org)
Dr. H. Abdul Haris, M.Ag
APLIKASI I’RAB
Penulis
Dr. H. Abdul Haris, M.Ag
ISBN
978-602-50557-4-4
Editor
Moh. Syifa‟ul Hisan
Tata Letak
Abdul Jalil
Penerbit
Al-Bidayah
Redaksi
Jl. Moh. Yamin No.3b Tegal Besar Kaliwates Jember 68133
Telp. 081336320111
Email: pustaka.albidayah@gmail.com
Website: albidayahbookstore.co.id
ii | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Kata Pengantar
017
Jember, 17 Agustus 2
Penulis
Abdul Haris
NB: Segala bentuk kritik dan saran dari pembaca dapat secara
langsung disampaikan melalui telpon atau sms ke nomor
081 336 320 111.
iv | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Daftar Isi
ٍى ٍ ىٍ ى ى ىٍىي ى ى
كالرض ى
ةء ى
.........................ىك٦ةػ٪ٞ٤ةاْك ٧ى ى ى ى ىٍ ى
ي 15.
ك٦ةثح٪٭٧ةَل ًٔجً 114
ٍى ى ى ى ى ٍ ٍى ى ُّ ي
َشم٭ نؿا 16. ..............................إًفًٔؽةاْن٭ ٍٮ ًرًٔ٪ؽاهللًإث٪ةٔ 122
ٍ ى ي ى ىٍ ى ي ى ٍ ي
ؿ 17. ...........................................ح٪ضطاللً٦يؾإًَلا١٣ك ٍٮ 129
ى ى ٍ ى ي ى ٍ ى ٍ
..............................................ذْ ًٟاً١٣ذةبَل ىريتذًي ً18. ٫ 133
ى ٍ ى ى ي ه ى ى ي ٍى ٍ ى ٍن ى ٍ ى ن ى ٍىن ى ٍ ٍ ى ٍ ٍ
خ 19.ْيةدس ًٛي ً٫ ًلً٪ةءًالىي ً ......أخُٯرص٢ظك٨اْٮص ً٫ًْٞ ٚياأمٮاَل٠سً 139
ىى ت ى ىى ى ٍى ى ى ىى ٍ ي ى ى ى ٍى ى ى ى ٍ ى ٍ ى ى ٍ ي ي ى
الك٪حاَلػل ًؽدسذتً ٬ؾق ًاْؿقة ٣حكاٞ٣ةًٔؽةاْؿاثًٕ ح 20. رأيخٚةًَ٧ح
ىٍ ٍ ى ٍ ٍ ى ى ى ٍ
ًاْلٔل ًِلحًاْل ً ٧
ف ٨ً٦ .........................................اٞ٣ٮا ًٔؽ ً 149
ك ىج ى٭ ن ِل نل ى ٔ٤ى ٍي ً ٫ى ٍ ي ٍ ى ٍ ي ٍ ي ٍ ى ٍ ى ٍ ي ى ُّ ي ٍ ي ى ُّ ٍ ى ى ي ى ت ي ٍ ى ى
ةرا 21. ....أك ًؿـاْ٧ك٧ً٤ٮفاً ١٣ؿي٥٩بًي٭٥يى٤ٮفكيك٧٤ٮف 165
راْى ٍ ى ى ٍ ي ي ى ى ى ٍ ىي ٍ ىي ٍ ي ى ه ٍ ي ٍى ى ٍ ى ٍ ى ى ٍى ٍ ى
عيعحأقةجًيؽ ق 22. ً حٞؿأاَّلًماثٮقٝةا ً٥اٞ٣ؿأفاً ١٣ؿي ٥كالؽًي
ى
ُّ ٍ ى ن ى ىٍ ى ى
.........................................بٕؽولة ًاْىجطً َ٤جةْ ً٤س ىٮ ً
اب 176
ٍ ى ٍىٍ ىٍ ي ي ى ى ىٍ ٍ ٍ ي ٍ
٨ً٦ ...............................ظك ً٨إًقل ًـاْ٧ؿءًدؿ٫٠٦ةَلحًٕ٪ي ً23. ٫ 193
ٍي ى يٍ ي ىى ىى ت ى ى ٍ ييٍ ى ىى ى ى ى ى ىٍى ى
رقةا ً٢رج٢ ٝىًؿااذً ً٭ ٍ٥اٍ ٞ٣ؿ
آف 24. ةؿيسذجٮفزلث ..........أدعزلزحاْؿص ً 202
ىٍي ٍ ٍ ى ٍى ي ى ٍىٍ ٍ ي ى ٍ ى ى يٍ
٨٦ ........................َكفيؤ٨ً٦ثًةهللًكاِلٮ ًـاْلػ ًًؿ٤ٚيً ١ؿـًي ٛ25. ٫ 212
ي ى ىٍ ى ى ى ى ٍ ٍ ى ي ى ى ى ى ي ي
ةالخ٧ةؿثًةنلتي ً
ةت 26. رق ٍٮؿاهللًوَّلاهللٔ٤ي ً٫كق٥٤إًج ٧ ٝةؿ
ى ى ى ى ى يت ٍ
..............................................كإًج٧ةًُ ٣كام ًؿ وئ٦ة٩ٮل 224
ى ى ي ى ٍ ي ٍ ي ى ٍ ى ي ٍ ى ي ىىٍ ي ى ى ي ي ى ي ى
ف 27.كأً ٩ىذ ٍٮا٤ٕ٣س ٍ٥د ٍؿح ٍٮ .................كإًذاً ٝؿئاٞ٣ؿآفٚةقذ ًٕ٧ٮاَل 241
ٍ ى ى ى ىن ن ى ى ى ُّ ٍ ى ى ٍ ىيٍي ى ى ى ى ى
ادجيةظك ٪ح ىك ًِفاْلػًؿة ًظك٪ح 28. ةِف
ةس٨٦حٞٮؿرب٪آأد ًً ٪ىك٨ً٦انل ً
ى ى ى ى
........................................................ىك٪ً ٝةٔؾابانل
ةرً 252
Daftar Pustaka .................................................... 267
Biodata Penulis ................................................... 271
Metode Al-Bidayah | 1
APLIKASI I’RAB
2 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Kalimah
Metode Al-Bidayah | 3
APLIKASI I’RAB
ي ي
isim adalah: 1). bisa dimasuki ( اؿ٢
) اْؿص , 2). bisa
ىٍ ى ه ى ي ٍيٍ ى
ؽ ىرق ٦), 3). bisa dibaca jer ( ًذةبالقذةذً٠),
dibaca tanwin ( ح
ٍ ٍى
4).bisa dimasuki huruf jer ( ؽ
ض ً
ك ً
٧) ًِفاْ
ٍ ٍي
Kalimah Huruf ( ؼ ) ىadalah kalimah yang tidak
ال ؿ
dapat berdiri sendiri. Ia akan selalu tergantung pada
kalimah fi‟il atau kalimah isim.
4 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍ ٍٍ ي
harfi al-illati () ا ً ر ًـ, mabni ala hadzfi al-nuni (ضب ٮا
) ا ً ً
ٍ ى
dan mabni ala fathi ( ٨
ضب
) ا ً ً.
ٍي ى ي ٍ ٍي
Fi’il mujarrad (ضؿ د
٧ اْ ٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il yang hanya
terdiri dari unsur fa‟ fi‟il, „ain fi‟il dan lam fi‟il saja.
ى ى ى
Contoh: بض ; ضadalah fa‟ fi‟il, رadalah „ain fi‟il
dan بadalah lam fi‟il. Sifat dasar dari fi‟il tsulatsi
mujarrad adalah “sama‟iy”. Maksudnya, untuk
menentukan harakat „ain fi‟il dalam fi‟il madli dan
fi‟il mudlari‟nya, serta bagaimana bentuk bacaan
mashdarnya kita harus melihat kamus atau
mendengar langsung dari orang Arab.
ٍ ٍي ٍى ٍي
Fi’il mazid (ؽ ًـ ي ٧ اْ ٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il mujarrad yang
mendapatkan tambahan satu, dua atau tiga huruf
ٍ يىٍن ىٍ ىى
ziyadah (٥ ٪ ت ٢
٬ة
ك ) أ كي . Fi‟il mazid ada tiga; 1) mazid bi
ى ى
) ً ى, 2) mazid bi harfaini (ب ى ى ى
harfin (ب
ةر ٌ ى
ةر ) د , 3) mazid bi
ٍ ى ٍ ى
tsalatsati ahrufin (ب ق ذ ى
ض ) إ ً . Sifat dasar dari fi‟il mazid
adalah “qiyasi”. Maksudnya, bagaimana bentuk
bacaan fi‟il madli, mudlari‟, mashdar dan seterusnya,
kita tinggal mencocokkan dengan wazan-wazan
yang ada.
ٍ ي ٍ ٍي
Fi’il shahih ( ط
ع ي
اْى ً٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il yang unsur fa‟
fi‟il, „ain fi‟il dan lam fi‟ilnya bukan berupa huruf
„illat ()كام. Fi‟il shahih dibagi menjadi tiga; 1) salim
ىىى ى ىىى
(ط
) ذ ذ , 2) mudla‟af (ؽ٦ ) , 3) mahmuz (٢
) أ م .
ُّ ٍ ٍ ي ٍ ي ٍ ى
Fi’il mu’tal ( ٢
ٕ ذ ٧ اْ ٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il yang salah satu
atau dua unsur fa‟ fi‟il, „ain fi‟il dan lam fi‟ilnya
berupa huruf „illat. Fi‟il mu‟tal dibagi menjadi empat;
Metode Al-Bidayah | 5
APLIKASI I’RAB
ى ى ى ى ى
1) mitsal (ؽ
ٔ ) ىك , 2) ajwaf (ةؿ ) ىر 4) lafif
ٝ ) , 3) naqish (م
ى ى
mafruq/maqrun (م ىٮل ) ىك .
,ق
ٍى ٍ يٍي ٍ ٍي
Fi’il ma’lum ( ٮ ـ٤ ٕ ٧ اْ ٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il yang berarti
“aktif”. Sebuah fi‟il disebut sebagai fi‟il ma‟lum
karena pelafadzannya tidak diikutkan pada kaidah
ىى
ذ ى ٠ (dia laki-laki telah menulis,
majhul. Contoh: ت
ى ٍي
( يسذ يتdia laki-laki sedang/akan menulis). Sebuah
fi‟il ketika berstatus sebagai fi‟il ma‟lum pasti akan
selalu membutuhkan fa‟il
ٍ ٍ ي ٍى ٍ ي ي
Fi’il majhul ( ؿ ض ٭ ٍٮ
٧ اْ ٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il yang berarti
pasif. Sebuah fi‟il disebut sebagai fi‟il majhul karena
pelafadzannya diikutkan pada “kaidah majhul”.
Konsep dasarnya, fi‟il yang dapat dimajhulkan
terbatas pada fi‟il muta‟addi. Dampak dari fi‟il yang
dirubah dari ma‟lum menjadi majhul adalah
pembuangan fa‟il yang kemudian diganti oleh maf‟ul
bih yang berubah nama menjadi na‟ib al-fa‟il.
Kaidah ىmajhul ada ىtiga, yaitu : ى ى
ٍ يي ىي ى ى ىٍى ي ٍ يي ىي ى ى ىٍى ي
ال ً
ػ ًؿ ٢
ةر ج
٦ط أك ٥ً
ذً َٚل ك -ػ ًؿ ال ً٢ ةر ج
٦س َل ك ك ً أك ٥ً
-
ى ىٍى ٍى ي ي ُّ ي ى ى ت ي
ػ ًؿ
ال ً ٢ ةر ج ؾ ىك ك ً ى
٦س ع ؿ و
ذ ٦ُك
٥ً -
ي ى ى ٍ ي ٍ ي
Contohضب ً (telah dipukul), ؿًٛ ٘( أقذtelah dimintakan
ي ٍ ى ي
ampun), ب ض ( يsedang/akan dipukul). Sebuah fi‟il
ketika berstatus sebagai fi‟il majhul pasti
membutuhkan na‟ib al-fa‟il.
ي ٍ ٍي
Fi’il lazim ( اْل ًز ـ٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il yang tidak
membutuhkan maf‟ul bih (obyek). Untuk
mengetahui bahwa sebuah fi‟il termasuk fi‟il lazim
dapat diketahui dari “arti” yang dimiliki. Ketika
artinya tidak dapat dipasifkan, maka dapat
dipastikan bahwa fi‟il tersebut adalah fi‟il lazim.
6 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ى ى
Contoh: ًؿحٚ( gembira), kata gembira tidak mungkin
dapat diubah menjadi digembira, sehingga dapat
ى ى
dipastikan bahwa ح ًؿ ٚ adalah fi‟il lazim.
ٍيىى ت ٍ ٍي
Fi’il muta’addi ( ؽل
ذ ٕ ٧ اْ ٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il yang
membutuhkan maf‟ul bih. Untuk mengetahui bahwa
sebuah fi‟il termasuk fi‟il muta‟addi dapat diketahui
dari “arti” yang dimiliki. Ketika artinya dapat
dipasifkan, maka dapat dipastikan bahwa fi‟il
ى ى ى
tersebut adalah fi‟il muta‟addi. Contoh:ح ش
(menjelaskan). Kata menjelaskan memungkinkan
untuk dirubah menjadi dijelaskan, sehingga dapat
ى ى ى
dipastikan bahwa حش adalah fi‟il muta‟addi. . Fi‟il
muta‟addi ada tiga;
1) Muta‟addi ila maf‟ulin wahidin. Contoh:
ى ٍ ىي ي ى ه ٍ ي ى
ٍؿآفٞ ٣ ؽ ا٧م
ؿأ ٞح
2) Muta‟addi ila maf‟ulaini. Contoh:
ىن ى ٍ ى يى ه ى
ة٧ ٬ًية ًد ٍر ٤ٔ
ؽ ٧م
ُٯ
خ
أ
Metode Al-Bidayah | 7
APLIKASI I’RAB
ٍ ٍ ٍ ٍى ٍ
(ف إًر ًـ – ا ًف إ ً ر ًـ
) إ ً ر ًـ – ا , mabni ala hadzfi al-nuni
ٍٍ ي ٍ ٍٍ ي ٍى ٍٍ ي
( ًضبٮا
ً ًضبٮا – ا ًف ا ض ب ٮا – ا
ً ف ا ) إ ً ًdan mabni fathah
ٍ ى ٍ ٍ ى ٍى ٍ ى
(٨ًضب
ً – ا ًف ا٨ًضب
ً ف ا
– ا ٨ضب
) إ ً ً3) fi’il mudlari’, ketika
bertemu dengan nun taukid menjadi mabni fathah
ٍ ى ٍ ى ىٍ ى ٍ ى ى ٍ ى
(٨ضب
ً –ا ًفي٨ضب
ً في–ا ٨ض ب
) ي ًdan ketika bertemu dengan
nun niswah menjadi mabni sukun
(ى٨ ٍ ٍ ٍ ى ى ٍ ٍ ى ٍ ٍ ى ىٍ ى
ضب
ً –ا ًفي٨
ضب ً في–ا ٨
ضب
) ي ً.
ٍي ٍ ي ٍ ٍي
Fi’il mu’rab ( ٕ ىؿب٧ اْ ٢
ٕ ٛ ً٣ ) اadalah fi‟il yang harakat
huruf akhirnya dapat berubah-ubah sesuai dengan
„amil yang masuk. Yang termasuk dalam kategori fi‟il
mu‟rab hanyalah fi‟il mudlari yang tidak bertemu
dengan nun taukid dan nun niswah
ٍ ٍ ى ٍ ي ى ٍ ى ٍ ى ىٍ ى
(بض
ً ي٥ضب–ْ
ً ف ي
أ -ضب
) ي ً
8 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 9
APLIKASI I’RAB
ى
penggunaan isim isyarah (ً ؾ ق
ً٬ ) dan penggunaan isim
ً ٣) ا.
maushul khas ( ت
ٍ
Isim nakirah (ً ىؿ ة١
انل ً ٥ق ي
)إ ً adalah isim yang
pengertiannya masih bersifat umum. Ciri khasnya
adalah memungkinkan untuk ditambah alif + lam
ى ي ه ٍ ىى ه
()اؿ. Contoh: ا ً م ؿأ ة,٢
ص
ر
ٍى ٍ ى ٍ
Isim ma’rifat ( ًحٚ ٕ ًؿ ٧ اْ ٥ق ي
)إ ً adalah isim yang
pengertiannya sudah jelas, diketahui batasannya.
ٍ ٍ
٧ اٌْ ً٥ق ي
Isim ma‟rifat ini dibagi menjadi enam ; 1) ًْي ا ً /
يى يى ٍ ي ٍ ى
kata ganti (...ة ٧ ٬ اْلم ى
, ٮ٬) , 2) ً ةر ة ً٥ق
إ ً / kata petunjuk
ى ى ى ٍ ٍ ي ٍىٍ ي ي
(...ؾ ق ً
ً٬
, ؾا٬ و ٍٮ
), 3) ؿ ٮ ٧ اْ ٥اْلق
ً/ kata penghubung
ى ٍيٍ ى ي ٍ ى ي ٍ ٍىى
(...اف
اّْل ً,م
) ً, 4) isim + ةب( اؿ
اَّل ذ ١
ً٣ا,
ةذ ) , 5) ٥ ً٤ ٕ ٣ ا٥ق ي
ال
ق ذ إ ً /
ى ٍىي يى ه ى ٍى ٍ ى ٍي ى ي
nama (ؽ
ح أ , ؽ ٧م
) , 6) ًح ٚ ٕ ًؿ ٧اْ ل ةؼ ا ً
ٌ ٧ اْ / isim yang
ى ي ٍيٍ ى
dimudlafkan kepada isim ma‟rifat (ق ذةذً اَل
ةب
ً ذ ٠
) .
ٍ ٍ ي ٍيٍ ى ي
Isim munsharif (ؼ ص
ً٪ ٧ اْ ٥ق
اَل
ً ) adalah isim yang dapat
يى ه
menerima tanwin. Contoh : ؽ ٧م
ٍٍ ٍ ي ى ٍي ٍي
Isim ghairu munsharifؼ( ص ً ى ً٪ ٧ْي اْ
د ٥ق
اْل
) ًadalah yang
tidak dapat menerima tanwin. Alasan sebuah isim
disebut sebagai isim ghairu munsharif adalah : 1)
ي ىٍى
washfiyah + wazan fi‟il (ح ؿ
)أ , 2) washfiyah + ziyadah
ي ٍ ى ي ى
ىؿ ١
alif nun (اف ) , 3) washfiyah + „udul () اػ يؿ, 4)
ق
ىٍىي
„alamiyah + wazan fi‟il (ؽ
ح) أ , 5) „alamiyah + ziyadah
يٍى ي ي ى
alif nun (ةف ) , 6) „alamiyah + „udul ( يؿ٧خ
٧خ س ) , 7)
ىي ى
„alamiyah + ta‟nits ( ح ٧َ
ة ًٚ) , 8) „alamiyah + „ajam
ٍي ٍ ى ىٍ ىى
(٢
خ ي
ة ً٧ق
)إ ً , 9) „alamiyah + tarkib mazji ( ٟ ج٤) ب ٕ , 10)
10 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ي ى ى
shighat muntaha al-jumu‟ (ؽ
صكة ً
) م , 11) alif ta‟nits
ىٍ ى
ٌ ي
(ةء ) ب ي .
ٍٍى
ُّ ً ج٧ اْ ٥ق ي ٍ ٍ
Isim mabni (ن اْل
) ًadalah isim yang harakat
huruf akhirnya tidak dapat berubah-ubah,
meskipun dimasuki oleh „amil. Isim mabni dibagi
ٍ ٍ يى ي ى
menjadi enam; 1) ًْي ٧ اٌْ ً٥ق ي
إ ً /kata ganti (...ة ٧ ٬
, ٮ٬) , 2)
ٍ ٍ ي ٍىٍ ي ي ى
و ٍٮؿ اْل
ٮ ٧ اْ ٥ق ً / kata penghubung ( ..اف اّْل ً,اَّلم ً ).
ى ٍ ي ٍ ى ى ى ى ٍ ي ٍ ٍ ٍ ى
3) ةر ة ً
م اْل
ً٥ق إ ً /kata petunjuk ( ... ًؾ ق ً٬,ا ٭ ًٛق ذ ً
ؾ ٬) , 4) ةـ اْل
ً٥ق
إ ً
ى ي ى ىٍى ٍ ي ٍ
/kata tanya (ٟ ي ٠ ), 5) اَْشطً
ظةْ ٙ إًق / isim yang
٥
artinya membutuhkan jawaban “maka”
ٍ ٍ ى ٍ ى ى ىٍي ٍ ٍ ٍ ي ى ٍ
(ـ
ؿ
ً ١ي٤ٚ...َكف٨٦ ), 6) ٢
ً ًٕٛ ٣ا
٥ي ( إًق
٦ً ) آ
ٍي ٍ ي ٍ ٍ
ٕ ىؿ ٧ اْ ٥ق ي
Isim mu’rab (ب اْل
) ًadalah isim yang harakat
huruf akhirnya dapat berubah-ubah sesuai dengan
يى ه يى ن يى
„amil yang masuk. Contoh : ؽ
و٧م
،ؽا٧م
، ؽ٧م
ٍى ٍ
Isim fa’il (٢ ة ًٛ ٣ ا٥ق ي
ٔ ً )إ ً adalah isim yang “artinya”
menunjukkan orang atau sesuatu yang melakukan
pekerjaan. Isim fa‟il yang berasal dari fi‟il mujarrad
ى ه ى ه ى ه
mengikuti wazan ٢ ٔ ة ًًٚةرًب (
,ةص
ً ٩) , sedangkan yang
berasal dari fi‟il mazid dibentuk dari fi‟il mudlari‟nya
dengan cara huruf mudlara‟ahnya dibuang dan
diganti dengan mim yang didlammah, kemudian
ي ٍ ىٍ ه يى ه
huruf sebelum akhir diharakati kasrah ( ؾ م تؿ ,
ؿ ًٛ ٘ك ذ
) م .
Isim maf’ul (ؿ
ٍىٍ يٍ ي
ٕ ٮ ٛ ٧ اْ ٥ق
اْل ٍ ٍ ي
) ًadalah isim yang artinya
menunjukkan orang atau sesuatu yang dikenai
pekerjaan. Isim maf‟ul yang bersal dari fi‟il mujarrad
ىٍ ي ه ىٍ ي ٍ ه ى ٍ ي ه
mengikuti wazan ؿ ٕ ٍٮ ٛ ٦ب (
ض ٍك ,ى ٮ ر
م ٪ ٦) , sedangkan
yang berasal dari fi‟il mazid dibentuk dari fi‟il
mudlari‟nya dengan cara huruf mudlara‟ahnya
Metode Al-Bidayah | 11
APLIKASI I’RAB
12 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ى ىٍ ه
menunjukkan tingkatan (ةب ك ً ي
ظ
) ً: فخ ( lima). Isim
„adad yang berbentuk hisabiy harus berlawanan
dengan ma‟dudnya dari sisi mudzakkar-
muannatsnya dan yang harus dijadikan sebagai
pegangan adalah bentuk “mufrad” dari ma‟dudnya.
ىٍ ى ي يي ىٍ ي ى ى
Contoh:ت خ
ذ و٠ك ح ىٮ و ٤و
, ات خ
ف .
ٍىٍي ٍ ي ٍ ٍ
ٮ ٞ ٪ ٧ اْ ٥ق ي
Isim manqush (ص اْل
) ًadalah isim yang huruf
akhirnya berupa ya‟ lazimah dan harakat huruf
ٍى
ً ٞ ٣) ا. I‟rab isim
sebelum akhirnya berupa kasrahةض(
manqush ini, pada waktu rafa‟ dan jernya bersifat
taqdiri, sedangkan pada waktu nashabnya bersifat
lafdhi. Ya‟ yang merupakan huruf akhir dari isim
manqush harus dibuang, apabila isim manqush
tertulis tanpa alif-lam ()اؿ, tidak dimudlafkan dan
ى
tidak berkedudukan nashab. Contoh: ةض
و ٝ .
ٍ يٞ ٍ٧ اْ ٍ ى٥ق يٍ ٍ
Isim maqshur (ىٮ ير اْل
) ًadalah isim yang huruf
akhirnya berupa alif lazimah dan harakat huruf
ي ى ٍ
م ٍٮ
sebelum akhirnya berupa fathahَس( ٔ ح ى
,س ) ً. I‟rab
isim maqshur ini pada waktu rafa‟, nashab dan
jernya semuanya bersifat taqdiri. Konsep tentang
isim manqush dan isim maqshur penting untuk
diketahui karena akan menjadi dasar untuk
memahami konsep tentang i‟rab taqdiri
Metode Al-Bidayah | 13
APLIKASI I’RAB
I’rab
ي ٍ ٍ
I’rab (ٔ ىؿاب
اْل
) ًadalah perubahan harakat akhir
sebuah kalimat karena adanya amil yang berbeda-
beda yang masuk pada kalimat tersebut, baik
perubahan tersebut bersifat lafdzy, taqdiriy atau
mahalliy. Contoh:
ى ى ى ى ٍ ى ى ى ي ى ى ى يى ه
د ؾا اْ ىٮ ي٬ةء
ص -َس ةء م ٍٮ ص - ؽ٧م ةء
ص -
ى ى ٍ ي ى ى ٍ ى ىى ىى ٍ ي ي ٍ ى ىى ٍ ي ي ى ن
د ؾا اْ ٮ ٬خ رأ ي -َس
خ م ٮ رأ ي -ؽا٧م خ رأ ي -
ىى ٍ ي ى ى ٍ ىى ىى ٍ ي يٍ ى ىىٍ ي ي ى
دْٮ ً
اا
ت ث ً ٭ ؾ
م ؿ ر -َس
ٮ ٧ت ث ً
م ؿ ر - وؽ٧ع
٧ت ث ً
م ؿ ر -
I’rab dibagi menjadi empat, yaitu: 1) Rafa‟, 2)
Nashab, 3) Jer, 4) Jazem.
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
Isim-isim yang harus dibaca rafa’ (ةءً٧ق
ت ال
ع
ٮ ٚ) م ؿ
yaitu: 1) Fa‟il, 2) Na‟ib al-Fa‟il, 3) Mubtada‟, 4)
ى ى
Khabar, 5) Isim ف
َك
, 6) Khabar إ ًف, 7) Tawabi‟ ( isim-
isim yang hukum i‟rabnya mengikuti hukum i‟rab
kalimat yang sebelumnya/mathbu‟). Tawabi‟ ini
dibagai menjadi empat, yaitu : 1) Badal, 2) Na‟at, 3)
„Athaf, 4) Taukid.
ىٍ ي ٍى ي ٍىٍ ى
Isim-isim yang harus dibaca nashab (ةءً٧ق
ال
ةت
ى ٮ ب
٪ ٦)
yaitu : 1) Maf‟ul bih, 2) Maf‟ul Mutlaq, 3) Maf‟ul li
Ajlih, 4) Maf‟ul fih, 5) Maf‟ul ma‟ah, 6) Hal, 7)
Tamyiz, 8) Munada, 9) Mustatsna, 10) Isimإ ًف , 11)
ى ى ت ً ى ٍ ٍ ٍ ى
Khabar ف
َك
, 12) Isim ف
ال ج ً
ف ً
ً نل ً ٣َل ا
, 13) Tawabi‟
(Badal, na‟at, ma‟thuf, taukid).
14 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ى
ف Khabar
ف ( إ ً ) adalah khabar dalam jumlahػ ى ي
ب إ ً
ismiyyah yang dimasuki إ ًف dan saudara-
saudaranya. ف Pengamalan dari
dan saudara-إ ً
ى ٍ ي ٍ ٍ ى ى ي ٍى
ق ى٥ ىك د ٍؿ ذ ٓاْل ى ى
ب saudaranya adalah: اْل
ت ً
ى
Contoh : .ت ً ٪
ى ىى ى ىه يى ٍ ى ى ي ى يى ىٍ ى ى يى ن ى
َ ٧ح ٝة ا ً ٧ح ٨ ٝة ا ً ٍ ٧ٮ
ف-إ ًف ٚة ً م٧ ًؽ ح ةف-إ ًف
٨ ٝة ا ً ً ٧ م٧ ؽا ٝة ا ً ه٥-إ ًف
م٧ ؽ ي ً -إ ًف
ى ى ى ٍ ى ٍ ى نى ى ي ن
دا خ ك ال ي ً
اء ل-إ ًف ك ر
ص ارً ر
ِفاد -إ ًف ً
ٍىٍ يٍ ي
ؿ ث ً ً Maf’ul bih ( ٫ ) adalah isim yang dibacaاْ ٧ ٕٛ ٮ
nashab yang jatuh setelah fi‟il muta‟addi dan ia
berkedudukan sebagai
ى :ىobyek. Contoh ى
ٍ ىٍ ي ى ٍن ٍىٍى ى ن ٍ ى يى ه ىٍن يي ن ىى يى ه ٍي ى
اًعة
اَل مؿ ك ً
ق ًٕي ؽا ٯم٧ؽ ز يؽا ٍٚ ٤ٮقة –أٔ ٧٤
خ ُ خ ف-أ م٧ؽ ا ٣ٍ ٞؿآ - ٝؿأ
ى ي ى ٍ ى ه ى ي ى ٍ ٍ ي ي ى ى
اهلل ث ً ٪ٮ ًر ً ٬٥-ٔ ٤ىً ٥
م٧ؽأفا ً ب ٪٫ ٦ة ً ٬هؿ ت - ذ ٬ى
ٍ ى ى ى ي ٍيٍ ى ي ى ه ي ى ىٍيي ى ى ىٍ ى ٍ
اًط ك ً ال
ق ذةذ ظ ٫ مش اَّل ي-اد ٍرس ً ك ذ ًٕ ي
ةؾن
ةؾ ج ٕ ج ؽ كإ ًي
-إ ًي
ٍىٍ يٍ ي ٍيٍ ىي
Maf’ul Mutlaq ( ٜ ُ ٤ ) adalah isim yang dibacaاْ ٧ ٕٛ ٮ ؿ اْ ٧
nashab yang terbentuk dari mashdar fi‟ilnya yang
berfungsi sebagai taukid (penguat), „adad
(menunjukkan bilangan) dan naw‟ (menunjukkan
model atau jenis). Contoh:
ى ى ى ىٍه ٍ ىٍ ى ى ٍ ىن ى ى ى ىٍ ه ٍ ىٍ ى ى ٍ ن
ضب ح ت
ك ا ٣
ز يؽ ضب - ضبةكت ا ٣
ب ز يؽ
ض
-
ى ى يى ه ييٍن ى ى ى ىٍ ه ٍ ىٍ ى ٍ ىى ٍ يٍ ى
م٧ ؽ ك ٝٮٚة ق ذةذً - ٝةـ ال
كت ًضبح ا ٣
ز يؽ
ضب -
ٍىٍ يٍي ىٍ
ص ً ً٤ Maf’ul li Ajlih (٫ ل ) adalah isim yang dibacaاْ ٧ ٕٛ ٮ ؿ ً
nashab yang terbentuk dari mashdar qalbiy yang
merupakan “alasan” dari terjadinya sebuah
pekerjaan. Contoh
ى : يى ىٍ ي ىٍن ى ى ى يى ه ٍى ن ٍ ى
ق وؽ
ل
ػ ٮٚة ً - ث
سيخ ق ذة وذ ٠ؿا٦ة ً
ل م٧ؽإ ً - ٝةـ
ىى ىٍ ييٍ ىٍى ى ي ٍ ى ٍ ىى ٍ ى
ل وؽ
ن ي حإ ً م
ػ
ز ٥ َل د
َل ت ٞذ ٤ٮاأ ك
- ك
ٍ ٍىٍ يٍ ي
ؿ ذً ي ً Maf’ul fih (٫
) adalah isim yang dibaca nashabاْ ٧ ٕٛ ٮ
ى ى ٍي
ةف( keterangan waktuyang menunjukkan
ؼ اْـ ً ٦
ّ ؿ
)
ٍى ى ى ٍي
ف ( atau keterangan tempat
ك ً
ؼ اْ ٧
ّ ؿ
dan selalu)
ِف mengira-ngirakan arti
ً . Contoh:
ى ى يى ه ىى ى ٍى ٍ ى ى ى ى يى ه ى ٍى ٍ ى ى ىى
ةـ اْ ٧ؽ ىر
قحً م٧ؽا ٦ قحً ج٭ ن
ةرا- ٝةـ ٨ اْ ٧ؽ ر
م٧ؽ ً ٦
صٓ
- ر
ٍىٍ يٍ ي ى ىي
ؿ ٦ٕ Maf’ul ma’ah (٫ ) adalah isim yang dibacaاْ ٧ ٕٛ ٮ
nashab yang jatuh setelah wawu ma‟iyah. Contoh :
ى ى ٍ ٍى ى ى ٍ ى ىى ي ٍى ى ىى ى ٍه
ةف
اْل ح ٧
٨ ت جٮ ؤاادار ك ً
اَّل ح ػ ً٤ي٢ ىكاْ٤ ي
٢- ك ً ةٚؿ
ق -
ٍ ي
) adalah isim yang dibaca nashab yangى
ةؿ( Hal
ال
ى ٍ ي ى
menjelaskan keadaan shahib ةؿal-hal/
ال ً .وةظًت
Contoh:
ى ى يى ي ٍ ى ى ٍ ى ىٍ ى ى يى ى ى ى يى ه ى ن
ً ٠جً ى
ي ف را
م٧ ؽ ك
ةء
ص ي -
ً ٠ج ً
اف را
م٧ ؽ ًصةء
ً ٠جة - م٧ؽ را
صةء
-
ى ى ي ى ه ى ٍ ىي ٍ ي ٍى ى ى ى ٍ ى ى ي ى ىن
ف
ا ٣ ٞؿأ
م٧ؽ ح ٞؿأ
صةء
ً ٠جح-
َ ٧ح را ٚة ً
صةءت
-
ي ( Tamyiz
ٍ ٍي
) adalah isim yang dibaca nashabال ٧يً
yang menjelaskan “benda” yang masih bersifat
samar. Contoh: ى ى ٍ ىىٍ ي ٍ ٍ ى ى ن ى ٍ ىي ٍ ى ى ن
ً ٠ذ ةثة
٨
َش ي
ٔ ً
تيخ ً
م
ةَل-إ ً كث ً ٦ ٪
ٟ ٦ -أ ٩ةأ
ٍيى ى
ةدل ( Munada
) adalah isim yang dibaca nashabاْ ٧ ٪
yang jatuh setelah huruf nida‟. Contoh :
ى ى ي ى ى ى ن ٍن ى ى ين ى ى ي ي ى يى ي
ق ٍٮؿا
هللً ٔ ٧٤ة- ية ر َ ً
ةلة ً ل- ية
ص
٢- ية ر
صم٧ؽ- ية ر
- ية
ٍي ٍ ىٍى
ن ( Mustatsna ك ت س
) adalah isim yang dibaca nashabاْ ٧
yang jatuh setelah adat al-istitsna‟. Contoh :
يى ه ى ى يى ه يى ن ى ى ى ٍى ي يى ن ى ى ٍى ي
م٧ؽ ةص ى
ةءإ ًَل /م٧ ؽا- ٦ م٧ؽ ةء ا ٣ٍ ٞٮ ـإ ًَل
ةص ةء ا ٣ٍ ٞٮ ـإ ًَل
م٧ ؽا- ٦ ص -
ىٍ ٍ ٍ ى
ف Isim ال ج ً
ف ً نل ً
ت ًَل ا٣ ً
setiap isim nakirah yang adalah
ى
َل dibaca nashab yang jatuh setelah . Contoh :
ى ى ن ٍن ى ى ٍ ىٍي ه ى ى ى ى ي ى
ظ ً ه
ةض ٔ ٧٤ة َ ً
ةلة ً َل ٔ ٤و٥ م ٧ٍ ٞٮ
ت- ظت ً وة ً
َل ار-
ِفاد ً٢ ً ص َل ر
-
ٍ
ف Isim ) adalah mubtada dalam jumlahإ ًق ي ٥إ ً
ف ( إ ً
dan saudara-saudaranya.إ ًف ismiyah yang dimasuki
Contoh:
يى ٍ ى ى ي ى يى ىٍ ى ى يى ن ى
٨ ٝة ا ً ٍ ٧ٮ
ف م٧ ًؽ ح ف ةف -إ ً ٨ ٝة ا ً ً ٧م٧ ؽ ي ًٝة ا ً ه ٥ - إ ًف م٧ ؽا -إ ًف
ى ى ى ٍ ى ٍ ى نى ى ي ن
داخ ك ال ي ًاء
ل-إ ًف ك ر
ص ار ر
ِفاد ً
-إ ًف ً
ى ى ى ى ى
ف Khabar َك ف( ب
َك ػ ى ي
) adalah khabar dalam jumlah
ى ى
ف ismiyyah yang dimasuki َك
dan saudara-
saudaranya. Contoh:
ى ى ٍ ى ى ي ى ى ن ى ى يى ى ى ىٍ ى ى يى ه ى ن
َ ٧ح ٝة ا ً ٧ح
ٚة ً
َك ٩خ
- ي
اف ٝة ا ً ً ٧
م٧ ؽ ً
ف
َك
- م٧ؽ ٝة ا ً ٧ةف
َك
-
ٍ ى ي ى ى يى ه ى ٍي
س
س ذتاد ر م٧ؽ ي ف
َك
-
ٍ ي
خ ( Na’at
) adalah isim yang menjelaskan sifatانل ٕ
dari man‟ut atau sifat dari sesuatu yang
berhubungan dengan man‟ut. Na‟at pasti terbuat
dari isim shifat/isim musytaq. I‟rab na‟at harus
selalu disesuaikan
ي man‟utnya. Contoh:يdengan
ى ى ى ي ه ىٍ ٍي ى ى ى ى يه ى ه ٍ ى ي يى ه ى ي ه ى
ف ٢ ح ٞىؿأ ا ٣ٍ ٞؿآ
ص ةء ر ق ذةذ قي-
ص ٢ ٦ة ً ٬ؿأ ص ةء ر
ص ٢ ٦ة ً ٬هؿ- ص م٧ ؽ ر -
ىى ٍ ي ى ي ن ى ٍ ىي ٍ ي ٍ ى ىى ٍ ي ٍ ىى ن ى ن ي ٍ ى ي ى ى ن ي ي ىٍ
ف ل ح ٞؿأ ا ٣ ٞؿآ ص خ ر ق ذةذ ٬ة- رأ ي ام ؿأ ة ٦ة ً ٬ؿاأ خ ل ٦ة ً ٬نؿا- رأ ي ص خ ىر - ىرأ ي
ىى ٍ ي ى ي ىٍ ي ٍي ى ي ُّ ي ىى ٍ ي ىٍى ى ىىٍ ي ى ي ى
٢ ح ٞىؿأ ا ٣ٍ ٞؿآ
ف ص و َل ود ٦ة ً ٬ىؿةوأ م ٭ ٍ٥- م ؿ ر
ت ث ً ؿ ت ث ًأ ك
٢ ٦ة ً ٬وؿ- م ؿ ر ص وت ث ً ؿ
- م ؿ ر
ٍى ٍ ي ٍ ي
ؼ ( Ma’thuf ُ ٮ ) adalah kalimah yang jatuhاْ ٧ٕ
setelah huruf „athaf dan hukum i‟rabnya
disesuaikan dengan ma‟thuf alaihnya. Contoh:
ى ى يى ه ىىى ٍ ي ى ى يى ه ى ى ى ي
ل ً ٦يؾقي ك د
م٧ؽ ةء ص
َ ٧ح- ك ٚة ً
م٧ؽ ةء ص
-
ي ىى ٍ ي ي ى ن ى ى ى ٍ ى ىى ٍ ي ي ى ن ى ى ى ى
ل ً ٦يؾ ق اك د
م٧ ؽ َ ٧ح- رأ يخ اك ٚة ً
م٧ ؽ
- رأيخ
ىىى ٍ ىى ٍ ي ي ى ىى ىى ىىٍ ي ي ى
ل ً ٦ي ًؾ ق ًك د
ع٧ وؽ َ ٧ح- م ؿرت ث ً ٧
ك ٚة ً
ع٧ وؽ - م ؿرت ث ً ٧
ٍ ٍي
ؽ ( Taukid ً ٠ي ) adalah kalimah yang berfungsiال ٮ
sebagai “penguat” arti dari muakkad. Taukid selalu
menggunakan “lafadz-lafadz yang sudah
Jumlah
ٍ ٍ ىي
Jumlah ( ح٤٧ )اليadalah susunan kalimah yang
minimal terdiri dari fi‟il dan fa‟il atau mubtada‟ dan
khabar. Aspek yang dapat dibahas dari jumlah itu dibagi
menjadi dua, yaitu: 1) dari aspek pembentukan, 2) dari
aspek kedudukan i‟rab.1
A. Pembentukan Jumlah
Jumlah dari aspek pembentukannya dibagi
menjadi dua, yaitu: 1) jumlah fi‟liyyah dan 2) jumlah
ismiyyah2.
ي ٍ ٍ ٍ ٍ ىي
) ي
1. Jumlah Fi’liyyah (ًي ح٤ًٕٛ ٣حا٤٧ال
a. Pengertian
Jumlah fi‟liyyah adalah jumlah yang
minimal terbentuk dari fi‟il dan fa‟il3 serta dapat
dilengkapi dengan maf‟ul bih. Contoh:
ىى ى يى ه ت ى ىى ى ىى يى ه
ح٣ؽاْؿقػة٧ذتم٠ ( ػت
ذ ٠ sebagai fi‟il, ػؽ
٧ مsebagai fa‟il
ى ىى
تsebagai maf‟ul bih).
dan ح٣اْؿقة
20 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍ ٍ ىي ٍ ٍ ي
ي
b. Variasi susunan ًي ح٤ًٕٛ ٣حا٤٧ال
Metode Al-Bidayah | 21
APLIKASI I’RAB
ي ى ٍيٍ ي ي ى
Fi‟il + naib al-fa‟il, contoh: ؿآفٞ٣ ًؿئاٝ. (lafadz ئ
ًؿ ٝ
berkedudukan sebagai fi‟il, sedangkan lafadz
ٍي ي
ٍؿآ ٞ٣ اberkedudukan sebagai naib al-fa‟il).
ف
ي ٍ ٍ ٍ ٍ ىي
ي
2. Jumlah Ismiyyah (ي ح٧ً ْلق
ً حا٤٧)ال
a. Pengertian
Jumlah ismiyyah adalah jumlah yang
terbentuk dari mubtada‟ dan khabar,4
يى ه يى ه ى ى
contoh:٥ً ػةاٝػؽ٧ػؽ( م٧ مsebagai mubtada‟, dan ٥ًػةا هٝ
ه
sebagai khabar.
ٍي ٍ ى ي ٍ ٍ ي
b. Variasi susunan ي ح٧ً ْلق
ً حا٤٧! ال
Variasi jumlah ismiyyah antara lain
adalah:
Mubtada‟ + Khabar (mubtada‟ disebutkan
terlebih dahulu sedangkan khabar
ه يى ه ى
disebutkan belakangan), contoh: ٥ًػػةا ٝػػؽ٧م
ه يى
(lafadz ػؽ
٧ مberkedudukan sebagai mubtada‟,
ى
sedangkan lafadz ٥ًػػةا هٝ berdudukan sebagai
khabar).
Khabar yang didahulukan + mubtada‟ yang
ه ى ىه يى ه ى يٍى ٌه ي ى
diakhirkan ( جذػػؽأمػػ ؤػ ؿ٦ػػؽـكٞ٦)ػػػب, contoh:
ى ي ه
٢رصػ ً( ًفادارlafadz ًفادارًberkedudukan sebagai
ى ىه يى ه
khabar yang didahulukan/ؽ ـٞ٦ب ػ, sedangkan
ى يه
lafadz ٢ رص berdudukan sebagai mubtada‟ yang
يٍىىه ي ى
diakhirkan/جذؽأمؤػ هؿ٦).
22 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 23
APLIKASI I’RAB
ه يى
٧ مtidak lagi
Setelah dimasuki إًف, lafadz ػؽ
disebut mubtada‟ akan tetapi disebut isim
ى
إًفyang harus dibaca nashab dan lafadz ٥ًةا هٝ
tidak lagi disebut khabar akan tetapi
disebut sebagai khabarnya إًفyang harus
dibaca rafa‟).
Yang termasuk dalam saudara-
saudaranya إًفadalah:
ىى ى ى ىى ى ى
ٍِل , أف٠, ٨س
.٢ٕ٣, خ ً ٣, أف, إًف
ى ى يى ى
3) كأػ ىٮات٭ة
ى٨ّ
ى ى يى ى
ىكأػ ىٮات٭ػػػة٨ ّػػػmemiliki pengamalan
ى ٍ ي ٍ ي ٍ ى ى ى ى ٍى ى ى ى ى ى ي ى ى ٍ ي ى ىى
ٕ ٍٮَل ًفْ٭ػةٛ٦ة٧بلَعأج٭ جذؽأكاْل٧ْ ًىتا٪( تmenashab-
kan mubtada‟ dan khabar dengan
menjadikan keduanya sebagai maf‟ul bih
dari dzanna wa akhwatuha). Contoh:
ى ىٍ ي يى ن ى ن ى
ة٧ً ةاٝؽا٧خم٪٪ّ (sebelum dimasuki ٨ّ, lafadz
يى ه
ػؽ
٧ مberkedudukan sebagai mubtada‟ dan
ى
lafadz ٥ًػةا هٝ berkedudukan sebagai khabar.
ى يى ه
Setelah dimasuki ٨ّػ, lafadz ػؽ ٧ مtidak lagi
disebut mubtada‟ akan tetapi disebut
ى
maf‟ul bih pertama dari ٨ػ
ّػ yang harus
ه ى
dibaca nashab dan lafadz ٥ًػػةا ٝ tidak lagi
disebut khabar akan tetapi disebut sebagai
ى
maf‟ul bih kedua dari ٨ّ yang harus dibaca
nashab).
Yang termasuk dalam saudara-
ى
saudaranya ٨ّ adalah:
24 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
B. Kedudukan I’rab
Jumlah dari aspek kedudukan i‟rabnya dibagi
menjadi dua, yaitu: 1) al-jumal allati laha mahallun
min al-i‟rab dan 2) al-jumal allati la mahalla laha min
al-i‟rab5.
a. Pengertian
Metode Al-Bidayah | 25
APLIKASI I’RAB
26 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 27
APLIKASI I’RAB
28 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ىٍ ي ٍي ى
jumlah. Jumlah ٍؿآفٞ٣ ىؿأ اٞ حbisa diganti dengan
ى ن ٍي ى
ٍؿآفٞ٣ةراة اً ٝ. Disebut berkedudukan sebagai
ٍى ي
hal/ةؿ ال . Karena posisinya yang jatuh setelah
يى ه
isim ma‟rifah “ ؽ ٧”م. Karena berkedudukan
ٍى ي
sebagai hal/ةؿ ال , maka ia harus dibaca nashab,
dan tanda nashabnya tidak ada karena ia
berupa jumlah yang hukum i‟rabnya adalah
mahalli).
3) Jumlah yang berkedudukan sebagai maf‟ul bih
ٍىٍ يٍي
(٫ٕٮؿث ً ًٛ٧ْ)ا.
Contoh dari jumlah yang berkedudukan
ىي ٍ ي ى ىٍى ي ى ٍ ى ى
ُّؿ ًٛٓ بٕؽ ال٧ً ح َتذ٦ ال٨ُّ ّأ
sebagai maf‟ul bih adalah: ؽ
ى ىٍ ى ىٍى ي
(jumlah ُّؿ ًؽٛٓ بٕؽ ال٧ً َتذadalah jumlah yang
memiliki kedudukan i‟rab, yang dalam konteks
contoh di atas berkedudukan sebagai maf‟ul
ُّ ىي
bih yang kedua dari ٨ أّ . Disebut memiliki
kedudukan i‟rab karena posisinya bisa diganti
oleh isim yang bukan jumlah. Jumlah
ىٍى ي ى ٍ ى ى يٍى ىن ىٍ ى ى
ُّؿ ًٛٓ بٕ ؽ ال٧ً َتذbisa diganti dengan ؽ
ؽ ُّؿ ًٕٛح بٕؽ ال٧ً مذ.
Karena berkedudukan sebagai maf‟ul bih,
maka ia harus dibaca nashab, dan tanda
nashabnya tidak ada karena ia berupa jumlah
yang hukum i‟rabnya adalah mahalli).
4) Jumlah yang berkedudukan sebagai mudlaf
ٍي ى ي
ٍ ةؼإ ى
ilaih (٫ِل ً ً ٌ٧ْ)ا.
Contoh dari jumlah yang berkedudukan
ٍ ىٍ ي ىى ي
ي
sebagai mudlaf ilaih adalah: اهلل ٥ ظير ام ىؿك ي٨ً٦
ي ىى ي
٥ ام ىؿك يadalah jumlah yang memiliki
(jumlah اهلل
kedudukan i‟rab, yang dalam konteks contoh
Metode Al-Bidayah | 29
APLIKASI I’RAB
30 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
a. Pengertian
Metode Al-Bidayah | 31
APLIKASI I’RAB
32 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 33
APLIKASI I’RAB
34 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 35
APLIKASI I’RAB
kedudukan i‟rab.
9) Jumlah yang berkedudukan sebagai sebagai
tawabi‟ dari matbu‟ yang tidak memiliki
kedudukan i‟rab.
Contoh dari jumlah yang berkedudukan
sebagai tawabi‟ dari matbu‟ yang tidak
memiliki kedudukan
ىi‟rab adalah: ي
ى ىى ُّ ٍ ى ٍ ٍى ٍ ٍى ىى ٍ ى ٍ ٍ ي ىىى ى ىى ى
اْكؤددًانلت٭ةيح ٨ً ى٦ ىكأد ىركخ،٘ةيح٣ضؽًا٧ْا٨ً ى٦٘خ٤ث،ح٦خال
ً ٌإًذاج٭
ى ى ى ى ُّ ٍ ى ٍ ىٍ ى
(jumlah ػػح اْكػػؤددًانلت٭ةي ٨ًػػ٦ أد ىركػػخberkedudukan
sebagai tawabi‟/ ma‟thuf karena jatuh setelah
huruf „athaf ” ىك“. Karena berkedudukan sebagai
ma‟thuf, maka hukum i‟rabnya disesuaikan
dengan ma‟thufun „alaihi yang dalam konteks
contoh di atas berkedudukan sebagai jawab
syarath yang tidak memiliki kedudukan i‟rab.
Karena ma‟thufun „alaihinya tidak memiliki
kedudukan i‟rab, maka ia juga tidak memiliki
kedudukan i‟rab).
36 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Syarath
Metode Al-Bidayah | 37
APLIKASI I’RAB
2. Fi’il Syarath
ٍ ٢ ًٍٕ يٚ) adalah setiap kalimah fi‟il
Fi’il syarath (اَْشطً
yang jatuh setelah adat syarath.
ٍ ىٍى ي ي ٍ ى ىي ى ى ٍ ى ى ى
٤ؽقٝة٦٥ٍ ٍؿْ٭ٛ٘إًفيجذ٭ ٍٮاح
Contoh: ٙ
Fi‟il syarath pada umumnya pasti ada di dalam
pembahasan syarath, akan tetapi untuk adat syarath
tertentu fi‟il syarathnya tidak ىdisebutkan. Adat
ىٍ ى ىٍ ى
syarath dimaksud adalahة٦ْٮ،ْٮَل،ة٦أ.
Contoh:
ي ىى ى ى ىٍ ى ى ٍ ى ي
ةس
انل ٟ٤رححاهللًْ٭ ْٮَل
ٍ ٍ ىٍ ى ٍ ى ى ي ى ى ى ى ٍ ى
ًذةثحٌْةعأك ي١٣ةا٦ْٮ
٥ ً٤ًٕ ٣ثا
ى ى ه ىي ى
هًؿٚكة٧ةدذ ً ةػ٦أ
3. Jawab Syarath
Jawab syarath adalah lafadz yang menjadi
pelengkap tuntutan adat syarath. Secara operasional
jawab syarath selalu diterjemahkan dengan kata
“maka”.
ٍ ى ى يى ه ى ى ٍ ى ىي
Contoh: ح٧ًَةٚخ
٦ةٝؽ ٧ةـ مٝ إًف Artinya: “Jika Muhammad
berdiri, maka Fatimah juga berdiri”.
Catatan:
Jawab syarath harus diberi fa‟ jawab apabila
termasuk dalam kategori sebagaimana yang
disebutkan di dalam nadzam, yaitu:
ٍ ٍ ى ى ىىٍ ى ىٍ ى ىجي هح ى٤َي هح ى٧ً ا ًٍق
ح ًف ًٛ ٪كبًةل٨٤ًؽكبٝةك٧ًؽً*كب٦ً ك ًِبىة ً
1) Apabila berupa isim/ jumlah ismiyyah.
ي ىي ٍيٍى ٍى ٍ ى
٭ذ ً٧ًْاهللذ٭ ىٮا
Contoh: ؽ ح٭ؽ٨٦
2) Apabila berupa thalab (fi‟il amar/nahi).
ٍ ى ى ي ى ٍ ي ٍ ي ى ٍ ى ي ٍ ى ي ىى ٍ ي
Contoh: ىذٮا ً ٩ٕٮاَلكأ٧ً ةقذٚؿآفٞ٣ ًؿئاٝكإًذا
3) Apabila berbetuk jamid/tidak dapat ditashrif.
ى ٍ ى ى ىىٍ ى
Contoh: ة٪ً٦حف٤ٚة٪ٗن٨٦
38 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ى
4) Apabila jawab syarath didahului olehة٦.
ٍ ٍ ى ٍ ي ٍى ٍ ىى ي ٍ ى ى ى ى
Contoh: أص وؿ٨ً٦٥ةقأليس٧ذ٥إًفدٮِلٍذٚ
ٍى
5) Apabila jawab syarath didahului oleh ؽ
ٝ.
ى ي ٍى ىى ٍ ىى ى ى ٍ ي
Contoh: اهلل
ؽأَةع ٞيًًُٓ اْؿقٮؿذ٨٦
ٍى
6) Apabila jawab syarath didahului oleh٨٣
Contoh:
ٍ ى ٍ ٍ ىٍ ى ى ٍى ٍى ى ىىٍ ى ٍى ٍ ىٍ ٍ ى ى
يؽًؾ٨ً٦ي ًٌيٓالم يؿ٨
٤ٚت
ً ٌ٘٣ؽا٪ًٟٔكٛإًفدٌجًٍج
ٍ ٍى
7) Apabila jawab syarath didahului olehح وفًٛ ٪ست.
ى ٍ ىٍ ى ٍ ى ى ى ٍ ٍ ٍىن ى ى ٍ ىن
Contoh: حٕٚ ًؿ٦ك ًكتػًبة١كيٚ٢ًيؿَت٨٦.
Metode Al-Bidayah | 39
APLIKASI I’RAB
Al-Asma’ al-‘Amilah
‘Amala al-Fi’li
40 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍى ٍ يٍي
lafadzٮ د٧ع٧ْ اberamal sebagaimana pengamalan fi‟ilnya
atau biasa disebut dengan al-asma‟ al-„amilah „amala
al-fi‟li ).
ي ٍيٍ ى ى ى ىي ُّ ي
٫ ٤٧خ٨ًٞ ذ٧ُْيًتاهللا
ى ىى ي
(lafadz ٫ػ٤٧ خberkedudukan sebagai maf‟ul bih yang
harus dibaca nashab sedangkan yang menjadikannya
ٍي ٍ ى
sebagai maf‟ul bih adalah lafadz٨ًٞ ػذ٧ْا. Hal ini berarti
ٍيٍ ى
lafadz ٨ًٞ ذ٧ْ اberamal sebagaimana pengamalan fi‟ilnya
atau biasa disebut dengan al-asma‟ al-„amilah „amala
al-fi‟li ).
Isim-isim yang masuk dalam kategori
ٍ ٍ ىٍ ى ي ٍى ىي ى ىى
ٕ ًًٛ ٣ ا٢٧ح خ٤ًٕةم٣ةء ا٧ اَلقyang biasa ditemukan pada
٢
umumnya ada empat, yaitu:
1. Isim fa‟il yang beramal sebagaimana fi‟il ma‟lum yang
membutuhkan fa‟il dan juga terkadang
membutuhkan maf‟ul bih ketika berasal dari fi‟il
muta‟addi.12
ي ىٍ ي ي ى ى
Contoh: ٫ؿقًٜٚةزاْكةثٚ
ي
( lafadz ًٜ اْكػػةثadalah isim fa‟il karena mengikuti
ه ى
wazan ٢ًػ
ةٔ ٚ. Karena ia berstatus sebagai isim fa‟il dan
memenuhi persyaratan untuk beramal sebagaimana
fi‟ilnya, maka ia diamalkan sebagaimana fi‟il ma‟lum,
sehingga isim yang menjadi ma‟mulnya yang dalam
ى ي ي
ٍؿق ٚ ditentukan
konteks contoh di atas adalah lafadz ٫ػ
sebagai fa‟il).
Metode Al-Bidayah | 41
APLIKASI I’RAB
42 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
16Lihat: Ibn Malik, Alfiyyah ibn Malik (T.Tp: Dar Ta‟awun, t.th),
39.
Metode Al-Bidayah | 43
APLIKASI I’RAB
ى ى ه يى ه
٧م٥ً ةاٝة٦
Contoh: ؽ
ى
(lafadz ٥ًةا هٝ yang merupakan isim fa‟il dapat beramal
sebagaimana fi‟ilnya sehingga ia dapat memiliki
يى ه
fa‟il “ؽ
٧”مkarena ia didahului oleh nafi).
d) Menjadi na‟at.
ى ى يىى ه ٍى ٍ يٍي ي يي ي
Contoh: ٫ ٞ٤ٮدػ٧ع٧ْؽا٧ةءم ص
ٍى ٍ يٍي
(lafadz ٮ د٧ع٧ْ اyang merupakan isim maf‟ul dapat
beramal sebagaimana fi‟ilnya sehingga ia dapat
ي يي ي
memiliki naib al-fa‟il “٫ ٞ٤”ػ karena ia
berkedudukan sebagai na‟at).
e) Menjadi khabar.
ىٍه ى ي ٍ ى يي
Contoh: هًؿأقذةذ ق٬ة٦زيؽ
ى
(lafadz هًؿ٬ة٦ yang merupakan isim fa‟il dapat
beramal sebagaimana fi‟ilnya sehingga ia dapat
ي ي ٍ ى ي
memiliki fa‟il “ ” أقذةذ قkarena ia berkedudukan
sebagai khabar).
44 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
I’mal al-Mashdar
I ٍى ٍ ى ٍ ى ي
’mal al-Mashdar (ًىؽ ر٧ْةؿ ا٧ )إًخadalah mashdar
yang dapat beramal sebagaimana fi‟ilnya. Maksudnya, ia
membutuhkan fa‟il dan juga maf‟ul bih, apabila berasal
dari fi‟il muta‟addi, sebagaimana hal ini terjadi pada fi‟il.
Konsep dasarnya, yang memiliki fa‟il dan maf‟ul bih
adalah fi‟il. Ketika ada mashdar yang memiliki fa‟il dan
maf‟ul bih, maka mashdar tersebut dianggap beramal
sebagaimana fi‟ilnya.17
ى ٍ ي ٍ ي ٍ ى ٍى ى
Contoh: ؿأ ة٧ْا٢ً فاْؿص٧ْ
ىٍ ي ٍ ي
(lafadz ف اْ ىؿص ً
٧ْ berbentuk mashdar, sedangkan lafadz ٢
secara lafadz berkedudukan sebagai mudlaf ilaih, akan
ىٍ ي
tetapi secara makna menjadi fa‟il dari lafadz ف ٧ْ.
ٍ ى ٍى ى
Sementara lafadz ؿأ ة٧ْ اberkedudukan sebagai maf‟ul bih).
Mashdar dapat beramal seperti fi‟il ketika telah
memenuhi persyaratan18. Persyaratan tersebut adalah
posisinya bisa digantikan oleh mashdar muawwal.
ٍ ٍ ٍ ى ٍى ٍ ىٍ ي ي ى ى ى ٍ ٍ ي
Contoh: ٫ًي ً٪ٕةَلح٦٫٠ؿءًدؿ٧ْإًقل ًـا٨ً ظك٨٦ً
ىٍ ي ي
(lafadz ٫ ٠ دؿadalah mashdar yang beramal sebagaimana
fi‟ilnya karena posisinya bisa digantikan oleh mashdar
muawwal. Contoh di atas bisa diganti dengan:
Metode Al-Bidayah | 45
APLIKASI I’RAB
46 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍ ى ٍىٍ يى
ٍ ي ى
Contoh: س
ْيادر
و٬ز٥َس ًِنذ٭
ٍيى
(lafadzْي
و٬ زberkedudukan sebagai mudlaf ilaih fi al-
lafdhi/secara lafadz, akan tetapi menjadi fa‟il fi al-
ى
ma‟na/ secara makna, sedangkan lafadz س اد ٍر
berkedudukan sebagai maf‟ul bih. Contoh di atas
ketika ditakwil dengan mashdar muawwal akan
ى ى ٍ ىٍ ىٍىى ي
ٍ ه٬ز ى
ْياد ٍر
menjadi: س ٥٭ٛ) َس ًِنافح.
Pengamalan mashdar yang dimudlafkan kepada
maf‟ul bihnya.
ٍيى ٍى ٍ ى
ه٬اد ٍر ًسز٥ِنذ٭ ي
Contoh: ْي ً َس
ٍ
(lafadzادر ًس berkedudukan sebagai mudlaf ilaih
fi al-lafdhi/secara lafadz, akan tetapi menjadi maf‟ul
ٍ ه٬يز ى
bih fi al-ma‟na/secara makna, sedangkan lafadz ْي
berkedudukan sebagai fa‟il. Contoh di atas ketika
ditakwil dengan mashdar muawwal akan menjadi:
ى ى ٍ ىٍ ىٍىى ي
ٍ ه٬ز ى
ْياد ٍر
س ٥٭ٛ) َس ًِنافح.
Metode Al-Bidayah | 47
APLIKASI I’RAB
Anwa’ al-I’rab
(Jenis-Jenis I’rab)
A ٍ ٍ ي
اْلٔ ىؿ ً
nwa‘ al-i’rab (اب
ى ٍى
ً ٮاع٩ )أadalah jenis atau
macam-macam dari i„rab.Anwa„ al-i‟rab ada tiga, yaitu:
i‟rab lafdhi,i‟rab taqdiri, dan i‟rab mahalli.
1. I’rab Lafdhi
ٍ ٍ ٍ ي
I‟rab lafdhi (ٰ ًْ ُّٛ٤ْاْلٔ ىؿاب ا
ً ) adalah i‟rab atau
perubahan harakat akhir dari sebuah kalimah karena
tuntutan „amil, yang secara lafadz dapat dibedakan
karena sejak awal memiliki tanda i‟rab, dan tanda
i‟rabnya bisa muncul secara kasat mata. Yang
termasuk dalam kawasan i‟rab lafdhi adalah selain
i‟rab taqdiri dan i‟rab mahalli.
ى ى يى ه ىٍ ي يى ن ى ي ي ى
Contoh: ؽ ٧ةءم ص, ؽا٧ ىرأيخم, وؽ٧ع٧ًم ىؿ ٍرتث.
يى
Perubahan harakat huruf akhir dari lafadzؽ ٧م
dapat terbedakan dengan jelas antara yang dibaca rafa‟
(dengan dlammah), nashab (dengan fathah), dan jer
(dengan kasrah).
2. I’rab Taqdiri
ٍ ٍ ٍ ٍ ي
ؽًي ًؿ ُّٞاْلٔ ىؿاب ال
I‟rab taqdiri (م ً ) adalah i‟rab atau
perubahan harakat akhir dari sebuah kalimah karena
tuntutan amil, yang sebenarnya memiliki tanda
i‟rab, akan tetapi karena alasan-alasan tertentu
tanda i‟rab-nya tidak bisa dimunculkan. Alasan
تى
tersebut ialah li ats-tsiqal (ةؿ
ًٞس٤ً ْ) yang berarti “berat“
48 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ُّ ى
atau li at-ta‟adzur (ذٕؾ ًر٤ً ْ) yang berarti “sulit”. Yang
termasuk i‟rab taqdiri adalah: 1) isim manqush (selain
nashab), 2) isim maqshur (rafa‟, nashab, jer ), dan 3) al-
mudlaf ila ya‟ mutakallim (isim yang dimudlafkan
kepada ya‟ mutakallim19 ).
Contoh:
ى ى ٍى
ً ٞ٣ةءا
ةض ( صisim manqush )
ى يٍ ى
ص ى
َس
ةءمٮ (isim maqshur )
ى ى
ب ص ى
ةءأ ً ٍ (al-mudlaf ila ya‟ mutakallim )
3. I’rab Mahalli
ٍ ٍ ٍى ي
ُّ ىع ت٧اب اْ ى
I‟rab mahalliy (ّل اْلٔؿ
ً ) adalah i‟rab atau
perubahan harakat akhir dari sebuah kalimah karena
tuntutan ‟amil, yang secara hukum atau
kedudukannya saja karena sejak awal tidak
memiliki tanda i‟rab sehingga tanda i‟rab-nya tidak
akan pernah muncul. Yang termasuk i‟rab mahalli
adalah: 1) al-asma al-mabniyah (isim mabni), 2) al-
jumal (jumlah fi‟liyyah atau ismiyyah), 3) al-
hikayah20.
Metode Al-Bidayah | 49
APLIKASI I’RAB
Contoh:
ى ى يى ه
٬ؾام ٧
ؽ ) (isim mabni/isim isyarah
ى يى ه ى ٍ
س يذ ي
تاد ٍر
س ) (jumlah fi‟liyyahم٧ؽي
ى ه ٍ ى ى ى
ةض
ضب٢ًٕ ٚ ٦و (hikayah ).
ى ى يى ه ٍ ٍ
ًق ىٮلالٞؽًيٍ ًؿ تم ىكاْ ى ٧ىع ت ت
اُّْٰ ًْ ٛ٤
ةءم٧ؽ ص ّل
ٍ ٍ
ى ى ٍى ٍي
ةض ةءاً ٞ٣ ص اْؿذٓ ٍ ٍ ي ٍىٍي ٍ ي
ىى ٍ ي ٍى ى ي ٍ ٍ
ص اْلق٥اْٞ٪٧ٮ ً
مؿرتثًة ً ٞ٣
ةض اْلٛي
ى ى ي ى ٍي
ةءم ٍٮ
َس ص اْؿذٓ
ىى ٍ ي ي ى ٍ ٍ ٍ ٍىٍ ي
خم ٍٮ
َس رأي انلى يت اْلق ي٥اْٞ٧ى ٍٮ ير ً
الٞؽًي ًؿم
ٍ ٍ ُّ
اب
اْلٔؿ ً
ى ي ي ى ٍى ٍ ي
م ىؿ ٍرتثًٍ ٧ٮ
اع ٍ ٍ ى
َس اْلٛي ً
ى ى ٍي
ص ى
ىٍى ي
ةءأ ً
ب اْؿذٓ ىٍي ى ي ى ٍ
أ ٩ٮ
ىى ٍ ي ى ً
ء ة اِلى اٌْ٧ةؼ إًل
ٍ
خأ ً
ب رأي انلى يت ٍيى ىٌ
ىىٍ ي ى ى ي ٍ ٍ
٥ ً ً اْ٧ذك
مؿرتثًأ ً
ب اْلٛي
ى ى ى ى ٍ ى يى ىٍ ى ٍ ى ي ٍ ى ٍ ي
صةء٬ؾااْٮد ةءاْ٧ججًيح الق٧
ى يى ه ى ٍ
س يذ ي ىٍ ي ى ي
تاد ٍرس
ّل
اْ ى ٧ىع ً ٌ ُّ
م٧ؽي ا٣ػض٢٧
ى ى ى ٍه ى ى ٍ ى ىي
ٍ
ةض
ب٢ًٕ ٚ ٦و
ض ال ًكيح
ي ٍ ٍ
I’rab (اْلٔ ىؿاب
ً ) adalah perubahan harakat akhir
sebuah kalimah karena adanya „amil yang berbeda-
beda yang masuk pada kalimat tersebut, baik
perubahan tersebut bersifat lafdhi, taqdiri atau mahalli.
Contoh:
د ىؾااْ ٍ ىٮ ى ي٬ةء ى
ىص ى-َس ى ى ي ى
ةءم ٍٮ
ى ى يى ه
ص- ؽ٧ةءم ص-
ى ىى ٍ ي ى ى ٍى ى ىى ٍ ي ي ٍ ى ىى ٍ ي ي ى ن
ؾااْٮد ٬رأيخ-َس رأيخمٮ -ؽا٧ رأيخم-
ىى ٍ ي ى ى ٍ ىى ى ي ي ى ٍّ ى ي ي ى
مؿرتثً٭ ؾااْٮدً-َس ٍٮ ٧ًم ىؿ ٍرتث- وؽ٧ع٧ً م ىؿ ٍرتث-
21I‟rab untuk kalimah isim ada tiga, yaitu rafa‟, nashab dan
jer. Sedangkan i‟rab untuk kalimah fi‟il ada tiga, yaitu rafa‟, nashab
dan jazem, Adapun kalimah huruf tidak memiliki hukum i‟rab.
Lebih lanjut baca: Ahmad ibn „Umar ibn Musa‟id al-Hazimi, Fath al-
Bariyah fi Syarh Nadzam al-Ajurumiyah (Makkah: Maktabah al-
Asadiy, 2010), 91.
Metode Al-Bidayah | 51
APLIKASI I’RAB
ى ي ى ي ٍىٍ ى
)م ٍؿٍ ٚٮعتالق٧ةءً( ’A. Isim-Isim Yang Harus Dibaca Rafa
ى ى يى ه
ؽ( 1) Fa‟ilةءم ٧ )ص
ي ى ىٍ
ت(2) Naib al-Fa‟il ضبك ه ) ً
ى ه ى ي
)م٧ؽٝةا هً٥( ‟3) Mubtada
يى ه ى
) م٧ؽٝةا هً4) Khabar ( ٥
ى ى ى ى يى ه ى ن
ف 5) Isim
) َكفم٧ؽٝةا ً٧ة ( َك
يى ن ى
) إًفم٧ؽاٝةا هً٥( إًف6) Khabar
‟7) Tawabi (isim-isim yang hukum i‟rabnya
mengikuti hukum i‟rab kalimat yang
sebelumnya/mathbu‟). ‟Tawabi ini dibagai
menjadi empat, yaitu:
ى ى يى ه ٍى
ةءم٧ؽاْ٧ة ٬يًؿ( a. Na‟at )ص
ىٍىي يى ه
ةءم٧ؽ ى
)ص ى ى
كأحؽ( b. Ma‟thuf
ى يى ه ىٍ ي ي
)ص ى
ةءم٧ؽجٛك٫( c. Tawkid
ى ى يى ه ى ي ى
ةءم٧ؽأػ ٍٮ
ؾ ( d. Badal )ص
ىٍ ي ى ي ٍىٍ ى
)٪٦ى ٍٮبةتالق٧ةءً( B. Isim-Isim Yang Harus Dibaca Nashab
ى ٍ ي ي ى ه ٍ ي ٍى ى
) ح ٞىؿأم٧ؽاٞ٣ؿأف( 1) Maf‟ul bih
ى ى يى ه ىٍ ن
) ً ٚؿحم٧ؽٚؿظة ( 2) Maf‟ul Muthlaq
ى ى يى ه ٍى ن يٍ ى
ةلقذة وذ ( 3) Maf‟ul li Ajlih ) ٝةـم٧ؽإً٠ؿاً ٦
ن ى ى ٍ ي ى ٍى ٍ ى ى ىى
)رصٕخ٨ً٦اْ٧ؽرقحًج٭ةرا ( 4) Maf‟ul fih
ى ى ٍ ى ٍ ي ى ٍى ٍ ى
الحل( 5) Maf‟ul ma‟ah )صةءالًْ٦يك
ى ى يى ه ى ن
)صةءم٧ؽراً ٠جة( 6) Haal
ٍ ىىٍ ي ٍ ٍ ى ى ن
ًَشي٨ً ٠ذةثة( 7) Tamyiz ) إًمتيخٔ ً
ى ى ي ٍى
هللً ( 8) Munada ) يةرقٮؿا
ي ٍىٍ ى ٍى
C. Isim-Isim Yang Harus Dibaca Jer (ةءً٧)م يؿ ٍك ىراتالق
ٍ ٍى
1) Isim yang dimasuki huruf jer (ض ًؽ
ً ك٧ْ) ًفا
ٍ ي ٍيٍ ى
2) Isim yang menjadi mudlaf ilaih (القذة ًذ٨)إًب
3) Tawabi‟ (isim-isim yang hukum i‟rabnya
mengikuti hukum i‟rab kalimat yang
sebelumnya/mathbu‟). Tawabi‟ ini dibagai
menjadi empat, yaitu:
ٍى ى ٍ ي ي ى
a. Na‟at ( ًًؿ٬ة٧ْ وؽا٧ع٧ً)م ىؿرتث
ى ى ٍ ي ي ى
ؽ ى٧ع٧)م ىؿرتث
ك ً ٍّ
b. Ma‟thuf ( لَع و ً
ٍى ٍ ي ي ى ى
ً ٛ وؽج٧ع٧ً)م ىؿرتث
c. Taukid (٫ً ك
ى ٍ ي ي ى ى ٍ ى
d. Badal (ٟ وؽأػًي٧ع٧ً)م ىؿرتث
Metode Al-Bidayah | 53
APLIKASI I’RAB
اْؿذٓ
َج يٓاْ ٍ ي ٧ىؾ٠ؿاْكةْ ً٥ي
ٍي
ى ى ي ٍ يٍ ى ىٍ
صةءمك٧ً٤ٮ
ف ً اْ ٍ ىٮ ي
ى ى ىيٍ ى ىٍ ى ٍ ى ي ٍى ٍ ى ي اك
ةءأثٮ
ؾ ص ةءاْل٧ك ح الق٧
ى ى ى ي ى ىٍ ٍ ي ٍ ي ى ٍى ي
صةءرصل ً
ف ن
ا ًْلق٥اْ٧س الًٙ ٣
ىٍ ىى ىٍ ى ٍ ى ي ٍى ٍ ى ي ييٍ ي ٍ
حٕٛل ً
ف الذٕةؿاْل٧ك ح ثجٮتانلُّٮ ً
ف
ىٍ ي ي ن ىٍ ٍ ٍ ي ٍ ي
ىرأيخ ىرص
ل ا ًْلق ي٥اْ ٛ٧ىؿ د
ىٍ ي ى ن ىٍي ٍ ٍ ٌٍٍ ى ي
ىرأيخرًص
ةَل ْي
َجٓال١كً ً اٛ٣ذعح
ى ٍ ى ٍ ى عاَّلًلْ ى ٍ ٥ىحذ ًى ٍ٢ثآػًؿق ى ٍ ىٍ ٍ ي ٍي ى ي
ض
ب أفي ً ًَش هء ً ً ةر
ا٢ًٕٛ٣اًْ ٌ٧
ىى ٍ ي ى ى ى ىٍ ى ٍ ى ي ٍى ٍ ى ي ٌٍ ي
رأيخأث
ةؾ الق٧ةءاْل٧ك ح الًٙ ٣
انلى يت
ىى ٍ ي ى ي ىٍ ىٍ ٍ ٍ ي ى
ا ًْلق ي٥اْ٧س
اْلٔؿابً
ٍ
رأيخرصً ٤
ي ن ٍاِلى ي
ةـ ٍ ٍ ى
يى ىٍ ي ي ٍ ٍ ىٍي ٍي ى ةء
ىرأيخمك ٧ً ً٤ َجٓاْ٧ؾً ٠ؿاْكةْ يً٥
أٝك ً
ىٍ ى ي
ىٍ ي ي ٍ ى ىٍي ٍي ى ٍ ى ٍ ىي
ىرأيخمك ٧ً٤و
ةت راْكةْ يً٥ َجٓاْ٧ؤً ٩ ا١٣س ة
ى ٍ ى ٍ ى ىٍ ى ٍ ى ي ٍى ٍ ى ي ى ٍ ي ُّ ٍ
ضبة أفي ً الذٕةؿاْل٧ك ح ظؾؼانلٮ ً
ف
ى ٍ ي ي ى ىٍ ٍ ي ٍ ي ٍ ى ي ٍ ي ٍ ى ي
م ىؿرتثً٧ع ٧وؽ ص
ؼ ا ًْلق٥اْٛ٧ؿداًْ ٪٧
ى ٍ ي ى ىٍي ٍ ٍ ٍيٍ ى ي ٍ ى ٍ ىي
م ىؿرتث ً ًؿص و
ةؿ ص
ؼ ْياًْ ٪٧ َجٓال١كً ً ا١٣س ة
ى ٍ ي ي ٍ ى ىٍي ٍي ى
م ىؿرتثً٧ك ٧ً٤و
ةت راْكةْ يً٥ َجٓاْ٧ؤً ٩
ى ٍ ي ي ىٍ ىٍ ٍ ٍ ي ى
م ىؿرتث ً ىؿصً ٤
ي ا ًْلق ي٥اْ٧س
ن
ال ُّؿ
ٍى
ى ٍ ي ي ٍ ٍ ىٍي ٍي ى ٍاِلى ي
م ىؿرتثً٧ك ٧ً ً٤ى
ي َجٓاْ٧ؾً ٠ؿاْكةْ يً٥ ةء
ى ٍ ي ى ٍ ى ىٍ ى ٍ ى ي ٍى ٍ ى ي
م ىؿرتثًأبًي
ٟ ةءاْل٧ك ح الق٧
ى ٍ ي ىٍىى ى يٍ ى ي ىٍ ٍ ي ٍىٍ ى ي
م ىؿرتثًأح ؽ ص
ؼ ا ًْلق٥اَّلًلَلحً ٪ اٛ٣ذعح
ىٍ ى ٍ ٍ كْ ى ٍ ٥ىحذ ًى ٍ٢ثآػًؿق ى ٍع ٍي يطاٍْلػًؿ ى ىٍ ٍ ي ٍي ى ي ُّ ي ٍ ي
ض
ب ْ٥ي ً ًَش هء ً ً ً ةرعاْى ً ا٢ًٕٛ٣اًْ ٌ٧ اْك١ٮ
ف
ىٍ ى ى ٍ ى ٍ ى ٍ ُّ ى ٍ ي ٍ ي ىٍ ٍ ي ٍي ى ٍ ى ٍ ي ى
ْ٥ي ٍؿـً ًَش ءه ى
ٌةرعإْ٧ذ٢اْلػًؿكْ٥حذ ًى٢ثآػًؿق ٍ
ا٢ًٕٛ٣اًْ ٧ ظؾؼظ ٍؿ ًؼاً ٤ًٕ٣ح
ال ٍــ
ٍى ي
ً ً ً
ىٍ ى ٍ ى ىٍ ى ٍ ى ي ٍى ٍ ى ي ٍ ى ٍ ي
ضبة ْ٥ي ً الذٕةؿاْل٧ك ح ظؾؼانلُّٮ ً
ف
Aplikasi I’rab
11
ى ى يى ه
ؽ٧م
ةء
ص
“Muhammad telah datang”
Keterangan:22
ى
ص ى
ةء
ى
ص ى
Lafadzةء merupakan kalimah fi‟il23, yaitu fi‟il
madli.
Metode Al-Bidayah | 55
APLIKASI I’RAB
ى
ص ىtermasuk dalam kategori fi‟il yang
Lafadz ةء
ى
ص ىadalah „ala al-
mabni. Mabninya fi‟il madli ةء
fathi karena ia tidak bertemu dengan dlamir
rafa‟ mutaharrik dan wawu jama‟.
ى
ص ى
Lafadz ةء termasuk dalam kategori fi‟il ma‟lum
karena ى ى ٍ ى ٍ ىia ى يtidak mengikuti kaidah majhul
ى ي ي ى ي
( الػ ًًؿ٢ةرج٦س ً َل كك أك ٥ً), sehingga ia membutuhkan
fa‟il yang dalam konteks contoh di atas adalah
يى ه
lafadz ؽ
٧م
ى
ص ى
Lafadzةء merupakan fi‟il lazim karena arti dari
ى
ص ىtidak dapat dipasifkan. Maksudnya,
lafadzةء
ى
“ ص ىdatang” tidak bisa diubah
arti dari lafadz ةء
menjadi “didatang”. Karena demikian jumlah
ى
ص ى
fi‟liyah yang dibentuk oleh fi‟il ةء sudah
dianggap sempurna dengan hanya diberi fa‟il
saja (tidak membutuhkan maf‟ul bih).
***
يى ه
ؽ
٧م
يى ه
Lafadz ؽ
٧م
merupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu tanwin24. Karena termasuk
56 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 57
APLIKASI I’RAB
22
ى ى ٍي ٍ يٍ ى ٍي
لـفاْك
ٮ ٧ً ٤ك
٧اْ
ش ً ٛح
“Orang-orang Islam menyebarkan kedamaian”
Keterangan:
ٍي
ش
ً ٛح
ٍي
Lafadz ش
ً ٛ ح merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍى
yang berupa ya‟ yang memiliki fungsiًت
ً ٘ةا٤ً ْ
ٍي
Lafadz ش
ً ٛ ح termasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
dan nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
از ًـٮ اوت ىك ٍ ى
ال ى ى ى ى ُّ ى
ً ً ً انلٮ٨ً ٔ( ًلضؿ ًدق ًsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah25 muqaddarah karena ia termasuk
58 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ى ى
ٍ ُّ ٍ ي ٍ ى
ٍ ثأػًؿق ً ى٢ٍ ىحذ ًى٥ٍ ػ ؿ ىكْ ى
dalam kategori َش هء ً ً ً ال ً
٢
ٕ ذ ٧( اْ fi‟il
mudlari‟ yang lam fi‟ilnya berupa huruf „illat dan
huruf akhirnya tidak bertemu dengan “sesuatu”,
maksudnya alif tatsniyah, wawu jama‟, ya‟
muannatsah mukhatabah, nun taukid, dan nun
niswah) .
ٍي
Lafadz ش
ً ٛ ح termasuk fi‟il ma‟lum karena cara
bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul
ٍ ي ى ي ي ى ى ىٍى
( الػ ًًؿ٢ة رج٦ذًط ٚ أكَلي ىك٥ً) sehingga ia membutuhkan
fa‟il, yang dalam konteks contoh di atas fa‟ilnya
ٍي ٍ ي ى
berupa lafadz ف ٍٮ ٧ً ٤ك
٧ اْ .
ٍي
Lafadz ش
ً ٛ ح juga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ٍي
karena arti dari lafadzش
ً ٛ ح dapat dipasifkan.
ٍي
Maksudnya, arti dari lafadz ش
ً ٛ“ ح menyebarkan”
bisa diubah menjadi “disebarkan”. Karena
demikian, maka ia membutuhkan maf‟ul bih
yang dalam konteks contoh di atas berupa
ىى
lafadz ل ـاْك
***
ٍي ٍ ي ى
ٍٮ ٧ً ٤ك
ف ٧اْ
ٍي ٍ يٍ ى
Lafadz ف
ٮ ٧ً ٤ك
٧ اْ merupakan kalimah isim karena
ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ.
Karena termasuk dalam kategori kalimah isim,
maka memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau
ٍي ٍ ي ى
ٍٮ ٧ً ٤ك
jer. Lafadz ف ٧ اْ termasuk yang dibaca rafa‟
ى ي ى ي ٍ ىٍ ى
karena tergolong ةءً٧ ٍٮعت القٚم ٍؿ, yaitu fa‟il26.
Metode Al-Bidayah | 59
APLIKASI I’RAB
ٍي ٍ يٍ ى
Disebut fa‟il karena lafadzف
ٮ ٧ً ٤ك
٧ اْ merupakan
isim yang dibaca rafa‟ yang jatuh setelah fi‟il
ٍي
yang mabni ma‟lum berupa ش ً ٛ ح . Tanda rafa‟nya
menggunakan wawu karena ia merupakan
jama‟ mudzakkar salim.
***
ى ى
ل ـ
اْك
ى ى
Lafadz ل ـ
اْك merupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ. Karena
termasuk dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ى ى
Lafadz ل ـ
اْك termasuk yang dibaca nashab
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
karena tergolong ةءً٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu maf‟ul bih.
Disebut maf‟ul bih karena ia merupakan isim
ٍي
yang jatuh setelah fi‟il muta‟addi (ش
ً ٛ ) ح dan
berkedudukan sebagai obyek. Karena
berkedudukan sebagai maf‟ul bih, maka ia harus
dibaca nashab. Tanda nashabnya menggunakan
fathah karena ia berupa isim mufrad.
***
60 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
33
ي ٍ ى ٍ ٍ ى ى ى ي ٍ ى ىٍ ىىى ى ى
ًاْلػل ًص
ً ةر ٮق ً ٦تلمٮَسدؿَجحٚ
ةِن ٕ
“Musa meneliti terjemah makna surat al-Ikhlash”
Keterangan:
ى ى
لت ٚ
ى ى
Lafadzتل ٚ merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
madli.
ى ى
Lafadzتل ٚ termasuk dalam kategori fi‟il yang
ى ى
mabni. Mabninya fi‟il madli ل
ت ٚ adalah „ala
al-fathi karena ia tidak bertemu dengan dlamir
rafa‟ mutaharrik dan wawu jama‟.
ى ى
Lafadzتل ٚ termasuk fi‟il ma‟lum karena ia tidak
mengikuti kaidah majhul yang berbunyi:
ىٍى ٍ ى ىي ى ى ي ُّ ي ى ى ي
( اَلػ ًًؿ٢ة رج٦س ذع تؿ و٦ ُك ٥ً) sehingga ia
ً ؾ كك
membutuhkan fa‟il, yang dalam konteks contoh
ي ى
م ٍٮ
di atas fa‟ilnya berupa lafadz َس
ى ى
Lafadzتل ٚ juga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ى ى
karena arti dari lafadzتل ٚ dapat dipasifkan.
ى ى
Maksudnya, arti dari lafadzتل ٚ “memeriksa”
bisa diubah menjadi “diperiksa”. Karena
demikian, maka ia membutuhkan maf‟ul bih
Metode Al-Bidayah | 61
APLIKASI I’RAB
lazimah dan harakat huruf sebelum akhir difathah. Isim ini dalam
semua i‟rabnya (rafa‟, nashab, jer) bersifat taqdiri. Hal ini karena
huruf akhir dari isim maqshur (alif lazimah) tidak dapat menerima
tanda i‟rab, baik berupa harakat dlammah, fathah, dan kasrah
sebagaimana karakter huruf alif yang tidak dapat menerima
harakat. Baca: Abdul Haris, Teori Dasar Nahwu & Sharf Tingkat
Pemula (Jember: Al-Bidayah, 2017), 138. Sementara al-Ghulayaini
memberikan penjelasan tentang isim maqshur dan bagaimana cara
menulisnya ىdengan:ى ى ى
ٍ ٍ ى ٍى ى ٍ ي ٍ ٍ يي ه ى ى ه ى ى ه ي ى ٍ ي ٍ ٍ ٍىٍ ي ٍ ي ٍ ي ٍ ه
أ ـ ثًىٮ ىر ة ً اِلىة ًء،ٕىة٣ َكًٙ ً ٣خ ثًىٮ ىر ة ً ال اء أكذًج قٮ ، زةثًذحًٙ
٣ب آػًؿق أ ٕ ىؿ ٦ ٥ ىٮ ا ًق ه٬ىٮ ير ٞ٧ْ ا٥اْلق ي
ً
ى ٍ يٍى ىه ى ىى ى ي ٍ ي ى ي ي ى ٍ ن ىىن ى ى ى ي ٍ ي يٍى ىن ىٍ ى ٍ ى ن ى ٍيٍى ىي ىيٍ ى
اك
ك و٨ ًج ح خ ٤ٞ٪٦ة ٦ً إ،ًجح٤ٞ٪٧ْكا. أ ك م ًـيؽ ة،ح٤ًجٞ٪٦ف ة دسٮ ٧ًي ح أثؽا كإًج٤ أو٫ ًٛ ٣ف أ َل دسٮ ك . َس
ٮ ٧٠
ى ٍ يى ى ى ٍى ٍى ي ىٍ ى ى ى ى ى ىىىى ى ٍى ى ى يٍى ىه ى ٍ ى ى ٍى ى ى ى ىيٍي
اد
فدـ ةأ ٦ًإ، ًـيؽة٧ْ"كا.ةف كذذي ً،اف ً ة"ٔىٮ٧ًحذً ً٭٪ِفدث ٮ ؿ ً ٞتٟ
٩ًإٚ،ِتٛ٣ية وءَك٨ ًج حخ ٤ٞ٪٦ة٦ًكإ،ٕىة٣َك
ى ٍى ي ٍى ى ىيى ٍ ى ت ٍ ٍ ى ي ٍ ى ى ى ٍ ى ى ٍ ى ى ى ى ٍى ٍ ى ٍ ى ى
ًٙ
٣ "الًٙ ٣ ًؾ ق ًال٬كتكّم ........ . ًؿ٠ل كاَّل ُٕ ً ٣ كا٢ الج ً٨ً ٦إًج٭ة ٚ ،ؿل٠ًش كذ َّل كخُ ع ج ٠ر ذأجًي ً٤ً ْ
ٍ ٍ ى ى ٍ ى ىن ى ى ن ىي ٍ ى ى ي ٍ ى ن ى ي ٍ ىٍ ن ىٍ ى ى ٍٍ ى ٍ ي ٍ ى ى ى ى ي ٍ ى ي ي ٍ ى ى
خ ٩ أ ك َك،ف كمكتنف بَشل كمىُ ٠ىةًٔؽا ٚخ راثًٕ ح ٩ف َك
إ ً ،ً ثًىٮر ة ًاِلةء٥ه دؿق " ك ً .ىٮر ةٞ٧ْا
ٍ ى ى ٍ ى ى ن ى ٍ يى ٍى ي ى ٍ ى ى ىيٍ ى ي ي ٍ ى ٍ ى ى ى ن ى ٍ ي ى ٍى ي ى ٍ ى ى ى ٍي ى ى ى
،ٕىة٣اك َك ٭ة اْٮ ٤خ زة ًِل ح أو ٩ف َك إ ً ًٙ
ً ٣ ثًىٮر ة ً ال٥ِت كاْ٭ؽل كانلؽل؛ كدؿق ٛ٣ةء َك ٭ة اِل ٤ةِل ح أوً ز
ى ٍيى ى تى
.كاْؿبة،ٕل٣كا
Lihat: al-Ghulayaini, Jami‟ al-Durus…, I, 102.
62 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ىٍ ىىى
دؿَج ح
ىٍ ىىى
Lafadzدؿَجح merupakan kalimah isim yang
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ىٍ ىىى
Lafadz دؿَج حtermasuk yang dibaca nashab
ىٍ ي ٍى ي ٍ ىٍ ى
karena tergolong ةءً٧ةت الق
ىٮب ٪٦, yaitu maf‟ul bih.
Disebut maf‟ul bih karena ia merupakan isim
yang dibaca nashab yang jatuh setelah fi‟il
ى ى
muta‟addi, yaitu lafadz ل
ت ٚ dan berkedudukan
sebagai obyek. Karena menjadi maf‟ul bih maka
ia harus dibaca nashab. Tanda nashabnya
ىٍ ىىى
menggunakan fathah karena lafadz دؿَجح berupa
isim mufrad .
***
ىٍ ىىى ى ى
ةِن
ٕ ً ٦َج ح
د ؿ
ىٍ ىىى ى ى
Lafadz ةِن
ٕ ً ٦ دؿَجح merupakan susunan idlafah28
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
Metode Al-Bidayah | 63
APLIKASI I’RAB
ىٍ ىىى
Mudlafnya adalah lafadz دؿَجح sedangkan mudlaf
ىى ىٍ ىىى
ilaihnya adalah berupa ةِن
ً ٕ٦ . Karena lafadz دؿَجح
berkedudukan sebagai mudlaf, maka ia harus
memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak boleh
ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()أؿ, dan
apabila berupa isim tatsniyah atau jama‟
mudzakkar salim, maka nunnya harus dibuang
karena nun merupakan pengganti dari tanwin.
ىى
Lafadz ةِن
ٕ ً ٦ karena menjadi mudlaf ilaih maka ia
harus dibaca jer. Tanda jernya menggunakan
kasrah muqaddarah karena ia merupakan jama‟
taksir yang berbentuk isim manqush29. Huruf ya‟
ىى
yang terdapat pada isim manqush ةِنٕ ً ٦ ditulis
karena ia dimudlafkan.
ى ىىى ىى
Susunan lafadz ةِنٕ ً ٦د ٍؿَجح tergolong idlafah
ma‟nawiyyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul dari
mudlaf.
***
ٍيٍ ى
/mudlaf, sedangkan lafadz اَلقذة ًذberkedudukan jer
sebagai mudlaf ilaih)
ى ٍ ي ٍ ٍيٍ ى ٍ ٍيٍ ى
Jer : اَلقذة ًذ٨ً ( م ىؿرت ث ًة ًثlafadz اَلقذة ًذ٨ً ا ًثmerupakan susunan
idlafah yang berkedudukan jer karena dimasuki huruf
ٍ
jer. Hukum jer diberikan kepada lafadz ٨ ا ًث ً/mudlaf,
ٍيٍ ى
sedangkan lafadz اَلقذة ًذberkedudukan jer sebagai
mudlaf ilaih).
29Isim
manqush adalah isim yang huruf akhirnya berupa ya‟
lazimah dan harakat huruf sebelum akhir dikasrah. Isim ini pada
waktu rafa‟ dan jernya bersifat taqdiri sedangkan pada waktu
nashabnya bersifat lafdhi. Abdul Haris, Teori Dasar Tingkat
Pemula..., 138.
64 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍ ي ىى
ً ةِنقٮ ىر ة
ً ٕ٦
ٍ ي ىى
Lafadz ً ةِن قٮ ىر ة
ً ٕ٦ merupakan susunan idlafah
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ىى
Lafadzةِن
ً ٕ٦ disamping menjadi mudlaf ilaih dari
ى ىىى
lafadz د ٍؿَجحjuga menjadi mudlaf. Karena
ىى
lafadzةِن
ً ٕ٦ berkedudukan sebagai mudlaf, maka
ia harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu
tidak boleh ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam
()اؿ, dan apabila berupa isim tatsniyah atau
jama‟ mudzakkar salim, maka nunnya harus
dibuang karena nun merupakan pengganti dari
ىى
tanwin. Sedangkan mudlaf ilaih dari lafadz ةِن
ً ٕ٦
ٍ ي ٍ ي
adalah lafadz ً قٮ ىر ة. Lafadz ً قٮ ىر ةkarena menjadi
mudlaf ilaih maka ia harus dibaca jer. Tanda
jernya menggunakan kasrah karena ia
merupakan isim mufrad.
ٍ ي ىى
Susunan lafadz ً ةِن قٮ ىر ة
ً ٕ٦ tergolong idlafah
ma‟nawiyyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul dari
mudlaf.
***
ي ٍ ى ٍ ٍ ى
ص
ل ً
ػ
اْل
ق ٮ ر ة ً ً
ى ٍ ٍ ى ٍ ي
Lafadz ص
اْلػل ً
ً ً قٮرةmerupakan susunan idlafah
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ٍ ي
Lafadz قٮ ىرة ًdisamping menjadi mudlaf ilaih dari
ىى
lafadzةِن
ً ٕ٦ juga menjadi mudlaf. Karena
ٍ ي
lafadz قٮ ىرة ًberkedudukan sebagai mudlaf, maka
Metode Al-Bidayah | 65
APLIKASI I’RAB
66 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍ ٍ ى
Lafadz ص
ل ً
ػ
اْل
ًberkedudukan sebagai mudlaf
ٍ ي
ilaih (dari lafadz ً ق ٮ ىر ة
) .
***
Metode Al-Bidayah | 67
APLIKASI I’RAB
44
ىىي تٍ ٍ ى ىٍ ى
ات ج ح ٤ُ ٣ ي ٍؿ ًـا٥ْ
ً ي ؾ٧ ً٤ال
“Para mahasiswa tidak melempari
murid-murid perempuan”
Keterangan:
ٍىٍ ى
ي ؿ ًـ٥ْ
ٍىٍ ى
Lafadz ي ؿ ًـ ٥ ْ merupakan gabungan kata yang
ٍى ٍى
terdiri dari ٥ ْ sebagai kalimah huruf danي ؿ ًـ
sebagai kalimah fi‟il.
ٍى
Lafadz ي ؿ ًـ merupakan fi‟il mudlari‟ karena
didahului oleh huruf mudlara‟ah yang berupa
ٍى
ya‟ yang memiliki fungsiًت
ً ٘ةا٤ً ْ
ٍى
Lafadz ي ؿ ًـ termasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
dan nun niswah. Ia berhukum jazem karena
ٍ ى30
dimasuki oleh „amil jazem yang berupa ٥ ْ .
ٍى
30Dalam ilmu nahwu lafadz ٥ْ memiliki banyak fungsi, yaitu
1) sebagai huruf nafi (menafikan kalimah fi‟il yang dimasukinya), 2)
sebagai huruf jazem (menjazemkan fi‟il mudlari yang dimasukinya),
ٍى ي ٍ ٍ ٍى ي
3) sebagai huruf qalb (merubah zaman hal/ةؿ ال dan istiqbal/ةؿ
ج ًٞاْلقذ
ً
ٍى
ً ٧ْ)ا.
dari fi‟il mudlari‟ yang dimasukinya menjadi zaman madly/ةض
68 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 69
APLIKASI I’RAB
ٍى ىي
(menunjukkan arti sangat) seperti lafadz ح٦ٕل٣( اyang sangat alim), li
ى ن
al-iwadl (pengganti dari fa‟ fi‟il atau lam fi‟il) seperti lafadz حٛ ً وdan
ى ىن ي ىى
, li al-nasab (menunjukkan kelompok) seperti lafadz أمةٔ ىًؿ ة.
lafadz ح٪ق
Lebih lanjut lihat: Hefni Bik Nashif dkk, Qawa‟id al-Lughah al-
„Arabiyah (Surabaya: Maktabat al-Hidayah, T.Th), 47.
70 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
55
ٍى ى ي ٍ ى يٍ ى
ي
ةب
ً ً
ذ
٠
َس ٰ م ٮ
ُٔ ً
أ
“Musa telah diberi dua kitab”
Keterangan:
ٍ ي
ُ ى
ٰ ٔ ً
أ
ٍ ي
ُ ى
Lafadzٰ أ 32 merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
ٔ ً
madli.
ٍ ي
32Perlu ٔ ًُ ى
dipertegas tentang perbedaan antara ٰ ا sebagai fi‟il
ٍي
ُ ٍ
madli yang dimajhulkan denganٰ ٔ ً
ا sebagai fi‟il mudlari dengan
ٍي
ُ ى
menggunakan huruf mudlaraah berupa hamzah. Dari sisi arti ٰ ٔ ً
ا
sebagai fi‟il madli yang dimajhulkan berarti “dia laki-laki telah
ٍي
diberi”, sedangkan lafadz ٰ ُ ٍ
ٔ ً
ا sebagai fi‟il mudlari‟ dengan
menggunakan huruf mudlara‟ah hamzah berarti “ saya sedang
atau akan memberi”. Dua contoh ini perlu dimunculkan terkait
ٍي
ُ ى
dengan harakat huruf terakhir. Dalam konteks ketika lafadz ٰ ٔ ً
ا
dianggap sebagai fi‟il madli yang dimajhulkan, harakat fathah
untuk huruf yang terakhir ditampakkan karena disamping tidak
ى ى ُّ ى ى ٍ ى ً ى ى ٍ ى ى
memenuhi unsur ٭ة٤ةر ج
٦ةح
ذ ٛ ً٩ةك ا
ً ٭ ٠
ع ؿ
ً ل , harakat fathah dalam konteks
ٍ
bahasa Arab juga dianggap sebagai harakat yang ringan ( ًحٛؼ
ً٤)ْ ً ,
ٍ ي
ٔ ًُ ٍ
sementara ketika lafadz ٰ ا dianggap sebagai fi‟il mudlari‟ dengan
menggunakan hamzah mudlara‟ah, harakat dlammah untuk huruf
yang terakhir tidak dapat dimunculkan karena harakat dlammah
ٍ
dalam bahasa Arab dianggap berat (٢ ًٞس ٤ً ْ). Hal ini sesuai dengan
kaidah kelima dalam Qawa‟id al-I‟lal fi al-Sharfi yang berbunyi:
Metode Al-Bidayah | 71
APLIKASI I’RAB
ٍ ي
ٔ ًُ ى
Lafadz ٰ أ termasuk dalam kategori fi‟il yang
ٍ ي
mabni. Mabninya fi‟il madli ُ ىٯ
ٔ ً
أ adalah
„ala al-fathi karena ia tidak bertemu dengan
dlamir rafa‟ يmutaharrik dan wawu jama‟.
ٍ
ُ ى
Lafadzٰ ٔ ً
أ termasuk dalam kategori fi‟il majhul
karena cara melafadzkannya
ى ىٍى ٍى diikutkan pada
ىي ي ُّ ي ى ى ي
ى
kaidah majhul ( الػ ًًؿ٢ة رج٦س ً ذع تؿ وؾ كك٦ ُك ٥ً),
sehingga ia membutuhkan naib al-fa‟il33 yang
ي ى
م ٍٮ
dalam konteks contoh di atas adalah lafadzَس
ٍ ي
ُ ى
Lafadzٰ ٔ ً
أ merupakan fi‟il muta‟addi karena arti
dari lafadz أُٰٔ dapat dipasifkan. Maksudnya,
arti dari lafadz“ أُٰٔ memberi” bisa diubah
menjadi “diberi”. Bahkan dari sisi arti yang
ى ٍ ي
dimilikinya, fi‟ilٰ
ُٔ ً
أ membutuhkan dua maf‟ul
bih. Karena demikian jumlah fi‟liyyah yang
ى ٍ ي
dibentuk oleh fi‟ilٰ
ُٔ ً
أ belum dianggap
sempurna dengan hanya diberi fa‟il saja, akan
كيى ٍؿ ً ي ٍ ى ى ى ى ٍى ي ى ٍى ي ىى ى ى ى ٍ ي ٍ ى ن ي ٍ ىى ىٍي ى ٍ ي ٍ ى ىٍ ٍ ى ٍ ي ي ى ى
ِم ح٘ يـ يك ى/ة٧٭٤ِماو ً َنٮح٘ـككيؿ.ذة٪ً١حأق٦ٮ٧ٌخاْٮاككاِلةءككجذةم ً ٚإًذاتُؿ
Lebih lanjut baca: Mundzir Nadzir, Qawa‟id al-I‟lal fi al-Sharfi li al-
Madaris al-Ibtidaiyah (Surabaya: Maktabat Ahmad Nabhah, T.Th),
11.
33Dalam susunan yang normal, fi‟il yang membentuk jumlah
fi‟liyyah pada umumnya berupa fi‟il ma‟lum. Apabila fi‟il yang ada,
dirubah dari ma‟lum menjadi majhul, maka fa‟il yang merupakan pokok
kalimat atau subyek harus dibuang. Sebuah kalimat (jumlah) tidak
dapat dianggap sebagai kalimat apabila tidak ada subyeknya, sehingga
fa‟il yang dibuang yang statusnya sebagai subyek harus ada yang
menggantikan dan yang menggantikan adalah maf‟ul bih. Maf‟ul bih
yang menggantikan posisi fa‟il ini dirubah namanya menjadi “pengganti
fa‟il atau naib al-fa‟il ”. Hal inilah yang pada akhirnya mengarah pada
kesimpulan bahwa fi‟il yang dapat dimajhulkan hanyalah terbatas pada
fi‟il muta‟addi, sedangkan fi‟il lazim pada dasarnya tidak memungkinkan
untuk dimajhulkan.
72 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 73
APLIKASI I’RAB
74 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
66
ٍى ٍ ى
الىةب
ط
إ ً ذ ذ ً
“Bukalah pintu itu”
Keterangan:
ٍٍى
إ ً ذ ذط
ٍٍى
Lafadz إ ً ذ ذطmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
amar.
ٍٍى
Lafadz ط
إ ً ذ ذ termasuk dalam kategori fi‟il yang
ٍٍى
mabni. Mabninya fi‟il amar ط
إ ً ذ ذ adalah „ala al-
sukunى35 karena ia berasal dari fi‟il mudlari yang
ى ٍ ٍ ي ٍ ى ىىٍ ى
ش هء
ػ ًؿق ً ٍ
ث ًأ ً٢
ى
حذ ً٥ػ ًؿ كْ
اَل ً
ط ع ي
اْى ً.
ٍٍى
Lafadz إ ً ذ ذطtermasuk dalam kategori fi‟il ma‟lum
karena setiap fi‟il amar pasti selalu dibentuk
dari fi‟il mudlari‟ yang ma‟lum. Karena ia
merupakan fi‟il ma‟lum, maka ia membutuhkan
fa‟il yang dalam konteks contoh di atas adalah
35Setiap
huruf yang disukun, apabila ingin diharakati, maka
ia boleh diharakati dengan menggunakan harakat kasrah. Hal ini
ٍ ي ى ي ى ي ى ٍ ى
sesuai dengan kaidah س ً١٣إًذاظ تؿؾظ تؿؾثًة٨ً
( اْكةزhuruf yang berharakat
sukun, apabila akan diharakati, maka ia diharakati dengan harakat
kasrah). Penjelasan lebih lanjut baca: Najmuddin, Syarh Syafiyah
ibn al-Hajib (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 1975), III, 284.
Metode Al-Bidayah | 75
APLIKASI I’RAB
ى ى
berupa dlamir خ٩
أ yang mustatir wujuban (kata
ganti yang wajib tersimpan).
ٍٍى
Lafadz ط
إ ً ذ ذ merupakan fi‟il muta‟addi karena arti
ٍٍى
dari lafadz إ ً ذ ذطdapat dipasifkan. Maksudnya,
ٍٍى
arti dasar dari lafadz “ إ ً ذ ذطmembuka” bisa
diubah menjadi “dibuka”. Karena ia merupakan
fi‟il muta‟addi, maka ia membutuhkan maf‟ul bih
yang dalam konteks contoh di atas berupa
ٍ ى
الى
lafadz ةب
***
ٍ ى
الى
ةب
ٍ ى
Lafadz الىةب
merupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ. Karena
termasuk dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍ ى
الى
Lafadz ةب termasuk yang dibaca nashab
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
karena tergolong ةءً٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu maf‟ul bih.
Disebut maf‟ul bih karena ia merupakan isim
ٍٍى
yang jatuh setelah fi‟il muta‟addi (ط
)إ ً ذ ذ dan
berkedudukan sebagai obyek. Karena
berkedudukan sebagai maf‟ul bih, maka ia harus
dibaca nashab. Tanda nashabnya menggunakan
fathah karena ia berupa isim mufrad.
***
76 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
77
36ى ى ى ى ٍى ى ى ٍ ى ٍى
ًؾ ةٚانلةٟ٤ً كدؾاالةب٬إًذذ ًح
“Bukalah (kamu perempuan) pintu ini dan candela itu”
Keterangan:
ٍى
ح إًذذ ً :
ٍى
Lafadz إًذذ ًح merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
amar karena menunjukkan arti perintah, yaitu
“bukalah”.
ٍى
Lafadz ح إًذذ ً termasuk dalam kategori fi‟il yang
mabni karena ia merupakan fi‟il amar. Mabninya
ٍى
lafadz ح
إًذذ ً adalah „ala hadzfi al-nun (membuang
huruf nun ) karena berasal dari al-af‟al al-
ٍ ٍى
ع ى
khamsah. Asalnya adalah lafadz ي ً إًذذ.
ٍى
Lafadz إًذذ ًحtermasuk dalam kategori fi‟il ma‟lum
karena setiap fi‟il amar pasti selalu dibentuk
dari fi‟il mudlari‟ yang ma‟lum. Karena ia
Metode Al-Bidayah | 77
APLIKASI I’RAB
78 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ى ى
ؾ ا٬ termasuk yang dibaca nashab karena
ىٍ ي ٍى ي ٍىٍ ى
tergolong ًة ء٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu maf‟ul bih. Disebut
maf‟ul bih karena ia merupakan isim yang jatuh
ٍى
setelah fi‟il muta‟addi (ح
)إًذذ ً dan berkedudukan
sebagai obyek. Karena berkedudukan sebagai
maf‟ul bih, maka ia harus dibaca nashab. Tanda
nashabnya tidak ada (bersifat mahalliy) karena
ia termasuk dalam kategori al-asma ‟al-
mabniyyah yang berupa isim isyarah (setiap isim
isyarah pasti membutuhkan musyarun ilaih).
***
ٍ ى
الى
ةب
ٍ ى
Lafadz الىةب merupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍ ى
Lafadzالىةب termasuk yang dibaca nashab karena
ىٍ ي ٍى ي ٍىٍ ى
tergolong ةءً٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu tawabi‟ yang badal.
ٍ ى
Disebut badal karena الىةب merupakan musyarun
ilaihi atau isim yang jatuh setelah isim isyarah
ى ى
(ؾا٬) yang dima‟rifatkan dengan menggunakan
alif-lam ()اؿ, sehingga ia terkena kaidah yang
berbunyi:
Metode Al-Bidayah | 79
APLIKASI I’RAB
ي ى ه ى ٍ ى ى ى ىٍ ي ٍ ى ى ٍن ىٍ ىى ن ىٍ ىى ن
ةأكثؽ ٩أٔ ًؿبجٕذةأكبية#ٕؿؼبٕؽإًمةر وةثًأؿ٦
َل
Isim yang dima‟rifatkan dengan
menggunakan alif-lam ( )أؿapabila jatuh
setelah isim isyarah maka i‟rabnya
ditentukan sebagai na‟at, „athaf bayan, atau
badal.
Karena berkedudukan sebagai badal, maka
hukum i‟rabnya disesuaikan dengan mubdal
minhunya yang dalam konteks contoh di atas
ى ى
adalah lafadzؾا ٬ yang dibaca nashab karena
menjadi maf‟ul bih, sehingga ia harus dibaca
nashab. Tanda nashabnya menggunakan fathah
karena ia merupakan isim mufrad.
***
ىك:
Lafad ىك merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ىك
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
„athaf. Karena berfungsi sebagai huruf „athaf,
maka kalimah isim yang jatuh sesudahnya
disebut sebagai ma‟thuf yang hukum i‟rabnya
harus disesuaikan dengan hukum i‟rab ma‟thuf
„alaih.
***
ٍ ى
ٟ
٤ً د
ٍ ى
Lafadz ٟ
٤ً دmerupakan kalimah isim sehingga
bisa jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz
80 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍ ى
ٟ٤ً دtermasuk yang dibaca nashab karena
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
tergolong ةءً٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu tawabi‟ yang
ma‟thuf. Disebut ma‟thuf karena jatuh setelah
huruf „athaf () ىك. Karena berkedudukan sebagai
ma‟thuf, maka hukum i‟rabnya disesuaikan
dengan hukum i‟rab ma‟thuf „alaih yang dalam
konteks contoh di atas ma‟thuf „alaihnya adalah
ى ى
lafadz ؾا٬ yang berkedudukan sebagai maf‟ul bih
ٍ ى
yang dibaca nashab sehingga lafadz ٟ
٤ً دjuga
harus dibaca nashab. Tanda nashabnya tidak
ada (bersifat mahalliy) karena ia termasuk dalam
kategori al-asma ‟al-mabniyyah yang berupa
isim isyarah (setiap isim isyarah pasti
membutuhkan musyarun ilaih).
***
ىى
ًؾ ةٚانلة
ىى
Lafadz ًؾة ٚ انلةmerupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ىى
Lafadz ًؾة ٚ انلةtermasuk yang dibaca nashab
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
karena tergolong ًة ء٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu tawabi‟
ىى
yang badal. Disebut badal karena ًؾةٚانلة
merupakan musyarun ilaihi atau isim yang jatuh
ٍ ى
setelah isim isyarah (ٟ
٤ً )دyang dima‟rifatkan
dengan menggunakan alif-lam ()اؿ, sehingga ia
terkena kaidah yang berbunyi:
Metode Al-Bidayah | 81
APLIKASI I’RAB
ي ى ه ى ٍ ى ى ى ىٍ ي ٍ ى ى ٍن ىٍ ىى ن ىٍ ىى ن
ةأكثؽ ٩أٔ ًؿبجٕذةأكبية#ٕؿؼبٕؽإًمةر وةثًأؿ٦
َل
Isim yang dima‟rifatkan dengan
menggunakan alif-lam ( )اؿapabila jatuh
setelah isim isyarah maka i‟rabnya
ditentukan sebagai na‟at, „athaf bayan, atau
badal.
Karena berkedudukan sebagai badal, maka
hukum i‟rabnya disesuaikan dengan mubdal
minhunya yang dalam konteks contoh di atas
ٍ ى
adalah lafadz ٟ ٤ً دyang dibaca nashab karena
menjadi ma‟thuf dari ma‟thuf alaihi yang dibaca
nashab, sehingga ia harus dibaca nashab.
Tanda nashabnya menggunakan fathah karena
ia merupakan isim mufrad.
***
82 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
88
ى ٍى
٥ة ا ً هٝ ً ٞ ٣ا
ةض
“Seorang Qadli berdiri”
Keterangan:
ٍى
ً ٞ ٣ا
ةض
ٍى
ً ٞ ٣ اadalah kalimah isim karena ada ciri-
Lafadzةض
ciri isim, yaitu alif-lam ()اؿ. Karena ia adalah
kalimah isim, maka memungkinkan untuk
ٍى
ً ٞ ٣ اharus
dibaca rafa‟, nashab atau jer. Lafadz ةض
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
dibaca rafa‟ karena tergolong ةءً ٧ق
ال
ت
ع
ٮ ٚ م ؿ , yaitu
mubtada‟. Disebut mubtada karena ia
merupakan isim ma‟rifat (isim + ) اؿyang dibaca
rafa‟ yang jatuh di awal jumlah. Karena
berkedudukan sebagai mubtada‟, maka ia harus
dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah muqaddarah karena ia merupakan
isim mufrad yang isim manqush38.
Metode Al-Bidayah | 83
APLIKASI I’RAB
ى
٥ة ا ً هٝ
ى
Lafadz ٥ًةا هٝ merupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu tanwin. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ى
Lafadz ٥ًةا هٝ termasuk yang dibaca rafa‟ karena
ٍىٍ ى ىٍيٍ ى ي
tergolong ةءً٧ٮعت القٚمؿ, yaitu khabar. Disebut
ى
khabar karena lafadz ٥ًةا هٝ berfungsi sebagai
mutimmu al-faedah (penyempurna faedah)39.
Maksudnya cocok dan pantas apabila diberi
kata “adalah” (dalam bahasa Indonesia), “iku”
(dalam bahasa jawa) atau “panikah” (dalam
bahasa madura). Karena berkedudukan sebagai
khabar, maka ia harus dibaca rafa‟40. Tanda
mahalliy (tidak ada tanda i‟rab, sehingga pasti tanda i‟rab tidak
akan muncul). I‟rab mahalliy terjadi ketika yang dii‟rabi berupa
al-asma‟ al-mabniyah, jumlah dan hikayah. Baca bab anwa‟ al-i‟rab
dalam: Abdul Haris, Teori Dasar Tingkat Pemula..., 145-147.
39Standar mutimmu al-faedah secara aplikatif dapat
dirumuskan dengan setiap lafadz (jer-majrur, dharaf, jumlah atau
isim biasa) yang ketika diterjemahkan pantas apabila diberi kata-
kata “adalah” (dalam bahasa Indonesia), “iku” (dalam bahasa jawa),
atau “panikah” (dalam bahasa madura). Perhatikan contoh berikut
ت ى ى ي ٍ ي ي ٍ ُّ ٍ ى ى ٍ ى ى ٍ ٍ ي ن ى ٍ ى ن ى ي ى ى ٍ ٍ ى ُّ ي
انل ً ٨ً ٔةركًم٦ح٤ؽة َ ًٮي٦٥الوٮ ًِلٮفبٕؽِبسً ً٭٫٦ؽٝاْلوًُل ًحاَّلًم
ini: ب ً ح ًف٪اْك. Dalam
contoh ini ada jer-majrur, dharaf, jumlah dan ada pula isim yang
ى ي ى
lain. Akan tetapi yang berfungsi sebagai khabar adalah ...ة ر ًكم ٦,
karena isim tersebut berfungsi sebagai mutimmu al-faedah.
Maksudnya cocok dan pantas apabila diberi kata “adalah” (dalam
bahasa Indonesia), “iku” (dalam bahasa jawa) atau “panikah”
(dalam bahasa madura). Penjelasan lebih detail tentang khabar,
buka buku: Abdul Haris, Tanya Jawab..., 269.
40Dalam konteks hukum i‟rab, khabar bisa jadi dibaca rafa‟
84 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 85
APLIKASI I’RAB
9
9
ى ٍىي
ار
ً اد
ف ً ح
ؽ أ
“Ahmad di dalam rumah”
Keterangan:
ى ٍىي
ؽ
حأ
ىٍىي
Lafadz ؽ
ح أ adalah kalimah isim. Karena ia
adalah kalimah isim, maka memungkinkanى
ٍىي
untuk dibaca rafa‟, nashab atau jer. Lafadz ؽ
حأ
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
harus dibaca rafa‟ karena tergolong ةءً٧ق
ال
ت
ع
ٮ ٚ م ؿ ,
yaitu mubtada‟. Disebut mubtada‟ karena ia
merupakan isim ma‟rifat (isim „alam) yang dibaca
rafa‟ yang jatuh di awal jumlah. Karena
berkedudukan sebagai mubtada‟, maka ia harus
dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah karena ia merupakan isim mufrad.
ىٍىي
Lafadz ؽ
ح أ tidak boleh ditanwin karena ia
termasuk dalam kategori isim ghairu munsharif.
Disebut sebagai isim ghairu munsharif karena di
samping ia merupakan isim „alam (alamiyah), ia
ىٍىي
juga berwazan fi‟il (wazan ٢
) أ ذ ٕ .
***
86 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ًار
فاد
ً
Lafadzف
ً merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Hurufف
ً
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
jer. Karena berfungsi sebagai huruf jer, maka
kalimah isim yang jatuh sesudahnya disebut
sebagai majrur yang hukum i‟rabnya harus
dibaca jer.41
Metode Al-Bidayah | 87
APLIKASI I’RAB
Lafadz ًار
ف اد
ً merupakan susunan jer majrur
yang terdiri dari ف
ً sebagai huruf jer dan ًار
اد
sebagai majrur. Lafadzارً
اد merupakan kalimah
isim karena ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki
88 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
Metode Al-Bidayah | 89
APLIKASI I’RAB
90 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
1010
ٍ ٍيٍ ى ي ىى ى ٍى
٢
ى ً
ٛ ٣ةـ ا
٦ةذا
ق ذ
ال
“Pak guru di depan kelas”
Keterangan:
ٍيٍ ى ي
ةذ ال
ق ذ
ٍيٍ ى ي
Lafadz ةذ ال
ق ذ 43 adalah kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ. Karena
ia adalah kalimah isim, maka memungkinkan
ٍيٍ ى ي
untuk dibaca rafa‟, nashab atau jer. Lafadz ةذ ال
ق ذ
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
harus dibaca rafa‟ karena tergolong ةءً٧ق
ال
ت
ع
ٮ ٚ م ؿ ,
Metode Al-Bidayah | 91
APLIKASI I’RAB
92 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍ ىى ى ٍى
Lafadz ٢ ى ًٛ٣ةـ ا٦ اberkedudukan sebagai khabar
syibhul jumlah karena berfungsi sebagai
mutimmu al-faedah (penyempurna faedah).
Maksudnya cocok dan pantas apabila diberi
kata “adalah” (dalam bahasa Indonesia), “iku”
(dalam bahasa jawa) atau “panikah” (dalam
bahasa madura). Karena berkedudukan khabar,
maka ia harus dibaca rafa‟, tanda rafa‟nya tidak
ada karena ia berupa syibhu al-jumlah
(diserupakan dengan jumlah).
Dalam konteks ketika yang menjadi khabar
adalah jer-majrur atau dharaf, maka sebenarnya
yang menjadi khabar bukanlah jer-majrur atau
dharaf, akan tetapi muta‟allaq dari jer-majrur
atau dharaf tersebut. Muta‟allaq dari jer-majrur
atau dharaf, bisa jadi berupa isim, namun bisa
juga berupa fi‟il. Contoh di atas apabila
muta‟allaqnya ditampakkan akan menjadi:
ٍ ٍيٍ ى ي ي ٍ ى ي ىى ى ٍى ٍ ٍيٍ ى ي ٍ ىى ىى ى ٍى
ى ًٛ٣ةـ ا٦ؿ اًٞ القذةذ مكذatau ٢
٢ ى ًٛ٣ةـ ا٦ؿ اٞالقذةذ إًقذ.
Dari sisi ini menjadi jelas bahwa khabar yang
berupa jer-majrur atau dharaf dapat dianggap
sebagai khabar mufrad (ketika muta‟allaq yang
dimunculkan berupa isim), akan tetapi dapat
juga dianggap sebagai khabar jumlah (ketika
muta‟allaq yang dimunculkan berupa fi‟il).
***
Metode Al-Bidayah | 93
APLIKASI I’RAB
1111
ٍ ى تٍ ٍ ى ى ٍيى
ةفاد رس
س ذ ج ً
اف ي
ي ؾ ً٧ ً٤ال
“Dua murid laki-laki sedang menulis pelajaran”
Keterangan:
ٍ ٍ ى ت
اف
ً ي ؾ٧ ً٤ال
ٍ ٍ ى
ي ؾ ً٧ ً٤الت
Lafadz اف adalah kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ. Karena
ia adalah kalimah isim, maka memungkinkan
untuk dibaca rafa‟, nashab atau jer. Lafadz
ٍ ٍ ى
ي ؾ ً٧ ً٤الت
اف harus dibaca rafa‟ karena tergolong
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
ة ًء٧ق
ال
ت
ع
ٮ ٚ م ؿ , yaitu mubtada‟. Disebut mubtada‟
karena ia merupakan isim ma‟rifat (isim +) اؿ
yang dibaca rafa‟ yang jatuh di awal jumlah.
Karena berkedudukan sebagai mubtada‟, maka
ia harus dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya
menggunakan alif 44 karena ia merupakan isim
tatsniyah.
94 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ى ٍيى
ةف
س ذ ج ً
ي
ى ٍيى
Lafadz ةف
س ذ ج ً
ي merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍى
yang berupa ya‟ yang memiliki fungsiًت ً ٘ةا٤ً ْ
ى ٍ يى
Lafadz ةف س ذ ج ً
ي termasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
danٍ nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
انل ىٮاو ى ى ى٨ًٔ ى ى ُّ ى
از ًـ
ً ت كالٮً ً ً ( ًلضؿ ًدقsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
tsubut al-nun karena ia termasuk dalam kategori
al-af‟al al-khamsah.
ى ٍيى
Lafadz ةفس ذ ج ً
ي termasuk fi‟il ma‟lum karena cara
ي
bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul (٥ً
ٍ ى يي ىي ى ى ىٍى
الػ ًًؿ٢ةرج٦ذًط ٚك )أكَلsehingga ia membutuhkan fa‟il
yang dalam konteks contoh di atas adalah
dlamir bariz yang berupa alif tatsniyah yang
ى ٍي
س ذ ي
jatuh setelah lafadz ت ي .
ى ٍيى
Lafadz ةف
س ذ ج ً
ي juga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ى ٍيى
karena arti dari lafadz ةف
س ذ ج ً
ي dapat dipasifkan.
ى ٍيى
Maksudnya, arti dari lafadz ةف
س ذ ج ً
“ ي menulis” bisa
يٍ يٍ ى ٍ ٍ ى ي ٍ يٍ ى
ٮف٧ً٤يك. Alif atau wawu yang terdapat dalam lafadz اف
يؾ ً٧ً ٤ً دdan ف
ٮ ٧ً٤مك
adalah alif atau wawu yang berstatus sebagai tanda rafa‟, sehingga
alif atau wawu ini akan berubah menjadi ya‟ ketika berkedudukan
ٍٍ ٍ ى ٍ ٍ ي
jer atau nashab (٨ ى٧ً ً٤) مك. Berbeda dengan alif atau
يؾي ً٧ً ٤ً دdan ي
ى ٍيى يٍ يٍ ى
wawu yang terdapat dalam lafadzةف ً يسذجdanٮف ٧ً٤ يكdimana
keduanya berstatus sebagai isim dlamir, sehingga keduanya tidak
akan berubah menjadi ya‟. Jadi, alif atau wawu yang menempel
pada kalimah isim merupakan tanda i‟rab rafa‟, sedangkan apabila
menempel pada kalimah fi‟il, keduanya merupakan isim dlamir.
Metode Al-Bidayah | 95
APLIKASI I’RAB
96 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
1212
ٍي ي ي ٍ ى ي ي
وخٛ ٦ةذ قي
ق ذ
أ ٢
صاْؿ
“Orang laki-laki itu, gurunya seorang mufti”
Keterangan:
ي ي
٢
ص
اْؿ
ي ي
Lafadz ٢
ص
اْؿ adalah kalimah isim karena ada ciri-
ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ. Karena ia
adalah kalimah isim, maka memungkinkan
ي ي
untuk dibaca rafa‟, nashab atau jer. Lafadz ٢
صاْؿ
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
harus dibaca rafa‟ karena tergolong ة ًء٧ق
ال
ت ٮ ٚ م ؿ ,
ع
yaitu mubtada‟. Disebut mubtada‟ karena ia
merupakan isim ma‟rifat (isim + ) اؿyang dibaca
rafa‟ yang jatuh di awal jumlah. Karena
berkedudukan sebagai mubtada‟, maka ia harus
dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah karena ia merupakan isim mufrad.
ي ي
Khabar dari lafadz ٢
ص اْؿ adalah berupa khabar
ٍي ٍ ى يي ي
jumlah ismiyah yang berupa lafadz خ
و ٛ ٦ةذ ق
ق ذ
أ .
***
Metode Al-Bidayah | 97
APLIKASI I’RAB
ي ٍ ى يي
ةذ ق
ق ذ
أ
ي ٍ ى يي
Lafadz أقذةذ قmerupakan susunan idlafah yang
ي ٍ ى ي ي
terdiri dariةذ
أقذ sebagai mudlaf dan dlamir ق
sebagai mudlaf ilaih. Karena berkedudukan
ي ٍ ى ي
sebagai mudlaf, maka lafadz ةذ
أقذ tidak boleh
diberi alif-lam ( )اؿdan juga tidak boleh ditanwin.
ي
Sementara untuk dlamir قkarena berposisi
sebagai mudlaf ilaih, maka ia harus dibaca jer.
Tanda jernya tidak ada (bersifat mahalli) karena
termasuk dalam kategori al-asma‟ al-mabniyyah
yang isim dlamir.
ي ٍ ى ي
ةذ قي
Susunan lafadz أقذ tergolong idlafah
ma‟nawiyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul dari
mudlaf.
ي ٍ ى ي
Lafadz ةذ
ق ذ
أ adalah kalimah isim. Karena ia
adalah kalimah isim, maka memungkinkanي
ٍ ى ي
untuk dibaca rafa‟, nashab atau jer. Lafadz ةذ
ق ذ
أ
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
harus dibaca rafa‟ karena tergolong ةءً٧ق
ال
ت
ع
ٮ ٚ م ؿ ,
yaitu mubtada‟. Disebut mubtada‟ karena ia
merupakan isim ma‟rifat (al-mudlaf ila al-
ma‟rifat) yang dibaca rafa‟ yang jatuh di awal
jumlah. Karena berkedudukan sebagai
mubtada‟, maka ia harus dibaca rafa‟. Tanda
rafa‟nya menggunakan dlammah karena ia
merupakan isim mufrad.
***
98 | Metode Al-Bidayah
APLIKASI I’RAB
ٍي
خ
و ٛ ٦
ٍي
و ٛ ٦ merupakan kalimah isim karena ada
Lafadz خ
ciri-ciri isim yaitu tanwin. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍي
Lafadz خ و ٛ ٦ termasuk yang dibaca rafa‟ karena
ٍىٍ ى ىٍيٍ ى ي
tergolong ةءً٧ٮعت القٚمؿ, yaitu khabar. Disebut
ٍي
khabar karena lafadz خ
و ٛ ٦ berfungsi sebagai
mutimmu al-faedah (penyempurna faidah).
Maksudnya cocok dan pantas apabila diberi
kata “adalah” (dalam bahasa Indonesia), “iku”
(dalam bahasa jawa) atau “panikah” (dalam
bahasa madura). Karena berkedudukan khabar,
maka ia harus dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya
dengan menggunakan dlammah muqaddarah
karena ia merupakan isim mufrad yang isim
manqush.
Ya‟ lazimah yang merupakan huruf akhir dari
ٍي
isim manqushخ و ٛ ٦ harus dibuang45 karena ia
45
Terkait dengan pembuangan huruf akhir, terdapat
perbedaan antara isim manqush dan isim maqshur. Isim manqush
ketika memenuhi persyaratan, ya‟ lazimah yang merupakan huruf
akhir harus dibuang, baik dari sisi pelafadzan maupun dari sisi
tulisan (lafdzan wa khaththan), sedangkan alif lazimah yang
merupakan huruf akhir dari isim maqshur hanya dibuang secara
lafadz, tidak tulisan (lafdzan la khaththan). Hal ini sebagaimana
yang ditegaskan oleh al-Ghulayaini :
ى ى ى ٍ ٍ ى ٍى ت ى ي ي ى ى ٍ ٍ ى ٍ ى ى ي ى ٍ ى يي ىٍ ن ى ى ى ى ى ٍىٍيٍ ي
٥س ى
ظ َن ٮ " ،
الؿ ًٓ ك ٚت اْؿ
٣ة
ظ
ةِف ػُ ً ةك
ْ ٛ ٣ةؤق
خ ي ٚظ ًؾ
ًح ٚة ً
اْل
)ك ً
(أؿ ٨ ٦ٮص ًٞ٪٧ْىكإ ً ذا َتؿ د ا
ى ي ى ي ى ن ى ٍى ت ى ن ى ىٍي ى ى ى ى ٍ ى ٍ ىىىى ىى ى ى
تٮ ٩ ِ ىكإًذا ."٫خ ية إ ً ٍِل ً
ف دا ً
،ٜ
ال
ل ة ًد ية إ ً ٬
اهلل ٟ
٤ص ٕ َن ٮ " ،تى ً
ةؿ انل
ظ ً
ِف
ك ز ب ذخ ً
،"ةفص و
لَع
ةض وٝ
ي ٍ ىن ىٍ يٍ ى ين ٍي ٍىٍ ي ٍ ي ي ى ٍ ى ي ي ىٍ ن ىىىى ٍ ى
".ؽل٬ل ِتيؽٔ ٮإ ً ذ ٨ "ز ٢ ًس ٦خػُة كزبذ ،ْةٛ٣٫ ًٛ ٣خأ ًٚىٮ رظؾٞ٧ْا
Lebih lanjut baca: al-Ghulayaini, Jami‟ al-Durus..., I, 107.
Metode Al-Bidayah | 99
APLIKASI I’RAB
1313
ٍ ه ي ٍ ى ي ٍى ى ى ٍي ٍىى ي ٍ ى
ت
ً ةل ؿ
ك ب ث ً
ح ٕ ؿ ٥ك
ً ٝةف
ً٧ك
ً ٝةت
ٕ ؿ ب ٧اْ
“Kalimat yang mu’rab dibagi menjadi dua; satu bagian
dii’rabi dengan menggunakan harakat”
Keterangan:
ٍي ٍ ى ي
ٕ ىؿ ب ٧اْ
ةت
ٍي ٍ ى ي
ٕ ىؿ ب ٧ اْ adalah kalimah isim karena ada
Lafadz ةت
ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ. Karena
ia adalah kalimah isim, maka memungkinkan
untuk dibaca rafa‟, nashab atau jer. Lafadz
ٍي ٍ ى ي
ٕ ىؿ ب ٧ اْ harus dibaca rafa‟ karena tergolong
ةت
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
ة ًء٧ق
ال
ت
ع
ٮ ٚ م ؿ , yaitu mubtada‟. Disebut mubtada‟
karena ia merupakan isim ma‟rifat (isim +) اؿ
yang dibaca rafa‟ yang jatuh di awal jumlah.
Karena berkedudukan sebagai mubtada‟, maka
ia harus dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya
menggunakan dlammah karena ia merupakan
jama‟ muannats salim.
***
ٍ ى
ةف
ً٧ك
ً ٝ
ٍ ى
Lafadz ةف
ً٧ك
ً ٝ merupakan kalimah isim. Karena
termasuk dalam kategori kalimah isim, maka
يٍ ي
Lafadz ح ٕ ىؿبtermasuk fi‟il majhul karena cara
bacanya
ٍ ى ى ى ٍ ىdiikutkan pada kaidah majhul
ي ى يي ىي
( الػ ًًؿ٢ة رج٦ذًط ٚ أكَل ك٥ً) sehingga ia membutuhkan
na‟ib al-fa‟il yang dalam konteks contoh di atas
ي
adalah dlamir mustatir ىٮ ٬ yang tersimpan dalam
يٍ ي ٍ
lafadz ح ٕ ىؿبdan kembali pada lafadz ٥ ًك هٝ .
***
ٍى ى
ةل ىؿ ك ً
ت ً ث
Lafadzب
ًmerupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Hurufب
ً
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
jer. Karena berfungsi sebagai huruf jer, maka
kalimah isim yang jatuh sesudahnya disebut
sebagai majrur yang hukum i‟rabnya harus
dibaca jer. ٍ
ى ى
ةل ىؿ ك ً
Lafadz ت ث ً merupakan susunan jer majrur 49
ٍ ى
yang terdiri dari ب ال ىؿ ك ً
ً sebagai huruf jer dan ت ى
ٍ ى
ال ىؿ ك ً
sebagai majrur. Lafadzت ىmerupakan kalimah
isim karena ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki
huruf jer dan juga ada alif-lam ()اؿ. Karena
termasuk dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab atau jer.
ٍى ى ى
Lafadzت
ال ؿ ك ً
termasuk yang dibaca jer karena
ي ٍىٍ ى
ى ٍ ٍى
tergolong ًة ء٧م يؿكرات الق, yaitu majrurun bi harfi al-
jarri. Tanda jernya dengan menggunakan kasrah
karena termasuk jama‟ muannats salim.
ٍ ***
ى يٍ ي
ةل ىؿك ً
ت حٕ ىؿبث ى
ً
ٍ ى يٍ ي
ةل ىؿك ً
Jumlah fi‟liyah yang terdiri dari lafadz ت حٕ ىؿبث ى
ً
berkedudukan sebagai khabar karena ia
berfungsi sebagai mutimmu al-faedah
(penyermpurna faedah). Maksudnya cocok dan
pantas apabila diberi kata “adalah” (dalam
bahasa Indonesia), “iku” (dalam bahasa jawa)
atau “panikah” (dalam bahasa madura). Karena
berkedudukan sebagai khabar, maka ia harus
dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya tidak ada (bersifat
mahalliy) karena ia merupakan jumlah.
***
14
14
ص ٍ ى
ِل وة
ٍيى ىى ى
ًةاح٦ة٧٭٪ً٦ظ وؽ
ً كا
ى ٍ ي ٍ ي
اُك ىةص ًِلكٚ
“Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus kali dera”
Keterangan:
ى
ؼ
ى
Lafadz ؼ
50 merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
ٍ ٍ
اص ً يtermasuk dalam kategori fi‟il yang
Lafadz ِلكا
mabni karena ia merupakan fi‟il amar. Mabninya
ٍ
lafadz ِل ٍكا
اص ً ي adalah „ala hadzfi an-nun
(membuang huruf nun) karena berasal dari al-
af‟al al-khamsah.
ٍ
ٍ اص ي
Lafadz ِلكا ً termasuk dalam kategori fi‟il ma‟lum
karena setiap fi‟il amar pasti selalu dibentuk
dari fi‟il mudlari‟ yang ma‟lum. Karena ia
merupakan fi‟il ma‟lum, maka ia membutuhkan
fa‟il yang dalam konteks contoh di atas adalah
berupa dlamir bariz yang berupa wawu jama‟.
ٍ
ٍ اص ي
Lafadz ِلكا ً termasuk juga dalam kategori fi‟il
ى ى
ص ىdapat
muta‟addi karena arti dari lafadz ِل
ص ى ى ى
dipasifkan. Maksudnya, arti dari lafadz ِل
“mencambuk” bisa diubah menjadi “dicambuk”.
Karena demikian, maka ia membutuhkan maf‟ul
bih yang dalam konteks contoh di atas berupa
lafadz ًؽ يُك ى
كاظ و
***
ي
ُك
ي 53
Lafadzُك merupakan kalimah isim yang
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ي
Lafadz ُك termasuk yang dibaca nashab karena
ىٍ ي ٍى ي ٍ ىٍ ى
tergolong ًة ء٧ةت الق
ىٮب ٪٦, yaitu maf‟ul bih. Disebut
maf‟ul bih karena ia merupakan isim yang jatuh
ٍ
ٍ اص ي
setelah fi‟il muta‟addi (ِلكاً ) dan berkedudukan
ٍ
)اص ً ي. Karena ٍ
sebagai obyek dari fi‟il muta‟addi (ِلكا
berkedudukan sebagai maf‟ul bih, maka ia harus
dibaca nashab. Tanda nashabnya menggunakan
fathah karena ia berupa isim mufrad.
***
ُك ى ي
ًؽ
كاظ و
Lafadz يُك ىmerupakan susunan idlafah
كاظ وًؽ
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ي
Mudlafnya adalah lafadz ُك sedangkan mudlaf
ىكاظ و. Karena lafadz
ilaihnya adalah berupa lafadz ًؽ
ي
ُكberkedudukan sebagai mudlaf, maka ia harus
memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak boleh
ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()أؿ, dan
apabila berupa isim tatsniyah atau jama‟
mudzakkar salim, maka nunnya harus dibuang
karena nun merupakan pengganti dari tanwin.
ىكاظ وkarena menjadi mudlaf ilaih maka ia
Lafadz ًؽ
harus dibaca jer. Tanda jernya menggunakan
kasrah karena ia merupakan isim mufrad.
Susunan lafadz ًؽ يُك ىtergolong idlafah
كاظ و
ma‟nawiyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
ىٍ ىي ىى ى ى ي ٍ ي ُّ ٍ ى
ً لَع م٢٧ٕةف ح
lengkap akan berbunyi: ٫ً ًةكذ ُك إًنك و٢ٝ . Abdul Haris, Tanya
Jawab…, 419.
ىى
ً٦ةاح
ىى
Lafadz ً٦ةاح merupakan kalimah isim yang
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ىى
ً٦ termasuk yang dibaca nashab karenaةاح Lafadz
ٍ ىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
ةت الق٧ةءً tergolong
٪٦, yaitu maf‟ul muthlaq.ىٮب
Disebut maf‟ul muthlaq karena ia merupakan
isim yang menunjukkan „adad (bilangan)54.
Karena berkedudukan sebagai maf‟ul muthlaq,
maka ia harus dibaca nashab. Tanda nashabnya
menggunakan fathah karena ia berupa isim
mufrad.
***
ٍ ىى ى
ًةاحص ى٦
ِل وة
ٍ ى ىى
ًةاح ص ى٦ merupakan susunan idlafah
Lafadz ِل ةو
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ىى
Mudlafnya adalah lafadz ًةا ح٦ sedangkan mudlaf
ٍ ى
ص ى. Karena lafadz
ilaihnya adalah berupa lafadz ِل وة
ىى
ًةاح٦ berkedudukan sebagai mudlaf, maka ia
harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak
boleh ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()أؿ,
dan apabila berupa isim tatsniyah atau jama‟
mudzakkar salim, maka nunnya harus dibuang
karena nun merupakan pengganti dari tanwin.
ىص ٍ ىkarena menjadi mudlaf ilaih maka ia
Lafadz ِلةو
harus dibaca jer. Tanda jernya menggunakan
kasrah karena ia merupakan isim mufrad.
ص ٍ ى
Susunan lafadz ِلةو
ى ىى
ًةاح٦ tergolong idlafah
ma‟nawiyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul dari
mudlaf.
ىى
Lafadz ًةا ح٦ merupakan jenis „adad mudlaf ila al-
mufradi karena menunjukkan hitungan ratusan.
Karena termasuk „adad mudlaf ila al-mufradi,
maka ia harus dimudlafkan kepada isim mufrad.
( ىص ٍ ىberbentuk
Mudlaf ilaihnya adalah lafadz ِلةو
mufrad). Dalam „adad mudlaf ila al-mufradi tidak
ada persyaratan harus bertentangan antara
„adad dan ma‟dudnya dari segi mudzakkar dan
muannatsnya.
***
15
15
ى ى ى ٍ ىٍ ى ى ى ىٍىي ى ى
ةَلٔج ٍ ى ى ى ىٍ ى
ي ًً ٧٭٪ةثح٦ةءكالرضك٧ةاْك٪ٞ٤ةػ٦ ىك
“dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi
dan segala yang ada di antara keduanya
dalam keadaan bermain-main”
Keterangan:
ىك
Lafadz ىكmerupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ىك
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang ghairu muatstsir karena ia termasuk huruf
isti‟nafiyah, sehingga ia tidak berpengaruh pada
kalimah berikutnya.
***
ى
ة٦
ى 55
Lafadz ة٦ merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
ى ىى
Lafadz ٜ
٤ ػtermasuk fi‟il ma‟lum karena ia tidak
ى ىٍى ٍ ى ي
أكَل ى٥ً)
كك ً ى
mengikuti kaidah majhul ( اَلػ ًًؿ ٢ة رج٦س
ى يي ي
ى
ى٧ اْكtermasuk yang dibaca nashab
Lafadz ةء
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
karena tergolong ةءً٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu maf‟ul bih.
Disebut maf‟ul bih karena ia merupakan isim
ى ىٍ ى
yang jatuh setelah fi‟il muta‟addi (ة ٪ٞ٤ ) ػ dan
berkedudukan sebagai obyek. Karena
berkedudukan sebagai maf‟ul bih, maka ia harus
dibaca nashab. Tanda nashabnya menggunakan
fathah karena ia berupa isim mufrad.
***
ىك
Lafad ىك merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ىك
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
„athaf. Karena berfungsi sebagai huruf „athaf,
maka kalimah isim yang jatuh sesudahnya
disebut sebagai ma‟thuf yang hukum i‟rabnya
harus disesuaikan dengan hukum i‟rab ma‟thuf
„alaih.
ى ***
ٍ ٍ ى
ض
الر
ٍىٍ ى
Lafad الرضmerupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍىٍ ى
Lafadz ض
الر termasuk yang dibaca nashab
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
karena tergolong ًة ء٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu tawabi‟
ٍ ىى ى
ؿٞ إًقذyang kembali kepada isim maushul ة٦
ى
menjadi „aid dari isim maushul ة٦.
***
ى ٍى
َل ًٔجًي
ٍى ى
Lafadz ي
َل ًٔجً merupakan kalimah isim sehingga
bisa jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz
ىَلٔج ٍ ىtermasuk yang dibaca nashab karena
ي ًً
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
) ىyang ٍ ي
tergolong ةءً٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu hal (ةؿ
ال
mufrad57. Disebut hal karena ia menjelaskan
ى
keadaan dari shahib al-hal yang berupa dlamir ة٩
ى ىٍ ى
yang terdapat pada lafadz ة٪ٞ٤ػ. Disebut hal
ٍٍي ى ي
mufrad ( ىؿدًٛ٧ْ )ظةؿ اkarena ia berupa isim shifat,
bukan berupa jumlah atau syibh al-jumlah.
Karena berkedudukan sebagai hal, maka ia
harus dibaca nashab. Tanda nashabnya dengan
menggunakan ya‟ karena ia merupakan jamak
mudzakkar salim.
***
ٍ ي
) ىdapat diklasifikasikan menjadi dua,
57Secara ال
umum hal (ةؿ
ٍى ي ٍي ٍ ٍ ى ى ي
yaitu: 1) hal mufrad ( ىؿ ًدٛ٧ْ)ظةؿ ا, 2) hal jumlah ( ًح٤٧ال
)ظةؿ ي. Hal mufrad
harus selalu terbuat dari isim shifat dan selalu dalam kondisi
ٍ ىي
nakirah, kecuali lafadz ىكظؽ ق. Contoh: َل
ي ى ٍ ىي ى ى ٍ ى
ى يٟ شي ىٍ ىي ى ٍ ى ى
ً أم٭ؽ أف َل إًَل إًَل اهلل كظؽ ق َل.
ٍ ي
) ىdan shahib al-hal (ةؿ ٍ
)وةظًت ىharus sesuai dari segi ي ى
ال
Antara hal (ةؿ ال ً
mudzakkar-muannatsnya dan juga mufrad tatsniyah jama‟nya.
ى ي ٍي ٍ ى
Sedangkan hal jumlah ( ًح٤٧ال )ظةؿadalah setiap jumlah yang jatuh
ي ى ى ٍ ي ٍ ي ٍى ى ىى ٍ ي
ؿأ ٞ٣ ىؿأاٞح٢رأيخاْؿص. Uraian lebih lengkap
setelah isim ma‟rifat. Contoh: ف
ٍ ي
) ىmaupun persyaratannya, baca: Abdul Haris,
tentang hal (ةؿ
ال
Tanya Jawab…, 338.
16
16
ٍ ٍى ى ى ى ى ى ُّ ي ٍ ٍ ى
َشم٭ نؿا ٔة٪هللًإث
ؽا ٪ًٔٔؽةاْن٭ٮ ًر
إًف ً
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah
dua belas bulan”
Keterangan:
ف
إً
إ ً 58 merupakan kalimah huruf. Karena
Lafad ف
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
يى ن ى ه ٍ ٍ ى
٥ًةا ٝؽا ٧( إًف مlafadz افtidak mungkin dibaca ف
إ ً atau ف
أ dan pasti
dibaca ف إ ً karena kalimah yang jatuh sesudahnya berupa
kalimah يisim).
ى ىٍ ي ى ٍ ٍ ى ى ى ٍ ٍ ى
هًؿ٬ة٦خ أف القذةذ ٪٪ّ (lafadz افtidak mungkin dibaca ف
إ ً atau ف
أ dan
ى
pasti dibaca أف karena kalimah yang jatuh sesudahnya berupa
kalimah isim).
Tentang variasi kemungkinan bacaan yang dimiliki oleh lafadz اف,
baca: Abdul Haris, Tanya Jawab…, 443.
ىٍ ي ٍى ي ٍىٍ ى
maka ia tergolong ًة ء٧ق
ال
ةت
ى ٮ ب
٪ ٦ , yaitu maf‟ul fih
(dharaf makan/ keterangan tempat). Karena
berkedudukan sebagai maf‟ul fih maka ia harus
dibaca nashab. Tanda nashabnya dengan
menggunakan fathah karena ia merupakan isim
mufrad.
***
ٍى
ًهلل
ؽا ٪ًٔ
ٍى
Susunanهللً
ؽ ا ٪ًٔ merupakan susunan idlafah
ٍى
yang terdiri dari ؽ
٪ًٔ sebagai mudlaf danهللً
ا
sebagai mudlaf ilaih. Karena berposisi sebagai
ٍى
mudlaf, maka lafadz ؽ ٪ًٔ tidak boleh diberi alif-
lam ()اؿ dan juga tidak boleh ditanwin.
Sementara untuk lafadz ًهلل
ا karena berposisi
sebagai mudlaf ilaih, maka ia harus dibaca jer.
Tanda jernya menggunakan kasrah karena ia
merupakan isim mufrad.
***
ٍى ى ى
ةٔ ى٪إث
َش
ٍى ى ى
ة ٔ ى٪ إثmerupakan kalimah isim yang
Lafadz َش
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍى ى ى
ةٔ ى٪ إثtermasuk yang dibaca rafa‟ karena
Lafadz َش
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
tergolong ةءً٧ت الق
ٮع ٚمؿ, yaitu khabar ف
إ ً . Disebut
khabar ف
إ ً karena ia merupakan khabar dalam
jumlah ismiyyah yang dimasuki ف
إ ً . Karena
berkedudukan sebagai khabar إًف, maka ia harus
ٍى ى ى
ةٔ ى٪ إثdisebut „adad murakkab karena ia
Lafadz َش
merupakan gabungan antara shadru al-
murakkab (satuan) dan „ajzu al-murakkab
(puluhan). Untuk bilangan dua belas antara
shadru al-murakkab dengan „ajzu al-murakkab
tidak saling berlawanan antara mudzakkar dan
muannatsnya. Shadru al-murakkab untuk
bilangan dua belas berhukum mu‟rab
sebagaimana isim tatsniyah, sedangkan „ajzu al-
ى ى
ٔ ىharus dimabnikan
murakkabnya yaitu lafadz َش
fathah.
***
ٍ ى
م٭ نؿا
ٍ ى
Lafadz م٭ نؿاmerupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu tanwin. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍ ى
Lafadz م٭ نؿاtermasuk yang dibaca nashab karena
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
tergolong ةءً٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu tamyiz. Disebut
tamyiz karena ia merupakan isim yang dibaca
nashab yang menjelaskan sesuatu yang masih
bersifat samar60. Termasuk di antara kalimah
yang bersifat samar (membutuhkan
penjelasan/tamyiz) adalah isim „adad yang
dalam konteks contoh di atas berupa lafadz
ٍى ى ى ٍ ى
ةٔ ى٪إث. Karena lafadz م ٭ نؿا
َش berkedudukan tamyiz,
maka ia harus dibaca nashab. Tanda nashabnya
menggunakan fathah karena ia merupakan isim
mufrad.
***
17
17
ٍ ى ي ٍى ىٍ ى ي ى ٍ ي
كٮؿ١٣ًيؾإًَلا٦ضطالل٪ح
“Para murid lulus kecuali yang malas”
Keterangan:
ىٍ ى ي
طض ٪ ح
ىٍ ى ي
Lafadz ط
ض ٪ حmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍى
yang berupa ya‟ yang memiliki fungsiًت
ً ٘ةا٤ً ْ.
ىٍ ى ي
Lafadz ط
ض ٪ حtermasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
dan nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
ك ٍ ى
ال ىٮازً ًـ اوت ى ى ى ى ُّ ى
ً ً انلٮ٨ً ٔ( ًلضؿ ًدق ًsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah dhahirah ٍ ىkarena ia termasuk dalam
ه ٍ ى ىٍ ى ٍ ي ٍى
kategori ثًأػ ًًؿق ً َش ء٢ى
ً حذ٥ْػ ًؿ ك
اَل ً
ط عي
ً ( اْىfi‟il mudlari‟
yang lam fi‟ilnya berupa huruf shahih dan huruf
akhirnya tidak bertemu dengan “sesuatu”,
maksudnya alif tatsniyah, wawu jama‟, ya‟
muannatsah mukhatabah, nun taukid, dan nun
niswah).
ىٍ ى ي
Lafadz ط
ض ٪ حtermasuk fi‟il ma‟lum karena cara
bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul
ٍ ي ى ى ىٍى ى ي ي
أكَلي ى٥ً) sehingga ia membutuhkan
( الػ ًًؿ٢ة رج٦ذًط ٚك
fa‟il, yang dalam konteks contoh di atas fa‟ilnya
ى ٍ ي
berupa lafadz ؾًي ٦الل
ىٍ ى ي
Lafadz ط
ض ٪ حjuga disebut sebagai fi‟il lazim
ىٍ ى ي
karena arti dari lafadz ضط٪ح tidak dapat
ىٍ ى ي
dipasifkan. Maksudnya, arti dari lafadz ط
ض ٪ ح
“berhasil” tidak bisa diubah menjadi
“diberhasil”. Karena demikian, maka ia tidak
membutuhkan maf‟ul bih.
***
ى ٍ ي
ؾ
ًي ٦الل
ى ٍ ي
Lafadz ؾ
ًي ٦ اللmerupakan kalimah isim karena
ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ.
Karena termasuk dalam kategori kalimah isim,
maka memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau
ى ٍ ي
jer. Lafadz ؾ
ًي ٦ اللtermasuk yang dibaca rafa‟
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
karena tergolong ةءً٧ٮعت القٚمؿ, yaitu fa‟il. Disebut
ى ٍ ي
fa‟il karena lafadz ؾًي ٦ اللmerupakan isim yang
dibaca rafa‟ yang jatuh setelah fi‟il yang mabni
ىٍ ى ي
ma‟lum berupa ض ٪ ح.
ط Tanda rafa‟nya
menggunakan dlammah karena ia merupakan
jama‟ taksir.
***
َل
إً
إ ً 61 merupakan kalimah huruf. Karena
Lafadz َل
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
18
18
ٍ ٍ ى ى ٍ ى ي ى
٫ً ًذةبَل ىري ىتذًي١٣اًٟ ْذ
“Itulah kitab, tidak ada keraguan di dalamnya”
Keterangan:
ى ى
ًٟ
ذْ
ى ى
Lafadz ًٟ
ذْ merupakan kalimah isim sehingga
bisa jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz
ى ى
ذْ termasuk yang dibaca rafa‟ karena tergolong
ًٟ
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
ة ًء٧ت الق
ٮع ٚمؿ, yaitu mubtada‟. Disebut mubtada‟
karena ia merupakan isim ma‟rifah (isim isyarah)
yang jatuh di awal jumlah. Karena
berkedudukan sebagai mubtada‟, maka ia harus
dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya tidak ada (bersifat
mahalliy) karena ia termasuk dalam kategori al-
asma ‟al-mabniyyah yang berupa isim isyarah
(setiap isim isyarah pasti membutuhkan
musyarun ilaih). Sedangkan khabarnya adalah
jumlah ismiyyah yang jatuh sesudahnya yaitu
ٍ ٍ ى
٫َل ىري ىتذًي ً.
***
ٍ ى ي
ةب
ًذ ١٣ا
ٍ ى ي
Lafadzًذةب ١٣ اmerupakan kalimah isim karena
ada ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena
termasuk dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍ ى ي
Lafadzًذةب ١٣ اtermasuk yang dibaca rafa‟ karena
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
tergolong ةءً٧ت الق
ٮع ٚمؿ, yaitu tawabi‟ yang badal.
ٍ ى ي
Disebut badal karena ًذةب١٣ا merupakan
musyarun ilaihi atau isim yang jatuh setelah isim
ى ى
isyarah (ًٟ
)ذْ yang dima‟rifatkan dengan
menggunakan alif-lam ()اؿ, sehingga ia terkena
kaidah yang berbunyi:
ى ي ى ه ى ٍ ى ى ى ىٍ ي ٍ ى ى ٍن ىٍ ىى ن ٍ ىى ن
ةأكثؽ ٩أٔ ًؿبجٕذةأكبية#ٕؿؼبٕؽإًمةر وةثًأؿ٦
َل
Isim yang dima‟rifatkan dengan
menggunakan alif-lam ( )اؿapabila jatuh
setelah isim isyarah maka i‟rabnya
ditentukan sebagai na‟at, „athaf bayan , atau
badal.
Karena berkedudukan sebagai badal, maka
hukum i‟rabnya disesuaikan dengan mubdal
minhunya yang dalam konteks contoh di atas
ى ى
adalah lafadz ًٟ ذْ yang dibaca rafa‟ karena
menjadi mubtada‟, sehingga ia harus dibaca
rafa‟. Tanda rafa‟nya menggunakan dlammah
karena ia merupakan isim mufrad.
***
ى
َل
ى
Lafadz َل
merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
ٍ ٍ ٍى ى
63Bahwa الج ًف
ً ف
ً ًِت ًنل٣َل ا termasuk dalam kategori
ى ى ي ٍ ي ٍ ى ى ً ى ٍى
كاْل ى
ًب جذؽأ٧ْٮاقًغ ا٩ ditegaskan oleh Ibn Ali al-Muradi dalam kitabnya yang
berbunyi:
ٍٍ ى ى ي ٍيٍى ىى ى ى ى ى ى ٍ ى ٍ ى ٍ ي ٍ ى ى ً ى ٍى ى ى ى ى ي ىت ي ى ى ى ي ى ى ى ى ى ى ي ى ٍ ى
ىً ي ٪ ج ذ ؽأ ىك ي ٧ ي ٍؿ ذ ٓ اْ ٥ك ه
ت ً ٝ /كةـو ٝل ز حأ ة" ك ًه ز ٧ؼ ٭ ق ٮا ً٩ي" ػ ؾ ي ب بأ اْل ً ج ذ ؽأ ك ٧كـً اْ ظ أ ٨ ٦غ ً ؿ ٚة
٧ْ
ى ى ٍ ي ى ى ى ى ى ٍ ي ٍ ي ٍ ى ٍ ى ى ي ٍ ي ى ٍ ى ى ي ى ى ي ى ٍ ى ى ي ى ى ى ى ي ٍى
اْل ى
ب ٍ
ج ذ ؽأ ىك ي ؿ ذ ٓ ٧ت اْ ىً ٪ ح ٥ك ه ى
ً ٝ ىك .ةر ب ًح ات ٭ة" ىكأ ذ ٕ
ٞ ٧ةؿ اْ ى
ػ ٮ ضةزًي ح" ىكأ ةال ً
٦ك ،ة ات ٭ ى ى
ػ ٮ ف ىكأ َك ى اْل ى ى
ٮ ٬ب ىك
ى ٍ ه ى ٍ ي ي ى ى ن ى ي ى ى ى ٍ ي ىى ى ى ي ى ىى ٍ ى ى ىى ى ى ي ى ٍ ٍ ىي ىى ى ى ي ى ى ى ى ي
.ات ٭ة
ػ ٮ كأ ٥ ٤ٔ كأ ،ة
ات ٭ ػ ٮ خ كأ ٪ ٪ّ ٮ ٬ةك
ٕ ٦ة ٧ىً ج ٭ ٪ ح ٥ك ً ٝ ك .ف
ض ج ً ً٤َل"انلة ذً ي حْ ً ةك"
ات ٭ ػ ٮ ٮ"إ ًف" كأ ٬ىك
Lebih lanjut lihat: Ibn „Ali al-Muradi, Taudlih al-Maqasid wa al-
Masalik bi Syarh Alfiyah ibn Malik (T.Tp: Dar al-Fikr al-„Arabiy,
2008), III, 492.
ٍ
٫ذًي ً
ً ٍmerupakan kalimah huruf. Karena
Lafadzِف
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
ً ٍ
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ِف
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
jer. Karena berfungsi sebagai huruf jer, maka
kalimah isim yang jatuh sesudahnya disebut
sebagai majrur yang hukum i‟rabnya harus
dibaca jer.
ٍ
Lafadz ٫ ذًي ًmerupakan susunan jer majrur yang
terdiri dari ف
ً sebagai huruf jer dan ً قsebagai
majrur. Lafadz ق ًmerupakan kalimah isim karena
ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki huruf jer (ف
) ً .
Karena termasuk dalam kategori kalimah isim,
maka memungkinkan dibaca rafa‟, nashab atau
jer. Lafadz ق ً termasuk yang dibaca jer karena
ي ٍىٍ ى ٍ ٍى
tergolong ًة ء٧م يؿك ىرات الق, yaitu majrurun bi harfi al-
jarri (dibaca jer karena dimasuki oleh huruf jer).
Tanda jernya tidak ada (bersifat mahalliy) karena
termasuk dalam kategori al-asma‟ al-mabniyyah
yang isim dlamir(dlamir bariz muttashil).
ٍ ى ٍ ى
Jumlah ismiyyah yang terdiri dari ٫َل ىريت ذًي ً
termasuk dalam kategori jumlah yang memiliki
19
19
ٍى ٍ ى ى ي ه ى ى ي ٍى ٍ ى ٍن ى ٍ ى ن ى ٍى ن ى ٍ ٍ ى ٍى
ً ً ٫ً يًٛ سًْيةدس٠ْياأمٮاَلًٞ ٚ٫ً اْٮص٨ظك٢أخُٯرص
ةءًالي ً ٪ل
خ
“Seorang laki-laki yang wajahnya ganteng telah
memberikan harta yang banyak kepada seorang fakir
yang mencukupinya untuk membangun rumah”
Keterangan:
ى ٍ ى
أخُٯ
ى ٍ ى
Lafadz أخُٯmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
madli.
ى ٍ ى
Lafadz أخُٯtermasuk dalam kategori fi‟il yang
ى ٍ ى
mabni. Mabninya fi‟il madli أخُٯadalah „ala al-
fathi karena ia tidak bertemu dengan dlamir
rafa‟ mutaharrik dan wawu jama‟. Harakat
fathah yang terdapat pada huruf akhir (lam fi‟il)
ى ٍ ى
lafadz أخُٯtidak dapat muncul karena lafadz
ى ٍ ى
أخُٯhuruf terakhirnya berupa alif (alif tidak
dapat menerima harakat). Asalnya huruf alif ini
adalah ya‟, berubah menjadi alif karena
ىٍىى ٍ ى
ً ىذًٛ ٩كا
ى ى ى
memenuhi persyaratan ٭ة٤ة رج٦ةح ً٭ة٠ًلىع ُّؿ
ى ٍ ى
66Karena adanya persayaratan ini, ketika lafadz أخُٯ
dimajhulkan, maka huruf ya‟nya tidak lagi diganti dengan alif
ى ى ُّ ى ى ٍ ى ً ى ى ٍ ى ى
karena tidak lagi memenuhi persyaratan ٭ة٤ة رج٦ةح ًذٛ٩ ً٭ة كا٠ ًلعؿ,
ٍي
أُ ى. Hal ini sesuai dengan penjelasan
sehingga bacaannya menjadi ًٰ
yang terdapat dalam kitab al-Mujiz fi Qawa‟id al-Lughah al-
„Arabiyyah sebagai
ى berikut. ى ى
ٍ ى ى ىٍ ى ى ٍ ىٍيٍ يت ى يي ٍيى ن ٍي ى ى ى ى ٍ ى ٍ ٍ ى ىى ى
ٗ ىـا
ك
م "ر
٢
س ٦ة ًًٛ ٣ةأ
٧ ٭ ٪ ٦ُك ً
ت
٤ ٝ ذ ٮحو ٛ ٦ؼ
ظ ؿ و
ًح ب ٕ ؽ ٧ك ً
٣ا
ِف ِبى ىؿ ك وحأ
ًي وح ً ٤و اِلى ي
ةء ً خً اْ ىٮ ي٠
اكأكً اَتؿ
إ ً ذ
ى ى ى ى ى ى ىى ٍ ي ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى
".ٓ
ٮ ؿ ك بي ٝٗـ ك ك ك ِم ة"ر
٭ ٤و "كأ ةع ةؿ ك ب
ٝك
Lebih lanjut baca: Sa‟id ibn Muhammad ibn Ahmad al-Afghani, al-
Mujiz fi Qawa‟id al-Lughah al-„Arabiyyah (Beirut: Dar al-Fikr, 2003),
410.
يه
ىرص
٢
ي ه
ىرص merupakan kalimah isim karena ada
Lafadz ٢
ciri-ciri isim yaitu tanwin. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ي ه
Lafadz ٢ ىرص termasuk yang dibaca rafa‟ karena
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
tergolong ة ًء٧ٮعت القٚمؿ, yaitu fa‟il. Disebut fa‟il
ي ه
ىرص merupakan isim yang dibaca
karena lafadz ٢
rafa‟ yang jatuh setelah fi‟il yang mabni ma‟lum
ى ٍ ى
berupa أخُٯ. Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah karena ia merupakan isim mufrad.
***
ٍ ٍ ى ى ي
٫اْ ىٮص ً٨ظك
ٍ ٍ ى ى ي
Lafad ٫ اْ ىٮص ً٨ ظكmerupakan susunan idlafah
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ى ى
Mudlafnya adalah lafadz ٨ ظك يsedangkan mudlaf
ٍ ٍى
ilaihnya adalah lafadz ٫اْٮص ً.
ى ى
Karena lafadz ٨ظك ي berkedudukan sebagai
mudlaf, maka ia harus memenuhi ketentuan
mudlaf yaitu tidak boleh ditanwin, tidak boleh
diberi alif-lam ()أؿ, dan apabila berupa isim
tatsniyah atau jama‟ mudzakkar salim, maka
nunnya harus dibuang karena nun merupakan
ٍ ٍى
pengganti dari tanwin. Lafadz ٫ اْٮص ًkarena
menjadi mudlaf ilaih maka ia harus dibaca jer.
Tanda jernya menggunakan kasrah karena ia
merupakan isim mufrad.
ٍ ٍ ى ى ي
Susunan lafadz ٫ اْ ىٮص ً٨ ظكtergolong idlafah
lafdhiyyah karena ia telah memenuhi
ى
Mudlafnya adalah lafadzةءً ٪ً ثsedangkan mudlaf
ٍ ٍ
الىي ً. Karena
ilaihnya adalah berupa lafadz خ
ى
lafadzةءً٪ً ثberkedudukan sebagai mudlaf, maka ia
harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak
boleh ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()أؿ,
dan apabila berupa isim tatsniyah atau jama‟
mudzakkar salim, maka nunnya harus dibuang
karena nun merupakan pengganti dari tanwin.
ٍ ٍ
الىي ًkarena menjadi mudlaf ilaih maka ia
Lafadz خ
harus dibaca jer. Tanda jernya menggunakan
kasrah karena ia merupakan isim mufrad.
ٍ ٍ ى
Susunan lafadz خ ةءً الىي ً٪ً ثtergolong idlafah
ma‟nawiyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul dari
mudlaf.
***
20
20
ت ى ىى ىى ٍ ي ى ى ى ٍى ى ى ى ٍ ى ٍ ى ى ٍ ي ي ى
ح٣ ًؾق ًاْؿقة٬حاَلػل ًؽدسذت٪حالك٧ًَةٚرأيخ
ٍ ٍى ٍ ٍ ى ىٍٞ ى٣ا٨ً ى٦ةٔ ىًؽةىاْؿاث ىٕ ىحٞ ى٣ا
ٍ ى
ً ٧اْلٔل ًِلحًاْل
ف ً ؽً ٔ
ً اٮ ً ك
“Saya telah melihat Fatimah yang akhlaknya baik
sedang menulis surat ini dan kaidah yang keempat
dari kaidah i’lal yang lima”
Keterangan:
ىٍ ي
ىرأي
خ
ىٍ ي
ىرأي merupakan gabungan dua kalimah
Lafadz خ
ىى ي
yaitu رأل sebagai fi‟il madli dan ت
sebagai isim
dlamir (kata
ى ىganti)
Lafadz رأل termasuk dalam kategori fi‟il yang
ىى
mabni. Mabninya fi‟il madli رأل adalah „ala
al-sukun karena ia bertemu dengan dlamir rafa‟
mutaharrik.
ى
Lafadz ىرأل termasuk fi‟il ma‟lum karena ia tidak
ى ىٍى ٍ ى
أكَل ى٥ً)
كك ً ى ى يي ي ي
mengikuti kaidah majhul ( اَلػ ًًؿ ٢ةرج٦س
sehingga ia membutuhkan fa‟il, yang dalam
ي
konteks contoh di atas fa‟ilnya berupa dlamirت
ىٍ ي
ىرأي .
yang ada dalam lafadz خ
ى
Lafadz ىرأل juga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ى
karena arti dari lafadz ىرأل dapat dipasifkan.
ى
Maksudnya, arti dari lafadz “ ىرأل melihat” bisa
diubah menjadi “dilihat”. Karena demikian,
maka ia membutuhkan maf‟ul bih yang dalam
ى ىى
konteks contoh di atas berupa lafadz ح٧ًَةٚ
***
ي
ت
ي
lafadz ت 69 merupakan kalimah isim sehingga
bisa jadi ia dibaca rafa‟, nashab atau jer.
ي
Lafadz ت
termasuk kategori isim yang dibaca
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
rafa‟ karena tergolong ةءً٧ٮعت القٚىمؿ,َ yaitu fa‟il.
Disebut fa‟il karena ia merupakan
ىى isim yang
jatuh setelah fi‟il ma‟lum رأل. Tanda rafa‟nya
tidak ada (bersifat mahalliy) karena ia
termasuk dalam kategori al-asma‟ al-
mabniyyah yang isim dlamir.
***
ى ى ى
ح٧ًَةٚ
ىى ى
Lafadz ح٧ًَةٚ merupakan kalimah isim sehingga
bisa jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ى ى ى
Lafadz ح٧ًَةٚ termasuk yang dibaca nashab
ىٍ ي ٍى ي ٍىٍ ى
karena tergolong ة ًء٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu maf‟ul bih.
Disebut maf‟ul bih karena ia merupakan
ى ىisim
yang jatuh setelah fi‟il muta‟addi ( )رألdan
berkedudukan sebagai obyek. Karena
berkedudukan sebagai maf‟ul bih, maka ia
harus dibaca nashab. Tanda nashabnya
menggunakan fathah karena ia merupakan
isim mufrad.
ى ى ى
Lafadz ح٧ًَةٚ termasuk dalam kategori isim
ghairu munsharif, sehingga ia tidak boleh
ditanwin. Disebut sebagai isim ghairu
munsharif karena ia memenuhi syarat untuk
disebut sebagai isim ghairu munsharif, yaitu
„alamiyah (nama) bersamaan dengan ta‟nits.
ٍ ***
ى ىى ٍ ىٍ ى
ى
ؽ
حاَلػل ً٪الك
ٍ ى ىى ٍ ىٍ ى
ىmerupakan susunan idlafah
ح اَلػل ً٪الك
Lafadz ؽ
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ٍى ى ى ى
Mudlafnya adalah lafadz ح٪ الكsedangkan mudlaf
ٍ ىٍ ى
ilaihnya adalah berupa lafadz ؽ
اَلػل ً. Karena
ٍى ى ى ى
lafadz ح٪الك berkedudukan sebagai mudlaf,
maka ia harus memenuhi ketentuan mudlaf
yaitu tidak boleh ditanwin, tidak boleh diberi
alif-lam ()أؿ, dan apabila berupa isim tatsniyah
atau jama‟ mudzakkar salim, maka nunnya
harus dibuang karena nun merupakan
ٍ ىٍ ى
pengganti dari tanwin. Lafadz ؽ
اَلػل ًkarena
menjadi mudlaf ilaih maka ia harus dibaca jer.
Tanda jernya menggunakan kasrah karena ia
merupakan jama‟ taksir.
ٍى ى ى ى ٍ ى ٍ ى
Susunan lafadz ؽ ح اَلػل ً٪الك tergolong idlafah
lafdhiyyah karena ia telah memenuhi
persyaratan untuk disebut sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
ٍى ٍ ى ه ي ى ىه
(٢ً
ةٔ ًٛ٣ ا٥ً ح منج٭ح ثًةقٛ ) ًوdan mudlaf ilaihnya
merupakan ma‟mul dari mudlaf.70 Karena lafadz
ٍى ى ى ى ٍ ى ٍ ى
ح اَلػل ً٪ الكmerupakan idlafah lafdhiyyah, maka
ؽ
memungkinkan untuk mudlafnya diberi alif-lam
()أؿ.71
ٍ ى ىى ٍ ىٍ ى
حاَلػل ً٪ الىكharus ditentukan
Dua susunan kata ؽ
sebagai susunan idlafah, bukan na‟at-man‟ut
ٍ ىٍ ى
karena kata yang kedua (ؽ )اَلػل ًtidak
memungkinkan untuk ditentukan sebagai na‟at
ٍ ىٍ ى
karena bukan berupa isim sifat. Kata ؽاَلػل ً
merupakan bentuk jamak taksir dari isim
ييي
mufrad ٜ
٤اْل.
***
ٍى ى ى ى
ح٪الك
ى ٍ ى ىى
Lafadz ح٪الك merupakan kalimah isim karena
ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ.
Karena berstatus sebagai isim, maka
memungkinkan untuk dibaca rafa‟, nashab,
ٍى ى ى ى
atau jer. Lafadz ح٪الك termasuk yang dibaca
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
nashab karena tergolong ًة ء٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu
tawabi‟ yang na‟at. Disebut na‟at karena ia
termasuk dalam kategori isim sifat, yaitu
ٍى ٍ ى ه ي ى ىه
٢ًً ٔةٛ٣ ا٥ً ح منج٭ح ثًةقٛ( ًوsifat yang diserupakan
dengan isim fa‟il) yang sesuai dengan calon
ى ىى
man‟utnya yaitu lafadz ح٧ًَةٚ (sama-sama dalam
bentuk mufrad, muannats, dan ma‟rifah). Karena
ditentukan sebagai na‟at, maka hukum i‟rabnya
disesuaikan dengan man‟utnya. Karena
man‟utnya berkedudukan sebagai maf‟ul bih
ٍى ى ى ى
yang dibaca nashab, maka lafadz ح٪الك yang
menjadi na‟at juga harus dibaca nashab. Tanda
nashabnya menggunakan fathah karena ia
merupakan isim mufrad.
***
ٍ ىٍ ى
ؽ
اَلػل ً
ٍ ىٍ ى
Lafadz ؽ
اَلػل ًmerupakan kalimah isim karena
ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki alif-lam ()اؿ,
karena berstatus sebagai isim maka
memungkinkan untuk dibaca rafa‟, nashab atau
ٍ ىٍ ى
jer. Lafadz ؽ
اَلػل ًtermasuk yang dibaca jer
ٍىٍ ى ي ٍ ٍى
karena tergolong ًة ء٧م يؿك ىرات الق, yaitu mudlaf
ilaih. Disebut mudlaf ilaih karena ia jatuh
ٍى ى ى ى
setelah mudlaf ح ٪الك. Karena menjadi mudlaf
ilaih maka ia harus dibaca jer. Tanda jernya
menggunakan kasrah karena ia merupakan
jama‟ taksir.
***
ت
ى ٍي ي
دسذ
Lafadz ت
ى ٍي ي
دسذ merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍى ى
yang berupa ta‟ yang memiliki fungsi ٘ةا ًج ًح٤ً ْ
Lafadz ت
ى ٍي ي
دسذ termasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
danٍ nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
ى ى ُّ ى
ال ىٮازً ًـ اوت ى
ك ى ى
ً ً انلٮ٨ً ٔ( ًلضؿ ًدق ًsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
ى ٍي
dlammah dhahihah karena ت دسذ ي termasuk
ى ىٍ ى ٍ ى ى ٍ ٍ ي
ٍ ػ ؿق ً ى
dalam kategori َش هء
ًً ث ًة٢ حذ ً٥عيط الػ ًًؿ ك ْ
ى ً ( اْىfi‟il
mudlari‟ yang lam fi‟ilnya berupa huruf shahih
dan huruf akhirnya tidak bertemu dengan
“sesuatu”, maksudnya alif tatsniyah, wawu
jama‟, ya‟ muannatsah mukhatabah, nun taukid,
dan nun niswah).
ى ٍي
Lafadz ت دسذ ي termasuk fi‟il ma‟lum karena cara
bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul
ٍ ي ى يي ىي ى ى ىٍى
( الػ ًًؿ٢ة رج٦ذًط ٚ أكَل ك٥ً) sehingga ia membutuhkan
fa‟il, yang dalam konteks contoh di atas fa‟ilnya
berupa dlamir mustatir jawazan yang berupa ه ًى
ى ى ى
yang kembali pada lafadz ح٧ًَةٚ.
Lafadz ت
ى ٍي ي
دسذ juga disebut sebagai fi‟il muta‟adi
karena arti dari lafadz ت
ى ٍي ي
دسذ dapat dipasifkan.
Maksudnya, arti dari lafadz ت
“ دسذ menulis ” bisa ى ٍي ي
diubah menjadi “ditulis”. Karena demikian,
maka ia membutuhkan maf‟ul bih yang dalam
ى
konteks contoh di atas berupa isim isyarah ً ًؾ ق٬
yang jatuh setelah lafadz ت
دسذ . ى ٍي ي
***
ى
ً ًؾ ق٬
ى
Lafadz ً ًؾ ق٬ merupakan kalimah isim sehingga
bisa jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz
ى
ً ًؾ ق٬ termasuk yang dibaca nashab karena
ىٍ ي ٍى ي ٍىٍ ى
tergolong ًة ء٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu maf‟ul bih. Disebut
maf‟ul bih karena ia merupakan isim yang jatuh
ى ٍي
)دسذ ي dan berkedudukan
setelah fi‟il muta‟addi (ت
sebagai obyek. Karena berkedudukan sebagai
maf‟ul bih, maka ia harus dibaca nashab. Tanda
nashabnya tidak ada (bersifat mahalliy) karena
ia termasuk dalam kategori al-asma ‟al-
mabniyyah yang berupa isim isyarah (setiap isim
isyarah pasti membutuhkan musyarun ilaih).
***
ى ىى
ت
ح٣اْؿقة
ى ىى
تmerupakan kalimah isim karena ada
Lafadz ح٣اْؿقة
ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ت ى ىى
Lafadz ح٣اْؿقة termasuk yang dibaca nashab
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
karena tergolong ًة ء٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu tawabi‟
ت ى ىى
yang badal. Disebut badal karena ح٣اْؿقة
merupakan musyarun ilaihi atau isim yang jatuh
ى
setelah isim isyarah (ً ًؾ ق٬) yang dima‟rifatkan
dengan menggunakan alif-lam ()اؿ, sehingga ia
terkena kaidah yang berbunyi:
ي ى ه ى ٍ ى ى ى ىٍ ي ٍ ى ى ٍن ىٍ ىى ن ىٍ ىى ن
ةأكثؽ ٩أٔ ًؿبجٕذةأكبية#ٕؿؼبٕؽإًمةر وةثًأؿ٦
َل
Isim yang dima‟rifatkan dengan
menggunakan alif-lam ( )أؿapabila jatuh
setelah isim isyarah maka ditentukan
sebagai na‟at, „athaf bayan , atau badal.
ى ٍى
ىٮا ًٔ ًٞ٣ا٨ً٦
ؽ
ٍ
Lafadz ٨ً
٦ merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
ٍ
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ٨ً
٦
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
jer. Karena berfungsi sebagai huruf jer, maka
kalimah isim yang jatuh sesudahnya disebut
sebagai majrur yang hukum i‟rabnya harus
dibaca jer.
ٍى
Lafadz ؽ ىٮا ًٔ ًٞ٣ ا٨ً ى٦ merupakan susunan jer majrur
ٍ ٍى
٦ sebagai huruf jer dan ىٮا ًٔ ًؽٞ٣ا
yang terdiri dari ٨ً
ٍى
ىٮا ًٔ ًٞ٣ اmerupakan kalimah
sebagai majrur. Lafadz ؽ
isim karena ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki
ٍ
huruf jer (٨ً
٦) dan terdapat alif-lam ()اؿ. Karena
termasuk dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab atau jer.
ٍى
ىٮا ًٔ ًٞ٣ اtermasuk yang dibaca jer karena
Lafadz ؽ
ي ٍىٍ ى ٍ ٍى
tergolong ًة ء٧م يؿك ىرات الق, yaitu majrurun bi harfi al-
jarri (dibaca jer karena dimasuki oleh huruf jer).
Tanda jernya menggunakan kasrah karena
termasuk jama‟ taksir.
ٍى
Sebenarnya lafadz ؽ ىٮا ًٔ ًٞ٣ اtermasuk dalam
kategori isim ghairu munsharif (sighat muntaha
ىى ي
al-jumu‟/mengikuti wazan ٢ًةٔ ٛ٦) yang tanda
jernya menggunakan fathah, akan tetapi karena
dimasuki alif-lam ()اؿ, maka ke-ghairu
waktu jernya tidak lagi ditandai dengan fathah akan tetapi ditandai
dengan kasrah dijelaskan oleh Imam ibn Malik dalam nadham
Alfiyahnya yang berbunyi: ى ى ٍ ى ىٍ ي ى ٍ ٍ ى ي ى ٍ ى ٍ ى ى ي ٍىٍ ى ى ى ىٍ ى ي
ردًؼبٕؽأؿٟأكيٌٙي٥ْة٦...صؼً ٪ةَلح٦ذعحًٛ٣كصؿثًة
Lihat: Ibn „Aqil, Syarh ibn „Aqil „ala Alfiyat ibn Malik (Kairo: Dar al-
Turats, 1980), I, 77.
74Di dalam bahasa Arab minimal dikenal empat ya‟ yang
terdapat pada kalimah isim, yaitu : 1) ya‟ lazimah, 2) ya‟ nisbah, 3) ya‟
mutakallim, dan 4) ya‟ tanda i‟rab. Sedangkan ya‟ yang terdapat pada
kalimah fi‟il ada satu, yaitu: ya‟ muannatsah mukhatabah.
Bandingkan contoh variasi ya‟ berikut ini:
Ya‟ yang terdapat pada kalimah isim:
ٍى ٍى
1. Ya‟ lazimah : ةض ً ٞ٣( اya‟ yang terdapat pada lafadzةض
ً ٞ٣ا
termasuk dalam kategori ya‟ lazimah atau ya‟ asli yang
ٍى
ً ٞ٣ اberasal dari fi‟il
berposisi sebagai lam fi‟il. Lafadz ةض
ٍى ى ى
ًَضَٞض–حٝ ).
ٍ يٍى ٍ يٍى
2. Ya‟ mutakallim : م
( اقذة ًذ ya‟ yang terdapat pada lafadz م
اقذة ًذ
termasuk dalam kategori ya‟ mutakallim atau ya‟ yang
ٍ يٍى
menunjukkan orang yang berbicara. Arti dari lafadz م
اقذة ًذ
adalah “guruku” . Ya‟ mutakallim termasuk dalam kategori isim,
yaitu isim dlamir/ kata ganti yang menunjukkan orang yang
berbicara tunggal)
ٍ ى ا ًٍق ىل ً ي
3. Ya‟ nisbah : ِم ( ا ًقل ً يya‟ yang terdapat pada lafadz ِم
termasuk dalam kategori ya‟ nisbah atau ya‟ yang
ٍ ى
ا ًقل ً ي
menunjukkan golongan atau bangsa. Arti dari lafadz ِم
adalah “yang bersifat Islam” atau “kang bongso Islam”/ jawa).
4. ya‟ tanda i‟rab. Ya‟ dipakai sebagai tanda i‟rab terletak pada:
a) jama‟ mudzakkar salim
ٍ ٍ ىٍ ي ٍي
– nashab. Contoh: ي ى٧ً ً٤ك٧ْ( ىرأيخاya‟ yang terdapat pada lafadz
ٍ ٍ ٍي
ى٧ً ً٤ك٧ْ اtermasuk dalam kategori ya‟ tanda i‟rab nashab)
ي
ٍ ٍ ى ٍ ي ٍي
– jer. Contoh: ي ى٧ً ً٤ك٧ْ( م ىؿرت ثًةya‟ yang terdapat pada lafadz
ٍ ٍ ٍي
ى٧ً ً٤ك٧ْ اtermasuk dalam kategori ya‟ tanda i‟rab jer)
ي
b) isim tatsniyah
ٍ ىى ٍ ي ٍ ي ٍ ى
– nashab. Contoh: ي
ً ٧ً٤ك٧ْ( رأيخاya‟ yang terdapat pada lafadz
ٍٍي ٍ ى
يً ٧ً٤ك٧ْ اtermasuk dalam kategori ya‟ tanda i‟rab nashab)
ٍى ٍ ي ٍي ٍ ى
– jer. Contoh: ي ً٧ً٤ك٧ْ( م ىؿرت ثًةya‟ yang terdapat pada lafadz
ٍٍي ٍ ى
ً٧ً٤ك٧ْ اtermasuk dalam kategori ya‟ tanda i‟rab jer).
ي
c) al-asma‟ al-khamsah
ى ٍ ي ى ٍ ى ى ٍ ى
( م ىؿرت ثًأبًي ya‟ yang terdapat pada lafadz ٟ
– jer. Contoh: ٟ أبًي
termasuk dalam kategori ya‟ tanda i‟rab jer).
Ya‟ yang terdapat pada kalimah fi‟il.
Ya‟ yang terdapat pada kalimah fi‟il adalah ya‟ muannatsah
mukhatabah. Ya‟ ini masuk pada:
ٍ ٍ ى
ضب ً ى
1) Fi‟il mudlari‟. Contoh: ي ً ( دya‟ yang terdapat pada lafadz
ٍ ٍ ى
ضب ً ى
ي ً دtermasuk dalam kategori ya‟ muannatsah mukhatabah
atau ya‟ yang menunjukkan perempuan yang diajak bicara)
ٍ ٍ
ض ً ٍ
2) Fi‟il amar. Contoh: ب ض ً ٍ
ً ً ( إya‟ yang terdapat pada lafadz ب ً ً إ
termasuk dalam kategori ya‟ muannatsah mukhatabah atau ya‟
yang menunjukkan perempuan yang diajak bicara).
ٍى ٍى ى
75Lafadz ىٮا ًٔ ًؽٞ٣ اmerupakan bentuk jama‟ dari lafadz ً ةًٔؽ ةٞ٣ا.
يى ه يٍ ه ي ُّ ى ٍ ى ٍ ى
Berdasarkan kaidah ىؿ دٛ٦ر ٩ مؤ٢ً وْٝي ع ً ُك َج وٓ د, maka secara hukum
ى ٍى
lafadz ؽ
ٮا ًٔ ًٞ٣ اdianggap sebagai muannats mufrad. Karena demikian,
ٍى ٍ ٍ ى
maka secara hukum antara lafadz ؽ ىٮا ًٔ ًٞ٣ اdengan lafadz اْلٔل ًِل ًحً
dianggap sama, yaitu sama-sama muannats mufrad dan ma‟rifat
sehingga memungkinkan untuk ditentukan sebagai susunan na‟at-
man‟ut.
ى ه
mengikuti wazan ٢ًٔةٚ), maka harus ada
ٍى
ىٮا ًٔ ًٞ٣ )اdari
pertentangan dengan ma‟dudnya (ؽ
segi mudzakkar danٍ muannatsnya76.
ٍى
ً ٧ اْلditentukan sebagai na‟at,
Karena lafadz ف
maka hukum i‟rabnya disesuaikan dengan
man‟utnya. Karena man‟utnya ٍ berkedudukan
ٍى
ً ٧ اْلyang menjadi
sebagai majrur, maka lafadz ف
na‟at juga harus dibaca jer. Tanda jernya
menggunakan kasrah karena ia merupakan isim
mufrad.
***
21
21
ِل نل ى
ك ىج ى٭ةران ي ٍ ى ٍ ي ٍ ي ٍ ى ٍ ى ٍ ي ى ُّ ي ٍ ي ى ُّ ٍ ى ى ي ى ت ي ٍ ى ى
ٍ ى٫ً ى ٍي٤ٔٮف٧٤ٮفكيك٤يى٥بًي٭٩٥ ًؿي١٣ٮفا٧ً٤ك٧ْأك ًؿـا
“Orang-orang muslim yang Nabinya mulia
telah dimulyakan, mereka membaca shalawat
dan membaca salam kepada Nabi, siang dan malam”
Keterangan:
ي ٍ ى
أك ًؿ ـ
ي ٍ ى
Lafadz أك ًؿـ merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
madli.
ي ٍ ى
Lafadz أك ًؿـ termasuk dalam kategori fi‟il yang
ي ٍ ى
mabni. Mabninya fi‟il madli أك ًؿ ـadalah „ala al-
fathi karena ia tidak bertemu dengan dlamir
rafa‟ mutaharrik dan wawu jama‟.
ي ٍ ى
Lafadz أك ًؿـ termasuk fi‟il majhul karena ia
mengikuti kaidah majhul yang berbunyi
ىي ى ى ىٍى ٍ ى ي ُّ ي ى ى ي
( اَلػ ًًؿ ٢ة رج٦س ً ذع تؿ وؾ كك٦ ُك ٥ً) sehingga ia
membutuhkan na‟ib al-fa‟il, yang dalam konteks
contoh di atas na‟ib al-fa‟ilnya berupa lafadz
ٍي ٍ ي ى
ٍٮف٧ً٤ك٧ْا
ي ٍ ى
Lafadz أك ًؿ ـjuga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ي ٍ ى
karena arti dari lafadz أك ًؿ ـdapat dipasifkan.
ي ٍ ى
Maksudnya, arti dari lafadz أك ًؿـ telah
menunjukkan pasif “dimuliakan” sehingga ia
termasuk fi‟il muta‟addi. Karena demikian, maka
ia membutuhkan maf‟ul bih yang dalam konteks
contoh di atas yang awalnya berstatus sebagai
ٍي ٍ ي ى
maf‟ul bih adalah lafadz ف ٍٮ ٧ً٤ك٧ْا, namun karena
ي ٍ ى
fi‟il muta‟addi ( )أك ًؿ ـdimajhulkan, maka lafadz
ٍي ٍ ي ى
ٍٮف٧ً٤ك٧ْ اberubah menjadi na‟ib al-fa‟il.
***
ٍي ٍ ي ى
ٍٮ ٧ً٤ك٧ْا
ف
ٍي ٍ يٍ ى
Lafadz ف
ٮ ٧ً٤ك٧ْ اmerupakan kalimah isim karena
ada ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena
termasuk dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍي ٍ ي ى
ٍٮ ٧ً٤ك٧ْ اtermasuk yang dibaca rafa‟
Lafadz ف
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
karena tergolong ةءً٧ٮعت القٚمؿ, yaitu na‟ib al-fa‟il.
ٍي ٍ ي ى
Disebut na‟ib al-fa‟il karena lafadz ٍٮف٧ً٤ك٧ْا
merupakan isim yang dibaca rafa‟ yang jatuh
ي ٍ ى
setelah fi‟il yang mabni majhul berupa أك ًؿ ـ.
Tanda rafa‟nya menggunakan wawu karena ia
merupakan jama‟ mudzakkar salim.
***
ٍ ٍ ى
٥ ًؿي ي١٣ا
ٍ ٍ ى
Lafadz ٥ ًؿي ي١٣ اmerupakan kalimah isim karena ada ciri-
ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk dalam
kategori isim, maka memungkinkan dibaca rafa‟,
ٍ ى ٍي
nashab, atau jer. Lafadz ٥ ًؿي ١٣ اtermasuk yang dibaca
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
rafa‟ karena tergolong ًة ء٧تالق
ٮع ٚمؿ, yaitu tawabi‟ yang
ٍ ى ُّ ي
77Bahwa lafadz ٥بًي٭٩ merupakan sesuatu yang berhubungan
ٍي ٍ يٍ ى
dengan man‟ut (ف
ٮ ٧ً٤ك٧ْ )اdapat diketahui dari adanya dlamir yang
ٍ ى ُّ ي ٍي ٍ يٍ ى
terdapat dalam lafadz ٥بًي٭ ٩ yang kembali kepada lafadz ف
ٮ ٧ً٤ك٧ْا.
ٍ ٍ ى
Lafadz ٥ ًؿي ي١٣ اmerupakan isim yang dapat beramal
sebagaimana fi‟ilnya karena ia merupakan
ىه ي ى ىه ٍ ٍى
٢ًً ٔةٛ٣ً ا٥ح منج٭ح ثًةقٛ ً( وsifat yang diserupakan dengan
isim fa‟il) dan telah memenuhi persyaratan untuk
beramal sebagaimana fi‟ilnya, yaitu menjadi na‟at
sebagaimana kaidah yang
ى berbunyi:
ى ى ى
ى ن ي ٍ ى ىٍن ى ى ى ى ٍ ٍ ى ن ى ن ى
ًؽا٪حأ ٍكمكٛ ًيةأ ٍكصةوٛأ ٍكج# ًؽا٩ةٚةأ ٍكظ ٍؿ٦٭ةًِٛلاقذ
ً كك
(isim fa‟il, isim maf‟ul, isim sifat musyabbahah
bismi al-fa‟il, dan isim manshub dapat beramal
seperti fi‟il ketika didahului oleh huruf istifham,
huruf nida‟, huruf nafi, menjadi na‟at, atau
menjadi khabar).
ٍ ٍ ى
Lafadz ٥ ًؿي ي١٣ اberamal seperti fi‟il ma‟lum78 sehingga ia
membutuhkan fa‟il, dan isim yang menjadi fa‟ilnya
ٍ ى ُّ ي
adalah lafadz ٥بًي٭ ٩.
***
ى
ً ُّ٩
ب
Lafadz ُّ ى٩
ب merupakan kalimah isim yang
ً
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ى
ً ُّ٩ termasuk yang dibaca rafa‟ karena
Lafadz ب
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
tergolong ة ًء٧ت الق
ٮع ٚمؿ, yaitu fa‟il. Disebut fa‟il
ي ى ُّ ٍ ى
ف
ٮ ٤يى
ي ى ُّ ٍ ى
ٮ ٤ يىmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
Lafadz ف
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍى
yang berupa ya‟ yang memiliki fungsiًت
ً ٘ةا٤ً ْ
ي ى ُّ ٍ ى
Lafadz ف
ٮ ٤ يىtermasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
ى
dan nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena ًلىض ُّؿ ًدق ً
از ًـٮ ك ٍ ى
ال ى اوت ى ى ى
ً ً ً انلٮ٨ً ٔ (sepi dari „amil nashab dan „amil
jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan tsubut al-
nun (tetapnya nun ) karena ia termasuk dalam
kategori al-af‟al al-khamsah.
ي ى ُّ ى ٍ ٍي ٍى ٍ ي ي
ٍٮ ٤ يىtermasuk fi‟il ٍٮ ـ٤ٕ٧ْ ا٢ًٕٛ ٣ اkarena cara
Lafadz ف
bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul
ٍ ي ى يي ىي ى ى ىٍى
( الػ ًًؿ٢ة رج٦ذًط ٚ أكَل ك٥ً) sehingga ia membutuhkan
fa‟il, yang dalam konteks contoh di atas fa‟ilnya
berupa dlamir bariz yang berupa wawu jama‟
ٍي ٍ ي ى
yang kembali kepada lafadz ف ٍٮ ٧ً٤ك٧ْا
ي ى ُّ ٍ ى
Lafadz ف
ٮ ٤ يىjuga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ي ى ُّ ٍ ى
karena arti dari lafadz ف
ٮ ٤ يىdapat dipasifkan.
ي ى ُّ ٍ ى
Maksudnya, arti dari lafadz ف
ٮ ٤“ يىmembacakan
shalawat” bisa diubah menjadi “dibacakan
shawalat”. Karena demikian, maka ia
membutuhkan maf‟ul bih yang dalam konteks
contoh di atas berupa maf‟ul bih ghairu sharih
ٍ ى ى79
berupa ٫ي ً٤ٔ .
ىك
Lafad ىك merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ىك
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
„athaf. Karena berfungsi sebagai huruf „athaf,
maka kalimah isim yang jatuh sesudahnya
disebut sebagai ma‟thuf yang hukum i‟rabnya
harus disesuaikan dengan hukum i‟rab ma‟thuf
„alaih.
***
يى تيٍ ى
ف
ٮ ٧٤يك
يى تيٍ ى
Lafadz ف
ٮ ٧٤ يكmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍى
yang berupa ya‟ yang memiliki fungsiًت
ً ٘ةا٤ً ْ
يى تيٍ ى
Lafadz ف
ٮ ٧٤ يكtermasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
dan nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
ٍ ى ن
ِلل
ى ن
ٍ merupakan kalimah isim karena ada
Lafadz ِلل
ciri-ciri isim yaitu tanwin. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ى ن
Lafadzل ٍِل termasuk yang dibaca nashab karena
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى
tergolong ةءً٧ةت الق
ً ىٮب٪٦, yaitu dharaf. Disebut
dharaf karena ia merupakan isim yang
menunjukkan keterangan waktu. Tanda
nashabnya menggunakan fathah karena ia
merupakan isim mufrad.
***
ىك
Lafad ىك merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ىك
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
„athaf. Karena berfungsi sebagai huruf „athaf,
maka kalimah isim yang jatuh sesudahnya
disebut sebagai ma‟thuf yang hukum i‟rabnya
harus disesuaikan dengan hukum i‟rab ma‟thuf
„alaih.
***
ىج ى٭ ن
ةرا
ىج ى٭ نmerupakan kalimah isim karena ada
Lafad ةرا
ciri-ciri isim yaitu tanwin. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
22
22
Keterangan:
ي ٍى
ىؿأٞح
ٍى ي
Lafadz ىؿأٞ حmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍى
yang berupaya‟ yang memiliki fungsiًت
ً ٘ةا٤ً ْ
ٍى ي
Lafadz ىؿأٞ حtermasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
dan nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
از ًـٮ ك ٍ ى
ال ى اوت ى ى ى ى ُّ ى
ً ً ً انلٮ٨ً ٔ( ًلضؿ ًدق ًsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
ىٍ ي
dlammah dhahirah karena lafadz ىؿأٞ حtermasuk
ى ىٍ ى ٍ ى ى ٍ ٍ ي
ٍ ػ ؿق ً ى
dalam kategori َش هء ً ث ًة ً٢ حذ ً٥عيط الػ ًًؿ ك ْ
ى ً ( اْىfi‟il
mudlari‟ yang lam fi‟ilnya berupa huruf shahih
dan huruf akhirnya tidak bertemu dengan
“sesuatu”, maksudnya alif tatsniyah, wawu
dan „aid. Shilat al-maushul adalah jumlah baik ismiyah atau fi‟liyah
yang jatuh setelah isim maushul, sedangkan „aid adalah dlamir,
baik bariz maupun mustatir yang terdapat dalam shilat al-maushul
yang kembali kepada isim maushul. Abdul Haris, Teori Dasar
Tingkat Pemula…, 86
82Lafadz-lafadz yang termasuk dalam kategori al-asma‟ al-
ٍى ه يٍ ي ى ه ى ه
khamsah ( ذ ك,ٮٚ , ٥ ظ, اخ , ) ابtidak lagi dii‟rabi dengan wawu pada
waktu rafa‟nya, dengan alif pada waktu nashabnya dan dengan ya‟
pada waktu jernya, apabila tidak memenuhi persyaratan
ىيٍي
Lafadz اثٮقmerupakan susunan idlafah karena ia
terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih. Mudlafnya
ى ه
adalah lafadz ب ا sedangkan mudlaf ilaihnya
ي ى ه
adalah berupa dlamirق . Karena lafadz اب
berkedudukan sebagai mudlaf, maka ia harus
memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak boleh
tanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()اؿ, dan
apabila berupa isim tatsniyah atau jama‟
mudzakkar salim, maka nunnya harus dibuang
karena nun merupakan pengganti dari tanwin.
ي
Dlamir قkarena menjadi mudlaf ilaih maka ia
harus dibaca jer. Tanda jernya tidak ada
(bersifat mahalliy) karena termasuk dalam
kategori al-asma‟ al-mabniyyah yang isim
dlamir.
Susunan lafadz
اىثي ٍٮقي tergolong idlafah
ma‟nawiyyah karena di samping
memperkirakan makna huruf jer, ia juga tidak
memenuhi persyaratan untuk dianggap sebagai
idlafah lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim
sifat dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul
dari mudlaf.
***
ى
٥ًةا هٝ
ى
Lafadz ٥ًةا هٝ 83 merupakan kalimah isim karena
menjadi wawu, ya‟, atau bahkan alif, demikian juga halnya dengan
wawu dan ya‟. Dua huruf „illat ini dapat berubah menjadi hamzah.
Hal ini terjadi ketika huruf wawu atau ya‟ jatuh setelah alif zaidah
ى ه
dalam isim fa‟il (mengikuti wazan ٢ً ةٔ ٚ) atau karena terletak di
ى
pucuk/akhir sebuah kalimah (٫ ً ًٚ) ًلىُ ُّؿ. Realitas semacam ini dapat
dicontohkan dengan:
ى ه ى ه
Lafadz ٥ًةا ٝ (berasal dari lafadz ةك ـ
ً ٝ). Huruf wawu berubah
menjadi hamzah karena jatuh setelah alif zaidah.
ى ه ى ه
Lafadz ًٓ( ثةا berasal dari lafadz ٓ
)ثةي ً . Huruf ya‟ berubah menjadi
hamzah karena jatuh setelah alif zaidah.
ٍ ى )إ ٍخ ىُ ه. Huruf ya‟ berubah
( إًخُ هberasal dari lafadz ةم
Lafadz ةء ً
menjadi hamzah karena terletak di pucuk/akhir sebuah
kalimah.
ي ى ي ى
Lafadz ( دع هءberasal dari lafadz ) دع هك. Huruf wawu berubah
menjadi hamzah karena terletak di pucuk/akhir sebuah
kalimah.
Hal di atas sesuai dengan kaidah yang berbunyi:
ي ى
ى ٍ ى ىى ىن ٍ ى ى ى ٍ ىى ى ٍ ى ن ى ٍ ى ٍ ى ي ٍ ى ى ٍن ى ىى ى ٍى ي ى ي ى ٍ ى
ىؽ ورةفم ً ٪ةخي٩ـةبًَش ًطافدسٮ٧٬زاا ًؽ وةأثؽًلةًٙ و٣خاْٮاككاِلىةءبٕؽأ
ً ٚكَؿ٢ًةٔ وًٚ ٥ةفاق ً ٕإًذاكر
ه.ةم ى ى ى ى ى ٍ يى ى ه ى ى ه ى ى ه ى ى ى ى ٍي ى
٪ًةكفكقةيًؿكك ًكةككب
ً ٭ةو٤ة وءأو٪ًكقةا وًؿكك ًكة وءكب٨ًوةا و٢ًس٦
Baca: Mundzir Nadzir, Qawa‟id al-I‟lal…, 9.
ىيٍي ى
٥ًةا هٝاثٮق
Jumlah ismiyyah yang terdiri dari mubtadaاثٮق
ىيٍي
ى
dan khabar ٥ًةا هٝ menjadi shilat al-maushul dari
ٍ
isim maushul ًم
اَّل . Karena menjadi shilat al-
maushul, maka ia termasuk dalam kategori
jumlah yang tidak memiliki kedudukan i‟rab
ى ٍ ٍ ى ىى ىى ى ٍ ي ى ي84 ي
اْلٔؿ ً
(اب ً ٨ً٦ْ٭ة٢ ًتَلم٣ا٢٧ )ال. Dlamir قyang terdapat
dalam shilat al-maushul yang kembali kepada
ٍ
isim maushul ًم
اَّل menjadi „aid dari isim maushul
ٍ
اَّلًم.
***
ٍي ى ى
ٍؿأ ٞ٣ا
ف
ٍ ي ٍى ى
Lafadz ف
ؿأ ٞ٣ اmerupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
ى ٍه ى ٍ ه
ٙشي
ً ( ظؽًيرdua susunan kata ini adalah na‟at-man‟ut, bukan
ى ٍه
idlafah karena kata yang kedua, yaitu: ٙشي
ً merupakan isim
ىه ي ى ىه ٍ ٍى
shifat/ ٢ًً ٔةٛ٣ً ا٥حمنج٭حثًةقٛ ً) و.
ى
تى ي ٍ ٍ ى
ؽ
( اْكح بح الػل ًdua susunan kata ini adalah idlafah, bukan na‟at-
ٍىٍ ى
man‟ut, karena kata yang kedua, yaitu: الػل ًؽbukan merupakan
isim shifat).
Karena hal inilah, maka setiap kali kita bertemu dengan isim
shifat, kita harus mencurigainya sebagai na‟at. Apakah kecurigaan
itu ditingkatkan menjadi sebuah keputusan, tergantung pada
apakah isim shifat tersebut sesuai dengan calon man‟utnya, apa
tidak. Ketika sesuai, maka ditingkatkan menjadi sebuah
keputusan, akan tetapi apabila tidak sesuai, maka tidak jadi
ditentukan sebagai na‟at. Kesesuaian dalam konteks na‟at-man‟ut
dibagi menjadi dua, kesesuaian dalam konteks na‟at hakiki dan
kesesuaian dalam konteks na‟at sababi. Kesesuaian antara na‟at
dan man‟ut dalam konteks na‟at hakiki adalah sesuai dari segi
mufrad, tatsniyah dan jamaknya, sesuai dari segi mudzakkar-
muannatsnya dan sesuai dari segi ma‟rifat-nakirahnya, serta yang
terakhir adalah sesuai dari segi i‟rabnya. Sedangkan kesesuaian
antara na‟at dan man‟ut dalam konteks na‟at sababi adalah sesuai
dari segi ma‟rifat-nakirahnya, na‟at-sababi selalu dalam kondisi
mufrad, sementara mudzakkar-muannatsnya disesuaikan dengan
ma‟mulnya. Lebih lanjut perhatikan uraian i‟rab tentang lafadz
ٍ ٍ ى ٍ ى ى
٥ ًؿي ى١٣ اdan lafadz عيعح ً اْىsebagaimana di atas.
86Bahwa ى ى ٍيي
lafadz أقةجًيؽ قmerupakan sesuatu yang berhubungan
ٍ ٍ ى
) ىdapat diketahui dari adanya dlamir yang
dengan man‟ut (ر
الؽًي
ى ى ٍيي
terdapat dalam lafadz أقةجًيؽ قyang kembali kepada lafadz ر ى.
الؽًي
ٍ ٍ ى
ى ن ى ي ٍ ى ى ى ى ٍ ٍ ى ن ىٍ ىٍن ى ىٍ ىٍن ىٍ ى
ًؽا٪حأ ٍكمكٛةو
ً يةأكصٛأكج# ًؽا٩ةٚةأكظؿ٦٭ةًِٛلاقذ
ً كك
(isim fa‟il, isim maf‟ul, isim sifat musyabbahah
bismi al-fa‟il, dan isim mansub dapat beramal
seperti fi‟il ketika didahului oleh huruf istifham,
huruf nida‟, huruf nafi, menjadi na‟at, atau
menjadi khabar).
ٍ ى ى
Lafadz عيع ح
ً اْىberamal seperti fi‟il ma‟lum sehingga ia
membutuhkan fa‟il, dan isim yang menjadi fa‟ilnya
ى ى ٍيي
adalah lafadz أقةج ًيؽ ق.
***
ى ى ٍيي
أقةجًيؽ ق
ى ى ٍيي
Lafadz أقةجًيؽ قmerupakan kalimah isim yang
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ي ى ى ٍي
Lafadz أقةجًيؽ قtermasuk yang dibaca rafa‟ karena
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
tergolong ة ًء٧ٮعت القٚمؿ, yaitu fa‟il. Disebut fa‟il
karena ia merupakan isim yang dibaca rafa‟
yang jatuh setelah isim yang dapat beramal
ٍ ى ى
seperti fi‟il, yaitu lafadz عيع ح ً اْىyang diserupakan
dengan fi‟il ma‟lum. Karena menjadi fa‟il maka ia
dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah karena lafadz
ىأ ىقةج ًٍي يؽ قي berupa
jama‟taksir. ى
ى ٍيي
Lafadz أقةجًيؽ قmerupakan susunan idlafah karena
ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ى ى ٍي
Mudlafnya adalah lafadz ؽ
أقةجًي sedangkan mudlaf
ilaihnya adalah berupa dlamirق . Karena lafadz
ي
ى ى ٍي
أقةجًيؽberkedudukan sebagai mudlaf, maka ia
harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak
boleh ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()اؿ,
dan apabila berupa isim tatsniyah atau jama‟
ىٍ ى
Lafadzبٕؽ 89 di samping menjadi dharaf juga
menjadi mudlaf. Karena menjadi mudlaf, maka
ia harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu
tidak boleh ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam
()اؿ, dan apabila berupa isim tatsniyah atau
jama‟ mudzakkar salim, maka nunnya harus
dibuang karena nun merupakan pengganti dari
tanwin.
ى ى
Lafadz ً ول ة90 merupakan kalimah isim yang
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ىٍ ى
بٕؽ merupakan isim yang wajib selalu dimudlafkan.
89Lafadz
ٍ ى ه ى ٍ ى ى
Apabila kenyataannya tidak ada mudlaf ilaihnya ( ًحٚاْلًة
ً ٨ً ًُٔةع ٞ٩)إ,
maka ia harus dimabnikan „ala al-dlammi sebagaimana contoh
ٍ ىٍ ي ىٍ ي
lafadz بٕؽ٨ً٦. Konsep lengkap tentang lafadz بٕ ؽdapat dibaca dalam
buku: Abdul Haris, Tanya Jawab..., 477.
90Dalam konteks gramatika bahasa Arab, terdapat perbedaan
ى ى
Lafadz ً ول ةtermasuk yang dibaca jer karena
ٍ ٍ ى ي ٍ ٍى
tergolong ةءً٧م يؿك ىرات الق, yaitu mudlaf ilaih dari
ىٍ ى
mudlaf lafadz ؽ
بٕ . Tanda jernya menggunakan
kasrah karena ia merupakan isim mufrad.
ىٍ ى
Di samping menjadi mudlaf ilaih dari lafadz ؽ
بٕ ,
ى ى
lafadz ً ول ةmerupakan isim yang dimudlafkan
ٍ ُّ
pada lafadz اْىجطً. Karena menjadi mudlaf, maka
ى ى
lafadz ً ول ةharus memenuhi ketentuan mudlaf
yaitu tidak boleh ditanwin, tidak boleh diberi
alif-lam ()اؿ, dan apabila berupa isim tatsniyah
atau jama‟ mudzakkar salim, maka nunnya
harus dibuang karena nun merupakan
pengganti dari tanwin. Tanda jernya dengan
menggunakan kasrah karena ia merupakan isim
mufrad.
ٍ ُّ
Lafadz اْىجطًmerupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk
dalam kategori isim, maka memungkinkan
ٍ ُّ
dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz اْىجطً
termasuk yang dibaca jer karena tergolong
ىٍي ٍ ى ي ٍىٍ ى
ةءً٧مؿكراتالق, yaitu mudlaf ilaih dari mudlaf lafadz
ى ى
ً ول ة. Tanda jernya menggunakan kasrah karena
ia merupakan isim mufrad.
ٍ ُّ ىٍ ى ى ى
Susunan idlafah بٕؽ ولة ً اْىجطًtermasuk dalam
kategori idlafah ma‟nawiyyah karena mudlafnya
23
23
ٍ ٍٍ ى ٍى ى ي ي ى ى ى ٍ ٍ ي
٫ً ًي٪ٕةَلح٦٫٠ ٍؿءًد ٍؿ٧ْإًقل ًـا٨ً ظك٨ً٦
“Diantara indikator baiknya keislaman seseorang adalah
meninggalkannya yang bersangkutan terhadap sesuatu
yang tidak memberikan manfaat kepadanya”
Keterangan:
ٍ ٍ ي
٨ً ظك٨ً٦
ٍ
Lafadz ٨ً
٦ merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
ٍ
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ٨ً
٦
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
jer. Karena berfungsi sebagai huruf jer, maka
kalimah isim yang jatuh sesudahnya disebut
sebagai majrur yang hukum i‟rabnya harus
dibaca jer.
ٍ ٍ ي
Lafadz92 ٨
ظك ً٨ً٦ merupakan susunan jer majrur
ٍ ٍ ي
yang terdiri dari ٨ً٦ sebagai huruf jer dan ٨
ظك ً
ٍ ي
sebagai majrur. Lafadz ٨ ظك ًmerupakan kalimah
isim karena ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki
ٍ
huruf jer (٨ً
٦). Karena termasuk dalam kategori
kalimah isim, maka memungkinkan dibaca rafa‟,
ٍ ي
nashab atau jer. Lafadz ٨
ظك ًtermasuk yang
ٍىٍ ى ىٍ ٍ ى ي
dibaca jer karena tergolong ةءً٧م يؿكرات الق, yaitu
majrurun bi harfi al-jarri. Tanda jernya
menggunakan kasrah karena ia merupakan isim
mufrad.
***
ٍ ى ٍ ي
إًقل ًـ٨ً ظك
ٍ ى ٍ ي
Lafadz إًقل ًـ ٨ً ظكmerupakan susunan idlafah
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ٍ ي
Mudlafnya adalah lafadz ٨ً ظكsedangkan mudlaf
ٍ ى ٍ ي
ilaihnya adalah berupa إًقل ًـ. Karena lafadz ٨ً ظك
berkedudukan sebagai mudlaf, maka ia harus
memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak boleh
ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()اؿ, dan
ىٍ ي ي
٫ ٠دؿ
ىٍ ي ي
Lafadz ٫ ٠ دؿmerupakan kalimah isim sehingga
bisa jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz
ى يي
٫ ٠ د ٍؿtermasuk yang dibaca rafa‟ karena tergolong
ٍىٍ ى ى ي ى ي
ةءً٧ ٍٮعت القٚم ٍؿ, yaitu mubtada‟ muakhkhar94.
Disebut mubtada‟ karena ia merupakan isim
ma‟rifah (al-mudlaf ila al-ma‟rifah) dan jatuh
ٍٍ ى ٍى ٍ ٍ ي
setelah jer majrur (ؿ ًء٧ْ إًقل ًـ ا٨ً ظك٨ً٦) yang menjadi
khabar muqaddam. Karena berkedudukan
sebagai mubtada‟, maka ia harus dibaca rafa‟.
Tanda rafa‟nya menggunakan dlammah karena
ia merupakan isim mufrad.
ىٍ ي ي
Lafadz ٫ ٠ دؿmerupakan susunan idlafah karena
ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ى ي
د ٍؿ sedangkan mudlaf
Mudlafnya adalah lafadz ؾ
ي
ilaihnya adalah berupa dlamir ق . Karena lafadz
ى ي
د ٍؿؾberkedudukan sebagai mudlaf, maka ia
harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak
ى
َل yang masuk pada fi‟il mudlari‟ dapat dikategorikan
95Lafadz
ٍى
Lafadz ن
حٕ ً termasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
danٍ nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
ى ى ُّ ى
ال ىٮازً ًـاوت ى
ك ى ى
ً ً انلٮ٨ً ٔ( ًلضؿ ًدق ًsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah muqaddarah ى96 karena ia ىtermasuk
ٍ ثأػًؿق ً ى٢ٍ ىحذ ًى٥ٍ ك ْ ى ٍ ُّ ٍ ي ٍ ى
dalam kategori َش هء ً ً الػ ًًؿ ى٢ٕذ٧ْ( اfi‟il
mudlari‟ yang mu‟tal akhir dan huruf akhirnya
tidak bertemu dengan “sesuatu”, maksudnya alif
tatsniyah, wawu jama‟, ya‟ muannatsah
mukhatabah, nun taukid, dan nun niswah).
ٍى
Lafadzن
حٕ ً termasuk fi‟il ma‟lum karena cara
ي
bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul (٥ً
ٍ ى يي ىي ى ى ىٍى
الػ ًًؿ٢ةرج٦ذًط ٚك )أكَلsehingga ia membutuhkan fa‟il,
yang dalam konteks contoh di atas fa‟ilnya
ي
berupa dlamir mustatir jawazan yang berupa ىٮ٬
yang kembali pada lafadz ؿءً٧ْا.
ٍٍى
ٍى
Lafadzن
حٕ ً juga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ٍى
karena arti dari lafadz ن
حٕ ً dapat dipasifkan.
ٍى
Maksudnya, arti dari lafadz “ حٕ ًنmemberi
manfaat” bisa diubah menjadi “diberi manfaat”.
24
24
Keterangan:
يٍ ي
عأد
يٍ ي
Lafadz ع
أد 97 merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
amar karena menunjukkan arti perintah, yaitu
“panggillah”.
يٍ ي
Lafadz ع أد termasuk dalam kategori fi‟il yang
mabni karena ia merupakan fi‟il amar. Mabninya
يٍ ي
lafadz ع
أد adalah „ala hadzfi harfi al-„illati
(membuang huruf „illat ) karena ia termasuk
ٍ ثآػًؿق ً ى٢ٍ ىحذ ًى٥ٍ كْ ى ٍ ُّ ٍ ي ٍ ى
اْلػًؿ ى
dalam kategori َش هء ً ً ً ٢ٕذ٧ْ( اfi‟il
mudlari‟ yang lam fi‟ilnya berupa huruf „illat dan
huruf akhirnya tidak bertemu dengan “sesuatu”,
ىى ىى
Lafadzزلزح termasuk isim „adad karena
ىى ىى
menunjukkan bilangan. Lafadz زلز حtermasuk
„adad hisabi karena tidak menunjukkan
ى ه
tingkatan dan tidak mengikuti wazan ٢ً
ةٔ ٚ.
ىى ىى
Karena lafadz زلز حtermasuk isim „adad hisabi,
maka harus ada pertentangan dari segi
mudzakkar dan muannatsnya dengan
ma‟dudnya yang dalam konteks contoh di atas
ت ى
adalah lafadz ةؿ
اْؿص ً . Karena bentuk mufrad dari
ى
تadalah ٢ ي ي
lafadz ةؿ
اْؿص ً ( اْؿص berbentuk mudzakkar),
maka „adadnya harus muannats sehingga
ىى ىى
menggunakan ta‟ marbuthah ()زلز ح.
***
ىى ىى ت ى
اْؿص ً
ةؿ زلزح
ى ىى ىى
زلزح تmerupakan susunan idlafah
Lafad ةؿ
اْؿص ً
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ىى ىى
Mudlafnya adalah lafadz زلز حsedangkan mudlaf
ت. Karena ى
ilaihnya adalah berupa lafadz ةؿ
اْؿص ً
ىى ىى
lafadz زلز حberkedudukan sebagai mudlaf, maka
ia harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu
tidak boleh ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam
()أؿ, dan apabila berupa isim tatsniyah atau
jama‟ mudzakkar salim, maka nunnya harus
dibuang karena nun merupakan pengganti dari
ىى ىى
tanwin. Lafadz زلز حtermasuk isim „adad yang
harus dimudlafkan kepada bentuk jama‟.
ت ى
Lafadz ةؿ
اْؿص ً karena menjadi mudlaf ilaih maka ia
harus dibaca jer. Tanda jernya menggunakan
98Dalam
kajian tentang hal al-jumlah kita akan dikenalkan
dengan konsep tentang rabith. Secara sederhana rabith biasa
diterjemahkan dengan sesuatu yang mengikat atau mengkaitkan
jumlah yang pada akhirnya ditentukan sebagai hal dengan shahib
al-halnya. Rabith bisa jadi berupa dlamir, wawu haliyah atau
dlamir dan wawu haliyah secara bersamaan. Hal ini sebagaimana
yang dijelaskan oleh para ulama :
ٍ ى ٍى ى ى ي ى ٍ ى ه ى ى ٍ ىٍي ٍ ىى ٍ ي ٍ ى ى ى ي ىٍ ى ي ٍ ي ى ن يى ىن يى
ؽٝك
،م ًؽ ي ؽ ةار ة
ال ؿ
ًف ك ٧ اْن ٨ ى٦خ ً
ق ت ظ ا ً /َن ٮ
،ةؿ ال ً اك ى ك
/مؿ د ة تكّمف كاكا س ٮ
ؽ ي ٍٝ
كاْؿ اث ً
ٍى ى ن ىٍي ى ي ي ى ى ى ٍ ٍى ى ٍ ى ي ىٍ ي ىى ٍ ي ٍى ٍ ى ى ٍ ى ي ي ى ٍ ى ه ى ى ٍ ى ي ٍ ي ى يٍ ي
٢ك َل آ /
َن ٮ ،ة ٕ ٦ْي ٧اك كاٌْ ً ف اْ ٮ
س ٮ ؽ ي ٝك ،
ح ًٛ ي ٪ٔ
٫اص
ع ؿ أ م ٮ
ال خ د ؿ ك /
؛َن ٮ
ظ ؽ ق ْي ك
٧ف اٌْ ًس ٮ ي
ى ٍ ى
ى ى ى ى ى ٍ ى ي ىى ٍ ى ي ٍى ى ى يى ى ى
ي
ً ٍّ٩ْي
ك د ٮ ٬ةء ك
٧ب اْ
ش
َل أ
ك ،
ةف ةم ج ٕ
٩ةـ كأ
ُ ٕ ٣ا
Lebih lanjut baca: „Abbas Hasan, An-Nahwu al-Wafi (T.Tp: Dar al-
Ma‟arif, T.Th), II, 395.
ه ى
tingkatan dan tidak mengikuti wazan ٢ً
ةٔ ٚ.
ىى ى
Karena lafadz زلث termasuk isim „adad hisabi,
maka harus ada pertentangan dengan
ma‟dudnya yang dalam konteks contoh di atas
ى ى ى
adalah lafadz ٢
قة ا ً
ر dari segi mudzakkar dan
muannatsnya. Karena bentuk mufrad dari lafadz
ى ى ى ىه
٢ً ىرقةا adalah ح٣( ًرقةberbentuk muannats), maka
„adadnya harus mudzakkar, sehingga tidak
ىى ى
menggunakan ta‟ marbuthah (ث
)زل .
***
ىى ى ى ى ى
٢ً
رقةا زلث
ى ى ىى ى
زلث ىmerupakan susunan idlafah
Lafad ٢ً
رقةا
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ىى ى
Mudlafnya adalah lafadz ث زل sedangkan mudlaf
ى ى
ilaihnya adalah berupa lafadz ٢ً ىرقةا . Karena
ىى ى
lafadz ث
زل berkedudukan sebagai mudlaf, maka
ia harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu
tidak boleh ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam
()أؿ, dan apabila berupa isim tatsniyah atau
jama‟ mudzakkar salim, maka nunnya harus
dibuang karena nun merupakan pengganti dari
ىى ى
tanwin. Lafadz ث
زل merupakan isim ‟adad yang
harus dimudlafkan kepada bentuk jama‟.
ى ى
ىرقةا karena menjadi mudlaf ilaih maka ia
Lafadz ٢ً
harus dibaca jer. Tanda jernya menggunakan
fathah karena ia merupakan isim ghairu
munsharif (shighat muntaha al-jumu‟ karena
ىى ي ى ى
mengikuti wazan ٢ً ةٔ ٛ٦). Lafadz ٢ً ىرقةا harus
tertulis dalam bentuk jama‟ karena menjadi
ىٍى
٢ رجmerupakan isim yang wajib selalu dimudlafkan.
99Lafadz
ٍ ى ه ى ٍ ى ى
Apabila kenyataannya mudlaf ilaihnya tidak ada ( ًحٚاْلًة
ً ٨ً ًُٔةع ٞ٩)إ,
ٍ ىٍي
maka ia harus dimabnikan „ala al-dlammi. Contoh ٢ رج ٨ً٦.
Pembahasan tentang inqitha‟ „an al-idlafah, baca: Ibn Hisyam,
Audlah al-Masalik..., III, 147.
ٍي
dlamir. Secara makna isim dlamir ٥ ٬ menjadi fa‟il
ً ىؿ ىٝ yang beramal sebagaimana
dari mashdar اء ة ً
fi‟ilnya.
***
ٍي ى ى
ٍؿأ ٞ٣ا
ف
ٍ ي ٍى ى
Lafadz ف
ؿأ ٞ٣ اmerupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍ ي ٍى ى
Lafadz ف
ؿأ ٞ٣ اtermasuk yang dibaca nashab
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
karena tergolong ةءً٧ىٮبةت الق٪٦, yaitu maf‟ul bih.
Disebut maf‟ul bih karena ia merupakan isim
yang jatuh setelah mashdar yang dapat beramal
ً ىؿ ىٝ ) dan berkedudukan
seperti fi‟il muta‟addi (ً اء ة
sebagai obyek. Karena berkedudukan maf‟ul bih,
maka ia harus dibaca nashab. Tanda nashabnya
menggunakan fathah karena ia merupakan isim
mufrad.
***
2525
Keterangan:
ٍ ى
٨٦
ٍ ى
Lafadz ٨
٦ merupakan kalimah isim sehingga bisa
ٍ ى
jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz ٨٦
termasuk yang dibaca rafa‟ karena tergolong
ىٍيٍ ى ي ٍىٍ ى
ة ًء٧ت الق
ٮع ٚمؿ, yaitu mubtada‟. Disebut mubtada‟
karena meskipun ia bukan termasuk dalam
kategori isim ma‟rifat, akan tetapi memiliki
musawwighat101, yaitu termasuk isim mubham
(isim syarath) dan jatuh di awal kalimat. Karena
kategori ًب
كاْل ٍى ى ي ٍيٍىى ى
ىٮا ًق ٩„( amil-„amil yang merusak
جذؽأ ً ى٧ْغ ا
susunan mubtada‟ dan khabar). Pengamalan
ى ى ى ى ٍى ي ٍىٍى ي ٍ ٍ ى ى ى
ًىت اْل ٪ كت٥اْلق
َك adalah ب
dari lafadz ف ً ٓدؿذ
(merafa‟kan isim dan menashabkan khabar).
ى ى ي
Isim dariف adalah dlamir ىٮ٬ yang mustatir
َك
ٍ ى
jawazan yang kembali kepada lafadz ٨٦
sedangkan khabarnya adalah jumlah fi‟liyah
ٍ ٍ ٍ ى ٍي
yang berupa ًكاِلىٮ ًـاْلػ ًًؿ ثًةهلل٨ً ي٦يؤ.
***
ٍي
ي٦يؤ
٨ً
Lafadz ٨ً
يٍ ي
٦ يؤmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍى
yang berupa ya‟ yang memiliki fungsiًت
ً ٘ةا٤ً ْ
Lafadz ٨ً
يٍ ي
٦ يؤtermasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
danٍ nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
ى ى ُّ ى
انل ىٮاو ى ى ى٨ًٔ
از ًـ
ً ت كالٮً ً ً ( ًلضؿ ًدقsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
ٍي
ي٦ يؤtermasuk
dlammah dhahirah karena lafadz ٨ً
ى ى ٍ ىٍ ى ٍ ي ٍى
dalam kategoriَش هء
ػ ًؿق ً ٍ
ث ًة ً٢ حذ ً٥عيط الػ ًًؿ ىك ْ
ى ً ( اْىfi‟il
ٍ ي ى ى ى ىٍي
( َكف يٮـ يlafadz ف ى ى ى ى
1) ٕ ًح٧ال َك termasuk َكف tamm/ tidak beramal
ٍى ٍىٍى ي ٍ ٍ ى ى ى ى ٍ ي ٍي ي ى
ًى يتاْل ى ى٪كت
ب ٥اْلق
ً ٓدؿذ, sehingga lafadzٕحً٧ يٮـالberposisi sebagai fa‟il), 2)
ى ن يى ه ى ى ى ى ى ى
ة٧ً ةاٝؽ ٧( َكف مlafadz َكف termasuk َكف naqish/ beramal
ٍى ٍىٍى ي ٍ ٍ ى ى ى يى ه ى ى
ًى يت اْل ى ى٪كت
ب ٥اْلق
ً ٓدؿذ, sehingga lafadz ؽ ٧ مditentukan sebagai isimَكف
ى ن
yang harus dibaca rafa‟ dan lafadz ة٧ً ةاٝ ditentukan sebagai
ى ى
khabar َكف yang harus dibaca nashab). Baca: Abdul Haris, Tanya
Jawab..., 276.
ًهلل
ث ًة ٨ يٍ ي
٦ي ؤ ً
Jumlah fi‟liyah yang terdiri dari fi‟il mudlari‟ ٨
٦ي ؤ ً يٍ ي
ي
ditambah dlamir ىٮ ٬ yang tersimpan di dalamnya
dan lafadzهللً
ث ًة yang menjadi maf‟ul bih ghairu
sharih dari fi‟il muta‟addi ٨
يٍ ي
٦ ي ؤ ًtermasuk dalam
kategori jumlah yang memiliki kedudukan i‟rab
ٍ ٍ ى ىى ىىي ٍي ى ي
ٔ ىؿ ً
(اب اْل
ً٨
٦ ً٢
م
ِت ْ ٭ة
ً ٣ ا٢
٧ال
) , yaitu berkedudukan
ى ى ى ى
sebagai khabarف
َك
. Disebut khabarف
َك
karena ia
berfungsi sebagai mutimmu al-faedah
(penyempurna faedah). Maksudnya cocok dan
pantas apabila diberi kata “adalah” (dalam
bahasa Indonesia), “iku” (dalam bahasa jawa)
atau “panikah” (dalam bahasa madura). Karena
ى ى
berkedudukan sebagai khabarفَك
, maka ia harus
dibaca nashab. Tanda nashabnya tidak ada
(bersifat mahalliy) karena ia merupakan jumlah.
***
ىك
Lafad ىك 104
merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
ٍ ىى ٍ ي ى ٍ ى ي ٍ ى ي ىى ي
]71/}[يٮنف٥شك ىءز ك٥أَجًٕٮاأمؿكٚ{
5) Wawu qasam. Contoh:
ٍ ٍ ٍى ى ى ي ٍ ٍى
]2،1/ٕص٣س}[ا
ًفػ و٣اْلنكةف ٕ ً٣{ ىكا
ً )إًف1(ص
6) Wawu dlamir. Contoh:
ٍ ٍ ى ى ى ى ى ٍ ٍى ت ى ى ى ى ى ىي ى ي
]3/ٕص٣ب}[ا
ً اوٮاثًةْى
كدٮ ٜاوٮاثًةل
ةتكدٮ ً ٮااْى٤ ٧ً ٔٮا ىك٪ ٦آ٨ًي
ً ةل {إًَلاَّل
7) Wawu „alamat rafa‟. Contoh:
ىى ٍ ى ي ى ى ى ي ى ى ى ى ن
]15/٨ظُجة}[ال٥ ى٪ٮال٭
ً ٩كًُٚٮف
ةق ٞ٣ةا٦{كأ
8) Dll.
Lebih lanjut lihat: al-Khatib, al-Mu‟jam al-Mufasshal.., 468-471.
ٍ ٍ ي
Lafadz يس ًؿ ـjuga disebut sebagai fi‟il muta‟adi
ٍ ٍ ىٍي
karena arti dari lafadz ًؿ ـ١ي٤ٚ dapat dipasifkan.
ٍ ٍ ىٍي
Maksudnya, arti dari lafadz ًؿ ـ١ي٤ٚ “memuliakan”
bisa diubah menjadi “dimuliakan”. Karena
demikian, maka ia membutuhkan maf‟ul bih
yang dalam konteks contoh di atas berupa
ى ٍىي
lafadz ٫ ًٛي.
ٍ ٍ ىٍي
Huruf fa‟ ( )ؼyang terdapat dalam lafadz ًؿ ـ١ي٤ٚ
ٍ ٍ ىٍي
merupakan fa‟ jawab. Jawab syarath ًؿ ـ١ي٤ٚ
harus diberi fa‟ karena termasuk dalam kategori
thalabiyah. Hal ini sesuai dengan kaidah:
ٍ ٍ ى ى ىىٍ ى ىٍ ى ىجي هح ى٤َي هح ى٧ً ا ًٍق
ح ًفًٛ ٪كبًةل٨٤ًؽكبٝةك٧ًؽً*كب٦ً ك ًِبىة ً
Jawab syarath harus mendapatkan tambahan
fa‟ apabila berupa kalimah isim, fi‟il yang
menunjukkan arti perintah (thalab), fi‟il jamid
ى
(fi‟il yang tidak dapat ditashrif istilahi), ma (ة٦),
ٍى ٍى
qad (ؽ
ٝ), lan (٨
٣), sin tanfis.
ٍ ٍ ىٍي
Huruf lam ()ؿ105 yang terdapat dalam lafadz ًؿ ـ١ي٤ٚ
merupakan lam amar. Lam amar yang awalnya
ي
pengganti dari tanwin. Dlamir قkarena menjadi
mudlaf ilaih maka ia harus dibaca jer. Tanda
jernya tidak ada (bersifat mahalliy) karena
termasuk dalam kategori al-asma‟ al-mabniyyah
yang isim dlamir.
ى ٍىي
Susunan lafadz ٫ ًٛي tergolong idlafah
ma‟nawiyyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul dari
mudlaf.
***
2626
ي ى ىٍ ى ى ى ى ى ى ي ٍي
٥ ى٤كق ٫ً ي٤ٔرقٮؿاهللًوَّلاهلل ةؿٝ
ى ى ى ٍ ى ى يت ت ى ٍ ٍ ى ي
ٮل٩ة٦ ًُكام ًؿ وئ٣ة٧ةتكإًجً ةؿثًةنلي٧ةالخ٧إًج
“Rasulullah SAW bersabda: Amal berbuatan hanyalah
tergantung pada niatnya dan seseorang hanyalah akan
memperoleh sesuatu sesuai dengan yang diniatinya”
Keterangan:
ى ى
ةؿ
ٝ
ى ى
Lafadzةؿ ٝ merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
madli.
ى ى
Lafadz ةؿ
ٝ termasuk dalam kategori fi‟il yang
ى ى
mabni. Mabninya fi‟il madli ةؿ
ٝ adalah „ala al-fathi
karena ia tidak bertemu dengan dlamir rafa‟
mutaharrik dan wawu jama‟.
ى ى
Lafadz ةؿ
ٝ termasuk fi‟il ma‟lum106 karena ia
ى ىٍى
َلي ىكك ً ى ي ى ي ي
tidak mengikuti kaidah majhul ( ٢ة رج٦س أك ٥ً
ٍى
)الػ ًًؿsehingga ia membutuhkan fa‟il, yang dalam
konteks contoh di atas fa‟ilnya berupa lafadz
ي ي
ىرق ٍٮؿا
ًهلل
ى ى
Lafadz ةؿ
ٝ juga disebut sebagai fi‟il lazim karena
ى ى
arti dari lafadz ةؿ
ٝ tidak dapat dipasifkan.
ى ى
Maksudnya, arti dari lafadz ةؿ
ٝ “berkata” tidak
bisa diubah menjadi “dikata”. Khusus untuk
ى ى
lafadz ةؿ
ٝ, meskipun secara arti menunjukkan
fi‟il lazim107, akan tetapi ia selalu memiliki maqul
qaul (sesuatu yang dikatakan).108 Maqul qaul
ى ى
Ma‟lum. Contoh: ةؿ
ٝ (tulisan ini tanpa dilafadzkan pasti disebut
sebagai fi‟il ma‟lum).
ٍى
Majhul. Contoh: ٢ ( رًي tulisan ini tanpa dilafadzkan pasti dianggap
sebagai fi‟il majhul)
2) Mahmuz
ى ىى
Ma‟lum. Contoh: ؿ ( قأ tulisan ini tanpa dilafadzkan pasti disebut
sebagai fi‟il ma‟lum)
ي ى
Majhul. Contoh: ٢ ( قبً tulisan ini tanpa dilafadzkan pasti
dianggap sebagai fi‟il majhul).
ى ى
107Status lazim atau muta‟addinya fi‟ilةؿ ٝ sangat tergantung
ى ى ى ى
pada bagaimana lafadzةؿ ٝ harus diterjemahkan. Ketika lafadz ةؿ
ٝ
diterjemahkan dengan “berkata”, maka statusnya dapat dianggap
ى ى
sebagai fi‟il lazim, akan tetapi apabila lafadzةؿ ٝ diterjemahkan
dengan “mengatakan”, maka statusnya dapat dianggap sebagai fi‟il
ى ى
muta‟addi. Apakah lafadzةؿ ٝ dianggap sebagai fi‟il lazim atau
muta‟addi, yang jelas ia pasti selalu harus dilengkapi dengan
ٍىيٍي ى
ٮ وؿ ٝٮؿ ٞ٦ (sesuatu yang dikatakan) yang dipersyaratkan harus selalu
berbentuk jumlah.
ى ى
108Dalam tataran selanjutnya, lafadz ةؿ
ٝ dan pecahannya
ٍى ى ىيٍي ي
terkadang disebutkan dalam bentuk fi‟il (٢
ٝ-ٮ ؿٞح-ةؿ
ٝ) dan terkadang
ى ى
dari lafadz ةؿٝ adalah jumlah berupa
ى ى ٍ ى ى يت
ىٮل٩ة٦ ًُكام ًؿ وئ٣ة٧كإًج ةت ى ٍ ٍ ى ي ت
ً ةؿثًةنلي٧ةالخ٧إًج.
***
ي ي
ىرق ٍٮؿا
ًهلل
ي ٍي
ىرقٮؿ ا merupakan kalimah isim yang
Lafadz ًهلل
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ي ي
ىرق ٍٮؿ ا termasuk yang dibaca rafa‟
Lafadz ًهلل
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
karena tergolong ةءً٧ت الق
ٮع ٚمؿ, yaitu fa‟il. Disebut
fa‟il karena ia merupakan isim yang dibaca rafa‟
yang jatuh setelah fi‟il yang mabni ma‟lum yang
ى ى
berupa lafadz ةؿ ٝ. Tanda rafa‟nya menggunakan
dlammah karena ia merupakan isim mufrad.
ي ي
ىرق ٍٮؿ ا merupakan susunan idlafah
Lafadz ًهلل
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ىٍه ى ى
disebutkan dalam bentuk mashdar (ٮؿٝ). Lafadz ةؿ
ٝ yang disebutkan
ٍىيٍي ى
ٮ وٝٮؿ ٞ٦). Sedangkan
dalam bentuk fi‟il membutuhkan maqul qaul (ؿ
ى ى
lafadz ةؿ
ٝ yang disebutkan dalam bentuk mashdar membutuhkan
ىىه ى ى
badal (ؿ
)ث ؽ . Maksudnya, jumlah yang jatuh setelah lafadz ةؿ
ٝ dalam
bentuk fi‟il ditentukan sebagai maqul qaul sementara jumlah yang
ى ى
jatuh setelah lafadz ةؿ
ٝ dalam bentuk mashdar ditentukan sebagai
badal. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut:
ى ٍى ٍ ى ي ى ى ي ى ىٍ ى ى ى ى ي ٍي
ةؿثًةنلتي ً٧ةاَلخ٧إ ًج٥ ى٤ًكق
...ةت ٫ي٤ٔةؿ ىرقٮؿاهللًوَّلاهللٝ –
ى ٍى ٍ ى ي ى ى ي ى ىٍ ى ى ٍ ىىٍ ى ي
ةؿثًةنلتي ً٧ةاَلخ٧إًج٥ ى٤ًكق
...ةت ٫ي٤ٔرقٮ ًؿاهللًوَّلاهلل ٮ ًؿٞ٠ –
ى ٍ ى ي ى
ةؿ ثًةنلتي ً٧ة اَلخ٧ إًجdalam contoh yang pertama menjadi maqul
Jumlah ةت
ى ى
qaul karena ia jatuh setelah lafadz ةؿ
ٝ yang disebutkan dalam
ى ٍ ى ي ى
ةؿ ثًةنلتي ً٧ة اَلخ٧ إًجdalam contoh yang
bentuk fi‟il. Sedangkan jumlah ةت
ى ى
kedua menjadi badal karena ia jatuh setelah lafadz ةؿ
ٝ yang
ٍى
disebutkan dalam bentuk mashdar (ٮ وؿٝ).
ي ٍي
ىرقٮ sedangkan mudlaf
Mudlafnya adalah lafadz ؿ
ilaihnya adalah berupa lafadz ًهلل
ا . Karena lafadz
ي ي
ىرق ٍٮؿberkedudukan sebagai mudlaf, maka ia
harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak
boleh ditanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()اؿ,
dan apabila berupa isim tatsniyah atau jama‟
mudzakkar salim, maka nunnya harus dibuang
karena nun merupakan pengganti dari tanwin.
Lafadz ًهلل
ا karena menjadi mudlaf ilaih maka ia
harus dibaca jer. Tanda jernya menggunakan
kasrah karena ia merupakan isim mufrad.
ي ي
ىرق ٍٮؿ ا tergolong idlafah
Susunan lafadz ًهلل
ma‟nawiyyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul dari
mudlaf.
***
ى
وَّل
ى
Lafadz وَّلmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
madli.
ى
Lafadz وَّلtermasuk dalam kategori fi‟il yang
ى
mabni. Mabninya fi‟il madli وَّلadalah „ala
al-fathi karena ia tidak bertemu dengan dlamir
rafa‟ mutaharrik dan wawu jama‟. Harakat
fathah yang terdapat pada huruf akhir (lam fi‟il )
ى ى
lafadz وَّلtidak dapat muncul karena lafadz وَّل
huruf terakhirnya berupa alif (alif tidak dapat
menerima harakat). Asalnya huruf alif ini adalah
ya‟, berubah menjadi alif karena memenuhi
ى
109Karena adanya persyaratan ini, maka ketika lafadz وَّل
dimajhulkan, maka huruf ya‟nya tidak lagi diganti dengan alif
ى ى ُّ ى ى ٍ ى ً ى ى ٍ ى ى
karena tidak lagi memenuhi persyaratan ٭ة٤ة رج٦ةح ًذٛ٩ ً٭ة كا٠ ًلعؿ,
ي ت
و ى
sehingga bacaannya menjadi َّل
dalam konteks isim, akan tetapi juga terjadi dalam konteks fi‟il dan
bahkan juga terjadi pada kalimah huruf. Antara ma‟thuf dengan
ma‟thuf alaihi harus sesuai dari sisi jenis kalimah. Maksudnya,
isim harus di„athafkan pada isim, fi‟il juga harus di„athafkan pada
ى
Lafadz ٥ ى٤ قtermasuk dalam kategori fi‟il yang
ى
mabni. Mabninya fi‟il madli ٥ ى٤ قadalah „ala al-
fathi karena ia tidak bertemu dengan dlamir
rafa‟ mutaharrik dan wawu jama‟.
ى
Lafadz ٥ ى٤ قtermasuk fi‟il ma‟lum karena ia tidak
mengikuti
ٍى kaidah majhul yang berbunyi
ىٍى ىي ى ى ي ُّ ي ى ى ي
( الػ ًًؿ٢ة رج٦س ً ذع تؿ وؾ كك٦ ُك ٥ً) sehingga ia
membutuhkan fa‟il, yang dalam konteks contoh
di atas fa‟ilnya berupa dlamir mustatir jawaz
ي
ي.
berupa ىٮ٬ yang kembali kepada lafadz اهلل
ى
Lafadz ٥ ى٤ قjuga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ى
karena arti dari lafadz ٥ ى٤ قdapat dipasifkan.
ى
Maksudnya, arti dari lafadz ٥ ى٤“ قmemberi
keselamatan” dan bisa diubah menjadi “diberi
keselamatan”. Karena demikian, maka ia
membutuhkan maf‟ul bih yang dalam konteks
contoh di atas dibuang yang apabila
ditampakkan berupa maf‟ul bih ghairu sharih
ٍى ى
٫ي ً٤ٔ.
***
ى ى ى٫ى ٍي٤ٔ
٥ ٤كق
ي ى ى
وَّلاهلل
ً
ي ى ىٍ ى ى ى
Jumlah fi‟liyah ٥ ى٤كق ٫ً ي٤ٔ وَّل اهلل termasuk jumlah
mu‟taridhah (kalimat sisipan) sehingga ia tidak
memiliki kedudukan i‟rab maupun tanda i‟rab
ٍ ٍ ى ىى ىى ى
ٔ ىؿ ً
(اب اْل
ً٨
٦ْ ٭ة ً٢م
َل
) .
***
ى
ة٧إًج
ى
Lafadz ة٧ إًجmerupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
ثًةنلتي ً
ةت
Lafadzب
ًmerupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Hurufب
ً
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
jer. Karena berfungsi sebagai huruf jer, maka
kalimah isim yang jatuh sesudahnya disebut
sebagai majrur yang hukum i‟rabnya harus
dibaca jer.
ثًةنلتي ًmerupakan susunan jer majrur
Lafadz ةت
yang terdiri dari ب انلتي ً
ً sebagai huruf jer dan ةت
انلتي ًmerupakan kalimah
sebagai majrur. Lafadz ةت
isim karena ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki
huruf jer (ب
) ًdan ada alif-lam ()اؿ. Karena
termasuk dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab atau jer.
انلتي ًtermasuk yang dibaca jer karena
Lafadz ةت
ي ٍىٍ ى ٍ ٍى
tergolong ًة ء٧م يؿك ىرات الق, yaitu majrurun bi harfi al-
jarri (dibaca jer karena dimasuki oleh huruf jer).
Tanda jernya menggunakan kasrah karena ia
merupakan jama‟ muannats salim.
Susunan jer majrur berupa ةت ثًةنلتي ًberkedudukan
sebagai khabar karena berfungsi sebagai
mutimmu al-faedah (penyempurna faedah).
Maksudnya cocok dan pantas apabila diberi
kata “adalah” (dalam bahasa Indonesia), “iku”
(dalam bahasa jawa) atau “panikah” (dalam
ى
ة٧إًج
ى
Lafadz ة٧ إًج111 merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
ى
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Lafadz ة٧إًج
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang ghairu muatstsir sehingga ia tidak
berpengaruh pada kalimah berikutnya.ٍ
ى ٍ ىى ي ى
Lafadz ة٧ إًجmerupakan adat hashr (ص
ً )أداة الatau
sesuatu yang berfungsi membatasi sesuatu.
Dalam susunan kalimat, ia biasa diartikan
dengan “hanyalah”.
ى ى
Huruf ة ٦ yang terdapat pada lafadz ة٧ إ ًج disebut
ٍىى ى ه ى ى ى
dengan ٢
ً٧ ٕ ٣ ا٨
ٔ ً
ح َٚك
ة ٦ة( ٦ yang dapat mencegah
pengamalan lafadzإ ًف , sehingga ia tidak lagi
berfungsi sebagai „amil yang menashabkan isim
dan merafa‟kan khabar).
***
ى
111Dalam konteks kajian bahasa Arab lafadzة ٧ إ ًج disebut
sebagai adat al-hashr (alat untuk membatasi). Alat untuk
membatasi atau adat al-hashr yang dikenal dalam bahasa Arab ada
ى ى
dua, yaitu : 1) ة٧إ ًج . Dalam konteks bahasa Indonesia lafadz ة٧ إ ًج biasa
ٍى ٍ ى ي ى
ةنلتي ً
diterjemahkan dengan “hanya”. Contoh: ةت ةؿ ث ً
٧خ
اَل
ة ٧“ إ ًج amal
perbuatan hanya tergantung pada niatnya” 2) ا ًَلyang didahului
oleh nafi. Dalam konteks bahasa Indonesia adat al-hashr yang
ى
kedua ini diterjemahkan dengan “ tidak ………. kecuali”. Contoh : َل
ي ى
“ ا ًَلىا ًَل tidak ada tuhan kecuali Allah”.
اهلل
ٍ يت
ئ
ًُكام ًؿ و٣
Lafadzؿ
ًmerupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Hurufؿ
ً
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
jer. Karena berfungsi sebagai huruf jer, maka
kalimah isim yang jatuh sesudahnya disebut
sebagai majrur yang hukum i‟rabnya harus
dibaca jer.
يت
Lafadz ًُك
٣ merupakan susunan jer majrur yang
يت
terdiri dari ؿ
ًsebagai huruf jer dan ُك
sebagai
يت
majrur. Lafadz ُكmerupakan kalimah isim
karena ada ciri-ciri isim yaitu dimasuki huruf jer
(ؿ
) ً. Karena termasuk dalam kategori kalimah
isim, maka memungkinkan dibaca rafa‟, nashab
يت
atau jer. Lafadz ُك
termasuk yang dibaca jer
ي ٍىٍ ى ٍ ٍى
karena tergolong ةءً٧م يؿك ىرات الق, yaitu majrurun bi
harfi al-jarri (dibaca jer karena dimasuki oleh
huruf jer). Tanda jernya menggunakan kasrah
karena ia merupakan isim mufrad.
ٍ يت
Lafadz ئ ُك ام ًؿ وmerupakan susunan idlafah
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
يت
Mudlafnya adalah lafadz ُك sedangkan mudlaf
ٍ
ilaihnya adalah berupa lafadz ئ
ام ًؿ و. Karena lafadz
يت
ُكberkedudukan sebagai mudlaf, maka ia harus
ي
mustatir jawazan ىٮ٬ yang kembali kepada lafadz
ٍ يت
ُكام ًؿ وئ
ى
Lafadz ىٮل٩ juga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ى
karena arti dari lafadz ىٮل٩ dapat dipasifkan.
ى
Maksudnya, arti dari lafadz ىٮل٩ “berniat” bisa
diubah menjadi “diniati”. Karena demikian,
maka ia membutuhkan maf‟ul bih yang dalam
konteks contoh di atas dibuang yang apabila
ي
ditampakkan berupa dlamir قyang jatuh setelah
ى
lafadz ىٮل٩ dan sekaligus menjadi „aid112 dari isim
ى
maushul ة٦.
ى113
Jumlah fi‟liyyah yang terdiri dari fi‟il ىٮل٩ dan
ي
fa‟il berupa dlamir mustatir jawazan ىٮ٬ yang
ى ي
terkandung di dalam lafadz ىٮل٩ serta dlamir ق
yang dibuang menjadi shilat al-maushul dari
ى
isim maushul ة٦. Karena menjadi shilat al-
maushul, maka ia termasuk dalam kategori
jumlah yang tidak memiliki kedudukan i‟rab
ى ٍ ٍ ى ىى ىى ى ٍي ى ي
اْلٔؿ ً
(اب ً ٨ً٦ْ٭ة٢ ًتَلم٣ا٢٧)ال.
***
27
27
ى ى ي ى ٍ ي ٍ ي ى ٍ ى ي ٍ ى ي ىىٍ ي ٍ ى ى ي ٍ ي ٍ ى ي ٍ ى
دؿحٮ ٥س٤ٕ٣ ًىذٮا٩ٕٮاَلكأ٧ً ةقذٚؿآفٞ٣ ًؿئاٝكإًذا
ف
“dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka perhatikanlah dan
diamlah agar kamu semua diberi rahmat”
Keterangan:
ىك
Lafadz ىكmerupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ىك
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang ghairu muatstsir karena ia termasuk dalam
kategori huruf ibtida‟ (huruf permulaan alinea),
sehingga ia tidak berpengaruh pada kalimah
berikutnya.
***
ى
إًذا
ى
Lafadz إًذاmerupakan kalimah isim114 yang
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ى
Lafadz إًذاtermasuk yang dibaca nashab karena
ٍ ىٍ ى ىٍ ي ٍى ي
tergolong ةءً٧ةت الق
ىٮب ٪٦, yaitu dharaf. Disebut
dharaf karena ia merupakan isim yang dibaca
nashab yang menunjukkan keterangan waktu.
Tanda nashabnya tidak ada (bersifat mahalliy)
karena ia termasuk dalam kategori isim mabni
yang isim syarath.
ى
Lafadz إًذاmerupakan adat syarath. Disebut
ى
adad syarath karena arti dari lafadz ( إًذاapabila)
selalu membutuhkan jawaban “maka”. Karena
termasuk dalam kategori adat syarath, maka ia
membutuhkan fi‟il syarath dan jawab syarath.
ى ي ى
Fi‟il syarath dari lafadz إًذاadalah lafadz ًؿئ ٝ
sedangkan jawab syarathnya adalah lafadz
ى ٍ ى ي
ٕ ٍٮا٧ً ةقذٚ.
***
ى
114Dalam konteks bahasa Arab, secara umum lafadz إًذاdapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
ى ٍي ى ي ى
1) ضةي ًي حٛ٣( إًذااlafadz إًذاyang masuk pada isim). Contoh:
ٍى ٍى ى ى ٍ ي ى ٍ ى ٍ ى ى ى ى ُّ ي ى ٍ ى ي ٍ ى
ً ٕ٤٧ْٕجٮف ًفا٤ُلبي٣إًذااٚؽرقحً٧ْظضتإًلا
ت
ٍ ي ى ى ٍ ي ى
2) ْؿذًي ح٣( إًذا اlafadz إًذاyang masuk pada fi‟il). ْؿذًي ح٣ إًذا اdapat
diklasifikan menjadi dua, yaitu:
ٍ ي ى ٍ ى ىٍ ي ىى ى ى ى ىٍ ى ى
ااَْشًَي حإًذ. Contoh: ٟ
ٕ ٦جخ٬جخإًلاْىيؽًذ٬إًذاذ
ٍ ْي ى ى
اد ٍ ي ى ٍ ى ى ى ى ُّ ى
اَْشًَي ًح إًذ. Contoh: ]2،1/)}[اٌْح2(إًذاقَج٢ً ي٤ْ)كا1( {كاٌْح
Lebih lanjut baca: al-Khatib, al-Mu‟jam al-Mufashshal..., 32.
ي ى
ًؿئٝ
ي ى
Lafadz ًؿئ ٝ merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
madli.
ي ى
Lafadz ًؿئ ٝ termasuk dalam kategori fi‟il yang
ي ى
mabni. Mabninya fi‟il madli ًؿئ ٝ adalah „ala al-
fathi karena ia tidak bertemu dengan dlamir
rafa‟ mutaharrik dan wawu jama‟.
ي ى
Lafadz ًؿئ ٝ merupakan fi‟il majhul karena ia
ٍى ى ىٍى ي ى ي
أكَل ي ىكك ً ى٥ً) ي
mengikuti kaidah majhul ( الػ ًًؿ٢ة رج٦س
sehingga ia membutuhkan naib al-fa‟il, yang
dalam konteks contoh di atas naib al-fa‟ilnya
ٍي ي
ٍؿ ٞ٣ا
berupa lafadz آف
ي ى
Lafadz ًؿئ ٝ juga disebut sebagai fi‟il muta‟addi
ي ى
karena arti dari lafadz ًؿئ ٝ dapat dipasifkan.
ي ى
Maksudnya, arti dari lafadz ًؿئٝ telah
menunjukkan pasif “dibaca” sehingga ia
termasuk fi‟il muta‟addi. Karena demikian, maka
ia membutuhkan maf‟ul bih yang dalam konteks
ٍي ي
contoh di atas adalah lafadz آف ٍؿ ٞ٣ اyang
kedudukan i‟rabnya berubah menjadi na‟ib al-
fa‟il karena fi‟ilnya dirubah dari ma‟lum menjadi
majhul.
***
ٍيٍ ي
آف
ؿ ٞ٣ا
ٍي ٍ ي
Lafadz آف
ؿ ٞ٣ اmerupakan kalimah isim karena ada
ciri-ciri isim yaitu alif-lam ()اؿ. Karena termasuk
dalam kategori kalimah isim, maka
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ٍي ٍ ي
Lafadz آف
ؿ ٞ٣ اtermasuk yang dibaca rafa‟ karena
ىٍيٍ ى ي ٍ ىٍ ى
tergolong ة ًء٧ٮعت القٚمؿ, yaitu naib al-fa‟il. Disebut
ٍيٍ ي
na‟ib al-fa‟il karena lafadz آف
ؿ ٞ٣ اmerupakan isim
yang dibaca rafa‟ yang jatuh setelah fi‟il yang
ي ى
mabni majhul berupa ًؿئ ٝ. Tanda rafa‟nya
menggunakan dlammah karena ia merupakan
isim mufrad.
***
ٍى ٍ ى ي
ٕٮا٧ً ةقذٚ
ٍى ٍ ى ي
Lafadz ٕٮا ٧ً ةقذٚ115 merupakan gabungan dari
ى ٍ ٍ ى
huruf ؼ
( huruf jawab), ٓ ٧ق ذ ً
( ا ً fi‟il amar) dan wawu
jama‟.
ٍٍ ى ي
Lafadz ٕٮا٧ً اقذmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
amar karena menunjukkan arti perintah, yaitu
“dengarkanlah”.
ٍٍ ى ي
Lafadz ٕٮا٧ً اقذtermasuk dalam kategori fi‟il yang
mabni karena ia merupakan fi‟il amar. Mabninya
ٍى ٍ ى ي
lafadz ٕٮا٧ً ةقذٚ adalah „ala hadzfi an-nun
(membuang huruf nun) karena berasal dari al-
af‟al al-khamsah.
ٍٍ ى ي
Lafadz ٕٮا٧ً اقذtermasuk dalam kategori fi‟il
ma‟lum karena setiap fi‟il amar pasti selalu
majrur (sesuatu yang dibaca jer) berupa isim dlamir, seperti contoh:
ٍ ى ىي ى ىي
٥ْ٭ ،ة٧ْ٭،َلي, dan seterusnya. Sedangkan huruf jer ( ) ًؿdiharakati kasrah
ketika isim yang jatuh sesudahnya atau majrur (sesuatu yang
ى ٍ ى ى ٍ ٍى
dibaca jer) berupa selain isim dlamir, seperti contoh: ًٟ
َّلْ ،
ً ٨٧ً ْ،ةف
ً ْ ًًْلنك.
ىى
117Secara umum, lafadz ٢ٕ٣ yang merupakan saudara ف
إً
memiliki ٍ ت ت٣ا
faedahّج ى (mengharapkan terjadinya sesuatu yang
ُّ ى
disenangi dan mudah tercapai)dan ًٓٝ( الٮmengkhawatirkan terjadinya
sesuatu yang tidak disenangi). Pengertian semacam ini tidak cocok
dalam konteks al-Qur‟an. Karena demikian, para mufassir
ىى
menerjemahkan lafadz ٢ٕ٣ dengan makna tahqiq sebagaimana hal
ini ditegaskan di dalam Tafsir al-Manar sebagai berikut. ي ى
ٍ ٍى ى ى ي ىى ى ى ي ي ىٍى ى ىى ٍ ى ى ى ى ىىى ى ت ىى
كٗ ىؿض، ًي ٞةالع٬ة٪ٕ٦اكرٕخ ًِف لَكـً اهللًتٕةل يسٮف
ٜ كإًذ،تّج ًِف ذاد ً٭ة٤ً ْ " ٢ٕ٣اْنةا ًٓ أف "
ى ت ى ٍ ى ُّ ى ت يٍ ى ىي ى ى ى ى ىٍ ي ٍى
٘ ًٮ ٤ْةقيا٪ٕ٧ًتّجث٣ا
م ٨ً ٔ٫٩اهللًقجعة٫ْني ً ًيثً٭ؾات٤ًةاٞ٣ا
Rasyid Ridla, Tafsir al-Manar (Mesir: Hai‟ah al-Mishriyyah al-
„Ammah li al-Kitab, 1990), I, 155.
ٍ ي
٥ز
ٍ ي
Lafadz ٥ ز merupakan kalimah isim sehingga
bisa jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz
ي
٥ ز ٍtermasuk yang dibaca nashab karena
ٍىٍ ى ىٍ ي ٍى ي ىى
tergolong ةءً٧ةت الق
ىٮب ٪٦, yaitu isim ٢ٕ٣. Disebut
ىى
isim ٢ٕ٣ karena ia merupakan isim yang dibaca
nashab (yang awalnya mubtada‟) yang jatuh
ىى ىى
setelah ٢ٕ٣. Karena berkedudukan isim ٢ٕ٣, maka
ia harus dibaca nashab. Tanda nashabnya tidak
ada (bersifat mahalliy) karena termasuk dalam
kategori al-asma‟ al-mabniyyah yang isim dlamir.
***
يٍ ىيٍ ى
ف
دؿحٮ
يٍ ىيٍ ى
Lafadz ف
دؿحٮ merupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il
mudlari‟ karena didahului oleh huruf mudlara‟ah
ٍي ى ى
yang berupa ta‟ yang memiliki fungsiت
ؼةَ ً٧٤ً ْ
يٍ ىيٍ ى
Lafadz ف
دؿحٮ termasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
danٍ nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
ى ى ُّ ى
ال ىٮازً ًـاوت ى
ك ى ى
ً ً انلٮ٨ً ٔ( ًلضؿ ًدق ًsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
tsubut al-nun (tetapnya nun ) karena ia termasuk
dalam kategori al-af‟al al-khamsah.
ي ىي ى
Lafadz ف د ٍؿح ٍٮ termasuk fi‟il majhul karena
ٍ ىٍى ي ى ى
أكَل ي ى٥ً) ى ي ي
mengikuti kaidah majhul ( الػ ًًؿ٢ة رج٦ذًط ٚك
sehingga ia membutuhkan na‟ib al-fa‟il, yang
dalam konteks contoh di atas na‟ib al-fa‟ilnya
adalah dlamir bariz yang berupa wawu jama‟.
ي ىي ى
Jumlah fi‟liyah yang tersusun dari د ٍؿح ٍٮف
termasuk dalam kategori jumlah yang ٍ memiliki
ٍ ٍ ىى ىىي ى يىي
ٔ ىؿ ً
kedudukan i‟rab (اب اْل
ً٨
٦ً ٢
م
ت ْ ٭ة
ً ٣ ا٢
٧ال
) , yaitu
ىى
menjadi khabar dari lafadz ٢ٕ ٣ . Disebut khabar
karena ia berfungsi sebagai mutimmu al-faedah
(penyempurna faedah). Maksudnya cocok dan
pantas apabila diberi kata “adalah” (dalam
bahasa Indonesia), “iku” (dalam bahasa jawa)
atau “panikah” (dalam bahasa madura). Karena
ىى
berkedudukan sebagai khabar dari ٢ٕ٣, maka ia
harus dibaca rafa‟. Tanda rafa‟nya tidak ada
(bersifat mahalliy) karena ia berbentuk jumlah.
***
28
28
Keterangan:
ىك
Lafadz ىكmerupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ك
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang ghairu muatstsir karena ia termasuk dalam
kategori huruf ibtida‟ (huruf permulaan alinea),
sehingga ia tidak berpengaruh pada kalimah
berikutnya.
***
ةس
ى
انل ً ٨ً٦
ٍ
Lafadz ٨ً
٦ merupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
ىيٍي
Lafadz ؿ
ٮ ٞ حtermasuk dalam kategori fi‟il yang
mu‟rab karena tidak bertemu dengan nun taukid
danٍ nun niswah. Ia berhukum rafa‟ karena
ى ى ُّ ى
ال ىٮازً ًـاوت ى
ك ى ى
ً ً انلٮ٨ً ٔ( ًلضؿ ًدق ًsepi dari „amil nashab dan
„amil jazem). Tanda rafa‟nya menggunakan
ىي ي
ٍٮ ٞ حtermasuk
dlammah dhahirah karena lafadz ؿ
ى ى ٍ ىٍ ى ٍ ي ٍى
dalam kategoriَش هء
ػ ًؿق ً ٍ
ث ًة ً٢ حذ ً٥عيط الػ ًًؿ ىك ْ
ى ً ( اْىfi‟il
mudlari‟ yang lam fi‟ilnya berupa huruf shahih
dan huruf akhirnya tidak bertemu dengan
“sesuatu”, maksudnya alif tatsniyah, wawu
jama‟, ya‟ muannatsah mukhatabah, nun taukid,
dan nun niswah).
ىي ي
Lafadz ؿ ٍٮ ٞ حtermasuk fi‟il ma‟lum karena cara
bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul
ٍ ي ى يي ىي ى ى ىٍى
( الػ ًًؿ٢ة رج٦ذًط ٚ أكَل ك٥ً) sehingga ia membutuhkan
fa‟il, yang dalam konteks contoh di atas fa‟ilnya
ي
berupa dlamir mustatir jawazan ىٮ٬ yang kembali
ٍ ى
٦ yang sekaligus menjadi „aid.
kepada lafadz ٨
ىيٍي
Lafadz ؿ
ٮ ٞ حjuga disebut sebagai fi‟il lazim karena
ىيٍي
arti dari lafadz ؿ
ٮ ٞ حtidak dapat dipasifkan.
ىيٍي
Maksudnya, arti dari lafadz ؿ
ٮ ٞ“ حberkata” tidak
ىي ي
bisa diubah menjadi “dikata”. Lafadz ٍٮؿٞح
termasuk fi‟il yang memiliki maqul qaul (sesuatu
ىيٍي ىٍيي
huruf sebelumnya sehingga lafadz ؿ
ٮ ٞ حasalnya adalah lafadz ٮ ؿٞح.
Hal ini sesuai dengan kaidah i‟lal yang berbunyi:
ٍى ي ى ى ي ى ٍن ي ى ى ت ى ن ٍ ى ٍ ى ىى ى ى ىٍ يي ى ى ن ى ٍ ن ي ى ٍ ى ى ي ي ى ى ى ى ىىى
ة٦ةإًل ٧خ ظ ىؿكذ٭٤ًٞ٩ع يعة
ً ةو٪ً ٠ةقة٧٭٤ةرج٦ أصٮ وؼ ككف ٨ً٦ح ٠ذعؿ٦ة٪خ اْٮاك كاِلةء خي ً ٕاكرإًذ
ىٍ ىى ىٍي ىي ٍ ي ى ى ٍ ي ى ٍ يي ى ىٍ ي ي ى ٍٍ ي
."ٓٮـكيبيً ٞة"ح٧٭٤ٮـكيبًي ٓ"أوَٞن ٮِ"ح.٭ة٤رج
Baca: Mundzir Nadzir, Qawa‟id al-I‟lal..., 8.
ىيٍي
yang dikatakan). Maqul qaul dari lafadz ؿ
ٮ ٞ ح
adalah jumlah berupa:
ٍ ى ى ى ىن ى ى ى ى ى ُّ ٍ ى ى
نح ى٪ةظ ىك ى ى ى ى ى
ًةر
ةٔؾابانل ٪ً ٝك ح٪ك ًِفاْلػًؿة ًظك ةِفادجي ً ٪ً ةأد٪رب
ىي ي
Jumlah fi‟liyah yang tersusun dari lafadzؿ ٍٮ ٞ ح dan
fa‟il yang berupa isim dlamir tersimpan di
dalamnya berkedudukan sebagai shilat al-
maushul. Karena berkedudukan sebagai shilat
al-maushul, maka ia termasuk dalam kategori
jumlah yang tidak memiliki kedudukan i‟rab
ى ٍ ٍ ى ىى ىى ى ٍي ى ي
(اب اْل
ٔ ؿ ً ً٨
٦ْ ٭ة ً٢م
َل
ًت ٣ا٢٧) ال
***
ى
ة٪ىرب
ى
Lafadz ة٪ىرب merupakan kalimah isim yang
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ى
Lafadz ة٪ ىربtermasuk yang dibaca nashab karena
ىٍ ي ٍى ي ٍ ىٍ ى
tergolong ةءً٧ةت الق
ىٮب ٪٦, yaitu munada. Disebut
munada karena ia merupakan isim yang dibaca
ى
nashab yang jatuh huruf nida‟ ya ( )يةyang
dibuang119 dan apabila ditampakkan menjadi
ى ى ى
ة٪ةرب ي. Tanda nashabnya menggunakan fathah
karena ia merupakan isim mufrad.
ى
Lafadz ة٪ ىربmerupakan susunan idlafah karena ia
terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih. Mudlafnya
yang ditegaskan
ى oleh para ulama:
ٍ ٍ ى ٍ ى ى ى ٍى ى ى ى ى ي ٍ ى ى ٍ ى ى ى ٍ ى ى ى يٍ ي ي ى ىيٍ ي ى ٍ ي ى
،" ؾا٬ ٨
خ
ٔ ًؿض أ ،ٙق ةل " ي ٮ
ت ٕ ٮ ً ٞ ٠،ة
َلً ٬ْي
د ً
ف " ية" د كف
اَك
إ ً ذ ،ث وة
س ظ ٍؿ ًؼ
انلت ؽاء ًث ً ظ ؾؼ ي ٮز
ى ٍ ي ٍ ي ٍ ى ُّ ى ًٍى ي ٍ ى ٍ ى ى ى ٍ ى ٍ ى ى ى ي ي ٍ ن ى ٍ ٍ ى ى ى ٍ ى ـ ى ت ى ًٍ ى ى
يؾ٦ل ً
أح ٭ةال .٥ًْ٭ ٮ ٔ ٞ ٣ا
ِٔ كا ً،
ل إ ً ٨ظكً ةأ
٪مكً
َل ي ـاؿ
٨٦"َن ًٮ " ك ْٟؿ إ ًِل ٩ِن أ َلً "رب أ ًر ً
ٮ ٝك
ٍى ي ٍ ى يى تٍ ٍ ى ي ٍى ٍ ى
".ف ص ذ ً٭ؽ
ي ؾاتا ً ٧ ً٤ةال
أحذ ٭ .ص ذ ً٭ ؽ كا
ا ً
Lebih lanjut lihat: al-Ghulayaini, Jami‟ al-Durus…, III, 156.
ى
Lafadz ت
أ ًtermasuk dalam kategori fi‟il ma‟lum
karena setiap fi‟il amar pasti selalu dibentuk
dari fi‟il mudlari‟ yang ma‟lum. Karena ia
merupakan fi‟il ma‟lum, maka ia membutuhkan
fa‟il yang dalam konteks contoh di atas adalah
ىٍ ى
berupa dlamir خ ٩ أ yang mustatir wujuban (kata
ganti yang ىwajib tersimpan)
Lafadz ت أ ًtermasuk juga dalam kategori fi‟il
ى
muta‟adi karena arti أ ًتdapat
dari lafadz
ى
dipasifkan. Maksudnya, arti dari lafadz ت أ ً
“memberi”
ى bisa diubah menjadi “diberi”. Lafadz
أ ًtermasuk dalam kategori fi‟il muta‟addi yang
ت
ٍى ٍىٍ يٍ ى ٍيىى ت
membutuhkan dua maf‟ul bih (ي
ً٣ٕٮٛ٧ْذٕؽل إًل ا٧ْ)ا.
ى
Maf‟ul bih pertama dari lafadz ت
أ ًadalah dlamir
ى ى
bariz muttashil ة٩ yang jatuh setelah lafadz ت أ ً
ى
sedangkan maf‟ul bih kedua dari lafadz ت أ ً
ى ى ىن
adalah lafadz ح٪ظك.
***
ى
ة٩
ى
Lafadz ة٩ merupakan kalimah isim sehingga bisa
ى
jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz ة٩
termasuk yang dibaca nashab karena tergolong
ىٍ ي ٍى ي ٍىٍ ى
ًة ء٧ةت الق
ىٮب ٪٦, yaitu maf‟ul bih. Disebut maf‟ul bih
karena ia merupakan isim yang dibaca nashab
ى
yang jatuh setelah fi‟il muta‟addi (ت
)أ ًdan
berkedudukan ىsebagai obyek pertama dari fi‟il
muta‟addi (ت
)أ ً. Karena berkedudukan sebagai
ُّ ٍ ى
اد ج ية
merupakan isim tafdhil yang berbentuk
120Lafadz
يٍ ى ُّ ٍ ى
muannats (karena diikutkan pada wazan َّل ) ذ ٕ . Lafadz اد ج ية
dapat
اد ً ُّyang berarti “ yang rendah atau
dianggap berasal dari lafadz ن
ُّ ٍ ى
yang hina”. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa lafadz اد ج ية
memungkinkan untuk diterjemahkan dengan “sesuatu yang paling
rendah atau paling hina”. Dalam konteks inilah penting untuk
direnungkan doa Nabi sebagaimana yang terdapat dalam hadits
yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi:
ٍ ىي ي ي ى ىٍ ى ى ى ى ى ٍ ي ىى ى ى ي ىٍيى ى ى ى ى ى ى ى ي ي
٨ً٦ٮـ ٞ ح- ٥ ى٤كق ٫ً ي٤ٔ وَّل اِل -رقٮؿ اِلً ة َكف٧٤ٝ«/ةؿٝة٧٭٪ ر ًض اِل خ-ؿ ٧ خ٨ً اث٨ً ٔ(ك
ٍى ٍ ى ى ى ى ى ي ٍ ٍ ىى ٍ ى ٍ ى ى ى ىي ي ىٍ ى ىى ى ىٍ يى ىيى ٍى
ً وًف ظِت يؽٔٮ ثً٭ؤَل ًء ادٔٮ٤م
ة كبي٪٪ ث ح٫ً ً ة َتٮؿ ث٦ ًٟ ػنحذ٨ً٦ نلة ٥ ًكٝ ا٥٭٤ْ ا٫ً ً ات ًلوعةث
ُّ ٍ ى ى ى ت ٍ ى
ة٪ٕذ٦ك،ة ةت ادجي
ى ىٍى ي ٍى ى يىت ي
ً ةم ًىيج٪ي٤ٔ ٫ً ً ةت٭ٮف ث٦ًي ى ى ى ى ى ٍى ى ى ٍ ى ى ى ى يىتيى ىى
ً ٞ اِل٨ً٦ك،ٟذ٪ ص٫ً ً ةث٪٘٤ةتج٦ ًٟ َةٔذ٨ً٦ك،ٟٕةوً ي٦
ٍ ى ٍ ىٍ ى ىى ىى ى ٍ ى ىىى ى ٍ ي ٍى ىى ى ٍ ى ٍ ى ى ى ٍ ى ى ىي ى ى ٍ ىٍىى ى ٍ ى ي ى ى
ٍ ٍ ى ى
٨٦ةلَع٩ص ٩كا،ة٪٧٤ّ
٨٦ةلَع٩زأر٢ٕكاص،ة٪ً٦ارث ً اْٮ٫٤ٕكاص،ة٪ةأظيحذ٦ة٪ً ٮدٝةك٩ةرً ةكأثى٪ًٔة٧ثًأق
ٍ ُّ ٍ ى ى ٍ ى ى ى ت ى ى ى ى ٍ ى ى ٍ ى ى ى ي ى ت ٍ ى ى ٍ ى ى ى ىى ىٍ ى ى ى ى ىى ىٍ ى ٍ ي ىىى
٨٦ة٪ي٤ٍٔ ٤ةكَل تك٪٧ً ٤ًٖٔ ٤ج٦ةكَل ٪٧٬ ادجيةأكب ٢ً ٕكَل َت،ة٪ًةِف دًيج ً ٪ م ًىيبذ٢ٕكَل َت،ة٩عدا
ُّ ٍ ى ى ي ت ى ى ىيى
ؾ ٦ً ت٣ا
ًم ركاق.ة»)٪َلي ٍؿح
Lebih lanjut lihat: Abu al-Hasan Nuruddin al-Mala al-Harawi al-
Qari, Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih (Beirut: Dar al-
Fikr, 2002), V, 1726.
ى ى ىن
ح٪ ظكkedua juga harus dibaca nashab. Tanda
nashabnya dengan menggunakan fathah karena
ia merupakan isim mufrad.
***
ىك
Lafadz ىكmerupakan kalimah huruf. Karena
termasuk kalimah huruf, maka ia dapat
berkategori huruf yang muatstsir (berpengaruh
untuk analisis lanjutan) dan dapat pula
berkategori huruf yang ghairu muatstsir (tidak
berpengaruh untuk analisis lanjutan). Huruf ىك
dalam contoh di atas termasuk dalam kategori
yang muatstsir karena berfungsi sebagai huruf
„athaf. Karena berfungsi sebagai huruf „athaf,
maka kalimah fi‟il yang jatuh sesudahnya (ؽ ) ً
disebut sebagai ma‟thuf yang hukum i‟rabnya
harus disesuaikan dengan hukum i‟rab ma‟thuf
„alaih.
***
ؽ
ً
Lafadz ؽ
ًmerupakan kalimah fi‟il, yaitu fi‟il amar
karena menunjukkan arti perintah, yaitu
“jagalah”.
Lafadz ؽ ًtermasuk dalam kategori fi‟il yang
mabni karena ia merupakan fi‟il amar. Mabninya
lafadz ؽ
ًadalah „ala hadzfi harfi al-„illati
(membuang huruf „illat ) karena berasal dari fi‟il
ى
ة٩
ى
Lafadz ة٩ merupakan kalimah isim sehingga bisa
ى
jadi ia dibaca rafa‟, nashab, atau jer. Lafadz ة٩
termasuk yang dibaca nashab karena tergolong
ىٍ ي ٍى ي ٍىٍ ى
ًة ء٧ةت الق
ىٮب ٪٦, yaitu maf‟ul bih. Disebut maf‟ul bih
karena ia merupakan isim yang dibaca nashab
yang jatuh setelah fi‟il muta‟addi (ؽ ) ًdan
berkedudukan sebagai obyek. Karena
berkedudukan maf‟ul bih, maka ia harus dibaca
nashab. Tanda nashabnya tidak ada (bersifat
mahalliy) karena termasuk dalam kategori al-
asma‟ al-mabniyyah yang isim dlamir.
***
ى ى ى
ٔؾاب
ى ى ى
Lafadz ٔؾاب merupakan kalimah isim yang
memungkinkan dibaca rafa‟, nashab, atau jer.
ى ى ى
Lafadz اب
ٔؾ termasuk yang dibaca nashab
ىٍ ي ٍى ي ٍ ىٍ ى
karena tergolong ًة ء٧ةت الق
ىٮب ٪٦, yaitu maf‟ul bih.
Disebut maf‟ul bih karena ia merupakan isim
yang dibaca nashab yang jatuh setelah fi‟il
muta‟addi (ؽ
) ًdan berkedudukan sebagai obyek
kedua dari fi‟il muta‟addi (ؽ
) ً. Karena
berkedudukan maf‟ul bih, maka ia harus dibaca
nashab. Tanda nashabnya menggunakan fathah
karena ia merupakan isim mufrad.
***
ى ى ى
ًةر
ٔؾابانل
ى ى ى
Lafadz ًةر
ٔؾاب انل merupakan susunan idlafah
karena ia terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih.
ى ى ى
Mudlafnya adalah lafadz اب
ٔؾ sedangkan mudlaf
ilaihnya adalah berupa lafadz ًةر
انل . Karena lafadz
ى ى ى
ٔؾابberkedudukan sebagai mudlaf, maka ia
harus memenuhi ketentuan mudlaf yaitu tidak
boleh tanwin, tidak boleh diberi alif-lam ()اؿ, dan
apabila berupa isim tatsniyah atau jama‟
mudzakkar salim, maka nunnya harus dibuang
karena nun merupakan pengganti dari tanwin.
Lafadz ًةر
انل karena menjadi mudlaf ilaih maka ia
harus dibaca jer. Tanda jernya menggunakan
kasrah karena ia merupakan isim mufrad.
ى ى ى
Susunan lafadz ًةر ٔؾاب انل tergolong idlafah
ma‟nawiyyah karena ia tidak memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai idlafah
lafdhiyyah, yaitu mudlafnya berupa isim sifat
dan mudlaf ilaihnya merupakan ma‟mul dari
mudlaf.
***
**
DAFTAR PUSTAKA
Biodata Penulis
Abdul Haris lahir di Jember, 07
Januari 1971. Mengawali Pendidikan
Dasarnya di MIMA as-Salam Kencong
Jember (lulus tahun 1984), dan
melanjutkan di MTs al-Ma‟arif Kencong
Jember (lulus tahun 1987). Setamat
dari MTs langsung melanjutkan thalab
al-ilmi ke PGA Negeri Jember dan
dinyatakan lulus pada tahun 1990.
Mengawali Pendidikan Perguruan Tinggi di IAIN Malang
(sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Fakultas
Pendidikan Bahasa Arab (lulus tahun 1995) dan di tahun
yang sama, putera dari keluarga sederhana pasangan
alm. H. Muslim dan Ibu Siti Marwati mendapatkan
kesempatan mengikuti beasiswa Program Pascasarjana
(S2) di IAIN ar-Raniry Banda Aceh yang diberikan oleh
pemerintah dalam bidang studi Dirasat Islamiyah dan
lulus pada tahun 2000. Sedangkan gelar Doktornya ia
dapatkan di UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas
Syari‟ah dan lulus pada tahun 2014.
Kegiatan nyantri telah dimulainya sejak di Jember,
tepatnya di PP al-Fitriyah dan berlanjut di PP Nurul
Huda Malang dibawah bimbingan Alm.KH. Masduqi
Mahfud (Mantan Ra‟is Syuriyah PWNU Jawa Timur), dan
saat ini ia menjadi pengasuh PP al-Bidayah Tegal Besar
Jember. Sebagai dosen tetap di STAIN Jember, ia pernah
menjabat sebagai Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Arab.
Sejak beralih status menjadi IAIN Jember, ia diamanahi
sebagai Dekan Fakultas Ushuludin, Adab, dan
Humaniora.