Anda di halaman 1dari 24

“STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI

PUBLIK”

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Manajemen Sistem Informasi Publik

Yang Dibina Oleh Bapak Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

Oleh :

WAKHIDATUL AMANI 135030107113015

ROSI VONICA 135030107113019

ALI MASKUR MUSA 135030107114001

ERIN DAMAYANTI 135030118113001

DWIKA ANDHIKA PUTRI 135030118113009

WICAKSONO NUR SYAMSI 135030118113027

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

2014/2015

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara substansial kerja pengelolaan informasi publik saat ini telah
mendapatkan perhatian serius dari kalangan baik birokrasi pemerintah dan
lembaga publik lainnya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari
perkembangan pergaulan dunia serta proses yang kini tengah dijalani
Indonesia sebagai negara demokrasi.
Informasi publik merupakan hak dasar yang mesti dipenuhi oleh
lembaga publik untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Informasi ini
ketika dikemas sedemikian rupa akan dapat mendukung berkembangnya
partisipasi publik dan hubungan yang ideal antara masyarakat dengan
aparatur pemerintah.
Akan tetapi, faktanya kemampuan sebagian masyarakat Indonesia
dalam mengakses informasi tidak sama baik dalam hal kuantitas maupun
kualitas, bukan saja terhadap media yang berbasis teknologi komunikasi
dan informasi, tetapi juga media konvensional yang telah berkembang
sebelumnya. Kesenjangan informasi terjadi antara masyarakat baik dari
latar belakang pendidikan, faktor ekonomis dengan faktor lingkungan
geografis tempat tinggal.
Kehadiran Undang-Undang No 14/2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik ini pun dikhawatirkan dapat menimbulkan “kepanikan”
di kalangan birokrasi, karena bisa jadi masyarakat berbondong-bondong
menyerbu instansi pemerintah dan meminta informasi apa saja yang
mereka inginkan. Apa saja. Bisa saja nanti ada yang meminta penjelasan
secara teknis maupun non-teknis tentang penanganan bencana lumpur di
Sidoarjo, atau permintaan literatur yang sebenarnya sangat lama, misalnya
berapa lokasi pekuburan Belanda di Indonesia.

2
Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan sistem dan metoda
pelayanan informasi publik yang efisien, dan efektif dengan bobot materi
informasi yang terpercaya. Semua hal tersebut hendaknya dilakukan oleh
instansi/lembaga penyedia informasi publik secara sinergi; hal ini sangat
penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
instansi/lembaga penyedia informasi publik baik di pusat maupun daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep strategi pengembangan manajemen sistem
informasi publik ?
1.2.2 Bagaimana pendekatan pengembangan manajemen sistem
informasi publik ?
1.2.3 Bagaimana metodologi pengembangan sistem dan perangkat ?
1.2.4 Bagaimana langkah-langkah pengembangan manajemen sistem
informasi publik ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami dan menganalisis konsep strategi pengembangan
manajemen sistem informasi publik.
1.3.2 Untuk memahami dan menganalisis pendekatan pengembangan
manajemen sistem informasi publik.
1.3.3 Untuk memahami dan menganalisis metodologi pengembangan
sistem dan perangkat.
1.3.4 Untuk memahami dan menganalisis langkah-langkah
pengembangan manajemen sistem informasi publik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Strategi Pengembangan


Pengembangan sistem (system development) merupakan aktivitas
menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama
secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang sudah ada.
Pengembangan sistem menurut Rustono (2003) dilakukan dengan
merencanakan dan mengembangkan arsitektur sistem informasi organisasi
yang terdiri atas komponen-komponen software, hardware, brainware,
proses dan prosedur, infrastruktur, dan standar.
Pengembangan sistem informasi menurut Loudon (dalam Husein dan
Wibowo, 2000:89) didorong oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal adalah faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi
adopsi dan desain sistem. Beberapa faktor lingkungan eksternal adalah
peningkatan biaya tenaga kerja atau sumber daya lain, persaingan dari
perusahaan lain dan perubahan regulasi pemerintah (UU). Sedangkan
faktor internal adalah faktor institusional organisasi yang mempengaruhi
proses adopsi dan desain sistem informasi. Faktor ini mencakup value (tata
nilai), norma, dan hal-hal penting yang dapat membentuk strategi penting
dalam organisasi.

4
Sumber: Loudon (dalam Husein dan Wibowo, 2000)

Gambar 1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan


Sistem Informasi

Menurut Earl (1989), strategi pengembangan sistem informasi


meliputi tiga pilar utama, yaitu Information System Strategy (ISS),
Information Technology Strategy (ITS), dan Information Management
Strategy (IMS). Keterkaitan tiga pilar tersebut diilustrasikan pada Gambar
2.

What?
IS strategy

• Division/SBU/function based
• Demand oriented
• Business focused
Wherefore?
Applications
IM strategy
• Organisation based
• Relationships oriented
• Management focused
How?
IT strategy Management

• Activity based
• Supply oriented
• Technology focused
Delivery

Sumber: Earl, Michael J. (1989).

Gambar 2.Tiga Pilar Pengembangan Manajemen Sistem Informasi

Gambar 2 menjelaskan ISS, ITS, dan IMS mempunyai fokus yang


berbeda namun memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga perubahan
pada salah satu strategi akan sangat mempengaruhi strategi yang lain. ISS
menekankan pada hubungan antara informasi dan kebutuhan bisnis
organisasi. ITS fokus pada teknologi yang harus dimiliki dan
dikembangkan organisasi. IMS berorientasi pada teknik manajemen yang
akan dipergunakan organisasi.

5
ISS berkaitan dengan bagaimana mendefinisikan kebutuhan informasi
yang mendukung kebutuhan organisasi secara umum, untuk menjamin
terjadinya “the flow of information” yang efektif dan berkualitas. Setiap
organisasi memiliki kebutuhan informasi yang unik. Keunikan tersebut
antara lain terlihat dari (1) jenis dan karakteristik informasi, (2) relevansi
informasi yang dihasilkan, (3) kecepatan alir informasi dari satu bagian ke
bagian lain dalam organisasi, (4) keakuratan informasi, (5) target nilai
ekonomis informasi yang diperoleh, (6) batasan biaya yang harus
dikeluarkan dalam pengolahan informasi, dan (7) struktur para pengguna
informasi. Berdasarkan faktor-faktor keunikan tersebut sistem informasi
yang dikembangkan oleh rumah sakit misalnya akan berbeda dengan
sistem informasi yang dikembangkan oleh bank. Bahkan sistem informasi
yang dikembangkan oleh rumah sakit A akan berbeda dengan sistem
informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit B.

Adanya keunikan informasi pada setiap organisasi, ISS perlu


memperhatikan siklus informasi (information cycle) atau siklus
pengolahan data (data processing cycles), sebagaimana diilustrasikan pada
Gambar 3.

Sumber: http://dosen.amikom.ac.id.

Gambar 3.Siklus Informasi

6
Siklus informasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Data dari
setiap kejadian atau aktivitas diinput, untuk selanjutnya diproses
berdasarkan model tertentu. Proses tersebut akan menghasilkan informasi
yang bermanfaat bagi penerima (level management) sebagai dasar dalam
membuat suatu keputusan atau melakukan tindakan tertentu. Keputusan
atau tindakan tersebut akan menghasilkan kejadian-kejadian tertentu yang
akan digunakan kembali sebagai data untuk dimasukkan ke dalam model
(proses), begitu seterusnya.

Komponen utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah sistem


informasi yang efektif dan efisien adalah teknologi informasi. Teknologi
informasi merupakan sebuah domain dari produk-produk hasil
perkembangan ilmu komputer dan telekomunikasi. Oleh karena itu
menurut Jogiyanto (2005:52) ITS berkaitan dengan strategi memilih
teknologi sistem komputer (hardware dan software), dan teknologi sistem
telekomunikasi yang akan digunakan organisasi.

Pada kenyataannya, saat ini terdapat beragam tipe produk yang


berkaitan dengan teknologi informasi. Fenomena yang terlihat sehubungan
dengan hal ini adalah berlombanya beribu-ribu perusahaan untuk
menciptakan produk-produk yang dapat dijadikan standar internasional
pada kelasnya masing-masing. Berdasarkan kenyataan ini sudah terlihat,
bahwa perusahaan memerlukan strategi khusus paling tidak dalam memilih
teknologi mana saja yang akan dibeli dan dimanfaatkan agar dapat
dikembangkan sistem informasi yang dibutuhkan. Alasan lain
diperlukannya ITS adalah karena adanya suatu resiko tertentu yang akan
menjadi tanggungan perusahaan sehubungan dengan pemilihan suatu
teknologi tertentu. Menurut Indrajit (1999) ITS diperlukan karena alasan
berikut.

1. Perkembangan teknologi informasi sedemikian cepatnya (tumbuh


secara eksponensial) sehingga usia suatu produk tertentu sangat pendek
karena tergantikan dengan versi yang baru yang lebih baik;

7
2. Untuk satu jenis kelas produk, terdapat beribu-ribu vendor yang
menjualnya dengan kelebihan dan kekurangan kualitas produk dan
pelayanan yang dimiliki;
3. Sistem teknologi informasi terdiri dari ratusan komponen berbeda yang
disatu sisi saling independen, sementara di sisi lain memiliki
ketergantungan yang sangat tinggi;
4. Perusahaan dapat melihat infrastruktur teknologi informasi ini dari
berbagai sudut pendekatan, seperti teknologi informasi sebagai cost
center, profit center, investment center, atau service center yang
masing-masing memiliki cara penanganan yang berbeda;
5. Teknologi informasi yang dibangun harus secara signifikan menjawab
kebutuhan akan informasi yang telah didefinisikan pada ISS dengan
catatan tetap mempertimbangkan keterbatasan perusahaan (misalnya
biaya investasi dan kemampuan sumber daya manusia).
IMS berkaitan dengan strategi menentukan orang atau unit
organisasi yang akan menangani sistem informasi dalam organisasi. IMS
menjabarkan strategi organisasi agar target pembentukan sebuah sistem
informasi yang handal dengan menggunakan teknologi informasi yang ada
dapat diterapkan secara operasional baik untuk jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang, sejalan dengan tumbuhnya organisasi di
masa mendatang. Tekanan strategi di sini tidak hanya pada siapa yang
akan bertanggung jawab terhadap implementasi sistem informasi, tetapi
lebih jauh lagi pada bagaimana sistem yang telah dibangun dapat
dipelihara dan dikembangkan di kemudian hari. Prinsip-prinsip
pengembangan sistem, adalah :
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar, maka
setiap investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini :
- Semua alternatif yang ada harus diinvestigasikan
- Investasi yang terbaik harus bernilai
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik

8
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang baru dilakukan dalam proses
pengembangan sistem
5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut
6. Jangan takut membatalkan proyek
7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem

2.2 Pendekatan Pengembangan


Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu
Pendekatan Klasik, Pendekatan Terstruktur, Pendekatan Dari Bawah Ke
Atas, Pendekatan Dari Atas Ke Bawah.
1. Pendekatan Klasik
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan
Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan
Konvensional (conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik
mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada
System Life Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan
akan berhasil bila mengikuti tahapan pada System Life Cycle.
Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik
adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit. Pendekatan
klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam
mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses
pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit
untuk dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan
terstruktur yang memberikan alat-alat seperti diagram arus data
(data flow diagram), kamus data (data dictionary), tabel keputusan
(decision table). diagram IPO, bagan terstruktur (structured chart)
dan lain sebagainya yang memungkinkan pengembangan perangkat
lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik tersebut.
b. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal.
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik
disebabkan karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang

9
lengkap dan kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil
dari alat-alat dan teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan
klasik kurang didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka
dokumentasi menjadi tidak lengkap dan walaupun ada tetapi
strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu pemeliharaan sistem
menjadi kesulitan.
c. Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara
untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan
kesalahankesalahan sistem akan menjadi lebih besar.
d. Keberhasilan sistem kurang terjamin.
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil
pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang
sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai
sistem terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal
yang vital untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada
akhirnya.
Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut
dengan Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba
menyediakan kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik
untuk mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari
system life cycle.
2. Pendekatan terstruktur (Structured Approach)
Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan
teknik-teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga
hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang
strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas. Beberapa metodologi
pengembangan sistem yang terstruktur telah banyak yang diperkenalkan
baik dalam buku-buku, maupun oleh perusahaan-perusahaan konsultan
pengembang sistem. Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-
alat dan teknik-teknik untuk mengembangkan sistem yang terstruktur.

10
Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep
yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit
untuk alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep ini yang
banyak digunakan di industri-industri. Konsep ini memang relatif masih
baru digunakan dalam mengembangkan sistem informasi untuk
dihasilkan produk sistem yang memuaskan pemakainya. Melalui
pendekatan terstruktur, permasalahanpermasalahan yang kompleks
dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari sistem akan mudah
untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan pemakainya, mempunyai
dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya sesuai dengan anggaran
biayanya, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya akan lebih
baik (bebas kesalahan). Keuntungan pendekatan terstruktur :
 Mengurangi kerumitan masalah (reduction of complexity).
 Konsep mengarah pada sistem yang ideal (focus on ideal).
 Standarisasi (standardization).
 Orientasi ke masa datang (future orientation).
 Mengurangi ketergantungan pada disainer (less reliance on artistry).
3. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)
Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level
operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari
perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik
ke level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan
transaksi tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik.
Pendekatan dari bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis
sistem disebut juga dengan istilah data analysis, karena yang menjadi
tekanan adalah data yang akan diolah terlebih dahulu, informasi yang
akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.
4. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari
level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini
dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi.
Langkah selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis

11
kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka
proses turun ke pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input,
basis data, prosedurprosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga
merupakan ciri-ciri pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila
digunakan pada tahap analis sistem disebut juga dengan istilah decision
analysis, karena yang menjadi tekanan adalah informasi yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen terlebih
dahulu, kemudian data yang perlu diolah didefinisikan menyusul
mengikuti informasi yang dibutuhkan.
5. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)
Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu
tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak
memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan
sasaran dari kegiatan atau aplikasi itu saja).
6. Pendekatan Sistem (systems approach)
Memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi
untuk masing-masing kegiatan/aplikasinya dan menekankan sasaran
organisasi secara global.
7. Pendekatan Sistem menyeluruh (total-system approach)
Pendekatan pengembangan sistem serentak secara menyeluruh,
sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan (ciri klasik).
8. Pendekatan Moduler (modular approach)
Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi modul yang
sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan,
tepat waktu, mudah dipelihara (ciri terstruktur)
9. Lompatan jauh (great loop approach)
Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak
menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi,
terlalu mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.
10. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)

12
Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi-
aplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode
berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.

2.3 Metodologi Pengembangan Sistem dan Perangkat


Pengembangan sistem informasi dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Menurut Jogiyanto (2005:433) pengembangan sistem informasi dapat
dilakukan dengan dua cara, antara lain :
1. System Development Life Cycle (SDLC).
Sistem dikembangkan oleh analis sistem, yaitu orang yang memiliki
kemampuan mengembangkan sistem cara profesional. SLDC terdiri dari
5 fase, yaitu :

a. Fase Perencanaan
Mendefinisikan Masalah
Mengkonfirmasikan kelayakan proyek

Membuat jadwal proyek

Menentukan staff yang terlibat dalam proyek

Memulai proses pengembangan proyek


b. Fase Analisa
Mengumpulkan informasi

Mendefinisikan kebutuhan - kebutuhan sistem

Membangun prototipe yang sesuai atau memenuhi kebutuhan sistem

Menentukan prioritas kebutuhan sistem

Membuat prototipe atas prioritas dan melakukan evaluasi terhadap


alternatif yang dipilih

Mereview rekomendasi terhadap pihak manajemen

13
c. Fase Desain
Desain Level Tinggi (Arsitektur Sistem)
 Desain dan integrasi jaringan

 Desain arsitektur aplikasi


Desain Level Rendah
 Desain user interface

 Desain sistem interface

 Desain dan integrasi database

 Prototype desain secara lengkap

 Desain dan integrasi pengawasan sistem


d. Fase Implementasi
Membangun komponen - komponen perangkat lunak

Melakukan verifikasi dan pengujian

Mengkonversi data

Melakukan training user dan mendokumentasikan sistem

Menginstall sistem
e. Fase Support / Dukungan
o Memelihara Sistem
o Memperbaiki system
o Mendukung Pengguna
 Help desk
Masalah yang terjadi pada pendekatan SLDC, yaitu :
Persyaratan sistem "terkunci " setelah ditentukan (tidak dapat berubah)

analisa kebutuhan
sistem)

ada fase SDLC yang dapat merugikan praktek-


praktek pengembangan sistem informasi

Cara kedua adalah dengan menggunakan metode baru yang


merupakan metode alternatif dari metode SLDC, sehingga dapat disebut
dengan metode-metode alternatif (alternatif methods). Husein dan

14
Wibowo (2000:145), Jogiyanto (2005:479), McLeod (2004:133), dan
Susanto (2003:313) menyebutkan metode-metode alternatif meliputi (1)
Paket (package), (2) Prototipe (prototyping), (3) Pengembangan oleh
pemakai akhir (end-user development atau end-user computing), (4)
Outsourcing.
1. Paket (package)
Pengembangan sistem dilakukan dengan membeli paket yang sudah
tersedia. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih paket
adalah spesifikasi paket yang dibutuhkan, ketersediaan paket, dan hasil
evaluasi kemampuan paket.
2. Prototyping
Merupakan pengembangan sistem secara bertahap, yaitu dengan
mengembangkan prototipe sederhana dulu dan ditingkatkan dari waktu
ke waktu sampai sistem selesai dikembangkan.
3. End User Computing
Pengembangan sistem oleh pemakai sistem dan digunakan oleh
pemakai sistem itu sendiri.
4. Outsourcing
Pengembangan sistem dengan bantuan pihak ke tiga dan sekaligus
dioperasikan oleh pihak ketiga. Pemakai sistem dapat menggunakan
sistem dengan menerima informasi secara periodik oleh pihak ketiga
atau dapat menggunakan terminal yang dihubungkan ke tempat pihak
ketiga yang mengoperasikan sistem.

15
Tabel 1

Pengembang dan Pengguna Sistem Berdasarkan


Metode Pengembangan Sistem

Metode
Pengembang Pengguna
Pengembangan Sistem

Departemen sistem
SDLC Analis sistem
informasi

Departemen sistem
Paket Pihak ketiga
informasi

Prototyping Analis sistem Pemakai sistem

End User Computing Pemakai sistem Pemakai sistem

Outsourcing Pihak ketiga Pihak ketiga

Sumber: Jogiyanto (2005:480)

Menurut Wahid (2001) pemilihan metode pengembangan sistem


informasi perlu dilakukan dengan tepat agar sistem yang dikembangkan
sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan organisasi, tepat waktu dan
sesuai dengan anggaran organisasi. Ketepatan pemilihan metode
pengembangan sistem oleh organisasi menurut Jogiyanto (2005:476)
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu ketersediaan paket, sumber daya
sistem teknologi informasi, dampak dari sistem dan jadwal pemakai
sistem. Gambar 4 merupakan bagan alir yang menunjukkan proses
pemilihan metode pengembangan sistem informasi berdasarkan faktor-
faktor tersebut.

16
MULAI

Ya
Paket Tersedia? Paket

Tidak
Tidak
Sumber Daya Mampu
STI?
Outsourcing

Mampu
Dampak Individu
STI?
EUC

Organisasi
Jadwal Segera
Pemakaian?
Prototyping

Masih mampu
SDLC

SELESAI

Gambar 4
Bagan Alir Pemilihan Metode Pengembangan Sistem

Prioritas pertama pemilihan metode pengembangan sistem adalah


paket. Ketersediaan paket merupakan faktor penentu pembelian paket. Jika
paket tidak tersedia prioritas kedua jatuh pada outsourcing. Penentuan
apakah akan dikerjakan dan dioperasikan oleh pihak ketiga (outsourcing)
ditentukan oleh faktor kemampuan sumber daya sistem teknologi
informasi (STI) yang dimiliki organisasi. Jika keputusan akan
dikembangkan secara internal (in sourcing) biasanya yang
dipertimbangkan adalah metode pengembangan End User Computing
(EUC). Faktor penentu pengembangan EUC adalah dampak dari sistem
yang dikembangkan. Jika dampaknya sempit yaitu hanya pada individu
pemakai sistem yang sekaligus pengembang sistem itu saja, maka EUC
tepat jadi pilihan. Sebaliknya jika dampaknya luas sampai ke organisasi,
pengembangan sistem dengan EUC akan berbahaya, karena jika terjadi
kesalahan dampaknya akan berpengaruh pada pemakai sistem lainnya atau
pada organisasi secara luas.

Metode berikutnya yang perlu dipertimbangkan setelah EUC adalah


metode prototyping. Pertimbangan memilih metode ini adalah jadwal

17
pemakaian sistem. Metode ini tepat digunakan untuk mengembangkan
sistem yang harus segera dioperasikan, karena jika tidak permasalahan
yang harus diselesaikan menjadi basi dan proses pengambilan keputusan
menjadi terlambat. Jika jadwal pemakaian sistem masih lama, dalam arti
sistem tidak harus segera dioperasikan, metode SDLC tepat menjadi
pilihan.

2.4 Langkah-Langkah Strategi Pengembangan


1. Tahap Perencanaan
Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang
melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem tersebut
dilontarkan. Dalam tahap perencanaan pengembangan sistem harus
mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan merencanakan
proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan perangkat
jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor
15 tingkat. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek
pengembangan sistem informasi direncanakan secara matang,
mencakup:
 Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Unit
organisasi, kegiatan ataun sistem yang mana yang akan dilibatkan
dalam pengembangan ini? unit mana yang tidak dilibatkan?
Informasi ini memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya
yang diperlukan.
 Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial.
Perencanaan akan menunjukkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi
suatu kesalahan, sehingga hal-hal demikian dapat dicegah sejak
awal.
 Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas terpisah
dan harus berjalan secara bersamaan/paralel yang diperlukan untuk
pengembangan sistem. Tugas-tugas ini diatur dalam urutan logis
berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk efisiensi.

18
 Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja harus
dipertegas sejak awal.
2. Tahap Analisis
Ada dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis atau
manajemen dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis mempelajari
karakteristik organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah
ini adalah untuk mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang
paling sesuai dan relevan di organisasi dan mempelajari fungsi-fungsi
manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh atau
memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan
implementasi. Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama
dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang
penting mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Menetapkan rencana penelitian sistem
b. Mengorganisasikan tim proyek
c. Mendefinisikan kebutuhan informasi
d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
e. Menyiapkan usulan rancangan sistem
f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem
Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-
masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan
dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario
pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta
potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.
3. Tahap Perancangan/Desain
Pada tahap ini, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis
atau manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem
terkait. Tim teknologi informasi akan melakukan perancangan teknis dari
teknologi informasi yang akan dibangun, seperti system basis data,
jaringan komputer, teknik koversi data, metode migrasi sistem, dan
sebagainya.
Sementara itu, secara paralel dan bersama-sama tim bisnis atau

19
manajemen, dan tim teknologi informasi akan melakukan perancangan
terhadap komponen-komponen organisasi yang terkait, seperti: yang akan
berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain,
konstruksi, dan implementasi. Selama tahap analisis, sistem analis terus
bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam
titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Menetapkan rencana penelitian sistem
b. Mengorganisasikan tim proyek
c. Mendefinisikan kebutuhan informasi
d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
e. Menyiapkan usulan rancangan sistem
f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan system
Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-
masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan
dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario
pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta
potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.
4. Tahap Pembangunan Fisik/Konstruksi
Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau
pengembangansistem yang sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Tim
teknis merupakan tulang punggung pelaksanaan tahap ini, mengingat
semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu
konstruksi teknologi informasi dalam skala yang lebih detail.
Dari semua tahapan yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya
paling banyak melihatkan sumber daya terbesar, terutama dalam hal
penggunaan SDM, biaya, dan waktu. Pengendalian terhadap manajemen
proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar penggunaan sumber
daya dapat efektif dan efisien. Bagaimanapun, hal ini akan berdampak
terhadap keberhasilan proyek sistem informasi yang diselesaikan secara
tepat waktu. Akhir dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba atas
sistem informasi yang baru dikembangkan.

20
5. Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk
pertarna kalinya sistem informasi akan dipergunakan di dalam organisasi.
Ada berbagai pendekatan untuk implementasi sistem yang baru didesain.
Pekerjaan utama dalam implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi
b. Mengumumkan rencana implementasi
c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak
d. Menyiapkan database
e. Menyiapkan fasilitas fisik
f. Memberikan pelatihan dan workshop
g. Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem)
h. Penggunaan sistem baru
Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak
yang terlibat sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk
mengurangi risiko kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna untuk
menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan.
Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah menerima
sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang.
6. Tahap Pasca Implementasi
Pengembangan sistem informasi biasanya diakhiri setelah tahap
implementasi dilakukan. Namun, ada satu tahapan lagi yang harus dijaga
dan diperhatikan oleh manajemen, yaitu tahap pasca implementasi.
Kegiatan yang dilakukan di tahap pasca implementasi adalah bagaimana
pemeliharaan sistem akan dikelola. Seperti halnya sumber daya yang lain,
sistem informasi akan mengalami perkembangan di kemudian hari. Hal-
hal seperti modifikasi sistem, berpedoman ke sistem lain, perubahan hak
akses sistem, penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang rusak,
merupakan contoh dari kasus-kasus yang biasanya timbul dalam
pemeliharaan sistem. Disinilah diperlukan dokumentasi yang memadai dan
pemindahan pengetahuan dari pihak penyusun sistem ke pengguna untuk

21
menjamin terkelolanya dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem.
Dari perspektif manajemen, tahap pasca-implementasi adalah berupa suatu
aktivitas di mana harus ada personil atau divisi yang dapat melakukan
perubahan atau modifikasi terhadap sistem informasi sejalan dengan
perubahan kebutuhan bisnis yang dinamis.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengembangan sistem (system development) merupakan aktivitas
menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama
secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang sudah ada. strategi
pengembangan sistem informasi meliputi tiga pilar utama, yaitu
Information System Strategy (ISS), Information Technology Strategy
(ITS), dan Information Management Strategy (IMS) yang saling berkaitan.
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu
Pendekatan Klasik, Pendekatan Terstruktur, Pendekatan Dari Bawah Ke
Atas, Pendekatan Dari Atas Ke Bawah. Ada beberapa metodologi dalam
strategi pengembangan sistem. Selain itu, juga ada langkah-langkah dalam
strategi pengembangan sistem.

3.2 Saran
Hendaknya pengembangan sistem dan metode pelayanan informasi
publik bisa lebih efektif dan efisien dengan informasi yabg dapat
dipercaya. Dengan adanya pengembangan sistem informasi publik dalam
memberikan pelayanan publik yang efektif dan efisien akan
mempermudah masyarakat dalam pelayanan publik.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pnri.go.id/iFileDownload.aspx?ID=Attachment%5CLiteraturKelabu%
5CBahan%20Suprawoto%20-%20KIP%20PERPUSNAS%20(SPW).pdf

24

Anda mungkin juga menyukai