Anda di halaman 1dari 22

MODUL

PATIEN SAFETY

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH KENDAL
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul patien safety ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
penyusunan mosul ini, semoga modul ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan modul ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi
maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sebagai koreksi dalam penulisan modul selanjutnya. Semoga modul ini bermanfaat, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Kendal, November 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Tujuan..............................................................................................
C. Rumusan Masalah............................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................
A. Cuci Tangan ....................................................................................
1. Definisi cuci tangan ..................................................................
2. Tujuan cuci tangan ...................................................................
3. Indikasi cuci tangan ..................................................................
4. Macam-macam cuci tangan ......................................................
5. Teknik cuci tangan ...................................................................
6. Prosedur enam langkah cuci tangan .........................................
B. Penggunaan alat proteksi diri ..........................................................
1. Definisi APD ............................................................................
2. Tujuan dan manfaat APD .........................................................
3. Jenis, fungsi, prosedur penggunaan APD ................................
C. Cara bekerja di ruang isolasi............................................................
1. Pengertian ruang isolasi ......................................................
2. Syarat ruang isolasi .............................................................
3. Macam-macam ruang isolasi ..............................................
4. Prinsip ruang isolasi ............................................................
5. Universal preacaution yang diterapkan di ruang isolasi .....
6. Prosedur perawatan di ruang isolasi ....................................
a. Persiapan sarana ..............................................................
b. Langkah awal masuk ke ruang isolasi ............................
D. Cara melakukan desinfeksi .............................................................
1. Pengertian desinfeksi ...............................................................
2. Pengertian desinfektan .............................................................
3. Persiapan desinfeksi .................................................................
4. System desinfeksi .....................................................................
a. Desinfeksi tingkat tinggi .....................................................
b. Desinfeksi tingkat sedang ...................................................
c. Desinfeksi tingkat rendah ....................................................
5. Proses desinfeksi ......................................................................
a. Desinfeksi pembukaan ........................................................
b. Desinfeksi udara ..................................................................
c. Desinfeksi permukaan lunak ...............................................
d. Desinfeksi pakaian ..............................................................
E. Cara melakukan sterilisasi ..............................................................
1. Definisi sterilisasi .....................................................................
2. Tujuan sterilisasi ......................................................................
3. Alat dan bahan ..........................................................................
4. Langkah-langkah ......................................................................
a. Dekontaminasi ....................................................................
b. Pencucian dan pembilasan ..................................................
c. Sterilisasi instrument ...........................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staff Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau
Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Nyaris Cedera (NC)
merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi
cidera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan
peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya). Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan
karena “underlying disease” atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap
diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang
sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan,
pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan
asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta
monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan
berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain. Dalam kenyataannya masalah medical
error dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, yang hanya terlihat
sedikit dibagian puncaknya namun besar diakarnya Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan
Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah
sakit di negara maju yang menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan,
tetapi juga rumah sakit di negara berkembang, seperti Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak utama
operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak rumah sakit di
Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan Keselamatan Pasien, namun
upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien.
Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan
spirit Keselamatan Pasien secara utuh. Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah
suatu sistem di rumah sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh
karena dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis
atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan
sistem yang seharusnya dilaksanakan secara normatif. Melihat lengkapnya urutan mekanisme
Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut, maka, jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit,
diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan
pasien (medical error, nursing error, dan lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.
B. Tujuan
1. Mengetahui Cuci Tangan
2. Mengetahui Penggunaan alat proteksi diri
3. Mengetahui Cara bekerja di ruang isolasi
4. Mengetahui Cara melakukan desinfeksi
5. Mengetahui Cara melakukan sterilisasi
C. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar Cuci Tangan
2. Bagaimana Penggunaan alat proteksi diri
3. Bagaimana Cara bekerja di ruang isolasi
4. Bagaimana Cara melakukan desinfeksi
5. Bagaimana Cara melakukan sterilisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cuci Tangan
1. Definisi cuci tangan
Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat
secara bersamaan dengan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan
air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme, (Suharyati samba, 2005).
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu sanitasi dengan membersihkan jari-jemari
dengan sabun dan air oleh manusia untuk menjadi lebih bersih dan memutuskan rantai
kuman, mencuci tangan pakai sabun dikenal juga sebagai pencegahan penyakit (Ratna
Eni, 2009).
2. Tujuan cuci tangan
Tujuan dari mencuci tangan pakai sabun adalah
a. Untuk mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare
b. Dapat mencegah infeksi kulit dan mata
c. Menghilangkan kuman yang tidak tampak di permukaan kulit
d. Membuat tangan bersih dan wangi, (buku panduan CTPS, 2010)
3. Indikasi cuci tangan
Ada beberapa hal penting untuk mencuci tangan dalam kegiatan sehari-hari, terutama
ketika di rumah seperti:
a. Sebelum makan
b. Selama dan setelah menyiapkan makanan
c. Sebelum dan setelah merawat orang sakit
d. Sebelum dan sesudah merawat luka
e. Setelah menggunakan toilet
f. Setelah mengganti popok dan membersihkan si kecil
g. Setelah bersin dan batuk
h. Setelah menyentuh sampah
i. Setelah membersihkan kotoran hewan
Berbeda ketika di rumah sakit yang terdapat five moment cuci tangan, yaitu :
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan
c. Setelah menyentuh cairan tubuh seperti darah, urin dan lainnya
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan pasien seperti tempat tidur pasien dan lainnya
4. Macam-macam cuci tangan
Cuci tangan medis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Cuci tangan sosial/mencuci tangan biasa :
Untuk menghilangkan kotoran dan mikroorganisme transien dari tangan dengan
sabun atau detergen paling tidak selama 10 sampai 15 detik.
b. Cuci tangan prosedural/cuci tangan aseptik :
Untuk menghilangkan atau mematikan mikroorganisme transien, disebut juga
antisepsi tangan, dilakukan dengan sabun antiseptik atau alkohol paling tidak
selama 10 sampai 15 detik.
c. Cuci tangan bedah/cuci tangan steril :
Proses menghilangkan atau mematikan mikroorganisme transien dan mengurangi
mikroorganisme residen, dilakukan dengan larutan antiseptik dan diawali dengan
menyikat paling tidak 120 detik.

5. Teknik mencuci tangan


Teknik mencuci tangan
a. Teknik mencuci tangan biasa
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan yang tidak mempunyai risiko penularan
penyakit.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap
wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit
(misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat
sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah medis atau kantung
pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta di
bawah plastik berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau
terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sarung tangan
(gloves), sabun cair atau cairan wastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk.
Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa adalah sebagai berikut :
a. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti
cincin atau jam tangan.
b. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang
nyaman.
c. Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya.
d. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan.
e. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua
telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling
menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari.
f. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
g. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara
bergantian, kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara
bergantian.
h. Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai
bersih, sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap
ke bawah.
i. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang
telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.
Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan tangan
dengan hand towel.
Enam Langkah Cuci Tangan :
a. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
b. Gosokan punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
c. Gosokan kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
d. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
e. Kemudian gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
f. Gosok dengan memutar ujung jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya.

B. Penggunaan alat proteksi diri


1. Definisi APD
Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir
dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. APD juga merupakan
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Perlengkapan pelindung diri termasuk semua pakaian dan aksesories
pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah penghalang terhadap
bahaya tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap di kontrol oleh pihak yang
bersangkutan, khususnya di sebuah tempat kerja.
2. Tujuan dan manfaat APD
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
a. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.
b. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
a. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
b. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
3. Jenis, fungsi penggunaan APD
a. Apron
Fungsi : Untuk melindungi diri / daerah yang tidak perlu penyinaran sinar-
x yang berhubungan dengan kegiatan pemeriksaan atau menggunakan
sinar-x.
Prosedur :
a. Pastikan apron dalam keadaan baik.
b. Pastikan Petugas (Radiolog & Radiografer) memakai apron ketika
melakukan pemeriksaan dengan pengamatan langsung (Flouroskopi).
c. Pastikan bagi keluarga pasien yang berada di ruang pemeriksaan rontgen
agar memakai apron.
d. Hadapkan bagian badan yang terlindungi apron ke arah sumber sinar.
b. Handsccon
Fungsi :sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi
yang dapat mengakibatkan cedera tangan.
Prosedur :
a. Potonglah kuku, jangan sampai kuku anda membuat robek handscoon
yang telah anda pakai
b. Lepaskan aksesoris seperti cincin, gelang dll
c. Cuci tangan dengan sabun
d. Keluarkan handscoon dari kemasan, kemudin robek bagian atas kemasan
dan ambilah handscoon.
e. Masukan tangan anda yang dominan terlebih dahulu, bila kanan lebih kuat
masukan tangan kanan terlebih dahulu.
f. Pastikan jari – jari tangan masuk ke dalam handscoon, rekat dan tidak
terkesan longgar.
g. Setelah pemakaian, diharapkan tidak menyentuh benda – benda yang
menimbulkan bakteri atau infeksi
c. Gown / Gaun
Fungsi : untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada
saat merawat pasien yang tidak diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui droplet / airbone.
Prosedur :
1) Pilih tipe dan ukuran yang sesuai
2) Letakan bagian yang terbuka dibelakang badan
3) Pastikan daerah leher dan pergelangan tangan terlindung dengan baik
4) Jika gaun terlalu kecil, letakan 2 gaun : gaun yang pertama ditali di depan
dan gaun yang ke-2 tali di belakang.
d. Kap
Fungsi : untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit agar guguran kulit
dan rambut tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan.
Prosedur : pilih penutup kepala yang sesuain dan penutup kepala ini dipakai
setelah memakai masker.
e. Pelindung kaki
Fungsi : untuk melindungi kaki dari cidera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Kebanyakan di lapisi
dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas,
cairan kimia, dan sebagainya.
Prosedur : pilih sepatu yang akan digunakan ( sepatu boot karet atau sepatu kulit
tertutup ), pilih ukuran yang sesuai agar bisa dipakai dengan nyaman.
f. Masker
Fungsi :sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
Prosedur :
1) Letakan masker menutupi hidung, mulut dan dagu.
2) Eratkan kawat mengikuti lekuk batang hidung
3) Tali dengan erat dibelakang kepala
4) Pastikan bahwa masker sudah menutup dengan sempurna
g. Goggles / Kaca mata
Fungsi : sebagai pelindung mata ketika pekerjaan yang sangat berbahaya
Prosedur : pilih kaca mata (goggles) yang sesuai, harus menutup dengan
sempurna seluruh area sekitar mata.
juga harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

C. Cara bekerja di ruang isolasi


1. Pengertian ruang isolasi
Ruang Isolasi adalah ruangan yang disediakan bagi pasien penderita
penyakit menular, ruang isolasi digunakan apabila di Rumah Sakit tertentu
terdapat pasien yang penderita penyakit menular sepertipenyakit yang
mengandung Virus HIV, Hepatitis B, TB Paru, dan bibit penyakit lainnya
yangditularkan melalui darah atau udara.

2. Syarat ruang isolasi


a. Ruangan dan alat-alat kesehatan yang akan digunakan harus steril
b. Ruangan tertutup atau terpisah dari ruangan pasien-pasien yang lainnya
c. Pengaturan Pencahayaan
d. Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk
ruang isolasiadalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru.Selain itu
ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup.
e. Pengaturan sirkulasi udara
f. Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan
prinsip tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.
3. Macam-macam isolasi
a. Isolasi ketat
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit
penyakit yang sangat virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara
maupun melalui kontak langsung. Cirinya adalah selain disediakan ruang
perawatan khusus bagi penderita juga bagi mereka yang keluar masuk
ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung tangan. Ventilasi
ruangan tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
b. Isolasi kontak
Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau
infeksi yang kurang serius, untuk penyakit-penyakit yang terutama
ditularkan secara langsung sebagai tambahan terhadap hal pokok yang
dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun penderita dengan
penyakit yang sama boleh dirawat dalam satu kamar, masker diperlukan
bagi mereka yang kontak secara langsung dengan penderita, lab jas
diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah atau kotoran dan
sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang infeksius.
c. Isolasi pernafasan;
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui
udara, diperlukan ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka
yang menderita penyakit yang sama boleh dirawat dalam ruangan yang
sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan,
pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita,
lab jas dan sarung tangan tidak diperlukan.
d. Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA)
Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau
gambaran radiologisnya menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang
diperlukan adalah kamar khusus dengan ventilasi khusus dan pintu
tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang dibutuhkan
masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke
ruangan perawatan, lab jas diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada
pakaian dan sarung tangan atidak diperlukan.
4. Prinsip ruang isolasi
a. Setiap pasien dengan penyakit Infeksi menular dan dianggap berbahaya
dirawat di ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit
bukan infeksi.
b. Penggunaan Alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan
petugas kesehatan terhadap pasien yang dirawat di kamar isolasi.
c. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan
penurunan sistem imun dikarenakan pengobatan atau penyakitnya, dirawat
di ruang (terpisah) isolasi rumah sakit.
d. Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat diruang rawat inap
biasa.
e. Pasien yang dirawat dirung isolasi, dapat di dipindahkaa keruang rawat
inap biasa apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut
petunjuk dokter penanggung jawap pasien.
Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :
a. Ruang ganti umum
b. Ruang bersih dalam
c. Stasi perawat
d. Ruang rawat pasien
e. Ruang dekontaminasi
f. Kamar mandi petugas

5. Universal Precaution yang diterapkan di ruang isolasi


Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi .
Secara garis besar, standar kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain :
a. Mencuci tangan
b. Memakai hand scoon
c. Memakai masker
d. Memakai baju khusus yang sudah disediakan di ruang isolasi
6. Prosedur perawatan di ruang isolasi
a. Persiapan sarana
b. Langkah awal masuk ke ruang isolasi
Dalam melaksanakan perawatan bagi pasien di ruang isolasi yang harus
dilakukan seorang perawat terlebih dahulu adalah ;
1) Mencuci tangan
2) Memakai Skort di pegang pada bahu sebelah dalam, kemudian
kedua lengan dimasukkan bersama-sama dan tali di ikatkan,
kemudian pakai hand scoon , masker dan APD (alat proteksi diri )
lainnya.
3) Setelah selesai pemeriksaan, Buka tali dan lepaskan skort dengan
cara memasukkan jari tangan kedalam lengan sehingga tidak
terkontaminasi
4) Jika skort di gantungkan di dalam kamar, lipat kebagian yang kotor
atau bagian luar (terbalik)
5) Setelah gantungkan skort, cuci tangan dengan bersih
6) Kemudian yang harus dilakukan perawat kepada pasien adalah ;
7) Senyum , salam , sapa (3 S)
8) Memberikan motivasi serta dukungan pada pasien dan bertanya
apakah ada keluhan yang dirasakan pasien.
9) Mengecek kesehatan pasien

D. Cara melakukan desinfeksi


1. Pengertian desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan
apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan
pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk
mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
2. Pengertian Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga
untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda
mati.
3. Persiapan desinfeksi
a. Persiapan Ruangan :
1) Hitung volume ruangan yang akan dilakukan desinfeksi;
2) Kosongkan ruangan yang akan dilakukan desinfeksi.
b. Persiapan Bahan dan APD :
1) Siapkan APD (Kacamata/Pelindung mata, Masker, Sarung tangan
karet/handscoon, pakaian lapangan);
2) Untuk desinfeksi dapat menggunakan larutan pemutih rumah
tangga yang diencerkan, larutan alkohol 70%, atau disinfektan
rumah tangga terdaftar;
3) Larutan Chlorin encer (0,05%) dapat digunakan untuk desinfeksi
dalam ruangan. Jangan sekali-kali mencampur pemutih rumah
tangga dengan amonia atau pembersih lainnya. Pastikan produk
tidak melewati tanggal kedaluwarsa. Pemutih rumah tangga yang
tidak kadaluwarsa akan efektif melawan virus corona bila
diencerkan dengan benar;
4) Siapkan larutan pemutih dengan mencampurkan 5 sendok makan
(1/3 gelas) pemutih per galon air atau 4 sendok teh pemutih per
liter air.
c. Cara membersihkan dan mendisinfeksi permukaan:
1) Gunakan sarung tangan sekali pakai saat membersihkan dan
mendisinfeksi permukaan. Sarung tangan harus dibuang setelah
setiap pembersihan. Jika menggunakan sarung tangan yang dapat
digunakan kembali, sarung tangan tersebut harus digunakan khusus
untuk membersihkan dan mendesinfeksi permukaan COVID-19
dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain;
2) Permukaan yang kotor harus dibersihkan dahulu menggunakan
deterjen/sabun dan air sebelum desinfeksi;
3) Bersihkan dan desinfeksi permukaan yang sering disentuh setiap
hari (misalnya meja, kursi, gagang pintu, pegangan tangga,
komputer dan keyboard, remote, toilet, wastafel, dsb);
4) Untuk permukaan lunak (keropos) seperti lantai berkarpet,
permadani, dan tirai, singkirkan kotoan yang terlihat dan bersihkan
dengan pembersih yang sesuai untuk penggunaan pada permukaan
ini. Setelah dibersihkan, mencuci barang sesuai dengan instruksi
pabrik. Jika memungkinkan, cucilah benda-benda dengan
menggunakan air yang paling hangat yang sesuai
5) Cuci tangan segera setelah sarung tangan dilepas.
a. Setelah dilakukan desinfeksi, tutup ruangan selama 2 jam. Setelah
itu ruangan dapat dibuka kembali dan digunakan untuk
beraktifitas. an Disinfeksi

4. Sistem desinfeksi
a. Desinfeksi tingkat tinggi
Desinfeksi tingkat tinggi adalah suatu proses yang mengeliminasi semua
organisme kecuali sebagian besar populasi endospora bakteri. Sebagian
desinfektan tingkat tinggi juga dapat digolongkan sebagai sterilant apabila
kontak berkepanjangan dapat membunuh semua endospora bakteri.
b. Desinfeksi tongkat sedang
Desinfeksi tingkat sedang menyebabkan inaktivasi bakteri vegetatif,
termasuk mikrobakterium (Mycobacterium tuberculosis), sebaian besar
virus dan sebagian besar jamur, tetapi tidak membunuh spora bakteri.
Desinfeksi tingkat rendah dan sedang digunakan untuk permukaan dan
alat – alat nonkritis dalam pelayanan kesehatan.
c. Desinfeksi tingkat rendah
Desinfeksi tingkat rendah membunuh semua bakteri vegetatif serta
sebagian virus dan jamur, tetapi tida diharapkan mampu membunuh
mikrobakterium atau spora.
5. Proses Desinfeksi
a. Desinfeksi Permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa
kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh
virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh
virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
1) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Lalu siapkan larutan disinfektan yang sudah diencerkan sesuai
takaran. Siapkan tisu, kain mikrofiber (MOP), pel dan botol
sprayer.
2) Lakukan General Cleaning dengan membersihkan permukaan
barang dengan air sabun/detergen dengan menggunakan lap.
3) Bagi penggunaan kain mikrofiber (MOP), rendam kain mikrofiber
(MOP) kedalam air yang berisi cairan disifektan.
4) Lakukan pengelapan pada lingkungan permukaan datar dan
biarkan tetap basah selama 10 menit.
5) Bagi penggunaan botor sprayer, isi botol dengan cairan disinfektan
yang telah diencerkan.
Ambil 2 lembar tisu dan dilipat 2 atau 4. Semprotkan cairan
disinfektan pada tisu dan lakukan pengelapan secara zig-zag atau
memutar dari tengah keluar.
6) Untuk disinfeksi ventilasi buatan, sebelum dinyalakan lakukan
penyemprotan pada Evaporator, Blower, dan penyaring udara
(filter)dengan botol sprayer yang telah berisi cairan disinfektan.
Dilanjutkan dengan disinfeksi pada permukaan chasing indoor AC.
Pada AC Sentral dilakukan disinfeksi permukaan pada mounted
dan kisi-kisi exhaust dan tidak perlu dibilas.
7) Untuk disinfeksi peralatan pribadi, dapat menggunakan cairan
disinfektan personal pada saat sebelum digunakan.
8) Lepaskan APD dan lanjutkan dengan cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
9) Frekuensi disinfeksi ini dilaksanakan rutin minimal 2-3 kali sehari.
Dengan maksimal disinfeksi setiap 2 jam sekali.
b. Desinfeksi Udara
Jenis disinfeksi yang dapat digunakan adalah Hydrogen Peroxide dan
menggunakan alat berjenis Dry Mist Disinfection
Proses disinfeksi adalah sebagai berikut:
1) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
2) Persiapkan alat Dry Mist Disinfection dengan catridge yang telah
berisi cairan Hidrogen Peroksida
3) Atur konsentrasi disinfektan sesuai dengan luas ruangan dan waktu
pemaparan maksimal 30 menit.
4) Letakkan alat ini di sudut ruangan dan arahkan noozle ke tengah
ruangan. Pastikan tidak ada orang dalam melakukan disfinfeksi
udara ini. Nyalakan alat dan tinggalkan ruangan. Biarkan alat ini
selesai bekerja secara otomatis.
5) Apabila tidak memiliki Dry Mist Disinfection, bisa juga dilakukan
dengan menggunakan sprayer gendong secara manual, dengan
menyemprotkan keliling ruangan.
6) Ruangan dapat digunakan kembali setelah 60 menit.
7) Lepaskan APD dan lanjutkan dengan cuci tangan pakai sabun dan
air mengalir. Frekuensi disinfeksi ini dilaksanakan sebelum dan
sesudah memakai ruangan, atau dua kali sehari.
c. Desinfeksi Permukaan Lunak
Disinfeksi yang dimaksud adalah untuk lantai berkarpet/permadai dan
tirai.
1) Mencuci barang sesuai dengan instruksi pabrik.
2) Jika memungkinkan, cucilah benda-benda dengan menggunakan
air yang paling hangat yang sesuai, atau,
3) Gunakan produk dengan klaim patogen virus baru yang disetujui
yang cocok untuk permukaan berpori.
d. Desinfeksi Pakaian
Disinfeksi yang dimaksud adalah untuk pakaian, handuk, linen, atau bekas
sarung tangan yang telah dipakai untuk disinfeksi.
1) Jangan mengaduk cucian kotor. Ini akan meminimalkan
kemungkinan penyebaran virus melalui udara.
2) Mencuci barang sesuai dengan instruksi pabrik. Jika
memungkinkan, cucilah benda-benda menggunakan pengaturan air
yang paling hangat dan tepat untuk barang-barang tersebut dan
keringkan sepenuhnya. Cucian kotor dari orang sakit dapat dicuci
dengan barang orang lain.
3) Membersihkan dan mendisinfeksi keranjang atau tas pakaian
sesuai dengan panduan disinfeksi untuk permukaan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Panduan Penyelenggaraan Hari Cuci Tangan Sedunia.


Doenges, Marilynn E,dkk.1999, Rencana Asuhan Keperawatan: untuk Perencanaan dan
Pendokumentasikan Perawatan Pasien.Jakarta: EGC.
http://makalahpendidikanteknikmesin.blogspot.com/2012/03/aalat-pelindung-diri-untuk-
memenuhi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Alat_pelindung_diri
http://lindariski.blogspot.com/2010/04/makalah-apd.html
Kusyanti,Eni,S.Kep.Ns,dkk.2006.Keterampilan dan Prosedur Labolatorium.Jakarta;EGC
Perry,dkk.2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar .Jakarta;EGC
Ratna E. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Nuha Medika, Yogyakarta.
Samba, Suharyati. 2005. Buku Praktek Kebidanan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai