Anda di halaman 1dari 50

ETIKA DAN ANTI KORUPSI

PERTEMUAN 9
KORUPSI
 Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” yang kemudian dikenal
istilah “corruption, corrupt” dalam bahasa Inggris dan “corruptie/korruptie” dalam
bahasa Belanda. Berikut beberapa pengertian tentang korupsi.
I. Pengertian Korupsi Secara Harfiah
Secara harfiah kata korupsi memiliki arti kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, dan peyimpangan dari kesucian.
II. Pengertian Korupsi dalam Kamus Umum Arab-Indonesia
Dalam kamus ini terdapat kata “risywah” yang artinya sama dengan korupsi.
Secara etimologis “risywah” (suap) secara etimologis berarti pemberian yang
diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh
kedudukan.
III. Pengertian Korupsi dalam Perbendaharaan Kata Bahasa Indonesia
Korupsi adalah kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan
dan ketidakjujuran (S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Korupsi adalah
perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya (WJS Poerwadarminta: 1976).
IV. Pengertian Korupsi Menurut Muhammad Ali
Menurut Muhammad Ali (1998) korup, korupsi, dan koruptor adalah:
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi adalah perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya; dan
3. Koruptor adalah orang yang melakukan korupsi.
V. Pengertian Korupsi Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio
Corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan
keuangan negara.
VI. Pengertian Menurut Oxford Dictionary
Korupsi adalah penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan
tugas-tugas public dengan penyuapan atau balas jasa.
VII. Pengertian Menurut The World Bank
Corruption is the abuse of public power for private gain.
Simpulannya, korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak serta
menyangkut sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut
RANSELKU TIRAMISU 2020 1
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan


karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik, dan penempatan keluarga
atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Korupsi adalah suatu perilaku terkait penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan yang
dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi/kelompok dengan melanggar
hukum/menyimpang dari norma atau moral yang terjadi atau dilakukan dalam public
office setting (lembaga pemerintah) maupun private office setting (korporasi swasta).

 Bentuk-Bentuk Korupsi
Menurut Buku Saku yang dikeluarkan oleh KPK bentuk bentuk korupsi terbagi menjadi
tujuh (Buku Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi: p.25):
I. Kerugian Keuangan Negara
II. Suap Menyuap
III. Penggelapan dalam Jabatan
IV. Pemerasan
V. Perbuatan Curang
VI. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
VII. Gratifikasi

 Sejarah Pemberantasan Korupsi di Indonesia


MASA PERILAKU KORUPSI DAN UPAYA PEMBERANTASAN
MASA • “Budaya-tradisi korupsi” yang didorong oleh motif kekuasaan,
PEMERINTAHAN kekayaan, dan wanita.
KERAJAAN (PRA • Perebutan kekuasaan di Kerajaan Singosari (Anusopati-Tohjoyo-
KEMERDEKAAN) Ranggawuni dst).
• Majapahit (Pemberontakan Kuti, Suro, dll).
• Demak (Joko Tingkir dengan Haryo Penangsang).
• Banten (Sultan Haji merebut tahta ayahnya).
• Kehancuran kerajaan-kerajaan besar karena perilaku korup dari
kebanyakan bangsawannya (Sriwijaya, berakhir karena tidak
adanya pengganti/penerus kerajaan setelah Balaputra Dewa);
Majapahit, hancur karena adanya perang saudara / perang
paregreg sepeninggal Maha Patih Gajah Mada; Mataram, terpecah
belah karena Belanda).
MASA • Tahun 1755-1758 VOC memecah belah Mataram dengan Perjanjian
KOLONIAL Giyanti.
BELANDA • Dalam buku History of Java karya Thomas Stamford Raffles
dikatakan penduduk Jawa sangat pasrah terhadap keadaan.
Namun, mempunyai keinginan untuk lebih dihargai oleh orang lain.
Tidak terus terang, suka menyembunyikan persoalan, dan
mengambil sesuatu keuntungan atau kesempatan di kala orang lain

RANSELKU TIRAMISU 2020 2


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

tidak mengetahui. Ada bangsawan yang gemar menumpuk harta,


memelihara sanak (abdi dalem) yang pada umumnya lebih suka
mendapat atau mencari perhatian majikannya sehingga abdi dalem
suka mencari muka atau berperilaku oportunis.
• Raja lebih suka disanjung, dihorrnati, dihargai dan tidak suka
menerima kritik dan saran.
• Raja dan lingkaran kaum bangsawan mendominasi sumber-sumber
ekonomi di masyarakat. Rakyat umumnya “dibiarkan” miskin,
tertindas, tunduk dan harus menuruti apa kata, kemauan atau
kehendak “penguasa”.
• Budaya yang sangat tertutup dan penuh “keculasan” turut
menyuburkan “budaya korupsi” di Nusantara. Abdi dalem juga
melakukan “korup” dalam mengambil “upeti” (pajak) dari rakyat
yang akan diserahkan kepada Demang (Lurah). Demang
menyerahkan kepada Tumenggung. Abdi dalem di
Katemenggungan setingkat kabupaten atau propinsi juga
mengkorup harta yang akan diserahkan kepada Raja/Sultan.
• Kebiasaan mengambil “upeti” dari rakyat kecil yang dilakukan oleh
Raja Jawa ditiru oleh Belanda ketika menguasai Nusantara (1800-
1942). Akibat kebijakan itulah banyak terjadi perlawanan-
perlawanan rakyat terhadap Belanda. Sebut saja misalnya
perlawanan Diponegoro (1825-1830), Imam Bonjol (1821-1837), dan
lain-lain.
• Penindasan penduduk pribumi (rakyat Indonesia yang terjajah) juga
dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Sebut saja misalnya kasus
penyelewengan pada pelaksanaan Sistem “Cultuur Stelsel (CS)”
yang secara harfiah berarti Sistem Pembudayaan. Walaupun tujuan
utama sistem itu adalah membudayakan tanaman produktif di ma-
syarakat agar hasilnya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan memberi kontribusi ke kas Belanda, namun
kenyataannya justru sangat memprihatinkan.

ORDE LAMA • Dibentuk badan pemberantasan korupsi, Panitia Retooling Aparatur


(PASCA Negara (PARAN) berdasarkan UU Keadaan Bahaya, dipimpin oleh
KEMERDEKAAN) A.H. Nasution dan dibantu oleh dua orang anggota yakni Prof M
Yamin dan Roeslan Abdulgani. Namun pemerintah pada waktu itu
setengah hati menjalankannya.
• Pejabat pemerintah diharuskan mengisi formulir yang disediakan
(istilah sekarang: daftar kekayaan pejabat negara). Dalam
perkembangannya, kewajiban pengisian formulir tersebut
RANSELKU TIRAMISU 2020 2
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

mendapat reaksi keras dari para pejabat. Mereka berdalih agar


formulir itu tidak diserahkan kepada Paran tetapi langsung kepada
Presiden.
• Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden No 275 Tahun 1963, upaya
pemberantasan korupsi kembali digalakkan. A.H. Nasution yang
menjabat sebagai Menkohankam/ Kasab dibantu oleh Wiryono
Prodjodikusumo. Tugasnya yaitu meneruskan kasus-kasus korupsi
ke meja pengadilan. Lembaga ini kemudian dikenal dengan istilah
“Operasi Budhi”. Sasarannya adalah perusahaan-perusahaan
negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang dianggap
rawan praktik korupsi dan kolusi. Operasi Budhi juga mengalami
hambatan.
• Soebandrio mengumumkan pembubaran Paran/Operasi Budhi yang
kemudian diganti namanya menjadi Kotrar (Komando Tertinggi
Retooling Aparat Revolusi). Presiden Sukarno menjadi ketuanya
dibantu oleh Soebandrio dan Letjen Ahmad Yani. Sejarah kemudian
mencatat pemberantasan korupsi pada masa itu akhirnya
mengalami stagnasi.
• Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi dijalankan,
keuangan negara dapat diselamatkan sebesar kurang lebih Rp 11
miliar, jumlah yang cukup signifikan untuk kurun waktu itu. Karena
dianggap mengganggu prestise Presiden, akhirnya Operasi Budhi
dihentikan.
ORDE BARU • Dibentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa
Agung.
• Tahun 1970, terdorong oleh ketidakseriusan TPK dalam
memberantas korupsi seperti komitmen Soeharto, mahasiswa dan
pelajar melakukan unjuk rasa memprotes keberadaan TPK.
• Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog, Pertamina,
Departemen Kehutanan banyak disorot masyarakat karena
dianggap sebagai sarang korupsi. Maraknya gelombang protes dan
unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggapi
Soeharto.
• Dibentuk Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang
dianggap bersih dan berwibawa seperti Prof Johannes, I.J Kasimo,
Mr Wilopo dan A Tjokroaminoto. Tugas utama adalah
membersihkan antara lain Departemen Agama, Bulog, CV Waringin,
PT Mantrust, Telkom, dan Pertamina. Namun kornite ini hanya
“macan ompong” karena hasil temuannya tentang dugaan korupsi
di Pertamina tak direspon pemerintah.
• Ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib,

RANSELKU TIRAMISU 2020 3


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

dibentuklah Opstib (Operasi Tertib) dengan tugas antara lain juga


memberantas korupsi. Kebijakan ini hanya melahirkan sinisme di
masyarakat. Tak lama setelah Opstib terbentuk, timbul perbedaan
pendapat yang tajam antara Sudomo dengan Nasution. Hal itu
menyangkut pemilihan metode atau cara pemberantasan korupsi,
Nasution berpendapat apabila ingin berhasil dalam memberantas
korupsi, harus dimulai dari atas. Nasution juga menyarankan
kepada Laksamana Sudomo agar memulai dari dirinya. Seiring
dengan berjalannya waktu, Opstib pun hilang tanpa bekas sama
sekali.
REFORMASI • Pada Era Reformasi hampir seluruh elemen penyelenggara negara
sudah terjangkit “Virus Korupsi” yang sangat ganas.
• Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN
berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti
KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman.
• Presiden Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000 Namun di tengah semangat
menggebu-gebu untuk rnemberantas korupsi dari anggota tim,
melalui suatu judicial review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya
dibubarkan. Sejak itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam
upaya pemberantasan KKN.
• Di samping membubarkan TGPTPK, Presiden Gus Dur juga dianggap
tidak bisa menunjukkan kepemimpinan yang dapat mendukung
upaya pemberantasan korupsi.
• Proses pemeriksaan kasus dugaan korupsi yang melibatkan
konglomerat Sofyan Wanandi dihentikan dengan Surat Perintah
Penghentian Penyidikan (SP3) dari Jaksa Agung Marzuki Darusman.
Akhirnya, Gus Dur didera kasus Buloggate.
• Di masa pemerintahan Megawati, wibawa hukum semakin
merosot, di mana yang menonjol adalah otoritas kekuasaan.
• Konglomerat bermasalah bisa mengecoh aparat hukum dengan
alasan berobat ke luar negeri. Pemberian SP3 untuk Prajogo
Pangestu, Marimutu Sinivasan, Sjamsul Nursalim, The Nien King,
lolosnya Samadikun Hartono dari jeratan eksekusi putusan MA,
pemberian fasilitas MSAA kepada konglomerat yang utangnya
macet, menjadi bukti kuat bahwa elit pemerintahan tidak serius
dalam upaya memberantas korupsi. Masyarakat menilai bahwa
pemerintah masih memberi perlindungan kepada para pengusaha
besar yang notabene memberi andil bagi kebangkrutan
RANSELKU TIRAMISU 2020 4
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

perekonomian nasional. Pemerintah semakin lama semakin


kehilangan wibawa. Belakangan kasus-kasus korupsi merebak di
sejumlah DPRD era Reformasi.
• Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah
komisi yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi,
menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini
didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
• Pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki, dilantik
menjadi Ketua KPK. KPK hendak memposisikan dirinya sebagai
katalisator (pemicu) bagi aparat dan institusi lain untuk terciptanya
jalannya sebuah “good and clean governance” (pemerintahan baik
dan bersih) di Republik Indonesia. Taufiequrachman walaupun
konsisten mendapat kritik dari berbagai pihak tentang dugaan
tebang pilih pemberantasan korupsi.

 Dampak Masif Korupsi


I. Dampak Ekonomi
1. Lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi;
2. Penurunan produktivitas;
3. Rendahnya kualitas barang dan jasa bagi publik;
4. Menurunnya pendapatan negara dari sektor pajak;
5. Meningkatnya hutang negara;
II. Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
1. Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik;
2. Pengentasan kemiskinan berjalan lambat;
3. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin;
4. Meningkatnya angka kriminalitas;
5. Solidaritas sosial semakin langka dan demoralisasi;
III. Runtuhnya Otoritas Pemerintah
1. Matinya etika social politik;
2. Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan;
3. Birokrasi tidak efisien;
IV. Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi
1. Munculnya kepemimpinan korup;
2. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi;
3. Menguatnya plutokrasi;
4. Hancurnya kedaulatan rakyat;
V. Dampak Terhadap Penegakan Hukum
1. Fungsi pemerintahan mandul;
2. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara;
RANSELKU TIRAMISU 2020 5
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

VI. Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan


1. Kerawanan hankamnas karena lemahnya alusista dan sdm;
2. Lemahnya garis batas negara;
3. Menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat;
VII. Dampak Kerusakan Lingkungan
1. Menurunnya kualitas lingkungan;
2. Menurunnya kualitas hidup;

 Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi


Berdasar peristiwa-peristiwa penting seperti Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah
Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI 1945, Orde Baru 1996, dan Reformasi
1998 terlihat bahwa mahasiswa/pemuda tambil sebagai motor penggerak dengan
berbagai gagasan, semangat, dan idealism yang mereka miliki.
Dalam konteks gerakan anti-korupsi, mahasiswa dengan kempetensi dasar mereka
yaitu intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian diharapkan mampu
menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
Keterlibatan mahasiswa pada dasarnya dibedakan menjadi empat wilayah.
I. Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti-korupsi mahasiswa dimulai dari lingkungan keluarga.
Kegiatan tersebut dapat berupa pengamatan terhadap perilaku keseharian
anggota keluarga.
1. Apakah dalam mengendarai kendaraan bermotor dengan ayah atau
anggota keluarga lain, peraturan lalu lintas dipatuhi?
2. Apakah ketika berboncengan motor bersama kakak atau anggota keluarga
lain tidak menjalankan motornya di atas pedestrian dan mengambil hak
pejalan kaki? Tidak mengendarai motor berlawanan arah? Tidak
mengendarai motor melebihi kapasitas?
3. Apakah penghasilan orang tua tidak berasal dari tindak korupsi? Apaka
orang tua tidak menyalahgunakan fasilitas kantor yang mejadi haknya?
4. Apakah ada anggota keluarga yang menggunakan produk-produk bajakan?
Yang dapat dijadikan pelajaran dari lingkungan ini adalah tingkat ketaatan
seseorang terhadap aturan/tata tertib. Substansi dari dilanggarnya aturan/tata
tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya terampas. Terampasnya
hak orang lain ini merupakan cikal bakal dari tindakan korupsi.
Internalisasi karakter anti-korupsi mahasiswa yang dimulai dari lingkungan ini
terbilang sulit dilakukan. Karena anggota keluarga merupakan orang-orang
terdekat menyebabkan pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang
dilakukan di dalam keluarga seringkali menjadi bias. Nilai-nilai yang ditanamkan
orang tua kepada anaknya bermula dari lingkungan keluarga dan nilai-nilai
tersebut akan terbawa selama hidupnya. Jika seorang mahasiswa berhasil

RANSELKU TIRAMISU 2020 2


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

melakukan suatu perubahan kecil yang berani dalam lingkungan keluarga ini
seperti tidak melanggar peraturan lalu lintas dan menegur ayah yang sering
melanggar peraturan tersebut, tidak menggunakan barang bajakan dan
menegur anggota keluarga yang menggunakan barang tersebut, dan berani
bertanya asal usul penghasilan orang tuanya, maka mahasiswa tersebut ketika
terjun ke masyarakat akan selamat melewati berbagai hal yang mengarah
kepada tindak korupsi.
II. Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan ini terbagi ke
dalam dua hal, yaitu untuk individu mahasiswa itu sendiri dan untuk komunitas
mahasiswa. Dalam konteks individu, mahasiswa diharapkan dapat mencegah
agar dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Dalam konteks
komunitas, mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan-rekannya di
kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Tapi sebelum itu, mahasiswa harus mempunyai nilai-nilai anti-korupsi dan
memahami korupsi serta prinsip-prinsip anti-korupsi. Hal-hal tersebut dapat
diperoleh dari mengikuti kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar, dan kuliah
pendidikan anti-korupsi. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut harus
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan kampanye, sosialisasi,
seminar, pelatihan, kaderisasi, dan lain-lain merupakan beberapa contoh
kegiatan yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai gerakan anti-
korupsi. Kantin kejujuran juga salah satu contoh kegiatan lain yang dapat
dijadikan alternatif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut.
III. Masyarakat Sekitar
Beberapa peran mahasiswa di masyarakat sekitar dapat dilakukan dengan
melakukan beberapa pengamatan seperti:
1. Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada
masyarakatnya dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM, KK, laporan
kehilangan, pelayanan pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk
pembuatan surat-surat atau dokumen tersebut? Wajarkah jumlah biaya dan
apakah jumlah biaya tersebut resmi diumumkan secara transparan sehingga
masyarakat umum tahu?
2. Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah memadai? Misalnya:
kondisi jalan, penerangan terutama di waktu malam, ketersediaan fasilitas
umum, rambu-rambu penyeberangan jalan, dsb.
3. Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah memadai?
Misalnya: pembagian kompor gas, Bantuan Langsung Tunai, dsb.
4. Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah didapatkan?
IV. Tingkat Lokal/Nasional
Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan tindak

RANSELKU TIRAMISU 2020 3


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

korupsi yang masif dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan


kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan
massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.
Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari dalam kampus,
mahasiswa dapat menyebarkan perilaku anti korupsi kepada masyarakat luas.
Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dilaksanakan secara bersama dan
berkesinambungan dari berbagai Perguruan Tinggi akan mampu
membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di
suatu negara.

 Teori Terjadinya TPK


Menurut buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW : 2000) ada
empat faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan
birokrasi serta faktor transnasional.
I. Teori Means end Scheme
Teori Means end Scheme adalah teori yang diperkenalkan oleh Robert Merton.
Menurut Handoyo (2009:55) teori ini menyatakan bahwasannya korupsi
merupakan suatu perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan social,
sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma.
Setiap sistem sosial memiliki tujuan dan manusia berusaha untuk mencapainya
melalui cara-cara (means) yang telah disepakati. Mereka yang menggunakan
cara-cara yang telah disepakati bersama untuk mencapai tujuan bersama
termasuk dalam golongan kompromis. Selain memberikan ruang bagi anggota-
anggotanya untuk mewujudkan tujuan, sistem sosial tidak jarang juga
menimbulkan tekanan yang menyebabkan banyak orang tidak memiliki akses
atau kesempatan di dalam struktur sosial, karena adanya pembatasan-
pembatasan atau diskriminasai rasial, etnik, capital, ketrampilan dan sebagainya
(Handoyo 2009:55).
Golongan marginal ini kemudian mencari berbagai cara untuk mendapatkan
pengakuan dan akses terhadap sumber-sumber yang ada di masyarakat. Cara-
cara kotor atau menyimpang dari norma masyarakat terpaksa mereka lakukan
demi menyambung kehidupan mereka atau melawan ketidakadilan yang
menimpa mereka. Teori Merton ini ditujukan untuk menjawab bagaimana
kebudayaan terlalu menekankan sukses ekonomi tetapi membatasi
kesempatan-kesempatan untuk mencapainya yang akan menyebabkan tingkat
korupsi yang tinggi.
II. Solidaritas Sosial
Solidaritas Sosial dikembangkan oleh Emile Durkheim (1858-1917). Teori ini
memandang bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan
oleh masyarakatnya. Solidaritas sosial itu sendiri merupakan unit yang abstrak.
Emile Durkheim berpandangan bahwa individu secara moral, netral dan
masyarakatlah yang menciptakan kepribadiannya. Ia juga mengontrol individu
RANSELKU TIRAMISU 2020 4
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

lewat fakta sosial yang dipelajarinya melalui pendidikan dan lingkungan. Karena
watak manusia yang pasif maka norma dan nilai masyarakatlah yang
mengendalikan mereka (Angha: 2002). Menurut pandangan teori ini masyarakat
mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam membentuk prilaku individu dari
pada lingkungannya. Dalam konteks korupsi, itu berarti dalam masyarakat yang
system budaya dan lembaganya korup akan membentuk individu yang korup
seberapa besarpun kesalehan individu.
III. GONE
Teori GONE diperkenalkan oleh Jack Bologne (Bologne : 2006). Ilustrasi GONE
Theory terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan
atau korupsi yang meliputi Greeds (keserakahan), Opportunities (kesempatan),
Needs (kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan).
Greed, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah
orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, merupakan sistem
yang memberi peluang untuk melakukan korupsi, yang bisa diperluas keadaan
organisasi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka
kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. Needs, yaitu sikap
mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang
tidak pernah usai. Exposure, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku
korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku maupun orang lain.
IV. Fraud Triangle Theory
Teori fraud triangle merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab
terjadinya kecurangan. Gagasan ini diperkenalkan oleh Donald R. Cressey (1953)
dalam literatur profesional pada SAS No. 99, yang dinamakan fraud triangle
atau segitiga kecurangan.
Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud,
yaitu :
1. Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk
melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk
gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non
keuangan. Empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat
mengakibatkan kecurangan: financial stability, external pressure, personal
financial need, dan financial targets.
2. Opportunity (kesempatan), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk
memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Biasanya terjadi karena
pengendalian internal perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan dan
penyalahgunaan wewenang.
3. Rationalization (rasionalisasi), merupakan sikap, karakter, atau sistem nilai
yang digunakan oleh pelaku dengan cara mencari pembenaran atas
perbuatan curangnya. Dua aspek pembenaran dalam fraud yang dilakukan
oleh pelaku kecurangan, yaitu:

RANSELKU TIRAMISU 2020 5


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

1) Pelaku merasa bahwa kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan


dari kecurangan lebih besar dari kemungkinan terdeteksinya kecurangan;
2) Pelaku memiliki alasan pembenar atas perbuatannya, misalnya: gaji
yang rendah dibandingkan dengan beban kerja nya, dan masa kerja pelaku
cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan lebih dari
yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi, dll.).
V. Equation Theory
Teori ini diperkenalkan oleh Robert Klitgaard. Dalam teori ini dijelaskan bahwa
Corruption sebagai hasil dari Monopoly + Discretion – Accountability.
VI. Fraud Diamond
Teori ini merupakan pengembangan dari Fraud Triangle yang dikemukakan oleh
Cressey. Teori ini hadir dengan 4 faktor yang menyebabkan terjadinya
kecurangan atau korupsi yang meliputi Pressure (tekanan), Opportunities
(kesempatan), Razionalisation unsur pembenar/ rasionalisasi), dan Capability
(kemampuan).
Capability atau kapabilitas diartikan sebagai suatu kemampuan atau kelebihan
seseorang dalam memanfaatkan keadaan yang melingkupinya, yang mana
kemampuan ini lebih banyak diarahkan pada situasi untuk mengelabui sistem
pengendalian internal dengan tujuan untuk melegalkan hal-hal yang sebenarnya
dilarang dalam suatu organisasi (Arles, 2014).

“In the end they'll all judge


me anyway, so whatever.”
- Min Yoon Gi -

RANSELKU TIRAMISU 2020 6


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

PERTEMUAN 10:

Upaya atau Strategi Pemberantasan Korupsi, Lembaga Penegak Hukum


dalam Pemberantasan Tipikor, dan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi

I. Konsep Pemberantasan Korupsi


“It is always necessary to relate anti-corruption strategies to characteristics of the actors
involved (and the environment they operate in). There is no single concept and program of
good governance for all countries and organizations, there is no ‘one right way’. There are
many initiatives and most are tailored to specifics contexts. Societies and organizations will
have to seek their own solutions.” (Fijnaut dan Huberts : 2002)

Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa sangat penting untuk menghubungkan
strategi atau upaya pemberantasan korupsi dengan melihat karakteristik dari berbagai
pihak yang terlibat serta lingkungan di mana mereka bekerja atau beroperasi. Tidak ada
jawaban, konsep atau program tunggal untuk setiap negara atau organisasi. Ada begitu
banyak strategi, cara atau upaya yang kesemuanya harus disesuaikan dengan konteks,
masyarakat maupun organisasi yang dituju. Setiap negara, masyarakat mapun organisasi
harus mencari cara mereka sendiri untuk menemukan solusinya.
II. Upaya Penanggulangan Kejahatan (Korupsi) dengan Hukum Pidana
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa dikenal dengan istilah politik
kriminal atau criminal policy oleh G. Peter Hoefnagels dibedakan sebagai berikut:
1. Kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law application);
2. Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);
3. Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and
punishment /mass media) atau media lainnya seperti penyuluhan, pendidikan, dan
lain-lain.
Upaya penanggulangan kejahatan dapat dibagi menjadi 2 jalur:
1. Jalur penal
Jalur ini menanggulangi kejahatan dengan menggunakan hukum pidana dan lebih
menitikberatkan pada sifat repressive (penumpasan/penindasan/pemberantasan)
sesudah kejahatan terjadi.
2. Jalur non-penal
Jalur ini menyelesaikan kejahatan di luar hukum pidana dengan saran-saran non-
penal dan menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan).
Keterbatasan dan Kelemahan Sarana Penal:

RANSELKU TIRAMISU 2020 7


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling tajam dalam
bidang hukum, sehingga harus digunakan sebagai ultimum remedium (opsi
terakhir);
• Secara fungsional/pragmatis, operasionalisasi dan aplikasinya menuntut biaya
yang tinggi;
• Sanksi pidana mengandung sifat kontradiktif/paradoksal yang mengandung efek
sampingan yang negatif. (e.g. Overload lapas)
• Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya merupakan
‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan gejala), hanya pengobatan simptomatik
bukan pengobatan kausatif karena sebab-sebab kejahatan kompleks dan berada
di luar jangkauan hukum pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub sistem) dari sarana kontrol
sosial lainnya yang tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah
kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat kompleks;
• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individual/personal; tidak bersifat
struktural atau fungsional;
• Efektivitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak faktor dan masih sering
diperdebatkan oleh para ahli.
III. Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan Korupsi
Jenis kebijakan pemberantasan korupsi:
1. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kekuasaan negara terutama
dari pejabat publik dalam berbagai bidang kehidupan misalnya dengan deregulasi
ekonomi, mengurangi monopoli negara untuk memberikan pelayanan, dan
reformasi pajak.
2. Menciptakan pemerintahan yang transparan dan akuntabel serta mengurangi
diskresi yang sering dilakukan oleh pejabat publik
3. Menciptakan situasi di mana masyarakat bisa memilih kemana meminta berbagai
jenis pelayanan publik. Dengan memberikan kesempatan masyarakat untuk
memilih, maka berbagai modus suap-menyuap dapat dikurangi. Pra kondisi untuk
hal ini adalah pemberian gaji atau upah yang tinggi pada pejabat atau pelayan
public agar tidak menerima suap.
4. Reformasi hukum dan peradilan. Reformasi ini dilaksanakan dengan merancang
peraturan perundang-undangan yang dapat memberikan kepastian bahwa
mereka yang melakukan korupsi akan dihukum, meningkatkan profesionalisme
aparat penegak hukum, memastikan bahwa peradilan harus bebas dari campur

RANSELKU TIRAMISU 2020 8


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

tangan pihak eksekutif dan pembentukan Lembaga independen untuk


memberantas korupsi (Haarhuis: 2005)
Sasaran dalam menyusun strategi pemberantasan korupsi:
a) Lembaga politik, e.g. Partai politik yang berkuasa maupun tidak;
b) Lembaga legislatif pembuat uu dan lembaga pemerintahan yang pelaksana uu
serta membuat, mengeluarkan dan melaksanakan seluruh kebijakan yang
bersumber dari uu
c) Lembaga peradilan termasuk di dalamnya kepolisian, kejaksaan dan pengadilan
serta lembaga pemasyarakatan;
d) Institusi lain yang memiliki tanggung jawab melakukan audit di lembaga
pemerintahan seperti inspektorat jenderal;
e) Lembaga independen yang terlibat yang mungkin dan dapat terlibat dalam
pemberantasan korupsi seperti lembaga pendidikan, lembaga swadaya
masyarakat dan media; dan
f) Lembaga atau sektor swasta yang dapat terlibat dalam korupsi atau upaya
pemberantasan korupsi seperti kontraktor dan auditor swasta (unodc: 2004)

Upaya atau strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi yang


dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the Global Program Against
Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti-Corruption Toolkit (UNODC:
2004).
1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
a) Membentuk lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi.
▪ Sebagai contoh di beberapa negara didirikan lembaga yang dinamakan
Ombudsman. Lembaga ini berperan dalam:
o Menyediakan sarana bagi masyarakat yang hendak mengkomplain apa
yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya.
o Memberikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat serta
mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi lembaga
pemerintah maupun lembaga hukum yang membutuhkan.
▪ Di Hongkong dibentuk lembaga antikorupsi yang bernama Independent
Commission against Corruption (ICAC).
▪ Di Malaysia dibentuk the Anti-Corruption Agency (ACA).
▪ Lembaga pemberantas korupsi di Indonesia yaitu Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
b) Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.

RANSELKU TIRAMISU 2020 9


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

c) Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga audit di tingkat departemen seperti


Inspektorat Jenderal.
d) Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik sebagai salah satu cara
mencegah korupsi.
Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk mengurus suatu hal,
semakin banyak pula kemungkinan untuk terjadinya korupsi. Salah satu cara untuk
menghindari praktek suap menyuap dalam rangka pelayanan publik adalah
dengan mengumumkan secara resmi biaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang
untuk mengurus suatu hal seperti mengurus paspor, mengurus SIM, mengurus ijin
usaha atau Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dsb.
e) Memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah.
Dengan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah Daerah, kantong
korupsi tidak terpusat hanya di ibukota negara saja tetapi berkembang di
berbagai daerah. Untuk itu kinerja dari aparat pemerintahan di daerah juga perlu
diperbaiki dan dipantau atau diawasi.
f) Pengawalan kebijakan yang diterbitkan oleh DPR dan DPRD.
Ketika Parlemen hendak mengeluarkan sebuah kebijakan yang akan
mempengaruhi hajat hidup orang banyak, masyarakat sipil (civil society) termasuk
mahasiswa dan media, harus ikut mengawal pembuatan kebijakan tersebut.

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


a) Mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah
kekayaan yang dimiliki, baik sebelum maupun sesudah menjabat.
Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat kewajaran
peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada peningkatan
jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang
didapatkan dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang
lain misalnya anggota keluarga.
b) Melakukan lelang atau penawaran secara terbuka untuk kontrak
pengerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintah pusat, daerah,
maupun militer.
Masyarakat harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan
memonitor hasil dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus
dikembangkan sistem yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk
ikut memantau ataupun memonitor hal ini.
c) Pengembangan sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal
perekruitan pegawai negeri dan anggota militer.
d) Pengembangan sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang
menitikberatkan pada proses dan hasil kerja akhir.

RANSELKU TIRAMISU 2020 10


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


a) Memberi hak pada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi
(access to information).
Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk
media) diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat
meningkatkan keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan dan
menjalankannya secara transparan. Pemerintah memiliki kewajiban melakukan
sosialisasi atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.
b) Meningkatkan public awareness atau kesadaran serta kepedulian publik
terhadap bahaya korupsi.
Salah satu cara untuk meningkatkan public awareness adalah dengan
melakukan kampanye tentang bahaya korupsi. Sosialisasi serta diseminasi di
ruang publik mengenai apa itu korupsi, dampak korupsi dan bagaimana
memerangi korupsi harus diintensifkan. Kampanye tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan media massa (baik cetak maupun tertulis), melakukan
seminar, dan diskusi.
c) Menyediakan sarana bagi masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi.
Sebuah mekanisme harus dikembangkan di mana masyarakat dapat
dengan mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi yang
diketahuinya. Mekanisme tersebut harus dipermudah atau disederhanakan
misalnya via telepon, surat atau telex. Dengan berkembangnya teknologi
informasi, media internet adalah salah satu mekanisme yang murah dan mudah
untuk melaporkan kasus-kasus korupsi.
d) Memberikan hak atas perlindungan saksi dan pelapor untuk pihak terkait.
Indonesia sudah memiliki aturan mengenai perlindungan saksi dan korban
yakni UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
e) Kebebasan pers
f) Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingkat
lokal atau internasional.
g) Menggunakan atau mengoperasikan perangkat electronic surveilance.
Electronic surveillance adalah sebuah perangkat atau alat untuk
mengetahui dan mengumpulkan data dengan menggunakan peralatan elektronik
yang dipasang pada tempat-tempat tertentu. Alat tersebut misalnya audio-
microphones atau kamera video (semacam kamera CCTV atau Closed Circuit
Television) atau data interception dalam kasus atau di tempat-tempat di mana
banyak digunakan telepon genggam dan electronic mail (e-mail) atau surat
elektronik.

4. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum yang Mendukung


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

RANSELKU TIRAMISU 2020 11


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

Instrumen hukum untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi


antara lain:
▪ Undang-undang Tindak Pidana Money Laundering atau Pencucian Uang.
▪ Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban untuk melindungi saksi dan
korban tindak pidana korupsi.
▪ UU yang mengatur mengenai Pers yang bebas.
▪ Hak warga negara untuk secara bebas menyatakan pendapatnya harus pula
diatur.
▪ Pasal-pasal yang mengkriminalisasi perbuatan seseorang yang akan
melaporkan tindak pidana korupsi serta menghalang-halangi penyelidikan,
penyidikan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi seperti pasal mengenai
fitnah atau pencemaran nama baik perlu dikaji ulang dan bilamana perlu
diamandemen atau dihapuskan.
▪ Kode Etik atau code of conduct yang ditujukan untuk semua pejabat publik,
baik pejabat eksekutif, legislatif maupun code of conduct bagi aparat lembaga
peradilan (kepolisian, kejaksaan dan pengadilan).

5. Monitoring dan Evaluasi


Dengan melakukan monitoring dan evaluasi, dapat dilihat strategi atau program
yang sukses dan yang gagal. Untuk strategi atau program yang sukses, sebaiknya
dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari penyebabnya.
6. Kerja Sama Internasional
Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas korupsi adalah melakukan
kerjasama internasional atau kerjasama baik dengan negara lain maupun dengan
International NGOs. Sebagai contoh saja, di tingkat internasional, Transparency
Internasional (TI) misalnya membuat program National Integrity Systems. OECD
membuat program the Ethics Infrastructure dan World Bank membuat program A
Framework for Integrity.

RANSELKU TIRAMISU 2020 12


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

PERTEMUAN 11:

Gerakan, Kerja Sama, dan Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi

I. Gerakan Organisasi Internasional


1. PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (UNITED NATIONS)
▪ Setiap 5 (lima) tahun, secara regular Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
menyelenggarakan Kongres tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan
terhadap Penjahat atau sering disebut United Nation Congress on Prevention on
Crime and Treatment of Offenders.
▪ Dalam Kongres PBB ke-10 yang diadakan di Vienna (Austria) pada tahun 2000, isu
mengenai Korupsi menjadi topik pembahasan yang utama.
▪ Dalam resolusi 54/128 of 17 December 1999, di bawah judul “Action against Corruption”,
Majelis Umum PBB menegaskan perlunya pengembangan strategi global melawan
korupsi dan mengundang negara-negara anggota PBB untuk melakukan review terhadap
seluruh kebijakan serta peraturan perundang-undangan domestik masing-masing negara
untuk mencegah dan melakukan kontrol terhadap korupsi.
▪ Pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan pendekatan multi-disiplin (multi-
disciplinary approach) dengan memberikan penekanan pada aspek dan dampak
buruk dari korupsi dalam berbagai level atau tingkat. Pemberantasan juga
dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan pencegahan korupsi baik tingkat
nasional maupun internasional, mengembangkan cara atau praktek pencegahan
serta memberikan contoh pencegahan korupsi yang efektif di berbagai negara.
Beragam rekomendasi baik untuk pemerintah, aparat penegak hukum, parlemen
(DPR), sektor privat dan masyarakat sipil (civil-society) juga dikembangkan.
▪ Dalam Global Program against Corruption dijelaskan bahwa korupsi dapat
diklasifikasi dalam berbagai tingkatan:
1. Petty corruption
2. Survival corruption
3. Grand corruptiom
Penyebab korupsi dibedakan menjadi:
1. Corruption by need
2. Corruption by greed
3. Corruption by chance
Menurut tingkatan atau level-nya korupsi juga dibedakan menjadi street, business
dan top political and financial corruption.
Dalam membahas isu korupsi, perhatian juga perlu ditekankan pada proses supply
dan demand, karena korupsi melibatkan setidaknya 2 (dua) pihak. Ada pihak yang

RANSELKU TIRAMISU 2020 13


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

menawarkan pembayaran atau menyuap untuk misalnya mendapatkan pelayanan


yang lebih baik atau untuk mendapatkan kontrak dan pihak yang disuap.

▪ Dinyatakan dalam Kongres PBB ke-10 bahwa perhatian perlu ditekankan pada apa
yang dinamakan Top-Level Corruption.
Top-level corruption adalah jenis atau tipe korupsi yang paling berbahaya.
Kerusakan yang sangat besar dalam suatu negara dapat terjadi karena jenis
korupsi ini. Ia tersembunyi dalam suatu network atau jejaring yang tidak terlihat
secara kasat mata yang meliputi penyalahgunaan kekuasaan, konflik kepentingan,
pemerasan, nepotisme, tribalisme, penipuan dan korupsi. Tipe korupsi yang
demikian sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara, terutama
negara berkembang.

2. BANK DUNIA (WORLD BANK)


▪ World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption Core Program yang
bertujuan untuk menanamkan awareness mengenai korupsi dan pelibatan
masyarakat sipil untuk pemberantasan korupsi, termasuk menyediakan sarana
bagi negara-negara berkembang untuk mengembangkan rencana aksi nasional
untuk memberantas korupsi.
▪ Menurut Bank Dunia, pendekatan untuk melaksanakan program anti korupsi
dibedakan menjadi 2:
1) Pendekatan dari bawah (bottom-up)
Pendekatan dari bawah berangkat dari 5 asumsi yakni:
a) Semakin luas pemahaman atau pandangan mengenai permasalahan yang
ada, semakin mudah untuk meningkatkan awareness untuk memberantas
korupsi.
b) Network atau jejaring yang baik yang dibuat oleh world bank akan lebih
membantu pemerintah dan masyarakat sipil (civil society). Untuk itu perlu
dikembangkan rasa saling percaya serta memberdayakan modal sosial
(social capital) dari masyarakat.
c) Perlu penyediaan data mengenai efesiensi dan efektifitas pelayanan
pemerintah melalui corruption diagnostics. Dengan penyediaan data dan
pengetahuan yang luas mengenai problem korupsi, reformasi
administratif-politis dapat disusun secara lebih baik. Penyediaan data ini
juga dapat membantu masyarakat mengerti bahaya serta akibat buruk dari
korupsi.
d) Pelatihan-pelatihan yang diberikan, yang diambil dari toolbox yang
disediakan oleh world bank dapat membantu mempercepat
pemberantasan korupsi. Bahan-bahan yang ada dalam toolbox harus dipilih
sendiri oleh negara di mana diadakan pelatihan, karena harus
menyesuaikan dengan kondisi masing-masing negara; dan

RANSELKU TIRAMISU 2020 14


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

e) Rencana aksi pendahuluan yang dipilih atau dikonstruksi sendiri oleh


negara peserta, diharapkan akan memiliki trickle-down effect dalam arti
masyarakat mengetahui pentingnya pemberantasan korupsi.
2) Pendekatan dari atas (top-down)
Dilakukan dengan melaksanakan reformasi di segala bidang baik hukum,
politik, ekonomi maupun administrasi pemeritahan.

3. ORGANIZATION FOR ECONOMIC CO-OPERATION AND DEVELOPMENT (OECD)


▪ Setelah ditemuinya kegagalan dalam kesepakatan pada konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada sekitar tahun 1970-an, OECD, didukung oleh PBB
mengambil langkah baru untuk memerangi korupsi di tingkat internasional.
Sebuah badan pekerja atau working group on Bribery in International Business
Transaction didirikan pada tahun 1989.
▪ Pada tahun 1997, Convention on Bribery of Foreign Public Official in International
Business Transaction disetujui. Tujuan dikeluarkannya instrumen ini adalah untuk
mencegah dan memberantas tindak pidana suap dalam transaksi bisnis
internasional. Konvensi ini menghimbau negara-negara untuk mengembangkan
aturan hukum, termasuk hukuman (pidana) bagi para pelaku serta kerjasama
internasional untuk mencegah tindak pidana suap dalam bidang ini. Salah satu
kelemahan dari konvensi ini adalah hanya mengatur apa yang disebut dengan
’active bribery’, ia tidak mengatur pihak yang pasif atau ’pihak penerima’ dalam
tindak pidana suap. Padahal dalam banyak kesempatan, justru mereka inilah yang
aktif berperan dan memaksa para penyuap untuk memberikan sesuatu.

4. MASYARAKAT UNI EROPA


▪ Di negara-negara Uni Eropa, gerakan pemberantasan korupsi secara internasional
dimulai pada sekitar tahun 1996. Tahun 1997, the Council of Europe Program
against Corruption menerima kesepakatan politik untuk memberantas korupsi
dengan menjadikan isu ini sebagai agenda prioritas. Pemberantasan ini dilakukan
dengan pendekatan serta pengertian bahwa: karena korupsi mempunyai banyak
wajah dan merupakan masalah yang kompleks dan rumit, maka pemberantasan
korupsi harus dilakukan dengan pendekatan multi-disiplin; monitoring yang
efektif, dilakukan dengan kesungguhan dan komprehensif serta diperlukan
adanya fleksibilitas dalam penerapan hukum.

II. Gerakan Lembaga Swadaya Internasional (International NGOs)


1. TRANSPARENCY INTERNATIONAL
▪ Transparency International (TI) adalah sebuah organisasi internasional non-
pemerintah yang memantau dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian mengenai
korupsi yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi politik di tingkat internasional.

RANSELKU TIRAMISU 2020 15


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

Setiap tahunnya TI menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi serta daftar


perbandingan korupsi di negara-negara di seluruh dunia.
▪ Pada tahun 1995, TI mengembangkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption
Perception Index). CPI membuat peringkat tentang prevalensi korupsi di berbagai
negara, berdasarkan survei yang dilakukan terhadap pelaku bisnis dan opini
masyarakat yang diterbitkan setiap tahun dan dilakukan hampir di 200 negara di
dunia. CPI disusun dengan memberi nilai atau score pada negara-negara mengenai
tingkat korupsi dengan range nilai antara 1-10. Nilai 10 adalah nilai yang tertinggi
dan terbaik sedangkan semakin rendah nilainya, negara dianggap atau
ditempatkan sebagai negara-negara yang tinggi angka korupsinya.

2. TIRI
▪ TIRI (Making Integrity Work) didirikan dengan keyakinan bahwa dengan integritas,
kesempatan besar untuk perbaikan dalam pembangunan berkelanjutan dan
merata di seluruh dunia akan dapat tercapai.
▪ Misi dari TIRI adalah memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang adil dan
berkelanjutan dengan mendukung pengembangan integritas di seluruh dunia.
▪ Salah satu program yang dilakukan TIRI adalah dengan membuat jejaring dengan
universitas untuk mengembangkan kurikulum Pendidikan Integritas dan/atau
Pendidikan Anti Korupsi di perguruan tinggi. Jaringan ini di Indonesia disingkat
dengan nama I-IEN yang kepanjangannya adalah Indonesian-Integrity Education
Network. TIRI berkeyakinan bahwa dengan mengembangkan kurikulum
Pendidikan Integritas dan/atau Pendidikan Anti Korupsi, mahasiswa dapat
mengetahui bahaya laten korupsi bagi masa depan bangsa.

III. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi


1. UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION (UNCAC)
▪ Salah satu instrumen internasional yang sangat penting dalam rangka pencegahan
dan pemberantasan korupsi adalah United Nations Convention against Corruption
yang telah ditandatangani oleh lebih dari 140 negara. Penandatanganan pertama
kali dilakukan di konvensi internasional yang diselenggarakan di Mérida, Yucatán,
Mexico, pada tanggal 31 Oktober 2003.
▪ Beberapa hal penting yang diatur dalam konvensi adalah :
a) Masalah Pencegahan
Tindak pidana korupsi dapat diberantas melalui Badan Peradilan. Namun
menurut konvensi ini, salah satu hal yang terpenting dan utama adalah
masalah pencegahan korupsi. Bab yang terpenting dalam konvensi
didedikasikan untuk pencegahan korupsi dengan mempertimbangkan sektor

RANSELKU TIRAMISU 2020 16


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

publik maupun sektor privat (swasta). Salah satunya dengan mengembangkan


model kebijakan preventif seperti :
o Pembentukan badan anti-korupsi;
o Peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu dan
partai politik;
o Promosi terhadap efisiensi dan transparansi pelayanan publik;
o Rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri) dilakukan
berdasarkan prestasi;
o Adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri) dan
mereka harus tunduk pada kode etik tersebut;
o Transparansi dan akuntabilitas keuangan publik;
o Penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri yang
korupsi;
o Dibuatnya persyaratan-persyaratan khusus terutama pada sektor publik
yang sangat rawan seperti badan peradilan dan sektor pengadaan publik;
o Promosi dan pemberlakuan standar pelayanan publik;
o Untuk pencegahan korupsi yang efektif, perlu upaya dan keikutsertaan
dari seluruh komponen masyarakat;
o Seruan kepada negara-negara untuk secara aktif mempromosikan
keterlibatan organisasi non-pemerintah (lsm/ngos) yang berbasis
masyarakat, serta unsur-unsur lain dari civil society;
o Peningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap korupsi
termasuk dampak buruk korupsi serta hal-hal yang dapat dilakukan oleh
masyarakat yang mengetahui telah terjadi tindak pidana korupsi.

RANSELKU TIRAMISU 2020 17


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

b) Kriminalisasi
➢ Hal penting lain yang diatur dalam konvensi adalah mengenai kewajiban
negara untuk mengkriminalisasi berbagai perbuatan yang dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi termasuk mengembangkan
peraturan perundang-undangan yang dapat memberikan hukuman (pidana)
untuk berbagai tindak pidana korupsi.
➢ Hal ini ditujukan untuk negara-negara yang belum mengembangkan aturan ini
dalam hukum domestik di negaranya.
➢ Perbuatan yang dikriminalisasi tidak terbatas hanya pada tindak pidana
penyuapan dan penggelapan dana publik, tetapi juga dalam bidang
perdagangan, termasuk penyembunyian dan pencucian uang (money
laundring) hasil korupsi.
➢ Konvensi juga menitikberatkan pada kriminalisasi korupsi yang terjadi di
sektor swasta.

c) Kerja sama Internasional


➢ Kerjasama internasional dalam rangka pemberantasan korupsi adalah salah
satu hal yang diatur dalam konvensi. Negara-negara yang menandatangani
konvensi ini bersepakat untuk bekerja sama dengan satu sama lain dalam
setiap langkah pemberantasan korupsi, termasuk melakukan pencegahan,
investigasi dan melakukan penuntutan terhadap pelaku korupsi.
➢ Negara-negara yang menandatangani Konvensi juga bersepakat untuk
memberikan bantuan hukum timbal balik dalam mengumpulkan bukti untuk
digunakan di pengadilan serta untuk mengekstradisi pelanggar. Negara-
negara juga diharuskan untuk melakukan langkah-langkah yang akan
mendukung penelusuran, penyitaan dan pembekuan hasil tindak pidana
korupsi.

RANSELKU TIRAMISU 2020 18


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

d) Pengembalian Aset-aset Hasil Korupsi


➢ Salah satu prinsip dasar dalam konvensi adalah kerjasama dalam
pengembalian aset-aset hasil korupsi terutama yang dilarikan dan disimpan di
negara lain. Hal ini merupakan isu penting bagi negara-negara berkembang
yang tingkat korupsinya sangat tinggi. Kekayaan nasional yang telah dijarah
oleh para koruptor harus dapat dikembalikan karena untuk melakukan
rekonstruksi dan rehabilitasi, terutama di negara-negara berkembang,
diperlukan sumber daya serta modal yang sangat besar. Modal ini dapat
diperoleh dengan pengembalian kekayaan negara yang diperoleh dari hasil
korupsi.
➢ Untuk itu negara-negara yang menandatangani konvensi harus menyediakan
aturan-aturan serta prosedur guna mengembalikan kekayaan tersebut,
termasuk aturan dan prosedur yang menyangkut hukum dan rahasia
perbankan.
➢ Berikut beberapa konferensi internasional dalam konteks implementasi United
Nations Convention against Corruption (UNCAC) yang telah diselenggarakan
dan dihadiri oleh berbagai negara di dunia :
o The Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption (Amman, 10-14 December 2006), the first session.
o The Conference of the States Parties to the United Nations Convention against
Corruption (Nusa Dua, Indonesia, 28 January-1 February 2008), the second
session.
o The Conference of the States Parties to the United Nations Convention against
Corruption (Doha, 9-13 November 2009), the third session.
o Untuk Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption sesi ke-empat akan diselenggarakan di Marrakech, 24-28
October 2011.

RANSELKU TIRAMISU 2020 19


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

2. CONVENTION ON BRIBERY OF FOREIGN PUBLIC OFFICIAL IN INTERNATIONAL


BUSINESS TRANSACTION
▪ Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business Transaction adalah
sebuah konvensi internasional yang dipelopori oleh OECD.
▪ Konvensi Anti Suap ini menetapkan standar-standar hukum yang mengikat (legally binding)
negara-negara peserta untuk mengkriminalisasi pejabat publik asing yang menerima suap
(bribe) dalam transaksi bisnis internasional.
▪ Konvensi ini juga memberikan standar-standar atau langkah-langkah yang terkait yang harus
dijalankan oleh negara perserta sehingga isi konvensi akan dijalankan oleh negara-negara
peserta secara efektif.

IV. Pencegahan Korupsi: Belajar dari Negara Lain


1. Negara India
▪ India adalah salah satu negara demokratis yang dapat dianggap cukup sukses memerangi
korupsi. Dari survey TI, pada tahun 2007, India menempati peringkat 72 (sama kedudukannya
dengan China dan Brazil). Pada tahun yang sama, negara tetangga India seperti Srilangka
menempati peringkat 94, Pakistan peringkat 138 dan Bangladesh peringkat 162. Pada tahun
2007 tersebut, Indonesia menempati nomor 143 bersama-sama dengan Gambia, Rusia dan
Togo dari 180 negara yang di-survey. Peringkat yang cukup buruk jika dibandingkan dengan
India yang sama-sama negara berkembang.
▪ Tummala, dalam konteks India, memaparkan beberapa hal yang menurutnya penting untuk
dianalisis yang menyebabkan korupsi sulit untuk diberantas yaitu :
o Ada 2 alasan mengapa seseorang melakukan korupsi, alasan tersebut adalah
kebutuhan (need) dan keserakahan (greed). Untuk menjawab alasan kebutuhan,
maka salah satu cara adalah dengan menaikkan gaji atau pendapatan pegawai
pemerintah. Namun cara demikian juga tidak terlalu efektif, karena menurutnya
keserakahan sudah diterima sebagai bagian dari kebiasaan masyarakat.
o Materi hukum, peraturan perundang-undangan, regulasi atau kebijakan negara
cenderung berpotensi koruptif, sering tidak dijalankan atau dijalankan dengan
tebang pilih, dan dalam beberapa kasus hanya digunakan untuk tujuan balas dendam.
o Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan kurangnya
political will dari pemerintah untuk memerangi korupsi.
o Kurangnya langkah-langkah konkret pemberantasan korupsi.
o Lambatnya mekanisme investigasi dan pemeriksaan pengadilan sehingga diperlukan
lembaga netral yang independen untuk memberantas korupsi.
o Salah satu unsur yang krusial dalam pemberantasan korupsi adalah perilaku sosial
yang toleran terhadap korupsi.

2. Independent Commission Against Corruption (ICAC)


▪ ICAC adalah lembaga pemberantasan korupsi yang cukup sukses memberantas korupsi di
Hongkong. Salah satu kunci sukses pemberantasan korupsi adalah adanya lembaga
antikorupsi yang berdedikasi, independen, dan bebas dari politisasi.
▪ ICAC memiliki kewenangan investigasi luas, meliputi investigasi di sektor pemerintahan dan
swasta, memeriksa rekening bank, menyita dan menahan properti yang diduga hasil dari
korupsi, memeriksa saksi, menahan dokumen perjalanan tersangka melakukan cegah tangkal
RANSELKU TIRAMISU 2020 20
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

agar tersangka tidak melarikan diri keluar negeri. ICAC merupakan lembaga pertama di dunia
yang merekam menggunakan video terhadap investigasi semua tersangka korupsi. Strategi
yang ditempuh ICAC Hongkong dalam memberantas korupsi dijalankan melalui tiga cabang
kegiatan, yaitu penyelidikan, pencegahan, dan pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan
masyarakat semakin paham peran mereka bahwa keikutsertaan mereka dalam memerangi
korupsi merupakan kunci utama keberhasilan pemberantasan korupsi (Nugroho : 2011).

V. Arti Penting Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi bagi Indonesia


▪ Bangsa Indonesia telah berupaya ikut aktif mengambil bagian dalam masyarakat
internasional untuk mencegah dan memberantas korupsi dengan menandatangani
Konvensi Anti Korupsi pada tanggal 18 Desember 2003.
▪ Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi merupakan petunjuk yang merupakan komitmen
nasional untuk meningkatkan citra bangsa Indonesia dalam percaturan politik
internasional. Dalam Penjelasan UU No. 7 Tahun 2006 ditunjukkan arti penting dari
ratifikasi Konvensi tersebut, yaitu:
o untuk meningkatkan kerja sama internasional khususnya dalam melacak,
membekukan, menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil tindak pidana
korupsi yang ditempatkan di luar negeri;
o meningkatkan kerja sama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik;
o meningkatkan kerja sama internasional dalam pelaksanaan perjanjian
ekstradisi, bantuan hukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan
proses pidana, dan kerja sama penegakan hukum;
o mendorong terjalinnya kerja sama teknis dan pertukaran informasi dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di bawah payung kerja
sama pembangunan ekonomi dan bantuan teknis pada lingkup bilateral,
regional, dan multilateral; serta
o perlunya harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi.
▪ Dengan telah diratifikasinya konvensi internasional ini, maka pemerintah Indonesia
memiliki kewajiban untuk melaksanakan isi konvensi internasional ini dan melaporkan
perkembangan pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.

RANSELKU TIRAMISU 2020 21


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

PERTEMUAN 12
Delik- Delik Tindak Pidana Korupsi

❖ Delik
I. Definisi
Kata delik berasal dari bahasa latin yaitu “delictum” yang berarti “kesalahan / kegagalan /
kerusakan”. Dalam KBBI, delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan
pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana.

II. Menurut Para Ahli

• Moeljatno (Rusli Effendy, 1980:47), delik adalah perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
• Tresna (Rusly Effendy, 1980: 53) merumuskan peristiwa pidana yaitu perbuatan atau
rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan Undang-Undang atau
peraturan perundang-undangan lainnya terhadap perbuatan diadakan tindakan
pemidanaan.
Dapat disimpulkan bahwa delik adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang
karena merupakan perbuatan yang merugikan kepentingan umum dan pelakunya dapat
dikenakan pidana.
III. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang adalah satu dari beberapa
tindak pidana yang bersifat luar biasa atau extra ordinary crime, yang karenanya
pemberantasannya membutuhkan cara-cara yang luar biasa.
Ciri-ciri extra ordinary crime yaitu sebagai berikut:
1. Berpotensi dilakukan oleh siapa saja;
2. Random target / random victim;
3. Kerugiannya besar dan meluas (snowball / domino effect);
4. Terorganisasi atau oleh organisasi;
5. Bersifat lintas Negara.

❖ Delik Tindak Pidana Korupsi


Ada 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dirumuskan kedalam 13 pasal dalam
UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Dari 13 pasal tersebut dapat dikelompokkan
menjadi 7 macam perbuatan utama.

RANSELKU TIRAMISU 2020 22


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

Subjek Hukum tindak pidana korupsi yaitu:


“setiap orang” (Pasal 1 angka 3)
a. Orang perorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;
b. Korporasi (pasal 1 ayat 1): kumpulan orang atau kekayaan yang terorganisasi, baik
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum;
c. Pegawai negeri.

I. Merugikan Keuangan Negara


• Unsur-unsur dari merugikan negara
Pasal 2 ayat 1 Pasal 3
• Setiap orang • Ssetiap orang
• Melawan hukum • Dengan tujuan
• Melakukan perbuatan • Menguntungkan diri sendiri, orang
• Memperkaya diri sendiri, orang lain, lain, atau korporasi
atau korporasi • Menyalahgunakan kewewenangan,
• Dapat merugikan keuangan Negara kesempatan, atau sarana
atau perekonomian Negara • Yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan
• Yang dapat merugikan keuangan
Negara atau perekonomian negara

• Pengertian kerugian negara yang diatur dalam penjelasan umum UU No. 31


Tahun 1999.
Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam
bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di
dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban
yang timbul karena:
a. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
pejabat lembaga negara, baik ditingkat pusat maupun daerah.
b. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
RANSELKU TIRAMISU 2020 23
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

BUMN/BUMD, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang


menyertakan modal negara atau pihak ketiga berdasarkan perjanjian
dengan negara.
• Pengertian perekonomian negara dalam penjelasan umum UU No. 31 Tahun
1999.
Kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri
yang didasarkan pada kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun
daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang
bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada
seluruh kehidupan rakyat.
• Contoh Kasus : Korupsi mantan walikota Cilegon yang divonis 3,5 tahun bui.

II. Penggelapan Dalam Jabatan


• Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap
barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencarian atau
karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun (Pasal 374 KUHP).
• Penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan pencurian. Tetapi,
penggelapan pada waktu dimilikinya barang tersebut, sudah ada
ditangannya tidak dengan jalan kejahatan/melawan hukum. Sehingga, bisa
dikatakan penggelapan jika unsur-unsur di bawah ini dipenuhi:
1. Barang siapa (ada pelaku);
2. Dengan sengaja dan melawan hukum;
3. Memiliki barang sesuatu yang seluruh atau sebagian adalah kepunyaan
orang lain;
4. Barang tersebut ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.
• Diatur dalam Pasal 8, pasal 9, pasal 10 huruf a, pasal 10 huruf b, pasal 10
huruf c UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.
• Contoh kasus : penerbit faktur pajak fiktif yang divonis pidana TPPU 4 tahun,
dan pemalsuan dokumen KTP hingga STNK.

III. Suap-Menyuap
• Penyuapan merupakan istilah yang dituangkan dalam undang-undang
sebagai suatu hadiah atau janji (giften/beloften) yang diberikan atau diterima
meliputi penyuapan aktif dan penyuapan pasif.
• Unsur yang esensial dari delik suap yaitu:
1. Menerima hadiah atau janji;
2. Berkaitan dengan kekuasaan yang melekat pada jabatan;

RANSELKU TIRAMISU 2020 24


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

3. Bertentangan dengan kewajiban atau tugasnya.


• Diatur dalam Pasal 5, 6, 11, 12, 13 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001.
• Contoh kasus: patrialis ditetapkan sebagai tersangka karena diduga
menerima suap sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 c atau pasal 11 UU No.
20 tahun 2001.

IV. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

• Diatur dalam pasal 12 huruf i UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.
• Contoh kasus: Bupati Nganjuk yang menjadi tersangka KPK.

V. Perbuatan Curang
• Pasal 7 ayat 1 huruf a, b, c, d.
Pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 7 tahun. Pidana denda
paling sedikit Rp100.000.000 dan paling banyak Rp350.000.000.
a. Pemborong berbuat curang
b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
c. Rekanan TNI atau POLRI berbuat curang
d. Pengawas rekanan TNI/POLRI membiarkan perbuatan curang
• Pasal 7 ayat 2 : penerimaan barang TNI/POLRI membiarikan perbuatan
curang.
• Pasal 12 huruf h : Pegawai Negeri menyerobot tanah negara sehingga
merugikan orang lain.
• Contoh kasus: Korupsi anggaran pembangunan jembatan di Desa Bamba,
Kecamatan Batulappa, Kabupaten Pinrang, sebesar Rp2,377 miliar.

RANSELKU TIRAMISU 2020 25


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

VI. Perbuatan Pemerasan


• Pasal 12 huruf e
- Pengawai negeri atau penyelenggara negara
- Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
- Secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaan
- Memaksa seseorang
- Memberikan sesuatu yang dibayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
• Pasal 12 huruf f
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Pada waktu menjalankan tugas
- Meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang
- Seolah-olah utang kepada dirinya
- Padahal diketahui bukan utang
• Pasal 12 huruf g
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Pada waktu menjalankan tugas
- Meminta, menerima, atau memotong pembayaran
- Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara lain atau kepada
kas umum
- Seolah mereka itu mempunyai utang kepadanya
- Padahal diketahui bukan utang.
• Contoh kasus: kasus pemerasan kawasan wisata yang menahan Bupati
Lombok Barat, Zaini Arony.

VII. Gratifikasi
• Arti gratifikasi dapat diperoleh dari penjelasan pasal 128 Undang-Undang No. 20
Tahun 2001, yaitu pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat / diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya,
baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dapat
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
• Gratifikasi sebenarnya bermakna pemberian yang bersifat netral. Suatu
pemberian menjadi gratifikasi yang dianggap suap jika terkait dengan jabatan dan
bertentangan dengan kewajiban atau tugas penerima.
• Diatur dalam pasal 12 huruf b dan c UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Tahun 2001.
• Gratifikasi tidak dianggap sebagai suap saat dilaporkan paling lambat 20 hari kerja
sejak gratifikasi tersebut diterima.
RANSELKU TIRAMISU 2020 26
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

“The more you learn, the more you earn”

RANSELKU TIRAMISU 2020 27


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

PERTEMUAN 13
SUAP, GRATIFIKASI, DAN PROGRAM PENGENDALIAN
GRATIFIKASI

❖ SUAP
I. Definisi Pelayanan Publik
Suap merupakan bentuk pemberian yang dilakukan oleh korporasi atau pihak
swasta berupa pemberian barang, uang, janji, dan bentuk lainnya yang bertujuan
untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dari pihak penerima suap.

II. Sanksi Suap


Menurut pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 menyatakan bahwa sanksi pemberi
suap yaitu pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp50juta dan paling banyak Rp250juta.

III. Beda Suap dan Gratifikasi


Gratifikasi Suap
Inisiator Pemberi Pemberi
Meeting of Mind Tidak Ada
Transaksional Tidak Ya
Paksaan Tidak Tidak

IV. Penyelenggara Pelayanan Publik

❖ Gratifikasi
I. Definisi Etika Bisnis
Gratifikasi adalah semua pemberian yang diterima oleh Pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara (Pn/PN). Pemberian dalam arti luas, yakni uang, barang rabat
(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya, hak yang diterima di dalam negeri
maupun luar negeri, yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik.
Sanksi pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 tahun, dan
pidana denda paling sedikit Rp200juta dan paling banyyak Rp1milyar.

II. Gratifikasi yang dilarang


Kriteria gratifikasi yang dilarang adalah:

RANSELKU TIRAMISU 2020 28


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

1. Gratifikasi yang diterima berhubungan dengan jabatan;


2. Penerimaan tersebut dilarang oleh peraturan yang berlaku, bertentangan dengan
kode etik, memiliki konflik kepentingan atau merupakan penerimaan yang tidak patut
/ tidak wajar.

Hal tersebut dilarang karena:


1. Gratifikasi pada dasarnya adalah “suap yang tertunda”.
2. Gratifikasi tersebut dilarang karena dapat mendorong Pn/PN bersikap tidak objektif,
tidak adil, dan tidak profesional.
3. Undang-undang menggunakan istilah “gratifikasi yang dianggap pemberian suap”
untuk menunjukkan bahwa penerimaan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan
dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

III. Gratifikasi yang Diterima


Kritria dari gratifikasi yang diterima adalah sebagai berikut:
1. Berlaku umum, yaitu suatu kondisi pemberian yang diberlakukan sama dalam hal
jenis, bentuk, persyaratan atau nilai, untuk semua peserta dan memenuhi prinsip
kewajaran atau kepatuhan;
2. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Dipandang sebagai wujud ekspresi, keramah-tamahan, penghormatan dalam
hubungan sosial antar sesama dalam batasan nilai yang wajar; dan
4. Merupakan bentuk pemberian yang berada dalam ranah adat istiadat, kebiasaan, dan
norma yang hidup di masyarakat dalam batasan nilai yang wajar.

Bentuk Gratifikasi yang diterima:


1. Pemberian dari keluarga, tanpa benturan kepentingan.
2. Hadiah tanda kasih yang memiliki nilai jual dalam penyelenggaraan kegiatan adat
setiap acara max Rp1 juta.
3. Pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh penerima
bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau anak penerima gratifikasi max Rp1 juta.
4. Penerimaan dari semua pegawai yang lazim dilakukan dalam konteks sosial sesama
rekan kerja (bukan uang), max. Rp300.000 batasan setahun max Rp1 juta.
5. Pemberian sesama pegawai (uang) dengan batasan ,ax Rp200.000 dan setahun max
Rp 1 juta.
6. Hidangan atau sajian yang berlaku umum.
7. Prestasi akademik atau non akademik yang diikuti menggunakan biaya sendiri.
8. Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan saham
pribadi yang berlaku umum.
9. Manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai berdasarkan keanggotaan korperasi
Pegawai Negeri yang berlaku umum.
10. Seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta sertifikat yang
berlaku umum.

RANSELKU TIRAMISU 2020 29


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

11. Penerimaan hadiah atau tunjangan yang ada kaitannya dengan peningkatan prestasi
kerja yang diberikan oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
12. Diperoleh dari kompensasi atau profesi di luar kedinasan, yang tidak terkait dengan
tugas pokok dan fungsi dari pejabat/pegawai, tidak memiliki konflik kepentingan dan
tidak melanggar aturan internal instansi pegawai.

IV. Aturan Dasar Gratifikasi


• UU Tipikor Pasal 12B dan 12C
• UU No. 3 Tahun 2002 dan
• Perkom 02 Tahun 2004,
• Perkom 06 Tahun 2015.

V. Implementasi dalam keseharian


- Diterima jika seorang fiskus menerima gratifikasi berupa jaket dari legislative
seharga Rp299 ribu sebagai kenang-kenangan karena mutasi pegawai.
- Ditolak / dilaporkan sejak 30 hari diterima jika seorang fiskus menerima
gratifikasi berupa tiket pesawat PP Jakarta-Tokyo oleh maskapai UNTA dari
wajib pajak sebagai rasa terima kasih.

VI. Hal yang Dilakukan Ketika Menerima Gratifikasi


Pemberian gratifikasi pada umumnya tidak ditujukan untuk mempengaruhi
keputusan pejabat secara langsung, namun cenderung sebagai “tanam budi” atau upaya
menarik perhatian pejabat.
• Jika pemberian tersebut berhubungan dengan jabatan kita atau ada ketentuan yang
melarang, maka pemberian tersebut harus DITOLOK.
• Jika pada keadaan tertentu kita tidak dapat menolaknya, seperti dikirimkan ke
rumah, diberikan melalui anggota keluarga, atau untuk menjaga hubungan baik antar
lembaga, maka pemberian tersebut wajib DILAPORKAN kepada KPK.

VII. Pelaporan Gratifikasi


Gratifikasi dilaporkan kepada KPK dengan cara mengisi formulir laporan
penerimaan gratifikasi yang dapat di unduh pada tautan : www.kpk.go.id/layanan-
publik/gratifikasi/formulir-gratifikasi .
Jangka waktu pelaporan:
• Laporan gratifikasi wajib dilaporkan kepada KPK paling lambat 30 hari kerja sejak
gratifikasi diterima.
• Jika sudah terdapat Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) di instansi Pn/PN dapat
melaporkan pada KPK melalui UPG paling lambat 7 hari kerja sejak gratifikasi
diterima.
Jika ingin menyampaikan laporan pengaduan gratifikasi diterima oleh orang lain, maka kita
dapat menggunakan mekanisme Pengaduan Masyarakat dengan cara mengakses alamat
RANSELKU TIRAMISU 2020 30
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

berikut: www.kws.kpk.go.id.
Penyerahan barang gratifikasi:
• Kewajiban penyerahan uang atau barang gratifikasi adalah 7 hari kerja terhitung sejak
tanggal penetapan status kepemilikan oleh KPP (tanggal SK).
• KPK akan menindaklanjuti dan menetapkan status kepemilikannya menjadi milik
negara atau milik penerima dalam waktu 30 hari kerja.

Pelapor gratifikasi berhak mendapatkan perlindungan dari berbagai bentuk tekanan akibat
laporan yang disampaikan. Perlindungan dilakukan oleh KPK mulai dari perlindungan
kerahasiaan informasi pelapor (identitas pelapor) dan dapat bekerjasama dengan LPSK atau
institusi lain yang berwenang.
Pemberi gratifikasi tidak semua diberikan sanksi, kecuali memenuhi unsur tindak pidana
suap.
Barang gratifikasi akan disetorkan KPK jika dalam bentuk uang ke rekening kas negara dan
dicatat sebagai penerimaan negara. Jika berupa barang, KPK menyerahkan kepada
Kementrian Keuangan melalui Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN) untuk di lelang,
hasil lelang dicatat sebagai penerimaan negara.

Mekanisme Penanganan Pelaporan Gratifikasi

Mekanisme Penggantian Barang Gratifikasi


RANSELKU TIRAMISU 2020 31
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

❖ Pengendalian Gratifikasi
I. Latar Belakang
Peraturan Menteri Keuangan No. 7/PMK.09/2017 tentang Pedoman Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Kementrian Keuangan.
Kementrian keuangan telah menjalankan Program Pengendalian Gratifikasi dengan
terbitnya:
1. SE-10/MK.01/2013 tentang Program Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Kementrian Keuangan.
2. PMK No. 83/PMK.01/2015 tentang Program Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Kementrian Keuangan.
Berdasarkan hasil evaluasi atas pelaksanaa PNK No. 83/PMK.01/2015 tersebut, dan dalam
rangka menyelaraskan dengan Peraturan Ketua KPK No. 02 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi, telah ditetapkan PMK No. 7/PMK/09/2017
tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementrian Keuangan.

RANSELKU TIRAMISU 2020 32


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

II. Pokok-Pokok Perubahan


PMK 83/2015 PMK 7/2017
• Kewajiban ASN untuk melaporkan • Kewajiban ASN Kemenkeu untuk
penerimaan Gratifikasi menolak gratifikasi
• Tidak ada pengaturan Gratifikasi • Gratifikasi kepada unit kerja
kepada Unit Kerja • Gratifikasi dari sesama rekan kerja
• Tidak ada pengatuan Gratifikasi dari • Penegasan struktur dan personil UPG
sesama rekan kerja • Penjabaran mekanisme pelaporan
• Struktur dan personil UPG belum jelas
• Mekanisme pelaporan belum detail

III. Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)


Struktur UPG:
1. UPG Koordinator dan UPG tingkat kantor pusat/kantor wilayah paling sedikit memiliki
personil yang terdiri dari satu orang pejabat eselon III/setara eselon III sebagai Ketua
UPG, 1 orang pejabat eselon IV/setara eselon IV, dan 1 orang pelaksana sebagai
administrator.
2. UPG tingkat kantor pelayanan/UPT paling sedikit memiliki personil yang terdiri dari 1
orang pejabat eselon IV sebagai ketua UPG dan 1 orang pelaksana sebagai
administrator.
UPG
UPG ditetapkan dengan keputusan pimpinan unit eselon I yang ditandatangani
oleh pimpinan unit eselon I, atau eselon II atas nama pimpinan unit eselon I pada unit yang
bersangkutan.
Fungsi : Unit pelayanan dan informasi (help desk) pengendalian gratifikasi.
Kedudukan : Unit yang mempunyai tusi di bidang kepatuhan internal seluruh eselon I (kantor
pusat, kantor wilayah, kantor pelayanan/UPT).
Tugas dan Tanggung Jawab:
• Memberikan saran dan pertimbangan terkait gratifikasi pada unit masing-masing;
• Menerima adanya laporan gratifikasi dan melakukan verifikasi kelengkapan dan analisis
atas laporan gratifikasi yang bersangkutan;
• Meminta keterangan kepada pelapor dalam hal diperlukan;
• Memberikan rekomendasi dan menetapkan status gratifikasi terkait kedinasan;
• Menyusun rekapitulasi laporan penanganan gratifikasi di unit masing-masing dan
menyampaikan secara berjenjang kepada UPG setingkat di atasnya dengan tembusan
kepada KPK;
• Menindaklanjuti rekomendasi KPK dalam hal penanganan dan pemanfaatan gratifikasi;
• Memantau tindak lanjut atas rekomendasi dan pemanfaatan gratifikasi yang diberikan
oleh KPK;
• Memberikan informasi dan data terkait penanganan serta perkembangan sistem
pengendalian gratifikasi sebagai bahan pertimbangan (management tools) bagi
pimpinan instansi dalam penentian kebijakan dan strategi pengendalian;
RANSELKU TIRAMISU 2020 33
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

• Melakukan sosialisasi/internalisasi atas ketentuan gratifikasi atau penerapan


pengendalian gratifikasi;
• Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan UPG koordinator dalam pelaksanaan
pengendalian gratifikasi;
• Melakukan langkah monitoring ke KPK terkait penetapan status barang gratifikasi
apabila diperlukan; dan
• Menyusun dan mengevaluasi rencana aksi dan daftar titik rawan gratifikasi di
lingkungan unit kerja masing-masing UPG.

UPG Koordinator
UPGkoordinator ditetapkan dengan keputusan Inspektur Jendral.
Fungsi : Mengoordinasikan pelaksanaan pengendalian gratifikasi di lingkungan Kementrian
Keuangan.
Kedudukan : Inspektorat Jendral
Tugas dan Tanggung Jawab :
• Mengoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan pengendalian gratifikasi di
lingkungan Kementrian Keuangan;
• Menyampaikan laporan semesteran pengendalian gratifikasi kepada menteri;
• Melaksanakan koordinasi, konsultasi, dan surat menyurat dengan KPK atas nama
menteri dalam pelaksanaan ketentuan pengendalian gratifikasi; dan
• Menyiapkan dan mengoordinasikan pelaporan gratifikasi melalui aplikasi.

IV. Pelaporan Gratifikasi

Kelengkapan Laporan Gratifikasi


• UPG melakukan verifikasi atas kelengkapan laporan gratifikasi.
• Laporan gratifikasi dianggap lengkap apabila memuat informasi paling kurang:
a. Nama dan alamat pelapor dan pemberi gratifikasi;
b. Jabatan pelapor gratifikasi;
RANSELKU TIRAMISU 2020 34
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

c. Tempat dan waktu penerimaan dan/atau penolakan gratifikasi;


d. Uraian jelas gratifikasi yang diterima dan/atau ditolak, dan melampirkan bukti dalam
betuk sampel atau foto apabila tersedia;
e. Nilai atau taksiran nilai gratifikasi yang diterima dan/atau ditolak;
f. Kronologis penerimaan dan/atau penolakan gratifikasi.
• Penyampaian laporan dinyatakan sah apabila pelapor telah mendapat bukti tanda
terima penyampaian laporan dari UPG.

Penyaluran Barang Gratifikasi yang Mudah Rusak


• Jika barang gratifikasi berupa makanan/minuman yang sifatnya mudah rusak atau
memiliki masa kadaluarsa yang singkat, penerima gratifikasi dapat langsung
menyalurkan barang gratifikasi tersebut ke panti asuhan, panti jompo, atau tempat
sosial lainnya.
• Dokumentasi penyaluran kepada tempat sosial dilampirkan dalam formulir laporan
gratifikasi dalam bentuk foto dan/atau tanda terima penyerahan barang.

Pelaporan Gratifikasi Langsung ke KPK


• Pelaporan atas penerimaan yang melebih 7 hari kerja sejak tanggal penerimaan.
Pelaporan dilakukan maksimal 30 hari kerja.
• Disampaikan secara langsung/pos/e-mail/website KPK (online), baik oleh penerima atau
orang yang mendapatkan kuasa tertulis.
• Menyampaikan salinan bukti pelaporan kepada UPG maksimal 7 hari kerja sejak tanggal
pelaporan.

Penanganan Laporan Gratifikasi oleh UPG


• UPG dapat meminta keterangan tambahan kepada pihak terkait jika memerlukan
tambahan informasi.
• UPG melakukan analisis atas laporan gratifikasi dengan menggunakan lembar analisis
laporan gratifikasi.
• Menyampaikan kepada KPK paling lambat 7 hari kerja atas laporan gratifikasi yang
berdasarkan hasil analisis akan ditangani oleh KPK.
UPG tidak dapat menindaklanjuti laporan gratifikasi, dalam hal sebagai berikut:
• Pelapor tidak menyampaikan laporan secara lengkap;
• Pelapor tidak melengkapi informasi dalam jangka waktu tertentu;
• Sedang dilakukan penyelidikan, penyidikan, atau penuntutan tindak pidana korupsi;
dan/atau
• Laporan gratifikasi disampaikan karena adanya temuan dari Inspektorat Jendral/Unit
Kepatuhan Internal/pengawas eksternal.

Pelaporan Gratifikasi oleh Selain Penerima Gratifikasi


• UPG hanya memproses laporan gratifikasi oleh penerima gratifikasi dan/atau orang lain
yang mendapat kuasa secara tertulis.
RANSELKU TIRAMISU 2020 35
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

• Laporan gratifikasi selain oleh penerima gratifikasi dan/atau orang lain yang mendapat
kuasa secara tertulis, disampaikan kepada unit yang menangani pengaduan dan/atau
whistleblowing system untuk diproses sebagaimana yang berlaku.

Pelaporan Hasil Penanganan Laporan Gratifikasi


• UPG menyusun rekapitulasi hasil penanganan laporan gratifikasi dengan format
terlampir dalam PMK 7/PMK.09/2017
• Rekapitulasi disampaikan berjenjang setiap awal bulan kepada UPG setingkat di atasnya
dengan tembusan kepada KPK.
• UPG tingkat kantor pusat menyampaikan rekapitulasi semesteran kepada UPG
Koordinator
• UPG Koordinator menyampaikan laporan semesteran penanganan gratifikasi tingkat
kementrian kepada Menteri Keuangan.

Barang Gratifikasi
Ketentuan umum terkait barang gratifikasi:
• Barang gratifikasi harus disimpan oleh penerima gratifikasi sampai dengan penetapan
status barang gratifikasi oleh KPK.
• Penerima gratifikasi bertanggung jawab dalam hal barang rusak dan/atau hilang.
Status barang gratifikasi:
• Milik Negara

• Milik Unit Kerja

RANSELKU TIRAMISU 2020 36


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

• Milik Penerima, terhitung sejak tanggal ditetapkan.

Action may not always bring happiness, but there is no happiness


without action.
– William James

RANSELKU TIRAMISU 2020 37


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

PERTEMUAN 14
NILAI DAN PRINSIP ANTI KORUPSI, INTEGRITAS TOKOH BANGSA

I. Penyebab Korupsi
• Penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal.
• Faktor internal merupakan penyebab yang datangnya dari diri pribadi atau
individu
• Faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem.
• Pencegahan korupsi dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya
mengurangi, kedua faktor penyebab tersebut.
• Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi
tertanam dalam diri setiap individu.
• Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat
mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi.
• Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti
korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti
korupsi

II. Nilai-Nilai Anti Korupsi


1. Kejujuran
+ Lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang (Sugono, 2008)
+ Keputusan untuk mengungkapkan perasaan, kata-kata, atau perbuatan bahwa
realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau meniru orang
lain untuk keuntungan dirinya (Kesuma, 2012)
2. Kepedulian
+ Mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan (Sugono, 2008)
+ Menempatkan kampus sebagai rumah kedua
+ Meminimalkan ego/apatisme
3. Kemandirian
+ Proses mendewasakan diri dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
+ Kemampuan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki, tahu bagaimana
mengelola waktu, berjalan dan berpikir secara mandiri untuk memecahkan
masalah
4. Kedisiplinan
+ Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (Sugono: 2008)
+ Sikap konsisten dalam melakukan sesuatu (Depdiknas, 2001)
+ Ketertiban pola perilaku serta pengendalian diri terhadap aturan atau sistem
aturan yang berlaku (Merriam)
5. Tanggung Jawab

RANSELKU TIRAMISU 2020 38


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

+ Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh


dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008)
+ Tanggung jawab memiliki dua sisi, dari pihak yang berbuat dan dari sisi
kepentingan pihak lain
6. Kerja Keras
+ Ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian,
pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, dan
pantang mundur.
+ Upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dan tugas, serta
menyelesaikan dengan sebaik-baiknya (Yaumi, 2014)
7. Kesederhanaan
+ Tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya
+ Membedakan keinginan dan kebutuhan
+ Penghasilan untuk hidup, bukan gaya hidup
8. Keberanian
+ Keberanian untuk mempertahankan pendirian dan keyakinan dalam hal
kebenaran
+ Suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang dianggap benar
dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan, kesakitan, dan lain-lain
(Paul Findley)
9. Keadilan
+ Sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
+ Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan memberi apa yang
menjadi haknya (Aristoteles)

III. Prinsip-Prinsip Anti Korupsi


1. Akuntabilitas
• Akuntabilitas: kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
• Semua lembaga mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik
dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level
budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga.
• Kewajiban melaporkan dan bertanggung jawab atas keberhasilan atau pun
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang dikerjakan
secara berkala (Mardiasmo)

2. Transparansi
• Prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni
informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaanya serta hasil-

RANSELKU TIRAMISU 2020 39


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

hasil yang dicapai (Krina, 2013)


• Transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan
kejujuran merupakan modal awal yang sangat berharga bagi mahasiswa untuk
melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya (Kurniawan : 2010).
• Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu
✓ proses penganggaran;
✓ proses penyusunan kegiatan;
✓ proses pembahasan;
✓ proses pengawasan; dan
✓ proses evaluasi.

3. Kewajaran
• Ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran.
• Considering everything that has an effect on a situation, so that a fair judgment
can be made (Cambridge dictionary)
• Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif
dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.

4. Kebijakan
• Kebijakan berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
• Rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
• Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan, kultur kebijakan.
• Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-
unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan
tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.

5. Kontrol Kebijakan
• Upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi
semua bentuk korupsi
• Kontrol kebijakan:
✓ partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta
dalam penyusunan dan pelaksanaannya
✓ evolusi/oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan
baru yang dianggap lebih layak
✓ reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap
tidak sesuai

RANSELKU TIRAMISU 2020 40


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

IV. Integritas Tokoh Bangsa


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki rumusan sembilan nilai
antikorupsi yang juga dikenal sebagai sembilan nilai integritas. Kesembilan nilai itulah
yang bisa dijadikan tolok ukur oleh kita dalam menilai seorang tokoh, apakah bisa
dijadikan teladan dalam melawan korupsi atau tidak. Semakin banyak nilai antikorupsi
yang ditunjukkan, semakin tinggi integritas seseorang dan semakin pantas untuk
dijadikan teladan dalam pemberantasan korupsi.

Kasembilan nilai itu adalah :


1. JUJUR : Lurus hati, tidak berbohong, tidak curang
2. PEDULI : Mengindahkan, memperhatikan atau menghiraukan orang lain
3. MANDIRI : Tidak bergantung pada orang lain
4. DISIPLIN : Taat terhadap peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis
5. TANGGUNG JAWAB : Siap menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan,
tidak buang badan
6. KERJA KERAS : Gigih dan fokus dalam melakukan sesuatu, tidak asal-asalan
7. SEDERHANA : Bersahaja, tidak berlebih-lebihan
8. BERANI : Mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam menghadapi bahaya,
kesulitan, dan sebagainya
9. ADIL : Berlaku sepatutnya, tidak sewenang-wenang

Integritas Tokoh Bangsa


1. Haji Agus Salim
2. Baharrudin Lopa
3. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
4. Hoegeng Iman Santoso
5. Ki Hajar Dewantara
6. Moh. Hatta
7. Moh. Natsir
8. Saifuddin Zuhri
9. Sjarifudin Prawiranegara
10. R. Soeprapto
11. Ir. Soekarno
12. Widodo Budidarmo

Sumber Bacaan : Buku Orange Juice for Integrity

“Malu itu mengambil milik orang lain


atau mengambil uang negara”

-Sjarifudin Prawiranegara-
RANSELKU TIRAMISU 2020 41
ETIKA DAN ANTI KORUPSI

PERTEMUAN 15
PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI

I. Gerakan Anti Korupsi


Korupsi di Indonesia sudah berlangsung lama. Berbagai upaya pemberantasan
korupsipun sudah dilakukan sejak tahun-tahun awal setelah kemerdekaan. Dimulai
dari Tim Pemberantasan Korupsi pada tahun 1967 sampai dengan pendirian KPK pada
tahun 2003. Berdasarkan UU No.30 tahun 2002, Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dirumuskan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantastindak pidana korupsi - melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan -
dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Upaya pemberantasan korupsi tidak akan pernah berhasil tanpa melibatkan
peran serta masyarakat. Dengan demikian dalam strategi pemberantasan korupsi
terdapat 3 (tiga) unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta
masyarakat. Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar
melakukan suatu Gerakan Anti-korupsi di masyarakat. Korupsi itu terjadi jika ada
pertemuan antara tiga faktor utama, yaitu: niat, kesempatan dan kewenangan.

• Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu
manusia, misalnya perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang.
• Kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada.
• Kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara langsung memperkuat
kesempatan yang tersedia.

Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi tidak diikuti oleh
kewenangan, maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan demikian, korupsi tidak akan
terjadi jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan, dan kewenangan tidak ada
dan tidak bertemu. Upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya untuk
menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor tersebut.

II. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi


Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa
mempunyai peranan yang sangat penting.
• Kebangkitan Nasional tahun 1908
• Sumpah Pemuda tahun 1928
• Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945
• Lahirnya Orde Baru tahun 1966
• Reformasi tahun 1998.

RANSELKU TIRAMISU 2020 42


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut


mahasiswa tampil di depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan,
semangat dan idealisme yang mereka miliki. Mahasiswa memiliki karakteristik:
intelektualitas, jiwa muda, dan idealism. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi,
jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni telah terbukti bahwa
mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini.
Mahasiswa didukung oleh modal dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan
kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara
dan penegak hukum.

III. Keterlibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi


Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi lima wilayah, yaitu:
1. Diri Sendiri
➢ Membiasakan diri tertib dan tidak melakukan perilaku koruptif yang
merugikan diri sendiri dan orang lain dimulai dari hal-hal kecil.
➢ Kebiasaan yang baik harus dipupuk dan dilatih sejak dini, sesuatu yang baik
harus dilakukan secara rutin agar menjadi kebiasaan, kebiasaan yang sudah
ada harus dilakukan dengan konsisten agar menjadi suatu karakter, sikap
antikorupsi harus menjadi karakter generasi muda sekarang, agar masa depan
lebih baik.

2. Lingkungan keluarga
➢ Apakah dalam mengendarai kendaraan bermotor bersama ayahnya atau
anggota keluarga yang lain, peraturan lalin dipatuhi? Misalnya: tidak
berbelok/berputar di tempat dimana ada tanda larangan berbelok/ berputar,
tidak menghentikan kendaraan melewati batas marka jalan tanda berhenti di
saat lampu lalu lintas berwarna merah, tidak memarkir/menghentikan
kendaraan di tempat dimana terdapat tanda dilarang parkir/berhenti, dsb.
➢ Apakah ketika berboncengan motor bersama kakaknya atau anggota keluarga
lainnya, tidak menjalankan motornya di atas pedestrian dan mengambil hak
pejalan kaki? Tidak mengendarai motor berlawanan arah? Tidak mengendarai
motor melebihi kapasitas (misalnya satu motor berpenumpang 3 atau bahkan
4 orang? Dsb).
➢ Apakah penghasilan orang tua tidak berasal dari tindak korupsi? Apakah orang
tua tidak menyalahgunakan fasilitas kantor yang menjadi haknya?
➢ Apakah ada diantara anggota keluarga yang menggunakan produk-produk
bajakan (lagu, film, software, tas, sepatu, dsb.)

RANSELKU TIRAMISU 2020 43


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

➢ Menerapkan nilai-nilai yang ditanamkan keluarga (orang tua diharapkan


sebagai tauladan bagi anak dan dapat menjadi pencegah utama dalam hal
tindak pidana korupsi).
➢ Mengkonstruksi nilai-nilai antikorupsi dalam perilaku sehari-hari didalam
keluarga seperti membantu mengingatkan anggota keluarga jika terjadi
adanya potensi perilaku koruptif atau potensi adanya tindak pidana korupsi

3. Lingkungan kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus
dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri,
dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan
tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar rekan-rekannya sesama mahasiswa dan
organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai anti
korupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan. Kegiatan
kampanye, sosialisasi, seminar,pelatihan, kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan
untuk menumbuhkan budaya anti korupsi. Kegiatan kampanye ujian bersih atau
anti mencontek misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara lain nilai-
nilai kerja keras, kejujuran, tanggung jawab, dan kemandirian. Kantin kejujuran
adalah contoh lain yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran
dan tanggung jawab.

4. Masyarakat sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa
untuk mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:
➢ Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada
masyarakatnya dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM, KK, laporan
kehilangan, pelayanan pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk pembuatan
surat-surat atau dokumen tersebut? Wajarkah jumlah biaya dan apakah jumlah
biaya tersebut resmi diumumkan secara transparan sehingga masyarakat
umum tahu?
➢ Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah memadai? Misalnya:
kondisi jalan, penerangan terutama di waktu malam, ketersediaan fasilitas
umum, rambu-rambu penyeberangan jalan, dsb
➢ Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah memadai? Misalnya:
pembagian kompor gas, Bantuan Langsung Tunai, dsb
➢ Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah didapatkan?

5. Tingkat lokal/nasional
Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang mahasiswa dalam gerakan anti

RANSELKU TIRAMISU 2020 44


ETIKA DAN ANTI KORUPSI

korupsi bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan tindak
korupsi yang masif dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan kompetensi
yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan massa anti
korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional. Berawal dari kegiatan-kegiatan
yang terorganisir dari dalam kampus, mahasiswa dapat menyebarkan perilaku
anti korupsi kepada masyarakat luas, dimulai dari masyarakat yang berada di
sekitar kampus kemudian akan meluas ke lingkup yang lebih luas.

“Honesty is telling the truth, in order word,


conforming our words to reality. Integrity is
conforming to our word, in order word, keeping
promises and fullfilling expectation”

-Stephen R Covey-

RANSELKU TIRAMISU 2020 45

Anda mungkin juga menyukai