(20 September)
Tugas:
Mengidentifikasi isu-isu terkait materi WOG, mencari data primer dan sekunder
terkait isu tersebut, dampak isu jika tidak dipecahkan, menganalisis isu, membuat
kegiatan gagasan pemecahan masalah dan tahapan kegiatannya. tugas dibuat individu
dan kelompok. Membuat paparan serta learning jurnal modul WOG.
Kelompok:
A. Identifikasi masalah
1. Keuntungan.
• menghasilkan data yang akurat baik dari segi jumlah penduduk, tingkat
ekonomi, pendidikan, dan lain-lain;
• kemudahan akses data bagi penyelenggara,pelaksana dan masyarakat;
• data kependudukan yang terjamin keamanannya dari pihak yang ingin
menyalahgunakan data tsb;
• Peningkatan kualitas pelayanan publik yang terintegritas.
2. Kelemahan.
• Perlu sumber daya yang berkualitas dalam pelaksanaannya.
• Kemampuan masyarakat yang kurang memadai dalam mengakses layanan tsb.
Setelah mengetahui isu yang akan ditindaklanjuti, maka diperlukan metode untuk
mengetahui akar dari permasalahan tersebut. Terdapat beberapa metode untuk menganalisis
pemecahan isu, salah satunya adalah dengan menggunakan metode 6 Why yaitu salah satu
metode analisa yang paling sederhana dan mudah, tanpa perlu melakukan analisa statistik untuk
mencari akar permasalahan dari suatu isu dengan mengeksplorasi semua potensi kesalahan
ataupun masalah. Analisa 6 Why Method terhadap isu prioritas yang telah dipilih melalu teknik
USG dapat dilihat sebagai berikut:
Bentuk WoG, Integrating Service Delivery (ISD) adalah Proses penyatuan pemberian
layanan kepada publik; Koordinasi dan Kolaborasi adalah Pemerintah horizontal yang
berkoordinasi atau berkolaborasi dalam mencapai tujuan bersama; Integrating and
Rebalancing Governance adalah Kontrol politik dan otonomi administrasi seperti di
Inggris; Culture Change adalah Konsep-konsep social glue (perekat), budaya
organisasi. Penerapan WoG pada kementerian atau lembaga dapat dilihat dalam
layanan Integrating Service Delivery (ISD) atau penyatuan layanan yang diberikan oleh
kementerian atau lembaga kepada publik, koordinasi pemerintah secara horizontal, kontrol
politik dan otonomi admnistrasi seperti yang diterapkan di Inggris, budaya organisasi sebagai
perekat. Best practice penerapan WoG memiliki persyaratan antara lain: 1) budaya dan
pilosofi; 2) cara kerja yang baru; 3) akuntabilitas dan insentif; dan 4) adanya cara baru dalam
pengembangan kebijakan. Berikut ini beberapa implementasi WoG dalam perspektif kebijakan
di Indonesia:
a. Hakikat dasar pelayanan publik, sebagaimana cita-cita yang tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945.
b. WoG dalam penyelenggaraan negara, adanya check and balance system antara lembaga
eksekutif, yudikatif, dan legislatif.
Banyak yang dapat kita harapkan dapat kita peroleh dari pembelajaran WoG antara
lain kolaborasi, bagaimana membangun tim, trust antar anggota tim, nilai (values), team
building, kerja sama, keterlibatan sektor, trust, value-based management, komunikasi,
koordinasi dan kolaborasi, dan Pembangunan karakter ASN sebagai perekat dan pemersatu
bangsa.
Tantangan praktik WoG adalah (1) Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat
dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika
pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, di mana
terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda. Seperti halnya kapasitas SDM
dan institusi, (2) Nilai dan budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya
kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan; dan Kepemimpinan menjadi salah satu
kunci penting dalam pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta
meramu SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Profil Tokoh
H. Sutarmidji, S.H., M.Hum. adalah Gubernur Kalimantan barat periode 2018-2023 yang
sebelumnya menjabat Wali Kota Pontianak. Di bawah kepemimpinannya sebagai Wali kota,
dia berhasil membuat banyak kemajuan pembangunan kota, terutama di
bidang infrastruktur. Sutarmidji menekankan pada perbaikan-perbaikan fasilitas dan
pelayanan, di antaranya: (1) pelebaran jalan-jalan utama; (2) perbaikan lebih dari seribu rumah
yang tak layak huni; (3) pembangunan kembali pasar-pasar tradisional dan sekolah-sekolah
negeri; (4) perbaikan gang dan saluran air; (5) meningkatkan kualitas puskesmas; (6)
pembangunan RSUD baru yang menerapkan sistem rumah sakit tanpa kelas; (7) pembangunan
dan penataan taman-taman publik seperti Taman Alun Kapuas dan Taman Digulis. Di
bidang birokrasi, demi mempercepat pelayanan, Sutarmidji menerapkan Pelayanan Satu
Atap dalam mengurus perizinan. Jumlah perizinan pun dipangkas dari yang sebelumnya 99
jenis izin hingga menjadi hanya 14 jenis perizinan. Transparansi juga dikedepankan dengan
mempublikasikan APBD Kota Pontianak serta penggunaan dana Bantuan Sosial melalui koran
maupun situs Pemkot Pontianak. Sejak tahun 2011, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) Kota Pontianak selalu mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari
BPK. Pada tahun 2015, Kota Pontianak dianugerahi predikat pelayanan publik terbaik se-
Indonesia oleh OMBUDSMAN RI (ORI). Sampai saat ini sudah 231 Penghargaan yang
diraihnya baik tingkat Nasional maupun Internasional. Penghargaan bergengsi yang pernah
diraih Sutarmidji adalah Wali kota Terbaik Tahun 2017 oleh Kementerian Dalam Negeri. Di
masa awal kepemimpinannya, tak lama ia menjabat gubernur, ia berhasil menambah
APBD Kalbar dari Rp 5,3 triliun menjadi Rp 5,9 triliun. Hal yang pertama akan disentuhnya
ialah soal jalan dan infrastruktur. Tokoh Sutarmidji telah menerapkan nilai-nilai dasar ASN
dalam tugasnya yaitu nilai Komitmen Mutu menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien. Tercermin kebijakannya yang berdampak besar
pada kesejahteraan masyarakat yaitu perbaikan-perbaikan fasilitas dan pelayanan.
B. Penerapan
Whole of government di perguruan tinggi. Sejalan dengan fungsi perguruan tinggi dalam
pelayanan publik, sudah seharusnya whole of government ini diterapkan dalam memberikan
layanan. Sejauh ini penerapan WoG di perguruan tinggi masih sebatas memberikan pelayanan
yang terpusat bagi mahasiswa, dosen, dan alumni yang berbasis teknologi informasi. Layanan
bagi mahasiswa antara lain integrasi pelayanan akademik dan kemahasiswaan dalam satu
pintu pada Gedung Biro akademik kemahasiswaan perencanaan dan kerjasama. Layanan
berbasis teknologi informasi pada sistem informasi akademik (SIAKAD) dimana mahasiswa
dengan mudah mengakses layanan yang tersedia seperti melihat prestasi akademik, jadwal
perkuliahan, monitoring kehadiran, informasi skripsi dan khusus untuk alumi terdapat layanan
tracking ijazah. Sedangkan untuk dosen, terdapat sistem informasi yang dapat digunakan untuk
managemen kebutuhan dosen mulai dari pengurusan beban kerja dosen, sistem remunerasi,
absensi. Selain itu, untuk manajemen perkuliahan terdapat aplikasi sistem informasi dosen
yang berisi beberapa fasilitas terkait pengajaran, absensi mahasiswa, dan pembimbingan
akademik. Kemudian peluncuran Aplikasi SILAT Fakultas Kedokteran Untan. SILAT adalah
Sistem Pelayanan Administrasi Persuratan Terpadu Berbasis Digital untunk meningkatkan
mutu layanan mahasiswa Fakultas Kedokteran Untan seperti surat-menyurat, permohonan
beaiswa, dll. Hal ini mendukung visi dan misi Rektor Untan digitalisasi kampus, Membangun
Ekosistem Digital dan Inovasi Menuju Universitas Siber.
Sebagai dosen, penerapan whole of government mengacu kepada tugas kita dalam
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Pada bidang Pendidikan dan pengajaran, proses
pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan menggunakan blended learning atau full e-
learning apalagi dengan kondisi pandemi covid-19 dengan memanfaatkan e-learning. Semua
proses pembelajaran telah terintegrasi mulai dari pemberian bahan ajar, video conference,
forum diskusi/live chat, tugas/asssignment, dan kuis. Sehingga mahasiswa dapat dengan
mudah mengakses materi pembelajaran, mengerjakan tugas atau kuis, dan mengetahui hasil
penilaian dalam satu aplikasi. Sedangkan pada kegiatan penelitian dan pengabdian pada
masyarakat sebagai dosen kita dapat melakukan komunikasi, koordinasi, kolaborasi dan
kerjasama penelitian dengan program studi atau fakultas lain dalam satu universitas, atau
melakukan kerjasama dengan universitas lain dan industri baik di dalam maupun luar negeri.
Kerjasama tersebut tentunya dapat meningkatkan kualitas penelitian dan pengabdian pada
masyarakat yang kita miliki serta meningkatkan jumlah artikel pada prosiding dan jurnal
berskala internasional sehingga dapat meningkatkan rangking unit kerja kita dan meningkatkan
kepercayaan masyarakat untuk mempercayakan anaknya dididik di perguruan tinggi kita.
WHOLE OF
GOVERNMENT
LATSAR CPNS ANGKATAN IV PROV.
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
KELOMPOK IV
FAKTOR EKSTERNAL
Dorongan publik untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan yang
lebih baik.
FAKTOR INTERNAL
Ketimpangan kapasitas
sektoral/kompetisi antar sektor.
KONTEKS INDONESIA
Keberagaman latar belakang budaya
PRAKTEK WOG DI BEBERAPA
NEGARA
4. KOALISI SOSIAL
TANTANGAN
PRAKTEK WOG
01 02 03
TEKNIS FUNGSIONAL SATU ATAP SATU PINTU
Pola yang diberikan sesuai Pola pelayanan secara Pola pelayanan secara
bidang tugas, fungsi dan terpadu pada satu tunggal oleh suatu unit kerja
kewenangannya. instansi. brdsr pelimbahan
wewenang.
04 05
TERPUSAT ELEKTRONIK
Pelayanan masyarakat oleh Pelayanan menggunakan
instansi sbg koordinator teknologi informasi dan
pelayanan instansi lain. komunikasi.
BEST PRACTICE WOG
3 JENIS KEGIATAN WOG AUSTRALIA
Channel:
WOG antar level pemerintahan yang
PRESS berbeda
INTEGRASI PELAYANAN
KETERSEDIAAN CIO
ONLINE
Chief Information
Officer
Hubungan Keuangan
Hubungan dalam hal
Pembentukan Daerah