Anda di halaman 1dari 35

TEKNIK PEMERIKSAAN WRIST JOINT DEXTRA DENGAN KLINIS

FRAKTUR SCAPHOID DI INSTALASI RADIOLOGI RS HARAPAN


MAGELANG

Laporan Kasus ini disusun guna memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapangan I

Disusun oleh:
Hilal Dhyia Rahadian
22230004

PROGRAM STUDI D-3 RADIOLOGI


POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU ADISUTJIPTO YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai
laporan guna memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan 1 Program Studi
Diploma D-III Radiologi Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta.

Nama : Hilal Dhyia Rahadian

NIM : 22230004

Judul :.. TEKNIK PEMERIKSAAN WRIST JOINT DEXTRA DENGAN KLINIS


FRAKTUR SCAPHOID DI INSTALASI RADIOLOGI RS
HARAPAN MAGELANG

Magelang, November 2023

Mengetahui

Dosen Pembimbing Clinical Instructure

Putri Pradita Nuramalia, M.Tr.ID Nurul Eni. H, BSc,S.Pd


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan Wrist Joint Dextra dengan Klinis Fraktur Scaphoid di Instalasi
Radiologi RS Harapan Magelang ”.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktek Kerja Lapangan (PKL) I Semester III, Prodi D-III Teknik Radiologi
Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, yang bertempat di Instalasi
Radiologi RS Harapan Magelang. Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak
akan lepas dari segala bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Putri Pradita Nuramalia, M.Tr.ID selaku supervisior kami di RS Harapan


Magelang

2. Nurul Eni. H, Bsc,S.Pd selaku kepala ruangan Instalasi Radiologi RS


Harapan Magelang

3. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang

4. Kedua orang tua saya yang sudah mendoakan sehingga pembuatan laporan
kasus ini berjalan dengan baik

5. Teman-teman saya yang sudah memberikan saran dan semangat.

Saya menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penyusunan


laporan kasus ini. Oleh karena itu, saya menerima kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Saya juga
berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi pribadi maupun pembaca.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................5
ABSTRAK.......................................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................7
A. Latar Belakang.................................................................................................................7
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................8
C. Tujuan................................................................................................................................9
D. Manfaat.............................................................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................................10
A. Anatomi Wrist Joint........................................................................................................10
B. Klinis Fraktur..................................................................................................................14
C. Teknik Pemeriksaan Wrist Joint.....................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................22
A. Waktu dan Tempat..........................................................................................................22
B. Rancangan Penelitian......................................................................................................22
C. Metode Penelitian...........................................................................................................22
D. Instrumen Penelitian.......................................................................................................23
E. Alur Penelitian................................................................................................................23
F. Pengolahan dan Analisa Data.........................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................25
A. Hasil Penelitian...............................................................................................................25
B. Pembahasan.....................................................................................................................30
BAB V PENUTUP........................................................................................................................32
A. Kesimpulan.....................................................................................................................32
B. Saran................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................33
LAMPIRAN..................................................................................................................................34
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Wrist Joint (Bontrager, 2018)

Gambar 2.2 Anatomi Carpal (Bontrager, 2018)

Gambar 2.3 Anatomi Distal Radius dan Ulna (Bontrager, 2018)

Gambar 2.3 Os Scaphoid (Bontrager, 2018)

Gambar 2.4 Anatomi Distal Radius dan Ulna (Bontrager, 2018)

Gambar 2.5 Proyeksi PA Wrist joint (Bontrager, 2018)

Gambar 2.6 Hasil radiograf PA Wrist joint (Bontrager, 2018)

Gambar 2.7 Proyeksi Oblique Wrist joint (Bontrager, 2018)

Gambar 2.8 Hasil radiograf Oblique Wrist joint (Bontrager, 2018)

Gambar 2.9 Proyeksi Lateral Wrist joint (Bontrager, 2018)

Gambar 2.10 Hasil radiograf Lateral Wrist joint (Bontrager, 2018)

Gambar 2.11 Proyeksi PA axial Scaphoid with ulnar deviation (Bontrager, 2018)

Gambar 2.12 Hasil radiograf PA axial Scaphoid with ulnar deviation (Bontrager, 2018)

Gambar 3.1 Pesawat X-ray (RS Harapang Magelang)

Gambar 3.2 Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm (RS Harapang Magelang)

Gambar 3.3 Komputer dan FCR (RS Harapang Magelang)

Gambar 3.4 Printer Dry Pix Prima (RS Harapang Magelang)

Gambar 3.5 Meja Pemeriksaan (RS Harapang Magelang)

Gambar 4.1 Hasil radiograf (RS Harapang Magelang)


ABSTRAK
TEKNIK PEMERIKSAAN WRIST JOINT DEXTRA DENGAN KLINIS FRAKTUR SCAPHOID
DI INSTALASI RADIOLOGI RS HARAPAN MAGELANG

Oleh

Hilal Dhyia Rahadian

Latar belakang: Os Scaphoid merupakan salah satu tulang terbesar yang terletak pada bagian bawah
carpal dan tergolong tulang yang rentan fraktur pada arena pergelengan tangan jika terjatuh atau melakukan
gerakan tangan terlalu cepat. Untuk pemeriksaan wrist joint pada klinis fraktur scaphoid biasanya
menggunakan proyeksi PA (Postero Anterior) dan PA (Postero Anterior) Axial Scaphoid with Ulnar
Deviation dengan arah sinar 25° hingga 30° ke arah proximal. Tujuan dari penelitin ini adalah untuk
mengetahui teknik dan arah sinar yang pemeriksaan radiografi wrist joint dextra dengan klinis fraktur
scaphoid di Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang.

Metode Penelitian: Metode penelitian ini adalah kualitatif pendekatan studi kasus, pengambilan data
dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2023 melalui observasi dan dokumentasi. Analisis
dilakukan dengan membandingkan kondisi lapangan dengan teori yang ada di litelature bontrager.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa teknik pemeriksaan wrist joint dengan klinis
fraktur scaphoid di Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang menggunakan proyeksi PA (Postero
Anterior) dengan arah sinar 25° ke arah proximal karena pasien kesakitan saat akan diperiksa. Hal ini
berbeda dengan di teori pada proyeksi wrist joint dengan klinis fraktur scaphoid yang seharusnya
menggunakan proyeksi PA Axial Scaphoid with Ulna Deviation dengan arah sinar 25°.

Kesimpulan: Beradasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan oleh penulis, bahwa teknik pemeriksaan
wrist joint dengan klinis fraktur scaphoid di Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang menggunakan
proyeksi yang berbeda pada teori yaitu PA dan Lateral dengan menyudutkan arah sinar menjadi 25° ke arah
proximal karena pada proyeksi PA tanpa penyudutan arah sinar atau 0° fraktur pada scaphoid yang di
diagnosa oleh dokter pengirim tidak terlihat.

KATA KUNCI : Wrist Joint Dextra, Scaphoid, Fraktur, penyudutan.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radiografi adalah teknik pencitraan medis yang menggunakan sinar-X untuk


melihat dan mendiagnosis bagian dalam tubuh manusia, seperti tulang dan jaringan
lunak. Setiap pemeriksaan radiografi mempunyai proyeksi dan teknik yang berbeda satu
sama lain, salah satunya adalah pemeriksaan wrist joint. Pemeriksaan wrist joint
merupakan teknik radiografi yang digunakan untuk menggambarkan dan memperlihatkan
anatomi sendi pada pergelangan tangan manusia secara keseluruhan.

Wrist Joint atau sendi pergelangan tangan adalah sendi dengan tipe episoidal
(condyloid) dan termasuk sendi yang bebas bergerak (diarthrodial) dari klasifikasi
sinovial (Bontrager, 2018). Pergelangan tangan atau wrist memiliki 8 tulang carpal,
bagian proximal terdiri dari tulang scaphoid, lunatum, triquetrum, dan pisiform.
Sedangkan bagian distal terdiri dari tulang trapezium, trapezoid, capitatum dan hamatum
(Long et al, 2017).

Kelainan yang mungkin saja terjadi pada wrist joint yaitu fraktur, dislokasi,
trauma, Carpal Tunnel Syndrom (CTS), Osteomielitis, dan Osteoporosis. Wrist joint
terdiri dari radiocarpal joint, intercarpal joint, dan carpometacarpal joint. Tulang radius,
scaphoid, dan lunatum dihubungkan oleh sendi radiocarpal joint sedangkan tulang
lunatum dan triquetrum dihubungkan oleh discus fibrocartilage yang berfungsi untuk
menyetabilkan wrist joint, menghubungkan ulna dan tulang-tulang carpal lainnya.
Radiocarpal joint membantu dalam pergerakan seperti fleksi, ekstensi, abduksi.
Intercarpal joint adalah sendi yang terhubung karena 8 tulang carpal yang terdiri dari 2
baris proximal, distal. Carpometacarpal joint menghubungkan antara tulang carpal
dengan metacarpal, sendi ini lentur dan sering disebut sendi pelana, pergerakan yang
terjadi yaitu fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi (Wineski, 2019).

Scaphoid adalah tulang terbesar di barisan proximal dan bentuknya menyerupai


boat atau perahu Lokasi dan persendiannya berada di lengan bawah oleh karena itu secara
radiografi menjadi sangat perting sebab pada tulang carpal sering terjadi retak
(Bontrager, 2018). Presentase yang sering terjadi pada cidera pergelangan tangan fraktur
tulang scaphoid dewasa maupun muda yaitu lebih dari 60% fraktur pada tulang scaphoid
sulit diketahui karena struktur tulang yang kompleks dan posisinya tumpeng tindih
dengan tulang pergelangan tangan lainnya (Salaga et al, 2013).
Prosedur pemeriksaan radiografi wrist joint secara umum menggunakan pesawat
sinar-X. Pemeriksaan radiografi pada kasus fraktur wrist joint menggunakan proyeksi PA
/AP (Postero Arterior dan Antero Posterior), PA (Postero Anterior) Oblique, dan
Lateromedial, dan PA (Postero Arterior) axial Scaphoid with ulnar deviation untuk
melihat adanya fraktur pada scaphoid (Bontrager, 2018). Menurut artikel karya ilmiah
yang ditulis (Putri, 2017) pemeriksaan radiografi wrist joint dengan klinis fraktur
scaphoid menggunakan proyeksi PA Scaphoid View dengan sudut 20°-30°. Selama penulis
PKL dan mengamati di instalasi radiologi RS Harapan Magelang, untuk pemeriksaan wrist
joint dengan kasus fraktur Scaphoid menggunakan proyeksi AP dan lateral. Sehingga penulis
tertarik untuk mengangkat judul "Teknik pemeriksaan Wirst joint dextra dengan klinis
fraktur Scaphoid di instalasi RS Harapan Magelang”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan wrist joint di instalasi radiologi RS Harapan


Magelang dengan indikasi fraktur pada Scaphoid?
2. Bagaimana peranan arah sudut penyinaran dalam mengindikasi fraktur Scaphoid di
instalasi radiologi RS Harapan Magelang pada pemeriksaan radiografi wrist joint.

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan wrist joint yang digunakan di instalasi


radiologi RS Harapan Magelang dengan indikasi fraktur Scaphoid.
b. Untuk mengetahui peranan variasi arah sudut penyinaran yang digunakan di
instalasi radiologi RS Harapan Magelang dalam mengindikasi fraktur Scaphoid pada
pemeriksaan radiografi wrist joint.

D. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infomasi mengenai prosedur
pemeriksaan radiografi wrist joint di instalasi radiologi RS Harapan Magelang dengan
klinis fraktur pada Scaphoid dan dapat menambah pengetahuan penulis serta
pembaca.

b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah masukan bagi
pelayanan radiologi dalam pemeriksaan radiografi wrist joint pada kasus fraktur di
area tulang carpal khususnya Scaphoid.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Anatomi Wrist Joint

a. Definisi Sendi Pergelangan Tangan (Wrist Joint)


Sendi pergelangan tangan atau wrist joint merupakan sebuah sendi kompleks yang
terletak antara tulang pergelangan tangan (carpal) dan lengan bawah yaitu radius dan
ulna. Sendi pergelangan tangan melibatkan serangkaian tulang yang terhubung
melalui jaringan ligament (Moore KL, 2010). Terdapat 8 tulang carpal sebagai
pembenntuk bagian inti pergelangan tangan,yang berhubungan dengan radius dan
ulna. Sambungan antara tulang-tulang ini memungkinkan gerakan seperti ekstensi
(meluruskan), fleksi (menekuk), abduksi (gerakan menjauh dari titik tengah tubuh),
adduksi (gerakan mendekati sumbu tubuh) dan gerakan melingkar. Berikut adalah
gambaran dari anatomi wrist joint:

Gambar 2.1 Anatomi Wrist Joint (Bontrager, 2018)

b. Carpal

Tulang carpal adalah serangkaian tulang kecil yang ditemukan di pergelangan


tangan, tepat di bawah metakarpal. Carpal merupakan bagian dari sistem rangka yang
membantu melindungi dan mendukung pergerakan tangan. Ada delapan tulang carpal
yang berbeda-beda dari segi ukuran dan fungsi. Mereka adalah Os Trapezium, Os
Trapezoid, Os Capitate, Os Hamate, Os Scaphoid, Os Lunate, Os Triquetrum, dan Os
Pisiform. Berikut adalah gambaran dari anatomi tulang carpal:

Gambar 2.2 Anatomi Carpal (Bontrager, 2018)

Berikut adalah tulang- tulang yang terdapat pada carpal:

1) Os Trapezium

Tulang yang berhubungan dengan os scapoid di arah proksimal


metacarpal di arah distal dan diarah dextra bersinggungan dengan trapezoid
(Paulsen & Waschke 2013)

2). Os Trapezoid

Memiliki karakteristik seperti sepatu datar, bersinggungan dengan


trapezium di radial, capitate, di ulnar, metacarpal di distal dan scaphoid di
proksimal. (Paulsen & Waschke, 2013).

3). Os Capitate
Memiliki karakteristik bulat dan caputnya panjang tulang ini
bersinggungan dengan trapezoid di radial scapoid dan hamate di proksimal,
hamate di ulnar dan metacarpal di distal. (Paulsen & Waschke, 2013)

4). Os Hamate

Memiliki karakteristik seperti palu dan dikelilingi oleh tulang triquetrum


di proksimal, os capitate di radial dan metacarpal di distal (Paulsen & Waschke,
2013).

5). Os Pisiform

Dengan karakteristik terkecil pada bagian carpal dengan bentuk seperti


biji kacang dan menempel pada os triquetrum (Paulsen & Waschke, 2013)

6). Os Triquetrum

Memiliki karakteristik seperti piramida dengan perbatasan os radius di


proksimal, os lunate di radial, pisiform di arah ulnar dan hamate distal (Paulsen &
Waschke, 2013)

7). Os Lunate

Memiliki karakter seperti bulan sabit dengan permukaan konvek dan


disebelahnya ada os radius. Di arah radial bersinggungan dengan os scapoid,
diarah ulnar bersinggungan dengan os triquetrum dan di distal bersinggungan
dengan capitate (Paulsen & Waschke, 2013)

8). Os Scaphoid

Os scaphoid adalah salah satu dari delapan tulang carpal di pergelangan


tangan yang membantu mendukung pergerakan jari-jarinya. Os scaphoid adalah
tulang paling penting di pergelangan tangan karena berperan penting dalam
mempertahankan stabilitas pergelangan tangan dan juga membantu mempertahankan
pergerakan telapak tangan. os scaphoid juga membantu dalam penurunan beban dari
ulna dan radius, yang membantu dalam pergerakan di pergelangan tangan.
Sedangkan menurut Paulsen & Waschke (2013) tulang ini menyerupai perahu, arah
ulnar bersinggungan os penyusun seperti os lunatum, os triquetum, os trapezium, os
capitatum dan os trapezoideum sedangkan pada bagian depan ada tonjolan disebut
berositas scaphoid. Berikut adalah gambaran dari os scapohoid:

Gambar 2.3 Os Scaphoid (Bontrager, 2018)

9). Distal Radius dan Ulna

Bagian distal dari radius dan ulna termasuk dalam kriteria radiograf pemeriksaan wrist
joint, terutama bagian head of radius dan head of ulna. Radius dan ulna juga berperan
penting dalam “menyambungkan” sendi pergelangan tangan dan humerus.
Gambar 2.4 Anatomi Distal Radius dan Ulna (Bontrager, 2018)

B. Klinis Fraktur

a. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah jenis patah tulang yang umum terjadi akibat trauma, kecelakaan,
atau cedera fisik lainnya. Patah tulang ini terjadi ketika tulang mengalami tekanan
atau benturan yang melebihi kekuatan tulang itu sendiri. Ini bisa terjadi pada tulang
apa pun dalam tubuh, seperti lengan, kaki, tulang rusuk, atau tulang belakang.
Gejalanya bisa berupa nyeri hebat, bengkak, dan terbatasnya gerakan pada area yang
terkena fraktur. (Court-Brown, C. M., & Caesar, B; 2006). Fraktur adalah patah
tulang, yang dapat disebabkan oleh cedera atau trauma. Fraktur dapat terjadi pada
semua bagian dari tubuh manusia dan jenisnya dapat bervariasi, dari fraktur yang
ringan hingga patah tulang yang parah (David R. 2016). Menurut Nabeel K. Siddiqui
(2013) Fraktur merupakan patah tulang, yang disebabkan oleh trauma atau cedera
pada tulang. Jenis fraktur dapat bervariasi, dari fraktur ringan hingga parah.
Klasifikasi fraktur juga dapat bervariasi, dari fraktur simple hingga fraktur complex
dan fraktur terbuka.

b. Etiologi fraktur
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan tulang terkena fraktur, yang
pertama yaitu karena cedera atau trauma, seperti kecelakaan mobil, kecelakaan
olahraga, jatuh dari ketinggian, atau cedera saat beraktivitas. Faktor selanjutya adalah
penyakit ortopedi, misalnya osteoporosis yang dapat membuat tulang lebih rentan
terkena fraktur, faktor yang terakhir adalah penyakit sistemik, misalnya lupus yang
dapat menyebabkan osseous necrosis dan penyusutan tulang (John Harris, 2019)

C. Teknik Pemeriksaan Wrist Joint

a. Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan Wrist joint Scaphoid tidak ada persipan khusus cukup
dengan memberikan penjelasan kepada pasie tentang pelaksanaan yang akan
dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda
yang dapat mengganggu hasil gambaran radiograf seperti jam tangan atau gelang.

b. Persiapan Alat

1). Pesawat sinar-X

2). Kaset ukuran 18cm x 24 cm vertical atau 24 cm x 30 cm

3). Marker R/L

4). Alat proteksi radiasi

5). Alat processing film

c. Teknik Radiografi

 Proyeksi Postero Anterior


1) Posisi Pasien
Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan antebrachi di
fleksikan dan telapak tangan menempel pada kaset

Gambar 2.5 Proyeksi PA Wrist joint (Bontrager, 2018)


2) Posisi Objek
Lengan bawah dan tangan dalam posisi prone, Wrist joint diatur dalam
posisi true PA.
3) Ukuran kaset : 24 cm x 30 cm dibagi 2 (split)
4) FFD : 100 cm
5) Central Point : Pada pertengahan Proc. Styloideus radius dan ulna tepi
dorsal atau pada pertengan radius dan ulna
6) Central Ray : Tegak lurus vertical

Gambar 2.6 Hasil radiograf PA Wrist joint (Bontrager, 2018)

7) Kriteria Radiograf
a. Metacarpal, Carpal (Schapoid, Lunatum, Triquetrum, Phisiform,
Trapezium, Trapezoid, Capitatum dan Hamatum), 1/3 Distal Radius
dan Ulna.
b. Tulang Carpal pada posisi true AP dan Adanya Space dari Radius dan
Ulna dengan Carpal.

 Proyeksi Obliq
1) Posisi Pasien
Tempatkan pasien di ujung meja dengan tangan dan lengan
diluruskan. Turunkan bahu sehingga bahu, siku, dan pergelangan tangan
berada pada bidang horizontal yang sama

Gambar 2.7 Proyeksi Oblique Wrist joint (Bontrager, 2018)

2) Posisi Objek
Dari posisi prone, putar pinggang dan tangan ke samping. 45°
untuk stabilitas, tekuk sebagian jari untuk melengkungkan tangan
sehingga jari- jari bertumpu erat pada IR tanpa dukungan.

3) Ukuran kaset : 24 cm x 30 cm dibagi 2 (split)


4) FFD : 100 cm
5) Central Point : Pada pertengahan Proc. Styloideus Radius dan Ulna tepi
dorsal atau pada pertengan radius dan ulna
6) Central Ray : Tegak lurus vertical
Gambar 2.8 Hasil radiograf Oblique Wrist joint (Bontrager, 2018)

7) Kriteria Radiograf

Radus distal, ulna, carpal, dan hingga metacarpal dapat dilihat. trapezium
dan scaphoid harus divisualisasikan dengan baik. dengan hanya
sedikit superposisi karpal lain pada aspek medialnya.

 Proyeksi Lateral
1) Posisi Pasien
Pasien duduk disamping meja pemeriksaan dengan tangan diposisikan
untuk aspek ulna menempel pada permukaan kaset.

Gambar 2.9 Proyeksi Lateral Wrist joint (Bontrager, 2018)


2) Posisi Objek

Sendi siku fleksi 90°, dlengan atas dan lengan lateral, tepi ulnaris
menempel pada kaset.

3) Ukuran kaset : 24 cm x 30 cm dibagi 2 (split)

4) FFD : 100 cm

5) Central Point : Pada Proc. Styloideus ulna dan radius

6) Central Ray : Tegak lurus vertical

Gambar 2.10 Hasil radiograf Lateral Wrist joint (Bontrager, 2018)

7) Kriteria Radiograf

a. Metacarpal, Carpal (Schapoid, Lunate, Triquetrum, Pisiform,


Trapezium.Trapezoid, Capitate, Hamate)

b. Tampak Metacarpal dan Carpal Superposisi dan Radius dan Ulna


Supeposisi juga

 PA (Postero Arterior) Axial Scaphoid with Ulnar Deviation


1) Posisi Pasien
Tempatkan pasien di ujung meja, dengan pergelangan tangan dan tangan
pada kaset, telapak tangan menghadap ke bawah, dan bahu, siku, dan
pergelangan tangan pada bidang horizontal yang sama.

Gambar 2.11 PA (Postero Arterior) Axial Scaphoid with Ulnar Deviation (Bontrager, 2018)

2) Posisi Objek

Posisikan pergelangan tangan seperti pada proyeksi PA telapak


tangan ke bawah dan tangan serta pergelangan tangan sejajar dengan pusat
sumbu panjang kaset, tanpa menggerakkan lengan bawah, gerakkan
tangan secara perlahan (gerakkan ke arah sisi ulnaris) sejauh yang dapat
ditoleransi pasien tanpa mengangkat atau memutar lengan bagian distal.

3) Ukuran kaset : 24 cm x 30 cm dibagi 2 (split)

4) FFD : 100 cm

5) Central Point : Pada pertengahan Scaphoid

6) Central Ray : Sudut CR 10º hingga 15° proximal, sepanjang sumbu


panjang lengan bawah dan menuju elbow (sudut CR harus tegak lurus
terhadap sumbu panjang scaphoid)
Gambar 2.12 Hasil radiograf PA Axial Scaphoid with Ulnar Deviation (Bontrager, 2018)

7) Kriteria Radiograf

a. Radius distal dan ulna, karpal, metakarpal proksimal terlihat.

b. Scaphoid seharusnya ditunjukkan dengan jelas

c. Posisi: Sumbu panjang pergelangan tangan dan lengan harus sejajar.

d. Deviasi ulnaris harus terlihat jelas, tidak ada rotasi pergelangan tangan
yang dibuktikan dengan terlihatnya radius distal dan ulna, dengan minimal
superposisi sendi radioulnar distal.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu : 16 Oktober 2023

Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang.

B. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan tugas


laporan kasus ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang
suatu keadaan secara obyek. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat
kesimpulan.

Subyek dari penelitian ini adalah pasien dengan klinis fraktur yang
melakukan pemeriksaan wrist joint di Instalasi Radiologi RS Harapan
Magelang. Lokasi penelitian pada penyusunan tugas laporan kasus ini
adalah Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang. Waktu penyusunan dan
pengambilan data penelitian ini dimulai pada 16 Oktober 2023.

D. Metode Penelitian

Penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain :

a. Observasi

Penulis melakukan pengamatan dalam jalannya tatalaksana foto wrist


joint dextra dengan klinis fraktur scaphoid menggunakan pesawat sinar-
X di Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data dari dokumen-


dokumen yang berhubungan dengan Tatalaksana wrist joint scaphoid
view dengan Pesawat sinar-X di Instalasi Radiologi RS Harapan
Magelang. Surat rujukan, foto hasil radiograf, dan lain sebagainya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian antara


lain: pedoman observasi dan dokumentasi (kamera). Sebelum
pengumpulan data, pedoman observasi terlebih dahulu dilakukan validasi
dengan cara metode triangulasi. Pada metode ini penulis menyusun draf
pedoman observasi, selanjutnya pedoman tersebut disampaikan ke
Clinical Instructure untuk dikoreksi dan diberikan saran guna
menyempurnakan isi pedoman dan keabsahan data. Setelah itu penulis
memperbaiki instrument penelitian atas saran/koreksi dari radiografer.

F. Alur Penelitian

Alur penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Teknik Pemeriksaan wrist joint dextra dengan klinis fraktur scaphoid di


Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang

1) Teknik Pemeriksaan wrist joint dengan klinis fraktur scaphoid pada teori

2) Teknik Pemeriksaan wrist joint di Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang

b. Rumusan masalah

1) Bagaimana Teknik pemeriksaan wrist joint dengan klinis


fraktur scaphoid di Instalansi Radiologi Rumah Sakit
Harapan Magelang?
2) Apa proyeksi yang tepat untuk menegakkan klinis fraktur
pada scaphoid dan mengapa harus menggunakan
proyeksi tersebut?

c. Metode pengumpulan data

1) Observasi

2) Dokumentasi

3) Hasil dan pembahasan

4) Kesimpulan
G. Pengolahan dan Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan interaktif model menurut

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011) dengan tahap–tahap sebagai


berikut:
1) Tahap pengumpulan data

Data yang didapat dari observasi dikumpulkan dalam bentuk transkrip.

2) Tahap reduksi data


a. Tahap penyajian data
Penyajian data diarahkan agar hasil reduksi terorganisirkan, tersusun
dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami.
b. Tahap penarikan kesimpulan

Pada tahap ini penarikan kesimpulan berdasarkan data-data yang


diperoleh setelah melalui tahap reduksi dan penyajian data,
kemudian didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti
konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti ke
lapangan sehingga dapat diambil kesimpulan dari hasil
penelitinian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

a. Paparan Kasus

1). Identitas Pasien

Nama : TN. D P

Umur : 37 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Permintaan Rontgen : Wrist Joint Dextra

No. RM : 0020XXXX

Diagnosa Klinis : Curiga fraktur pada Scaphoid

2). Riwayat Pasien

Pada hari selasa, tanggal 16 Oktober 2023 pasien dengan nama TN. D P
dari Poliklinik dating ke Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang dengan
membawa lember pengantar permintaan foto rontgen. Pasien mengeluh
sakit pada area pergelengan tangan terutama pada bagian carpal pada tulang
scaphoid, dari diagnose dokter bahwa pasien memiliki klinis fraktur pada
scaphoid.

b. Tatalaksana Pemeriksaan

1). Alat dan Bahan

 Pesawat sinar-x konvensional


Gambar 3.1 Pesawat X-ray

 Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm

Gambar 3.2 Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm

 Komputer dan FCR

Gambar 3.3 Komputer dan FCR


 Printer Dry Pix Prima

Gambar 3.4 Printer Dry Pix Prima

 Meja Pemeriksaan

Gambar 3.5 Meja pemeriksaan

c. Persiapan Pasien

Setelah melakukan pendaftaran, pasien menunggu untuk melakukan pemeriksaan.


Pada dasarnya pemeriksaan Wrist Joint (sendi pergelangan tangan) tidak dibutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pasien harus melepas benda-benda yang akan diperiksa
seperti jam tangan yang dapat menimbulkan aetefak.

d. Teknik Pemeriksaan

Proyeksi yang akan digunakan pada pemeriksaan Wrist joint dextra khusus nya
untuk melihat fraktur pada bagian scaphoid adalah proyeksi PA Axial Scaphoid with
ulnar deviation dan Lateral, tetapi di instalasi radiologi RS Harapan Magelang
menggunakan proyeksi PA (postero Anterior) dengan menyudutkan arah sinar 25°-30°
dan proyeksi lateral seperti berikut:

 Proyeksi Postero Anterior (PA)

1) Posisi Pasien

Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan antebrachi di


fleksikan dan telapak tangan menempel pada kaset.

2) Posisi Objek

Lengan bawah dan tangan dalam posisi prone, Wrist joint diatur dalam
posisi true PA.

3) Ukuran Kaset : 24 cm x 30 cm dibagi 2 (split)

4) FFD : 100 cm

5) Central Point : pada scaphoid

6) Central Ray : disudutkan 25° kearah proximal

7) Faktor Eksposi : kV 50, mA 100, mAs 3,20

 Proyeksi Lateral
1) Posisi Pasien
Pasien duduk disamping meja pemeriksaan dengan tangan diposisikan
untuk aspek ulna menempel pada permukaan kaset.
2) Posisi Objek
Sendi siku fleksi 90°, dlengan atas dan lengan lateral, tepi ulnaris
menempel pada kaset.
3) Ukuran Kaset : 24 cm x 30 cm dibagi 2 (split)
4) FFD : 100 cm
5) Central Point : Pada Proc. Styloideus ulna dan radius
6) Central Ray : disudutkan 25° kearah proximal
7) Faktor Eksposi : kV 53, mA 100, mAs 3,20

e. Hasil Citra Radiograf

Berikut merupakan hasil citra radiograf pada Teknik pemeriksaan


Wrist joint Dextra dengan klinis Fraktur Scaphoid yang dilakukan di
instalasi radiologi RS Harapan Magelang:

 Kriteria hasil radiograf proyeksi Postero Anterior (PA)


dan Lateral sinar disudutkan 25° kearah caudad

Gambar 4.1 Hasil radiograf

 Hasil bacaan Dokter


Hasil pemeiksaan pada bacaan dokter Farida Hermani, Sp.
Rd, terhadap Tn. D P dengan foto rontgen pemeriksaan Wrist
joint dextra yakni fraktur pada Scaphoid Manus dextra.
B. Pembahasan

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan wrist joint di instalasi radiologi RS Harapan


Magelang dengan indikasi fraktur pada Scaphoid?

Pasien dipanggil masuk ke dalam ruang pemeriksaan, kemudian radiographer


menyalakan lampu merah tanda akan dilakukannya ekspose dan menutup pintu untuk
proteksi radiasi. Teknik pemeiksaan wrist joint dengan klinis fraktur Scaphoid di
instalasi radiologi RS Harapan Magelang tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien
duduk disamping meja pemeriksaan dan melepas aksesoris yang akan menggangu
hasil citra radiograf seperti jam tangan.

Berdasarkan pengamatan penulis di instalasi radiologi RS Harapan Magelang,


pemeriksaan wrist joint dengan klinis fraktur scaphoid menggunakan proyeksi
Postero Anterior (PA) dan Lateral dengan penyudutan arah sinar. Pada proyeksi
Postero Anterior (PA) posisi objek berbeda dengan teori, menurut Bontrager, 2018
pemeriksaan wrist joint dengan klinis fraktur pada scaphoid menggunakan proyeksi
PA (Postero Arterior) axial Scaphoid with ulnar deviation, dengan posisi objek mirip
seperti proyeksi PA. Pada proyeksi ini pasien dimintan menggerakan tangan secara
perlahan (gerakkan ke arah sisi ulnaris) sejauh yang dapat ditoleransi pasien tanpa
mengangkat atau memutar lengan bagian distal. Namun pada pemeriksaan wrist joint
dengan klinis fraktur scaphoid di RS Harapan Magelang, posisi objek tidak digerakan
ke arah sisi ulnaris sejauh yang dapat ditoleransi pasien. Alasan pemeriksaan wrist
joint berbeda dengan teori adalah karena pasien kesakitan saat akan menggerakan
pergelengan tangan, fraktur pada scaphoid tetap terlihat walaupun posisi berbeda
dengan teori.

2. Peranan arah sudut penyinaran dalam mengindikasi fraktur Scaphoid di instalasi


radiologi RS Harapan Magelang pada pemeriksaan radiografi wrist joint.
Pada surat pengantar dokter meminta pemeriksaan fraktur di fokuskan kepada
scaphoid dengan curiga fraktur. Pemeriksaan pertama menggunakan proyeksi PA
(Postero Anterior) dan Lateral dengan arah sinar tanpa penyudutan (tegak lurus
vertikal pada kaset), hasilnya fraktur tidak terlihat. Sehingga pada pemeriksaan kedua
masih menggunakan proyeksi PA (Postero Anterior) dan Lateral namun dilakukan
dengan arah sinar disudutkan 25° ke arah proximal.

Penyudutan 25° ke arah proximal dilakukan agar terlihatnya lebih banyak jarak
antar tulang-tulang di sekitar scaphoid. Sehingga dapat disimpulkan peranan
arah sinar 25° dapat menghasilkan gambaran klinis fraktur pada tulang scaphoid
dibandingkan dengan arah sinar 0° yang tidak dapat menghasilkan gambaran fraktur
pada scaphoid. Pemeriksaan PA (Postero Anterior) bisa dijadikan alternatif
dalam pemeriksaan wrist joint dengan kasus fraktur pada scaphoid jika pasien
tidak koorperatif atau kesakitan saat akan dilakukannya proyeksi PA Axial
Scaphoid with Ulnar Deviation karena arah sinarnya sama yaitu 25° hanya berbeda pada
posisi objek yang akan difoto.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Teknik pemeriksaan wrist joint di Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang dengan


indikasi fraktur pada scaphoid menggunakan proyeksi PA (Postero Anterior)
dan Lateral karena pasien kesakitan saat pemeriksaan, tidak dilakukannya
proyeksi PA Axial with Ulna Deviation karena gambaran radiograf sudah dapat
menampakan diagnosa yang diinginkan oleh dokter radiologi maupun dokter
pengirim.

2. Peranan arah sudut penyinaran dalam pemeriksaan wrist joint klinis fraktur
scaphoid di Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang menggunakan arah
sinar penyudutan 25° ke arah proximal sehingga dapat menampakan fraktur
scaphoid pada gambaran radiograf, dibandingkan dengan arah sudut
penyinaran 0° yang tidak menampakan frakur scaphoid..

B. Saran

1. Pada pemeriksaan radiografi wrist joint dengan klinis fraktur scaphoid di Instalasi
Radiologi RS Harapan Magelang sebaiknya menggunakan proyeksi PA
Axial Scaphoid with Ulna Deviation.

2. Sebelum pemeriksaan wrist joint pastikan ada proyeksi tambahan pada klinis
fraktur di area tulang scaphoid agar meminimalisir terjadi double expose pada pasien yang
akan di periksa.
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, K. L. (2018). Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Nineth


Edition In Mosby- Elsevier.

Long. B. W., Rollins, J. H., & Smith, B. J. (2017). Merrill's Atlas Of Radiographic Positioning &
Procedures Vol. 1 13 edition In Journal of Lightwave Technology.

Putri, A. desiana (2017). PEMERIKSAAN RADIOGRAFI WRIST JOINT PADA KASUS


POST TRAUMA MENGGUNAKAN PROYEKSI SCAPHOID VIEW

Nabeel K. Siddiqui, 2013 Journal of Clinical Medicine and Surger

Sagala, D. H., Yuriarto, H., Saleh M. R., Paturusi, I. A., Dqg, U., Zulvw, O., Vdpsohv, M., Rxqj,
R. L., & Phq, D. (2012). What is The Scaphoid view?

Wineski, L. E. (2019). Snell's Clinical Anatomy by Regions Tenth Edition. In Journal of


Chemical Information and Modeling

Moore KL, Dalley AF, Agur AM. Clinically Oriented Anatomy. 6th ed. Philadelphia,
PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2010

Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray's Anatomy for Students. 2nd ed. Philadelphia,
PA: Churchill Livingstone/Elsevier; 2010

Court-Brown, C. M., & Caesar, B. (2006). "Epidemiology of adult fractures: A review."


Injury, 37(8), 691-697

David R. Harris, 2016 Journal of Clinical Medicine

Paulsen F & J Waschke. 2013. Sobatta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskluloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC
Bone fractures: Guidelines for diagnosis and management, John Harris; 2019 Clinical
Orthopedics and Related Research

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai