PATIEN SAFETY
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul patien safety ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
penyusunan mosul ini, semoga modul ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan modul ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi
maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sebagai koreksi dalam penulisan modul selanjutnya. Semoga modul ini bermanfaat, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.
A. Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staff Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau
Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Nyaris Cedera (NC)
merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi
cidera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan
peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya). Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan
karena “underlying disease” atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap
diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang
sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan,
pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan
asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta
monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan
berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain. Dalam kenyataannya masalah medical
error dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, yang hanya terlihat
sedikit dibagian puncaknya namun besar diakarnya Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan
Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah
sakit di negara maju yang menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan,
tetapi juga rumah sakit di negara berkembang, seperti Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak utama
operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak rumah sakit di
Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan Keselamatan Pasien, namun
upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien.
Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan
spirit Keselamatan Pasien secara utuh. Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah
suatu sistem di rumah sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh
karena dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis
atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan
sistem yang seharusnya dilaksanakan secara normatif. Melihat lengkapnya urutan mekanisme
Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut, maka, jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit,
diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan
pasien (medical error, nursing error, dan lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.
B. Tujuan
1. Mengetahui Cuci Tangan
2. Mengetahui Penggunaan alat proteksi diri
3. Mengetahui Cara bekerja di ruang isolasi
4. Mengetahui Cara melakukan desinfeksi
5. Mengetahui Cara melakukan sterilisasi
C. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar Cuci Tangan
2. Bagaimana Penggunaan alat proteksi diri
3. Bagaimana Cara bekerja di ruang isolasi
4. Bagaimana Cara melakukan desinfeksi
5. Bagaimana Cara melakukan sterilisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cuci Tangan
1. Definisi cuci tangan
Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat
secara bersamaan dengan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan
air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme, (Suharyati samba, 2005).
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu sanitasi dengan membersihkan jari-jemari
dengan sabun dan air oleh manusia untuk menjadi lebih bersih dan memutuskan rantai
kuman, mencuci tangan pakai sabun dikenal juga sebagai pencegahan penyakit (Ratna
Eni, 2009).
2. Tujuan cuci tangan
Tujuan dari mencuci tangan pakai sabun adalah
a. Untuk mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare
b. Dapat mencegah infeksi kulit dan mata
c. Menghilangkan kuman yang tidak tampak di permukaan kulit
d. Membuat tangan bersih dan wangi, (buku panduan CTPS, 2010)
3. Indikasi cuci tangan
Ada beberapa hal penting untuk mencuci tangan dalam kegiatan sehari-hari, terutama
ketika di rumah seperti:
a. Sebelum makan
b. Selama dan setelah menyiapkan makanan
c. Sebelum dan setelah merawat orang sakit
d. Sebelum dan sesudah merawat luka
e. Setelah menggunakan toilet
f. Setelah mengganti popok dan membersihkan si kecil
g. Setelah bersin dan batuk
h. Setelah menyentuh sampah
i. Setelah membersihkan kotoran hewan
Berbeda ketika di rumah sakit yang terdapat five moment cuci tangan, yaitu :
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan
c. Setelah menyentuh cairan tubuh seperti darah, urin dan lainnya
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan pasien seperti tempat tidur pasien dan lainnya
4. Macam-macam cuci tangan
Cuci tangan medis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Cuci tangan sosial/mencuci tangan biasa :
Untuk menghilangkan kotoran dan mikroorganisme transien dari tangan dengan
sabun atau detergen paling tidak selama 10 sampai 15 detik.
b. Cuci tangan prosedural/cuci tangan aseptik :
Untuk menghilangkan atau mematikan mikroorganisme transien, disebut juga
antisepsi tangan, dilakukan dengan sabun antiseptik atau alkohol paling tidak
selama 10 sampai 15 detik.
c. Cuci tangan bedah/cuci tangan steril :
Proses menghilangkan atau mematikan mikroorganisme transien dan mengurangi
mikroorganisme residen, dilakukan dengan larutan antiseptik dan diawali dengan
menyikat paling tidak 120 detik.
4. Sistem desinfeksi
a. Desinfeksi tingkat tinggi
Desinfeksi tingkat tinggi adalah suatu proses yang mengeliminasi semua
organisme kecuali sebagian besar populasi endospora bakteri. Sebagian
desinfektan tingkat tinggi juga dapat digolongkan sebagai sterilant apabila
kontak berkepanjangan dapat membunuh semua endospora bakteri.
b. Desinfeksi tongkat sedang
Desinfeksi tingkat sedang menyebabkan inaktivasi bakteri vegetatif,
termasuk mikrobakterium (Mycobacterium tuberculosis), sebaian besar
virus dan sebagian besar jamur, tetapi tidak membunuh spora bakteri.
Desinfeksi tingkat rendah dan sedang digunakan untuk permukaan dan
alat – alat nonkritis dalam pelayanan kesehatan.
c. Desinfeksi tingkat rendah
Desinfeksi tingkat rendah membunuh semua bakteri vegetatif serta
sebagian virus dan jamur, tetapi tida diharapkan mampu membunuh
mikrobakterium atau spora.
5. Proses Desinfeksi
a. Desinfeksi Permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa
kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh
virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh
virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
1) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Lalu siapkan larutan disinfektan yang sudah diencerkan sesuai
takaran. Siapkan tisu, kain mikrofiber (MOP), pel dan botol
sprayer.
2) Lakukan General Cleaning dengan membersihkan permukaan
barang dengan air sabun/detergen dengan menggunakan lap.
3) Bagi penggunaan kain mikrofiber (MOP), rendam kain mikrofiber
(MOP) kedalam air yang berisi cairan disifektan.
4) Lakukan pengelapan pada lingkungan permukaan datar dan
biarkan tetap basah selama 10 menit.
5) Bagi penggunaan botor sprayer, isi botol dengan cairan disinfektan
yang telah diencerkan.
Ambil 2 lembar tisu dan dilipat 2 atau 4. Semprotkan cairan
disinfektan pada tisu dan lakukan pengelapan secara zig-zag atau
memutar dari tengah keluar.
6) Untuk disinfeksi ventilasi buatan, sebelum dinyalakan lakukan
penyemprotan pada Evaporator, Blower, dan penyaring udara
(filter)dengan botol sprayer yang telah berisi cairan disinfektan.
Dilanjutkan dengan disinfeksi pada permukaan chasing indoor AC.
Pada AC Sentral dilakukan disinfeksi permukaan pada mounted
dan kisi-kisi exhaust dan tidak perlu dibilas.
7) Untuk disinfeksi peralatan pribadi, dapat menggunakan cairan
disinfektan personal pada saat sebelum digunakan.
8) Lepaskan APD dan lanjutkan dengan cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
9) Frekuensi disinfeksi ini dilaksanakan rutin minimal 2-3 kali sehari.
Dengan maksimal disinfeksi setiap 2 jam sekali.
b. Desinfeksi Udara
Jenis disinfeksi yang dapat digunakan adalah Hydrogen Peroxide dan
menggunakan alat berjenis Dry Mist Disinfection
Proses disinfeksi adalah sebagai berikut:
1) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
2) Persiapkan alat Dry Mist Disinfection dengan catridge yang telah
berisi cairan Hidrogen Peroksida
3) Atur konsentrasi disinfektan sesuai dengan luas ruangan dan waktu
pemaparan maksimal 30 menit.
4) Letakkan alat ini di sudut ruangan dan arahkan noozle ke tengah
ruangan. Pastikan tidak ada orang dalam melakukan disfinfeksi
udara ini. Nyalakan alat dan tinggalkan ruangan. Biarkan alat ini
selesai bekerja secara otomatis.
5) Apabila tidak memiliki Dry Mist Disinfection, bisa juga dilakukan
dengan menggunakan sprayer gendong secara manual, dengan
menyemprotkan keliling ruangan.
6) Ruangan dapat digunakan kembali setelah 60 menit.
7) Lepaskan APD dan lanjutkan dengan cuci tangan pakai sabun dan
air mengalir. Frekuensi disinfeksi ini dilaksanakan sebelum dan
sesudah memakai ruangan, atau dua kali sehari.
c. Desinfeksi Permukaan Lunak
Disinfeksi yang dimaksud adalah untuk lantai berkarpet/permadai dan
tirai.
1) Mencuci barang sesuai dengan instruksi pabrik.
2) Jika memungkinkan, cucilah benda-benda dengan menggunakan
air yang paling hangat yang sesuai, atau,
3) Gunakan produk dengan klaim patogen virus baru yang disetujui
yang cocok untuk permukaan berpori.
d. Desinfeksi Pakaian
Disinfeksi yang dimaksud adalah untuk pakaian, handuk, linen, atau bekas
sarung tangan yang telah dipakai untuk disinfeksi.
1) Jangan mengaduk cucian kotor. Ini akan meminimalkan
kemungkinan penyebaran virus melalui udara.
2) Mencuci barang sesuai dengan instruksi pabrik. Jika
memungkinkan, cucilah benda-benda menggunakan pengaturan air
yang paling hangat dan tepat untuk barang-barang tersebut dan
keringkan sepenuhnya. Cucian kotor dari orang sakit dapat dicuci
dengan barang orang lain.
3) Membersihkan dan mendisinfeksi keranjang atau tas pakaian
sesuai dengan panduan disinfeksi untuk permukaan.
DAFTAR PUSTAKA