1. Pra Kemerdekaan
a. Masa Pemerintahan Kerajaan
Tradisi korupsi yang tiada henti karena didorong oleh motif
kekuasaan, kekayaan dan wanita
Perebutan kekuasaan di Kerajaan Singosari (sampai tujuh turunan
saling membalas dendam berebut kekuasaan; Anusopati-Tohjoyo-
Ranggawuni-Mahesa Wongateleng dan seterusnya)
Majapahit (pemberontakan Kuri,Narnbi, Suro dll)
Demak (Joko Tingkir dengan Haryo Penangsang)
Banten ( Sultan haji merebut tahta dari ayahnya Sultan Agung
Tirtayasa)
Perlawanan rakyat terhadap Belanda dan seterusnya sampai
terjadinya beberapa kali peralihan kekuasaan di Nusantara telah
mewarnai Sejarah Korupsi dan kekuasaan di Indonesia
Kehancuran Kerajaan besar (Sriwijaya, Majapahit dan Mataram)
adalah karena prlaku korup dari Sebagian besar bangsawannya.
Sriwijaya diketahui berakhir karena tidak adanya pengganti atau
enerus Kerajaan sepeninggal Bala Putra Dewa
Majapahit diketahui hancur karena adanya perang tanding saudara
(perang paregreg) sepeninggal Mapatih Gajah Mada
Mataram lemah dan semakin tidak punya gigi karena dipecah
belah dan dipreteli gigi taring oleh Belanda.
b. Orde Baru
Pada masa pemerintah Orde baru, pemerintah menerbitkan
Keppres No. 28 Tahun 1967 ttg Pembentukan Ti Pemberantasan
Korupsi (TPK) Dalam pelaksaanaannya Tim tidak bisa melakukan
pemberantadasn korupsi secara maksimal, bahkan bisa dikatakan
hamper tidak berfungsi. Peraturan ini malajh memicu berbagai
protes dan deminstrasi mulai tahun 1969 dan puncaknya 1970 yang
kemudian ditandai dengan dibentuknya Komisi IV yang bertugas
menganalisa permasalahan dalam birokrasi dan tokoh tua yang
dianggap bersih dan berwibawa Prof. Johannes, IJ kasimo,Mr
Wiloo dan A.Tjokroaminoto. tugasnya yang utama adalah
membersihkan atara lain: Departemen Agama, Bulog CV.
Waringin, PT Mantrust,Telkom dan Pertamina. Namun komite ini
hanya menjadi macan ompong karena hasil temuannya terkait
dugaan korupsi Pertamina tak direspon oleh pemerintah.
Masih tahun yang sama, mantan wakil presiden RI. Bung Hatta
memuncukkan wacana bahwa korupsi telah membudaya di
Indonesia. Pada hal lanjut Hatta koripsi telah mebjadi perilaku
sebuah rezm baru yang diipimpin Soekarno, padahal rezim ini
masih begitu muda. Hatta seperti merasakan cita cita RI telah
dikhianati dalam masa yang masih sangat muda. Ahli Sejarah JJ
Rizal mengungkapkan:” Hatta saat itu merasa cita cita negara
tekah dikhianati daan lebih parah karena korupsi itu justru seperti
diberi fasilitas. Padahal menutut dia taka da kompromi apaun
dengan korupsi”. (dikutip dari Anti Corruption Clearing House -
ACCH)
Ketika Laksaman Sudomo diangkat sebagai Pangkopkambtib,
dibentuyklah Opstib( Operasi tertib) dengan tugas antara lain juga
membernatas korupsi. Kebiajakan ini hanya melahirkan sinisme
dimasyarakat. Tak lama setelah OPstib terbentuk, suatu Ketika
timbul perbedaan pendapat yang cukup tajam aanatar laksamana
Sudomo dengan jenderal AH. Nasution, hal itu menytangkut
pe,ilihan metode atau cara pemberantasan korupsi. Jenderal AH
nasution berpendapat bahwa apabila ingin berhasil dalam
memberantas korupsi harus dimulai dari atas. Beliau menyarankan
kepada laksamana Sudomo agar memulai dari diri sendiri. Seiring
dengan berjalannya waktu Opstib pun hilang tanpa bekas sama
sekali.
Orde baru dibilang paling banyak mengeluarkan peraturan karena
orde baru masa yang Panjang namun tidak banyak peraturan yang
berlaku efektif dan membuat korupsi sedikit berkirang. Harii
Kemerdekaan 17 Agustus 1970 Soeharto mengeluarkan UU No. 3
Tahun 1971 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Aturan ini
mengatur pidana penjara maksimun seumur hidup serta denda
maksimun 30 juta bagi semua delik yang dikategori
korupsi.GBHN yang beisi salah satunya adalah kemauan rakyat
untuk memberantas korupsi. Namun pelaksanaan GBHN ini bocor
karena penglolaan negara diwarnai banyak kecurangan dan
kebocoran anggaran negara disemua sektor tanpa ada control sama
sekali.(dikutip dari Anti Corrption Clearing House-ACCH)
Organ-organ negara seperti parlemen yang memiliki fungsi
pengawasan dibuat lemah, anggaran DPR ditentukan oleh
pemerintah sehiingga fungsi pengawasan tak ada lagi. Lembaga
yudukatif pun dibuat serupa oleh rezim orde baru sehingga tak ada
kekuatan yang tersisa untuk bisa mengadili kasus kasus korupsi
secara independent. Kekuatan masyarakat sipil dimandulkan.
Penguasa Orde baru secara perlahan membatasi ruang gerak
masyarkat dan melakukan intervensi demi mempertahankan
kekuasaannya.
Beberpa Peraturan yang dibuat Orde Baru terkait pemberantasan
Tindak pidana korupsi :
a. GBHN tahun 1973 ttg Kebijakan Aparatur yang berwibawa dan
bersih dalam pengelolaan negara
b. GBHN TAhun 1978 ttg Kebijakan dan Langkah Langkah dalam
rangka penertiban aparatur negara dan masalah korupsi,
penyalahgunaan wewenangm kebocoran dan pemborosan
kekayaan dan keuangan negara, pungutan liar dan berbagai
bentuk penyelwengan lainnya yang mengambat pelaksaanaan
pembangunan
c. UU no 3 tahun 1971 Ttg Tindak pidana Korupsi
d. Keppres No, 52 Tahun 1971 ttg Pelaporan Pajak para pejabat
dan PNS
e. Inpres No. 9 Tahun 1977 Ttg Operasi Penertiban
f. UU Niomor 11 Tahun 1980 Ttg Tindak Pidana Suap.
c. Reformasi