَ ْق ُت ِع َبا ِدي ُحنَ َفا َء ُُكَّهُ ْم
الش َيا ِط ُني فَا ْج َتالََتْ ُ ْم ع َْن ِديَنِ ِ ْم
ِ ِ
“Sesungguhnya Aku menciptakan para hamba-Ku semua dalam keadaan hanif (lurus dan cenderung pada
kebenaran) dan sungguh (kemudian) para syaithan mendatangi mereka lalu memalingkan mereka dari
agama mereka…” (HR.Muslim).
Dalam hadits qudsi ini menerangkan bahwa syaithanlah yang membuat manusia menjadi musyrik dan
kafir.
Kemudian inti dari millah Ibrahim adalah هللا َو ْحدَ ُه ُم ْخ ِل اص َ ُال د ِادل ْي َن
َ َ“ َأ ْن تَ ْع ُبدengkau beribadah kepada
Allah dengan ikhlas/engkau melakukan ibadah hanya untuk Allah seluruhnya”. Islam, iman, dan ihsan
ِ َ ُل دadalah bentuk
adalah segala bentuk ibadah yang itu hanya dikhususkan kepada Allah ﷻ. Kalimat ادل ْي َن
penekanan dari َ ََأ ْن تَ ْع ُبد
هللا َو ْحدَ ُه demikian pula ( ُم ْخ ِل اصاmurni, jernih, bersih tanpa kotoran sedikit pun)
merupakan bentuk penekanan. Hal ini berarti bahwa dalam seluruh ibadah haruslah dilakukan ikhlas,
murni, bersih tanpa kotoran sedikit pun dan hanya untuk Allah ﷻsemata. Kotoran di dalam ibadah adalah
kesyirikan, baik itu syirik kecil berupa riya (ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar orang lain)
maupun syirik besar yakni beribadah bukan untuk Allah ﷻ.
ِ َُو َما َخلَ ْق ُت ألْجِ َّن َوأ َّْل َنس ا ََّّل ِل َي ْع ُبد
ون
ِ ِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku
(saja)” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Sebagaimana Allah ﷻadalah satu-satunya dzat yang menciptakan dan mengatur alam semesta,
maka Allah ﷻpulalah satu-satunya dzat yang wajib diibadahi. Demikianlah tujuan Allah ﷻmenciptakan
jin dan manusia. Lalu, apa itu ibadah ?
Ibadah adalah semua yang Allah ﷻcintai dan ridhai berupa ucapan dan perbuatan, baik yang
tampak maupun yang tidak tampak. Ciri dari sesuatu dicintai dan diridhai oleh Allah ﷻadalah dengan
Allah ﷻmenyebutkan cinta-Nya kepada perbuatan tersebut dan dengan memerintahkan perbuatan
tersebut, contohnya :
ّش فَأَ ْك ِ َُثوا ِف ِۡي َّن ِم ْن الَتَّ ْ ِليلِ َوالتَّ ْك ِب ِۡي َوالتَّ ْح ِمي ِد َوالت َّ ْس ِب ْي ِح
ِ ْ اّلل َو ََّل َأ َح ُّب الَ ْي ِه الْ َع َم ُل ِف ِۡي َّن ِم ْن َه ِذ ِه ْ َال ََّّي ِم الْ َع
ِ َّ ََما ِم ْن َأ ََّّي ٍم َأع َْظ ُم ِع ْند
ِ
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya
daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir,
tahmid, dan tasbih di dalamnya” (HR. Ahmad, HR. Abu Utsman).
Hadits ini adalah contoh suatu amalan yang Allah ﷻcintai dan ridhai dengan memerintahkan amalan
tersebut, yakni untuk memperbanyak berdzikir yaitu dengan tahlil, tahmid, takbir, dan tasbih di 10 hari
pertama bulan Dzulhijjah. Bahkan dzikir terbaik para Nabi adalah tahlil, demikian yang Rasulullah
ﷺajarkan kepada kita. Kemudian masih banyak lagi yang Allah ﷻperintahkan seperti puasa, shalat, zakat,
dan amalan lainnya yang termuat dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi ﷺ. Dan dalam beribadah, harus
mengikuti tuntunan atau contoh dari Rasulullah ﷺ.
هللا َخلَ َق َك ِل ِع َبا َدتِ ِه فَاعۡ َ َۡل َأ َّن الۡ ِع َبا َد َة ََّل ت ُ َس َّمى ِع َبا َد اة ا ََّّل َم َع التَّ ۡو ِحي ِد
َ فَا َذا َع َر ۡف َت َأ َّن
ِ ِ
“Jika Anda telah mengetahui bahwa Allah menciptakan Anda untuk beribadah kepada-Nya, maka
ketahuilah bahwa ibadah tidaklah dikatakan sebagai ibadah kecuali jika disertai tauhid”
هللا َخلَ َق َك ِل ِع َبا َدتِ ِه فَاعۡ َ َۡل َأ َّن الۡ ِع َبا َد َة ََّل ت ُ َس َّمى ِع َبا َد اة ا ََّّل َم َع التَّ ۡو ِحي ِد
َ فَا َذا َع َر ۡف َت َأ َّن
ِ ِ
َ ي َ َٰ آأََيُّ َا أ َّ َِّل َين َءا َمنُوا أت َّ ُقوا أ َّ َّلل َح َّق تُقَا ِت ِهۦ َو ََّل تَ ُمو ُت َّن ا ََّّل َو َأ ُنُت ُّم ْس ِل ُم
ون
ِ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-
Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan muslim (beragama Islam). (QS. Ali-
‘Imran : 102).
ِ َُو َما َخلَ ْق ُت ألْجِ َّن َوأ َّْل َنس ا ََّّل ِل َي ْع ُبد
ون
ِ ِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu (saja)”
(QS. Adz-Dzariyat : 56)
Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa jadi diri seorang muslim adalah Al-‘Ubudiyah,
yakni penghambaan diri kepada Alllah ﷻdan menjadi seorang hamba Allah ﷻ. Seorang muslim
berkewajiban untuk menjaga islam yang melekat pada dirinya mulai dari ia lahir sampai meninggal dunia.
Allah ﷻtelah memberikan keislaman kepada seseorang sejak ia lahir. Rasulullah ﷺbersabda :
Maka wajib bagi seseorang menjaga fitrahnya yakni islam dengan melakukan ketaqwaan sampai ia
meninggal dunia.
Kemudian, haruslah peribadatan kepada Allah ﷻdisertai dengan tauhid. Seseorang yang
beribadah tanpa tauhid tidaklah dikatakan ibadah. Seperti halnya seseorang yang melakukan shalat,
puasa, zakat, dan haji tetapi ia masih menyembelih untuk selain Allah ﷻ. Ia menyembelih untuk laut, untuk
yang mereka anggap penjaga laut, gunung, sungai, bahkan untuk kuburan yang mereka anggap keramat.
Kemudian seseorang yang bersumpah dengan selain Allah ﷻ, misalnya “demi Allah dan Rasulullah”,
kemudian ia berdo’a kepada kuburan, dan hal lainnya. Padahal hal-hal tersebut merupakan kesyirikan,
dan amal ibadah apapun yang ia lakukan akan menjadi debu yang berterbangan ketika tercampuri oleh
kesyirikan.
Perlu diketahui bahwa syarat diterimanya amal ibadah adalah ikhlas hanya untuk Allah ’ ﷻittiba
(mengikuti tuntunan Rasulullah )ﷺ, dan ber-tauhid (mengesakan Allah ﷻdalam ibadah yang ia kerjakan).
Sebagian ulama hanya menyebutkan dua syarat yakni ikhlas dan ‘ittiba. Sebagian lain menambahkan
َّ َ َمَك َأ َّن
َّ الص ََل َة ََّل ت ُ َس َّمى َص ََل اة ا ََّّل َم َع
الطهَا َر ِة
ِ
“Sebagaimana shalat, tidaklah dikatakan shalat tanpa disertai dengan thaharah (bersuci)”
Suatu ibadah yang didalamnya terdapat kesyirikan, maka rusaklah ibadah tersebut. Allah ﷻ
berfirman dalam hadits qudsi :
Kemudian Syaikh mempermudah kita untuk memahami syirik dengan membuat sebuah analogi
bahwasanya amalan ibadah yang tercampur kesyirikan tidak akan diterima dan rusak, sebagaimana
wudhu seseorang akan rusak karena hadats.
ِ ِ الّشكَ ا َذا خَالَطَ الۡ ِع َبا َد َة َأفۡ َسدَ هَا َو َأ ۡح َبطَ الۡ َع َم َل َو َص َار َصا ِح ُب ُه ِم َن الۡخ
َادل َين ِِف النَّا ِر َع َر ۡف َت َأ َّن َأ َ ََّه َما عَلَ ۡي َك َم ۡعرِفَ ُة ۡ فَا َذا َع َر ۡف َت َأ َّن ِ د
ِ ِ
هللا تَ َع َاَل ِفي ِه
ُ َّ ِاَّلي قَا َل,الّشكُ ِِب ِهلل ۡ ِه ِ د َ ِ الش َب َك ِة َو
َّ هللا َأ ۡن ُ ُۡي ِل َص َك ِم ۡن َه ِذ ِه
َ لَ َع َّل، َذ ِ َِل:
“Jika Anda sudah mengetahui kalau syirik bercampur dengan ibadah, maka akan merusaknya,
menyebabkan gugurnya semua amalan pelakunya dan menyebabkan pelakunya menjadi orang
yang kekal di dalam Neraka, tentulah Anda akan mengetahui bahwa perkara yang paling penting
bagi Anda adalah mempelajari masalah ini (kesyirikan), semoga dengannya Allah berkenan
membebaskan Anda dari jaring kesyirikan ini, yaitu kesyirikan kepada Allah, yang Allah Ta’ala
telah berfirman tentangnya :
Telah dijelaskan bahwasanya ketika ibadah tercampur dengan kotoran kesyirikan, maka ibadah
tersebut rusak, amalan tersebut gugur tidak diterima oleh Allah ﷻ. Di dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ
menyebutkan 18 Nabi, kemudian Allah ﷻmengatakan hal yang tegas kepada mereka ;
Demikian tegasnya Allah ﷻkepada para Nabi jika mereka melakukan kesyirikan, maka hal ini berlaku pula
kepada kita dan seluruh umat manusia.
Selain itu, kesyirikan menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka. Allah ﷻberfirman :
Orang-orang musyrik juga diharamkan baginya surga oleh Allah ﷻ, sebagaimana firman-Nya :
ُّشكْ بِأ َّ ِّلل فَقَدْ َح َّر َم أ َّ ُّلل عَلَ ْي ِه ألْ َجنَّ َة َو َمأْ َوىٰ ُه ألنَّ ُار ۖ َو َما لِ َّلظ َٰ ِل ِم َني ِم ْن َأ َنص ٍار
ِ ْ ان َّ ُه َمن ي
ِ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah haramkan baginya surga, dan
tempat kembalinya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim tersebut satu penolong pun” (QS.
Al-Maidah : 72)
Sekarang kita telah mengetahui bagaimana luar biasanya bahaya syirik bagi kita. Oleh karena itu
sangat penting bagi kita mengetahui apa itu syirik. Kita diciptakan oleh Allah ﷻuntuk beribadah,
sedangkan ibadah akan gugur karena kesyirikan. Dan ketika seseorang melakukan kesyirikan maka apapun
ibadah yang ia lakukan baik yang wajib maupun yang sunnah, gugur, rusak, dan tidak diterima oleh Allah
ﷻTidak hanya itu, ia juga akan kekal abadi di neraka, menjadi seburuk-buruk makhluk, dan diharamkan
baginya surga.
Semoga Allah ﷻmelindungi kita dari jaring-jaring kesyirikan dan jeratan-jeratan kesyirikan.
Karena dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah ﷻjika ia meninggal dalam keadaan tersebut.
Sebagaimana firman Allah ﷻ
Kita akan lebih lanjut dan lebih dalam mengenal kesyirikan dengan empat kaidah yang telah Allah
ﷻsebutkan di dalam Al-Qur’an.
َوادلَّ ِلي ُل، َو َأ َّن ٰذ ِ َِل لَ ۡم يُدۡ ِخلۡهُ ۡم ِِف ۡاَّل ۡس ََل ِم،هللا تَ َع َاَل ه َُو الۡخَا ِل ُق الۡ ُمدَ بد ُِر ِ ول
َ هللا ﷺ ُم ِق ُّر
َ ون ِبأَ َّن ُ َأ ۡن تَ ۡع َ ََل َأ َّن الۡ ُكفَّ َار َّ ِاَّل َين قَاتَلَهُ ۡم َر ُس
ِ
: قَ ۡو ُ ُل تَ َع َاَل
“Kamu meyakini bahwa orang-orang kafir yang diperangi Rasulullah ﷺmengakui bahwa Allah
ta’ala adalah Pencipta, Pengatur, tetapi hal itu tidak lantas memasukkan mereka ke dalam
Islam”. Dalilnya firman Allah Ta’ala :
َل أ َّلس ْم َع َوأ ْ َلبْ َص َٰ َر َو َمن ُ ُْيرِ ُج ألْ َح َّى ِم َن ألْ َم دي ِِت َو ُ ُْيرِ ُج ألْ َم دي َِت ِم َن ألْ َح ِدى َو َمن يُدَ بد ُِر
ُ ِ قُ ْل َمن يَ ْر ُزقُ ُُك ِ دم َن أ َّلس َماآ ِء َوأ ْ َل ْر ِض أَ َّمن ي َ ْم
ون َ ُأ ْ َل ْم َر ۚ فَ َس َي ُقول
َ ون أ َّ ُّلل فَ ُق ْل َأفَ ََل تَتَّ ُق
“Katakanlah : Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mengapa
kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”” (QS. Yunus : 31).
Dalam Kaidah Pertama ini, dijelaskan bahwa orang-orang kafir pada zaman dahulu yakni
musyrikin Quraisy dan orang-orang Baduy Ghathafan mereka meyakini Rububiyah Allah ﷻ, bahwa Allah
ﷻlah satu-satunya Dzat yang mencipta, memberi rezeki, menurunkan hujan, menancapkan gunung-
gunung di muka bumi, menciptakan langit-langit dan bumi, dan mengatur alam semesta. Hal tersebut
tidak cukup untuk menjadikan mereka sebagai seorang muslim. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺtetap
memerangi mereka. Mengapa demikian? Karena mereka tidak mau menjadikan sesembahan mereka
hanya satu, yakni Allah ﷻ. Mereka hanya meyakini Allah ﷻsebagai Pencipta, Pemberi rezeki, dan
Pengatur alam semesta, tetapi mereka tidak meyakini bahwa satu-satu dzat yang berhak diibadahi dengan
benar hanya Allah ﷻsaja. Mereka menyembah Allah ﷻ, tetapi mereka juga menyembah latta, ‘uzza,
manaat, 360 patung yang mengelilingi Ka’bah, dan patung-patung yang berada di rumah-rumah mereka.
Latta adalah sesembahan berupa kuburan orang shaleh yang mereka keramatkan dan mereka
percaya mampu menjadi penghubung antara mereka dengan Allah ﷻ, ‘uzza adalah pohon yang
dikeramatkan, dan manaat adalah batu yang dikeramatkan. Di dalam Al-Qur’an Allah ﷻberfirman :
Allah ﷻmenyebutkan berhala-berhala dan Allah ﷻmenjelaskan kesesatan serta kejahatan kesyirikan
tersebut. Bahkan Rasulullah ﷺmemerintahkan para Sahabat untuk menghancurkan berhala-berhala tadi.
Perlu diketahui bahwa syirik adalah menyembah Allah ﷻdan menyembah selain Allah ﷻ
(membuat sekutu bagi Allah )ﷻ, menjadikan Allah ﷻsebagai sesembahan yang tidak tunggal. Hal inilah
yang membuat mereka dikatakan musyrik. Seperti halnya orang Nasrani, mereka menyembah Allah ﷻ
dengan berdo’a kepada-Nya, tetapi mereka juga menyembah atau berdo’a kepada Nabi Isa ‘alaihissalam.
Demikian pula orang-orang Yahudi, mereka berdo’a kepada Allah ﷻ, tetapi mereka berdo’a pula kepada
Nabi Uzair ‘alaihissalam.
Allah ﷻberfirman :
ون قَ ْو َل أ َّ َِّل َين َك َف ُروا ِمن قَ ْب ُل ۚ قَ َٰ َتلَهُ ُم أ َّ ُّلل ۚ َأ َّ ٰن َ ُ َِوقَالَ ِت ألْۡيَ ُو ُد ع َُز ْي ٌر أ ْب ُن أ َّ ِّلل َوقَالَ ِت ألنَّ َص َٰ َرى ألْ َم ِس ُيح أ ْب ُن أ َّ ِّلل ۖ َذَٰ ِ َِل قَ ْولُهُم ِبأَفْ َ َٰو ِههِ ْم ۖ يُضَ َٰ ه
ُون أ َّ ِّلل َوألْ َم ِس َيح أبْ َن َم ْر َ َمي َو َما آ ُأ ِم ُر آوا ا ََّّل ِل َي ْع ُبدُ آوا الَ َٰ هاا َ َٰو ِحدا ا ۖ ََّّل آ الَ َٰ َه ا ََّّل ه َُو ۚ ُس ْب َح َٰ نَهُۥ َ ََّعا َ يُ ْؤفَ ُك
ِ أ ََّّت َُذ آوا َأ ْحبَ َار ُ َْه َو ُر ْه َب َٰ َنَ ُ ْم َأ ْر َِب اِب ِ دمن د,ون
ِ ِ ِ ِ
َ ُّش ُك
ون ِ ْي
“Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair adalah putera Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-
Masih (Isa) adalah putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah memerangi (melaknat) mereka. Bagaimana mereka
sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib (ahli ibadah) mereka
sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam. Padahal
mereka hanya disuruh beribadah kepada Tuhan Yang Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”” (QS. At-Taubah : 30-31)
Berkata salah seorang Sahabat “Ya Rasulullah, kami tidak menyembah pendeta kami, kami tidak
menyembah ahli ibadah kami”, lalu Rasulullah ﷺmenjawab “Bukankah mereka telah menghalalkan apa
yang Allah haramkan kemudian kalian ikuti? Bukankah mereka telah mengharamkan apa yang Allah
halalkan kemudian kalian taati? Itulah bentuk peribadatan kalian kepada para pendeta dan ahli ibadah
kalian”.
Menyembah selain Allah ﷻadalah kesyirikan, sekali pun itu Nabi Muhammad ﷺatau malaikat
Jibril, apalagi mereka menyembah kepada batu, pohon, dan kuburan. Bentuk peribadatan mereka yakni
berdo’a kepada hal-hal selain Allah ﷻ. Mereka orang-orang kafir Quraisy dikatakan musyrik karena
mereka menyembah kepada Allah ﷻdan kepada selain Allah ﷻ, mereka berdo’a kepada selain Allah ﷻ,
walaupun mereka meyakini pencipta, pemberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, dan pengatur alam
semesta adalah Allah ﷻ.
ۚ َل أ َّلس ْم َع َوأ ْ َلبْ َص َٰ َر َو َمن ُ ُْي ِر ُج ألْ َح َّى ِم َن ألْ َم دي ِِت َو ُ ُْي ِر ُج ألْ َم دي َِت ِم َن ألْ َح ِدى َو َمن يُدَ بد ُِر أ ْ َل ْم َر
ُ ِ قُ ْل َمن يَ ْر ُزقُ ُُك ِ دم َن أ َّلس َماآ ِء َوأ ْ َل ْر ِض َأ َّمن ي َ ْم
ون َ ون أ َّ ُّلل فَ ُق ْل َأفَ ََل تَتَّ ُق
َ ُفَ َس َي ُقول
“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka
mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS.
Yunus : 31)
Allah ﷻmemerintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺuntuk mengatakan kepada mereka kaum kafir
Quraisy, “siapa yang memberikan rezeki dari langit dan dari bumi?”, “siapa yang memberikan mereka
pendengaran dan penglihatan?”, yang mana itu merupakan nikmat yang luar biasa, “siapa yang
menghidupkan dari yang mati?”, yang mana asal muasal kita adalah benda mati, kemudian Allah ﷻ
menghidupkan kita. Allah ﷻmenciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam pun dari benda mati yaitu dari tanah,
kemudian Allah ﷻhidupkan Nabi Adam ‘alaihissalam. Kemudian dikatakan lagi kepada mereka kafir
Quraisy “siapa yang mematikan dari kehidupan?”, di mana semua makhluk hidup pasti akan mengalami
kematian. Kita semua sedang berjalan menuju kematian, tidak ada orang yang kekal. Allah ﷻberfirman :
Kalau saja ada makhluk yang diciptakan kekal abadi, maka yang paling berhak untuk hal itu ialah Rasulullah
ﷺ. Beliaulah ﷺyang paling dibutuhkan oleh umat manusia, teratur hidup mereka, agama mereka, dan
dunia mereka dengan sebab beliau ﷺ. Orang yang paling dibutuhkan oleh umat manusia sekali pun Allah
ﷻtidak kekalkan kehidupannya, apalagi selain Rasulullah ﷺ.
Kemudian dikatakan lagi kepada mereka kafir Quraisy, “siapa yang mengatur alam semesta?”,
mereka menjawab “Allah”, lalu dikatakan kepada mereka “mengapa kalian tidak bertaqwa?”. Mereka
tidak dikatakan bertaqwa, tidak dikatakan bertauhid, dan tidak dikatakan beribadah hanya kepada Allah
ﷻsemata. Orang-orang kafir Quraisy adalah orang-orang yang aneh. Mereka meyakini bahwa yang
mengatur alam semesta adalah Allah ﷻ, tetapi mereka berdo’a dan beribadah kepada selain Allah ﷻ.
Sudah sepantasnya, jika meyakini Allah ﷻsatu-satunya Dzat yang mengatur alam semesta, maka Allah ﷻ
pulalah satu-satunya Dzat yang harus diibadahi. Mereka berdo’a kepada Allah ﷻtetapi berdo’a pula
kepada latta, ‘uzza, dan manaat. Jelas ini merupakan kesyirikan, suatu bentuk kufur nikmat atas apa yang
telah Allah ﷻberikan. Nikmat yang begitu besar Allah ﷻberikan kepada mereka berupa rezeki, kehidupan,
pendengaran, penglihatan, dan nikmat lainnya, tetapi mereka berterima kasih kepada selain Allah ﷻ.
Maka berhak Allah ﷻmurka kepada mereka.
: قَ ۡو ُ ُل تَ َع َاَل: فَدَ ِلي ُل الۡ ُق ۡرب َ ِة. َما َدع َۡوَنَ ُ َۡه َوتَ َو َّ َّۡج َنا الَۡيۡ ِ ۡم اَّلَّ ِل َطلَ ِب الۡ ُق ۡرب َ ِة َوالشَّ َفاعَ ِة:ون
َ َُأَّنَّ ُ ۡم ي َ ُقول
ِ ِ
“Mereka (orang-orang yang berbuat syirik) berkata “Kami tidaklah berdoa dan tidak
beribadah kepada mereka (sembahan selain Allah, pent.) kecuali supaya mereka
mendekatkan kami pada Allah dan meminta syafa’at (meminta mereka jadi perantara,untuk
mendoakan kami, pent.).”
َ َوأ َّ َِّل َين أ ََّّت َُذوا ِمن ُدو ِن ِه آۦ َأ ْو ِل َيا آ َء َما ن َ ْع ُبدُ ُ َْه ا ََّّل ِل ُي َق درِبُوَنَ آ ا ََل أ َّ ِّلل ُزلْ َف ٰ آى ا َّن أ َّ َّلل َ َْي ُ ُُك بَيَْنَ ُ ْم ِِف َما ُ َْه ِفي ِه َ ُْيتَ ِل ُف
ون ۗ ا َّن أ َّ َّلل ََّل َيَ ْ ِدى
ِ ِ ِ ِ
َم ْن ه َُو َك َٰ ِذبٌ َك َّف ٌار
“Dan orang-orang yang mengambil sesmbahan selain Allah (berkata) “Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa
yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar” (QS. Az-Zumar : 3).
Mereka orang kafir Quraisy mengatakan “tidaklah kami menyembah berhala kami, kecuali hanya
sebagai perantara atau penghubung antara kami dengan Allah dan sebagai pemberi syafa’at”. Tentu hal
seperti ini persis dengan yang dikatakan sebagian orang di zaman sekarang. Mereka beralasan tidak
mungkin mereka berdo’a langsung kepada Allah ﷻkarena mereka berlumur dosa, sehingga do’a mereka
tidak mungkin dikabulkan oleh Allah ﷻ. Dengan alasan itu, maka mereka mencari orang shaleh yang telah
Sebagian kaum muslimin tidak menyadari, tidak mengetahui, tidak meyakini, dan bahkan
mengingkari bahwa bertawassul (menjadikan perantara) dengan cara seperti itu adalah kesyirikan.
Padahal yang seperti ini diperangi oleh Rasulullah ﷺ. Perlu ditegaskan kembali bahwa berdo’a dan
menjadikan orang yang telah wafat sebagai perantara antara dirinya dengan Allah ﷻmerupakan
perbuatan syirik, sekali pun orang yang telah wafat tersebut adalah orang shaleh. Dan perlu ditegaskan
pula bahwa seseorang yang berdo’a atau bertawassul kepada orang shaleh yang telah wafat, sekali pun
ia meyakini bahwa yang mengabulkan do’anya adalah Allah ﷻ, tetaplah hal ini merupakan perbuatan
syirik. Cukup hanya dengan berdo’a kepada selain Allah ﷻdan meyakini ada orang shaleh yang telah wafat
dapat menjadi perantara antara dirinya dengan Allah ﷻ, hal ini dikatakan syirik.
Orang kafir Quraisy tidak pernah berdo’a meminta surga, diringankan hisab, menerima catatan
amal dengan tangan kanan, dipermudah melewati sirath, dinaungi di Padang Mahsyar, dimudahkan
menjawab fitnah kubur, dijauhkan dari siksa kubur, dan perkara akhirat lainnya, karena mereka tidak
meyakini dan tidak mempercayai adanya kehidupan setelah kematian. Mereka mempunyai tuhan hanya
untuk kehidupan duniawi saja, agar ketika sakit ia sembuh, ketika safar ia selamat, ketika perang ia
menang, dan ketika bekerja ia sukses dalam pekerjaannya. Mereka hanya mementingkan kehidupan dunia
semata.
Hal tersebut tentu berbeda dengan kita seorang muslim. Sebagai seorang muslim, kita meminta
kepada Allah ﷻagar diampuni segala dosa kita, diterangi dan dilapangkan di alam kubur, dibukakan
harumnya surga, dan ditemani oleh sosok yang baik rupa. Kemudian kita meminta untuk keselamatan di
Padang Mahsyar, kita meminta agar dinaungi dengan sebab sedekah ketika di dunia, dengan bacaan Al-
Qur’an ketika di dunia, dan dengan sebab amalan lainnya ketika di dunia. Tidak hanya itu, kita berdo’a
pula agar menerima catatan amal dengan tangan kanan, dipermudah hisab, diperberat mizan (timbangan
amal baik), dan diizinkan untuk minum dari telaga Rasulullah ﷺyang airnya lebih putih daripada susu,
lebih manis daripada madu, dan lebih dingin daripada salju. Kemudian, kita meminta kepada Allah ﷻagar
dipermudah melewati sirath yang mana dalam melewati sirath ada yang sekejap mata, ada yang seperti
angin bertiup, ada yang seperti burung terbang, ada yang seperti kuda pacu, ada yang seperti orang
berlari. Dan akhirnya, kita meminta kepada Allah ﷻuntuk masuk ke dalam surga dan melihat wajah Allah
ﷻ. Kita meyakini bahwa ada kehidupan setelah kematian, seperti itulah do’a kita, dan itulah cita-cita
tertinggi seorang muslim. Allah ﷻberfirman :
Allah ﷻberfirman :
َ َوأ َّ َِّل َين أ ََّّت َُذوا ِمن ُدو ِن ِه آۦ َأ ْو ِل َيا آ َء َما ن َ ْع ُبدُ ُ َْه ا ََّّل ِل ُي َق د ِربُوَنَ آ ا ََل أ َّ ِّلل ُزلْ َف ٰ آى ا َّن أ َّ َّلل َ َْي ُ ُُك بَيَْنَ ُ ْم ِِف َما ُ َْه ِفي ِه َ ُْيتَ ِل ُف
ٌون ۗ ا َّن أ َّ َّلل ََّل َيَ ْ ِدى َم ْن ه َُو َك َٰ ِذب
ِ ِ ِ ِ
َكفَّ ٌار
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya
Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar : 3).
Lihatlah alasan mereka kaum musyrikin Quraisy, mereka beralasan bahwa mereka tidak menyembah
berhala-berhala yang mereka sembah, kecuali hanya sebagai penghubung/perantara untuk mereka
dengan Allah ﷻ. Mereka berpikir tidak mungkin seorang pendosa bisa dekat dengan Allah ﷻ. Lalu mereka
berinisiatif untuk berdo’a kepada sesembahan mereka, menyembelih untuk sesembahan mereka,
bernadzar untuk sesembahan mereka, dan bersumpah atas nama sesembahan mereka, dan segala bentuk
peribadatan lain kepada sesembahan mereka yang dianggap mampu mendekatkan diri mereka dengan
Allah ﷻ.
Kemudian alasan kedua mereka, mereka beribadah/berdo’a kepada orang shaleh yang telah
wafat agar orang shaleh tersebut dapat memberikan syafa’at (perantara). Perbedaan orang-orang
musyrikin zaman dulu adalah mereka berdo’a kepada orang shaleh yang telah wafat untuk meminta
maslahat-maslahat duniawi, sedangkan sebagian orang musyrik di zaman ini, ia berdo’a kepada orang
shaleh yang telah wafat untuk meminta kemaslahatan duniawi dan ukhrawi (akhirat). Allah ﷻberfirman :
Allah ﷻmenegaskan bahwa apa yang mereka sembah tidak mampu mendatangkan mudharat, baik itu
berupa bencana alam, wabah penyakit, kecelakaan, maupun mudharat yang lainnya. Dan tidak pula
mendatangkan manfaat seperti menghilangkan wabah, mencegah bencana alam, dan lain-lain. Tetapi
kemudian mereka mengelak dan mengatakan bahwa sesembahan mereka hanya sebagai perantara
mereka dengan Allah ﷻ. Dan sebagian manusia di zaman ini mengatakan alasan serupa atas perbuatan
شَ َفاعَ ٌة َم ۡن ِفيَّ ٌة َوشَ َفاعَ ٌة ُمثۡ َبتَ ٌة:َوالشَّ َفاعَ ُة شَ َفا َعتَ ِان
“Syafa’at itu ada dua : Syafa’at Manfiyyah (tertolak) dan Syafa’at Mutsbatah (diterima).
َ ي َ َٰ آأََيُّ َا أ َّ َِّل َين َءا َم ُن آوا َأن ِف ُقوا ِم َّما َر َز ْقنَ َٰ ُُك ِ دمن قَ ْبلِ َأن يَأْ ِ َِت ي َ ْو ٌم ََّّل ب َ ْي ٌع ِفي ِه َو ََّل خ َّ ٌَُّل َو ََّل شَ َف َٰ َع ٌة ۗ َوألْ َك َٰ ِف ُر
َ ون ُ َُه أ َّلظ َٰ ِل ُم
ون
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang
telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli
dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang
kafir itulah orang-orang yang zhalim.”” (QS. Al-Baqarah : 254)
Terlebih dahulu, kita harus mengetahui apa itu syafa’at yang shahih yang ada di akhirat kelak. Ada
yang memiliki dan memberi syafa’at, yakni Allah ﷻ. Kemudian ada yang meminta syafa’at, diantaranya
adalah Nabi Muhammad ﷺ. Lalu, ada yang diberi syafa’at, diantaranya adalah pelaku dosa besar yang
diampuni oleh Allah ﷻ. Kelak di hari kiamat, Allah ﷻmenunjuk Nabi-Nya, Rasul-Nya, salah satu diantara
para wali-Nya, orang-orang shaleh, dan malaikat, lalu nama-nama mereka disebut oleh Allah ﷻdihadapan
seluruh manusia dan jin sebagai bentuk pemuliaan kepada mereka. Kemudian Allah ﷻmempersilahkan
mereka untuk meminta syafa’at. Tidak ada satu orang pun yang mengajukan diri dengan mengangkat
Sebagian manusia di zaman ini ada yang berkeyakinan bahwa dirinya atau seseorang dapat
langsung meminta syafa’at pada hari kiamat kelak. Maka keyakinan seperi ini adalah bathil dan berbahaya,
jelas bertentangan dengan ayat yang telah disebutkan. Jangankan meminta langsung syafa’at, berbicara
pun ketika itu tidak ada yang berani. Dari sekian triliyun banyaknya manusia, Allah ﷻhanya menunjuk
beberapa orang saja yang diizinkan-Nya. Sehingga seseorang yang dapat meminta syafa’at adalah ia yang
telah diberikan izin dan diridhai oleh Allah ﷻ. Dan orang yang meminta syafa’at tidak akan menyebutkan
nama-nama yang akan diberi syafa’at, kecuali telah Allah ﷻridhai nama-nama tersebut. Allah ﷻtelah
memberikan ilham kepada orang yang meminta syafa’at untuk menyebutkan nama-nama orang yang
akan diberi syafa’at yang telah Allah ﷻridhai. Adapun dalil tentang harusnya ada izin dan ridha Allah ﷻ
kepada orang yang meminta syafa’at adalah :
Maka dari itu, mintalah syafa’at hanya kepada Allah ﷻ, karena Allah ﷻ-lah pemilik syafa’at.
Nabi Muhammad ﷺmenyebutkan bagaimana kejadian di Padang Mahsyar dalam sebuah hadits
yang panjang. Kala itu, manusia merasakan kepanasan karena matahari didekatkan dengan kepala mereka
sejarak satu mil. Lalu manusia berbondong-bondong kepada Nabi Adam ‘alaihissalam meminta agar Nabi
Adam ‘alaihissalam meminta syafa’at kepada Allah ﷻ. Tetapi Nabi Adam ‘alaihissalam mengatakan
beliaulah yang paling berhak diberi syafa’at, lalu beliau meminta manusia untuk pergi ke Nabi Nuh
‘alaihissalam. Demikian pula jawaban Nabi Nuh ‘alaihissalam kepada mereka. Kemudian manusia
mendatangi Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau tidak mampu pula meminta syafa’at. Setelah itu, manusia
mendatangi Nabi Musa ‘alaihissalam dan mendapatkan hal serupa. Lalu mereka mendatangi Nabi Isa
‘alaihissalam, kemudian mereka diperintahkan untuk pergi kepada Nabi Muhammmad ﷺ. Pergilah
manusia kepada Nabi Muhammad dan memintanya untuk meminta syafa’at kepada Allah ﷻ. Kemudian
Nabi Muhammad ﷺbersujud di bawah ‘Arsy dan memuja serta memuji Allah ﷻdengan pujian yang Allah
ﷻtidak ajarkan ketika di dunia, melainkan Allah ﷻajarkan pada saat itu. Kemudian setelah Nabi
Dengan demikian, sangat jelas bahwa untuk meminta syafa’at harus ada izin dan ridha dari Allah
ﷻdan tidak sembarangan orang dapat meminta syafa’at. Sebenarnya, tanpa dimintakan syafa’at oleh
orang-orang pilihan Allah ﷻ, bisa saja Allah ﷻlangsung mengampuni dan menyelamatkan seseorang yang
akan diberi syafa’at. Namun, Allah ﷻingin memuliakan orang-orang pilihan-Nya (yang dapat meminta
syafa’at) di hadapan seluruh makhluk dengan Allah ﷻmenyebut namanya dan mengizinkannya berbicara
di saat semua makhluk terbungkam.
Maka dari itu, wajib bagi kita untuk memperbanyak berdo’a kepada Allah ﷻagar mendapatkan
syafa’at Rasulullah ﷺ. “Allahumma syafi’ fiyya nabiyyaka Muhammadan ( ”ﷺYa Allah, berikanlah aku
syafa’at Nabi-Mu Muhammad )ﷺ. Dalam meminta syafa’at Rasulullah ﷺpun, kita memintanya kepada
Allah ﷻ, karena milik Allah ﷻlah seluruh syafa’at. Allah ﷻberfirman :
Apabila seseorang meminta syafa’at kepada Rasulullah ﷺ, maka ia telah berbuat syirik, karena beliau ﷺ
telah wafat. Berdo’a kepada selain Allah ﷻhukumnya syirik sekali pun kepada Nabi atau malaikat, karena
do’a merupakan bentuk ibadah. Rasulullah ﷺbersabda :
Kemudian wajib bagi kita memperkuat tauhid kepada Allah ﷻ, karena hal ini merupakan salah satu
diantara banyak faktor penyebab seseorang diberi syafa’at dan selamat dari neraka Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ
bersabda :
Perlu diketahui pula bahwa salah satu sebab diantara banyak sebab tidak mendapatkan syafa’at
Rasulullah ﷺadalah menetap dan wafat di negeri kafir. Negeri kafir adalah suatu negeri di mana tidak
nampak syiar Islam, di mana adzan tidak berkumandang, tidak terlihat shalat berjama’ah, shalat Jum’at,
shalat di hari raya Idul Fitri, dan shalat di hari Raya Idul Adha. Rasulullah ﷺbersabda :
1. Syafa’at Manfiyah.
Syafa’at Manfiyah adalah syafa’at yang dilarang atau ditiadakan dalam syariat adalah syafa’at
yang diminta kepada selain Allah ﷻ, yakni meminta hal yang tidak mampu dikabulkan kecuali oleh
Allah ﷻ. Contohnya meminta surga, diampuni dosa, selamat dari neraka, syafa’at Rasulullah ﷺ,
dan hal lainnya kepada selain Allah ﷻsekali pun itu kepada para Nabi, Malaikat, dan orang-orang
shaleh. Allah ﷻberfirman :
َ ي َ َٰ آأََيُّ َا أ َّ َِّل َين َءا َمنُ آوا َأن ِف ُقوا ِم َّما َر َز ْقنَ َٰ ُُك ِ دمن قَ ْبلِ َأن يَأْ ِ َِت ي َ ْو ٌم ََّّل ب َ ْي ٌع ِفي ِه َو ََّل خ َّ ٌَُّل َو ََّل شَ َف َٰ َع ٌة ۗ َوألْ َك َٰ ِف ُر
َ ون ُ َُه أ َّلظ َٰ ِل ُم
ون
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak
ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-
orang yang zhalim.” (Al-Baqarah : 254).
Mereka yang dijadikan wali dan dianggap dapat memberi syafa’at oleh seseorang, mereka tidak
akan mampu memberi syafa’at kelak, kecuali Allah ﷻyang izinkan dan tidak mampu mengajukan
diri untuk meminta syafa’at.
2. Syafa’at Mutsbatah.
Syafa’at Mutsbatah adalah syafa’at yang dibenarkan dalam syari’at adalah syafa’at yang diminta
kepada Allah ﷻ, seperti halnya berdo’a meminta agar Allah ﷻmemberikan syafa’at Rasulullah ﷺ.
Kita berdo’a kepada Allah ﷻagar dimintakan syafa’at oleh Rasulullah ﷺkarena beliau ﷺsudah
Perlu ditekankan kembali bahwa proses syafa’at bertujuan untuk memuliakan seseorang yang
ingin Allah ﷻmuliakan dihadapan triliyunan manusia dan jin kelak di hari kiamat. Dan seseorang yang
meminta syafa’at adalah ia yang diberikan izin dan diridhai oleh Allah ﷻucapan dan perbuatannya, serta
orang yang dimintakan syafa’at adalah ia yang diridhai oleh Allah ﷻ. Allah ﷻberfirman :
ُالصا ِل ِح َني َو ِمَنۡ ُ ۡم َم ۡن ي َ ۡع ُبد َّ ِمَنۡ ُ ۡم َم ۡن ي َ ۡع ُبدُ الۡ َم ََلئِ َك َة َو ِمَنۡ ُ ۡم َم ۡن ي َ ۡع ُبدُ ا َلنۡ ِب َيا َء َو:َأ َّن النَّ ِ َِّب ﷺ َظه ََر عَ َل ُأَنَ ٍس ُم َت َف درِ ِق َني ِِف ِع َبادَاِتِ ِ ۡم
هللا عَلَ ۡي ِه َو َس َّ ََل َ َِجي اعا َولَ ۡم يُ َف د ِر ۡق بَيَۡنَ ُ ۡم
ُ هللا َص َّل ِ َوقَاتَلَهُ ۡم َر ُسو ُل،ا َل ۡح َج َار َوا َل ۡۡش ََار َو ِمَنۡ ُ ۡم َم ۡن ي َ ۡع ُبدُ الشَّ ۡم َس َوالۡقَ َم َر
“Nabi memerangi manusia yang bermacam-macam cara beribadahnya. Di antara mereka ada
yang menyembah para malaikat, ada yang menyembah para nabi dan orang-orang shalih, ada
yang menyembah pohon dan batu, dan ada pula yang menyembah matahari dan bulan.
Rasulullah memerangi mereka tanpa membeda-bedakan mereka.
Rasulullah ﷺmemerangi orang-orang yang beribadah kepada selain Allah ﷻtanpa membeda -
bedakan, sekali pun yang mereka sembah adalah Nabi dan Malaikat. Bentuk-bentuk kesyirikan yang
disebutkan oleh As-Syaikh di atas diperangi oleh Rasulullah ﷺsemuanya. Rasulullah ﷺmemerangi orang-
orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menyembah Nabi ‘Uzair dan Nabi Isa. Para Nabi adalah orang
yang jelas keshalehannya, derajat dan keshalehannya di atas orang-orang shaleh biasa, tetapi Rasulullah
ﷺperangi mereka yang menyembah Nabi dalam bentuk berdo’a kepada Nabi. Dalil bahwa para Nabi lebih
shaleh dari orang-orang shaleh biasa adalah firman Allah ﷻ:
أ َّ َِّل َين َأنْ َع َم أ َّ ُّلل عَلَۡيْ ِ م ِ دم َن ألنَّ ِ ِ دِب َۦن َوأ د ِلص دِدي ِق َني َوألشُّ هَدَ ا آ ِء َوأ َّلص َٰ ِل ِح َني
“…orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiiqiin, para syuhada
(orang-orang yang mati syahid), dan orang-orang shaleh.” (QS. An-Nisa : 69).
Rasulullah ﷺmemerangi orang-orang Quraisy yang mereka menyembah/berdo’a kepada makam orang
shaleh yakni latta, mereka berdo’a kepada pohon keramat yakni ‘uzza, dan berdo’a kepada batu keramat
yakni manaat.
Demikian pula sebagian orang di zaman ini, mereka beribadah kepada ‘Ali Ibn Abi Thalib
Radhiyallahu ‘anhu, Fathimah Radhiyallahu ‘anha, Hasan, dan Husein Ibn ‘Ali Ibn Abi Thalib, maka mereka
telah melakukan kesyirikan. Isa Ibn Maryam (Nabi Isa) ‘alaihissalam kedudukannya lebih afdhal (baik)
daripada ‘Ali ibn Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, tetapi Rasulullah ﷺperangi mereka yang berdo’a kepada
Nabi Isa ‘alaihissalam. Jika saja orang-orang yang menyembah Nabi Isa ‘alaihissalam dikatakan syirik dan
diperangi, maka demikian pula orang-orang yang beribadah kepada ‘Ali Ibn Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu,
mereka dikatakan telah melakukan kesyirikan, dan mereka itulah orang-orang Syi’ah.
Allah ﷻberfirman :
Ini adalah perintah Allah ﷻkepada Rasulullah ﷺuntuk memerangi mereka yang menyembah
selain Allah ﷻdengan segenap kekuatan dan kemampuan yang dimiliki Rasulullah ﷺ. Tetapi perlu diingat
bahwa Islam tidak langsung memerangi mereka yang kafir. Pertama, mereka didakwahi terlebih dahulu
untuk masuk ke dalam agama Islam lalu diberikan hak-haknya sebagai orang muslim. Apabila mereka tidak
mau, mereka diberikan pilihan kedua, yakni tetap dengan agama dan keyakinan mereka dengan syarat
membayar pajak. Dan pilihan ketiga adalah diperangi oleh kaum muslimin apabila mereka bersikeras
dengan agama dan keyakinan mereka tetapi enggan untuk membayar pajak. Dan perlu diketahui pula
bahwa pada detik-detik sebelum berperang, mereka masih diajak untuk masuk ke dalam agama Islam.
Dan ketika di dalam peperangan ada yang masuk Islam, makai a langsung dilindungi oleh kaum muslimin.
Perlu diketahui pula bahwa mereka yang diperangi adalah mereka yang menyerang kaum muslimin.
Apabila tidak menyerang kaum muslimin, maka tidak boleh diperangi. Orang-orang kafir dari kalangan
wanita, anak-anak, dan lansia pun tidak boleh diperangi. Tumbuhan mereka tidak boleh ditebang, rumah-
rumah mereka tidak boleh dihancurkan, gereja-gereja dan tempat ibadah mereka pun tidak boleh
dihancurkan, termasuk orang yang sedang beribadah di dalamnya harus dilindungi. Demikianlah perang
didalam Islam.
ُ َو ِم ْن َءاي َ َٰ تِ ِه أل َّ ْي ُل َوألَنَّ َ ُار َوألشَّ ْم ُس َوألْقَ َم ُر ۚ ََّل ت َ ْس ُجدُوا لِلشَّ ْم ِس َو ََّل لِ ْلقَ َم ِر َوأ ْْسُدُوا ِ َّ ِّلل أ َّ َِّلى َخلَقَه َُّن ان ُك
َ ُنُت ا ََّّي ُه تَ ْع ُبد
ون
ِْ ِ
“Di antara tanda-tanda (kekuasaan-Nya) adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah
bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah
Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. Fushsilat : 37).
Ini merupakan dalil larangan Allah ﷻuntuk menyembah matahari dan bulan karena sebagian
orang menyembah keduanya. Seperti halnya yang terjadi di zaman Nabi Sulaiman, sebagian dari kaumnya
menyembah matahari yang dipimpin oleh Ratu Saba’. Dalam riwayat israiliyyah (cerita Bani Israil) Ratu
Saba’ bernama Ratu Bilqis. Namun kita tidak boleh membenarkan dan mendustakan kisah-kisah
israiliyyah, seperti halnya mereka menamai anak dari Nabi Adam adalah Habil dan Qabil. Kita dilarang
untuk membenarkannya karena tidak dikabarkan di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah ﷺ,
Beliau ﷺbersabda :
َو ََّل يَأْ ُم َر ُ ُْك َأن تَتَّ ِخ ُذوا ألْ َملَ َٰ آئِ َك َة َوألنَّ ِ ِ دِب َۦن َأ ْر َِب اِب
“Dia tidak memerintahkan kalian untuk menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai tuhan-
tuhan.” (QS. Ali-‘Imran : 80).
Ini adalah dalil bahwa sebagian orang menyembah para Malaikat dan para Nabi, kemudian Allah
ﷻmelarang mereka untuk tidak menyembah kepada salah satu dan keduanya. Telah berlalu bahwa
contoh orang-orang yang menyembah Nabi adalah Yahudi dan Nasrani, kemudian sebagian orang ada
yang menyembah kepada Ruh Qudus (dalam Islam Ruh Qudus adalah Jibril ‘alaihissalam). Allah ﷻ
berfirman :
Ini adalah dalil bahwasanya ada sebagian orang yang menyembah Nabi Isa dan bahkan
menyembah Maryam ‘alaihassalam. Asy-Syaikh mengulang mengatakan bahwa ada orang menyembah
Nabi untuk mempertegas dan memperkuat dalil sebelumnya yang sebenarnya satu dalil pun sudah cukup
untuk menjelaskan keharaman beribadah kepada Nabi. Keyakinan mereka orang-orang Nasrani adalah
Nabi Isa putra Allah ﷻ, Nabi Isa adalah Allah ﷻ, dan Nabi Isa adalah salah satu dari 3 Tuhan mereka
(Trinitas).
Ini merupakan dalil bahwa sebagian orang menyembah/berdo’a kepada orang shaleh yang telah
wafat. Padahal mereka orang-orang shaleh yang disembah tersebut ketika masih hidup, mereka adalah
َو َمنَ ٰو َة ألث َّا ِلثَ َة أ ْ ُل ْخ َر ٰ آى,َأفَ َر َءيْ ُ ُُت ألل َّ َٰ َت َوألْ ُع َّز ٰى
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Latta dan Al Uzza, dan
Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS. An-Najm
: 19-20).
ون ّبِ َا َأ ۡس ِل َحَتَ ُ ۡم يُ َقا ُل لَهَا َذ َات ِ ۡ َولِ ۡل ُم،َخ َر ۡجنَا َم َع النَّ ِ ِ دِب ﷺ ا ََل ُحنَ ۡ ٍني َو َ َۡن ُن ُحدَ ََث ُء َع ۡه ٍد ِب ُك ۡف ٍر
َ ّش ِك َني ِسدۡ َر ٌة ي َ ۡع ُك ُف
ُ ُون ِع ۡندَ هَا َويَن
َ وط
الۡ َح ِديث.هللا ا ۡج َعلۡ لَ َنا َذ َات َأنۡ َو ٍاط َ َمَك لَهُ ۡم َذ ُات َأنۡ َو ٍاط ِ ََّي َر ُسو َل: فَ َم َر ۡرَنَ ب ِِسدۡ َرِ ٍة فَ ُق ۡلنَا،َأنۡ َو ٍاط
“Kami keluar bersama Nabi untuk perang Hunain dan kami pada waktu itu belum lama keluar
dari kekufuran. Orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon di mana mereka itikaf di sisinya
dan menggantungkan pedang-pedang mereka yang disebut pohon Dzatu Anwath. Kami pun
melewati pohon itu lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu
Anwath seperti milik mereka…” (Lalu beliau melarangnya) Al-Hadits.”
Ini merupakan dalil bahwa sebagian orang menyembah pohon dan batu. Telah berlalu
bahwasanya latta adalah kuburan orang shaleh yang dibuatkan nisan dan diletakkan batu besar berwarna
putih pada kuburan tersebut. Kemudian, ‘uzza adalah pohon yang dikeramatkan dan dihancurkan oleh
Khalid Ibn Walid Radhiyallahu’anhu. Dan manaat adalah batu yang dikeramatkan. Allah ﷻsebut ketiga
berhala ini. Perlu diketahui bahwa berhala itu bukan hanya patung, tetapi segala sesembahan selain Allah
ﷻadalah berhala, dapat berupa batu, pohon, kuburan, telaga, dan lain-lain. Kuburan Rasulullah ﷺpun
apabila disembah, maka menjadi berhala. Rasulullah ﷺpernah berdo’a :
َ أ ْج َعل ل َّ َنا آ الَ َٰ هاا َ َمَك لَهُ ْم َءا ِلهَ ٌة ۚ قَا َل انَّ ُ ُْك قَ ْو ٌم َ ْتهَ ُل,ون ُس َ َن َّ ِاَّل َين ِم ْن قَ ْب ِل ُ ُْك
ون َ ا ْج َع ْل لَ َنا الَهاا َ َمَك لَهُ ْم أ آ ِلهَ اة انَّ ُ ُْك تَ ْر َك ُب
ِ ِ ِ ِ
“Buatlah untuk kami sebuah sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberapa sesembahan. Musa
menjawab, “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang bodoh (terhadap tauhid)” (QS. Al-A’raf : 138). (HR.
At-Tirmidzi dan Ahmad).
Rasulullah ﷺmengatakan bahwa mereka seperti Bani Israil meminta sesembahan selain Allah ﷻ
kepada Nabi Musa ‘alaihissalam, mereka masih mempercayai bahwa pohon tersebut mampu
memberikan keberkahan. Padahal yang memberi keberkahan dan memberikan kemenangan ketika
perang adalah Allah ﷻ. Sama halnya dengan yang terjadi di zaman sekarang, seseorang menjadikan
sesuatu sebagai jimat dan mempercayai jimat tersebut dapat mendatangkan keberkahan, menolak
mudharat, dan mendatangkan maslahat, maka hal ini termasuk kesyirikan sebagaimana orang-orang Bani
Israil.
Hal ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa mengenal perkara tauhid secara mendalam dan
terperinci membutuhkan waktu yang lama, tidak cukup dengan waktu yang instan, tidak cukup hanya
dengan daurah, dan tabligh akbar saja. Dan bersabarlah dalam menuntut ilmu.
ٌ ِ ِش ُكهُ ۡم د
َاِئ ِِف ۡ ِ ّش ُكو َز َما ِن َنا
ِ ۡ َو ُم،ون ِِف الشَّ َّد ِة ِ ۡ ِش اًك ِم َن ۡ َال َّو ِل َني ِ َل َّن ۡ َال َّو ِل َني ي
َ ُّش ُك
َ ون ِِف ال َّرخَا ِء َو ُ ُۡي ِل ُص ۡ ِ ُّش ِِك َز َما ِن َنا َأغۡلَظِ ۡ َّن ُم
: َوادلَّ ِلي ُل قَ ۡو ُ ُل تَ َع َاَل،الش َّد ِة
ال َّرخَا ِء َو ِ د
“Orang-orang musyrik di zaman kita lebih parah kesyirikannya daripada orang-orang zaman
dulu, karena orang-orang zaman dulu berbuat syirik saat lapang saja tetapi ikhlas saat kesulitan,
sementara orang-orang musyrik di zaman kita, kesyirikan mereka terus-menerus pada saat
lapang dan sulit.”
ِ ْ َل َد َع ُوا أ َّ َّلل ُم ْخ ِل ِص َني َ ُل أ د ِدل َين فَلَ َّما ََنَّٰىٰ ُ ْم ا ََل ألْ َ دِب ا َذا ُ َْه ي
َ ُّش ُك
ون ِ ْ فَا َذا َر ِك ُبوا ِِف ألْ ُف
ِ ِ ِ
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka
(kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-Ankabut: 65).
Kaum musyrikin di zaman dahulu, mereka melakukan kesyirikan ketika dalam keadaan lapang.
Maksud dari keadaan lapang adalah dalam keadaan mereka tidak terjepit dan kesulitan. Sebagaimana
firman Allah ﷻdi atas, ketika mereka kaum musyrikin berlayar mengarungi lautan dengan kapal mereka,
dengan ikhlas mereka berdo’a kepada Allah ﷻdan melupakan sesembahan-sesembahan mereka yang
lain. Tetapi setelah Allah ﷻselamatkan mereka ke daratan, mereka kembali beribadah kepada selain Allah
ﷻ.
Asy-Syaikh Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah mengatakan bahwa tauhid adalah sebab utama
dikabulkannya do’a. Lihatlah bagaimana kaum musyrikin sebagaimana firman Allah ﷻdi atas, ketika ia
berdo’a dengan ikhlas dan hanya berharap kepada Allah ﷻ, maka Allah ﷻkabulkan do’a mereka. Maka
janganlah berkecil hati bagi para pelaku kedzaliman, janganlah berputus asa dari berdo’a kepada Allah ﷻ,
dan janganlah kedzaliman menjadikan seseorang enggan berdo’a kepada Allah ﷻ. Ini merupakan bisikan
syaithan agar mereka semakin menjauh dari Allah ﷻ. Sebesar apapun dosa yang seseorang lakukan
bahkan sampai pada tingkat dosa yang paling besar yakni kesyirikan, apabila dalam berdo’a kepada Allah
ﷻia ikhlas hanya berharap kepada-Nya, maka Allah ﷻakan kabulkan do’a tersebut. Seperti halnya firman
Allah ﷻyang telah disebutkan di atas, Allah ﷻmenyelamatkan kaum musyrikin dari terjangan badai di
Sedangkan orang musyrik di zaman sekarang, ketika dalam keadaan sempit (terdesak), mereka
masih menyebut nama orang-orang shaleh yang telah wafat yang mereka berdo’a kepadanya (yang
mereka sembah). Dalam kedaan terdesak, mereka masih menyebut-nyebut “Yaa Syaikh Abdul Qadir
Jaylani”, “Ya Ahmad Al-Badawi”, “Ya mustofa Ya habibi Muhammad”, dan mereka berharap keselamatan
dengan menyebut nama-nama orang shaleh, jelas ini merupakan kesyirikan. Kemudian ketika mereka
lapang, mereka pun menyebut-nyebut nama orang shaleh yang mereka anggap mampu memberi syafa’at
dan pertolongan kepada mereka.
Alhamdulillah, telah selesai pembahasan kitab Qawaa’idul Arba’ ini. Dengan ini kita telah
mengetahui jawaban dari alasan-alasan orang-orang yang berdo’a/beribadah kepada orang shaleh
dan sesembahan selain Allah ﷻlainnya. Dan dengan ini pula akan menjadi sebab kita mampu
mendakwahkan kepada mereka tentang kesyirikan yang mereka lakukan dengan empat kaidah yang
telah disebutkan.