Anda di halaman 1dari 44

TEKNIK PEMERIKSAAN CRURIS DEXTRA DENGAN INDIKASI POST

ORIF DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT HARAPAN


MAGELANG
HALAMAN JUDUL
Laporan kasus ini disusun guna memenuhi tugas praktek kerja lapangan I

Disusun oleh:
Rizky Novita Wiyatama
22230019

PROGRAM STUDI D-3 RADIOLOGI POLITEKNIK KESEHATAN


TNI AU ADISUTJIPTO YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai
laporan guna memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan 1 Program Studi Diploma
D-III Radiologi Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta.
Nama : Rizky Novita Wiyatama
NIM : 22230019
Judul : TEKNIK PEMERIKSAAN CRURIS DENGAN INDIKASI
POST ORIF DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT
HARAPAN MAGELANG

Magelang, 31 Oktober 2023

Mengetahui:
Dosen Pembimbing Clinical Instructure

Putri pradita nuramalia M.tr.ID Nurul Eni. H, BSc, S.Pd.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
“Teknik Pemeriksaan Cruris Dexra dengan indikasi Post ORIF di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang”.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan (PKL) I Semester III, Prodi D-III Teknik Radiologi Poltekkes
TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, yang bertempat di Instalasi Radiologi RS
Harapan Magelang. Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari
segala bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Putri pradita nuramalia M.tr.ID selaku supervisior kelompok 7 Rumah
Sakit Harapan Magelang
2. Nurul Eni. H, Bsc,S.Pd selaku kepala ruangan Instalasi Radiologi
RS Harapan Magelang
3. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan
Magelang
4. Kedua orang tua saya yang sudah mendoakan sehingga pembuatan
laporan kasus ini berjalan denang baik
5. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam
pembuatan laporan kasus ini.
Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, saya membutuhkan kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Saya
juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi saya maupun pembaca.

iii
TEKNIK PEMERIKSAAN CRURIS DEXTRA L ATERAL CROSS TABLE
DENGAN INDIKASI POST ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL
FIXATION) DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT HARAPAN
MAGELANG

Oleh:
Rizky Novita Wiyatama¹, Putri Pradita Nuramalia M.tr.ID ², Nurul Eni. H,
BSc,S.Pd³

ABSTRAK
Latar Belakang: Cruris merupakan suatu tulang panjang, maka kasus yang
sering terjadi di cruris adalah fraktur. Post ORIF adalah suatu jenis operasi untuk
pemasangan fiksasi internal untuk mempertahankan posisi yang tepat pada
fragmen fraktur. Teknik pemeriksaan Cruris pada Indikasi Post ORIF biasa
dilakukan dengan dua proyeksi yaitu AP dan Lateral.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur
pemeriksaan radiografi Cruris dengan kasus Post ORIF di Instalasi Radiologi RS
Harapan Magelang, dan mengetahui alasan pemeriksaan Cruris dengan kasus
Post ORIF menggunakan proyeksi Lateral Cross Table, sertaapakah proyeksi
yang digunakan mampu menegakkan diagnosa pad Post ORIF.
Metode Penelitian: Metode penelitian ini adalah kualitatif pendekatan studi
kasus, yang disusun dalam bentuk deskriptif. Data yang diambil pada bulan
Oktober hingga November 2023 melalui observasi dan dokumentasi. Analisis
dilakukan dengan membandingkan kondisi lapangan dengan teori yang ada
literature Merill’s Atlas Of Radiographic Position and radiologic Procedure.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Teknik Pemeriksaan
Cruris dengan indikasi Post ORIF di Instalasi Radiologi RS Harapan Magelang
menggunakan proyeksi AP dan Lateral, digunakan proyeksi tambahan seperti
proyeksi Lateral Cross Table untuk pasien non kooperatif, hal ini berbeda dengan
teori menurut buku Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
teknik pemeriksaan pada Cruris ada empat teknik pemeriksaan yaitu AP, Lateral,
AP Obliq Medial Rotation, dan Ap Obliq Lateral Rotation.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang di simpulkan oleh penulis, bahwa
teknik pemeriksaan Cruris dengan indikasi Post ORIF di Instalasi Radiologi RS
Harapan Magelang menggunakan proyeksi AP dan Lateral, digunakan proyeksi
tambahan seperti proyeksi Lateral Cross Table untuk pasien non kooperatif,
karena dengan proyeksi AP(Antero Posterior) dan Lateral sudah dapat
memvisualisasikan Post ORIF yang terpasang pada Cruris.

Kata kunci: Cruris, Post ORIF, Lateral cross table, non kooperatif

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan Penulisan..............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
A. Landasan Teori.................................................................................5
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................19
A. Rancangan Penelitian.....................................................................19
B. Metode Penelitian...........................................................................20
C. Instrumen Penelitian.......................................................................20
D. Alur Penelitian................................................................................21
E. Pengolahan dan Analisis Data........................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................23
A. Hasil Penelitian...............................................................................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................33
A. Kesimpulan.....................................................................................33
B. Saran...............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
LAMPIRAN..........................................................................................................35

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Tibia dan Fibula (Merills edisi 11, 2007)..........................8
Gambar 2.2 Jenis-jenis Fraktur...........................................................................11
Gambar 2.3 Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP.......................13
Gambar 2.4 Radiograf proyeksi AP pada pemeriksaan cruris...........................13
Gambar 2.5 Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi Lateral................15
Gambar 2.6 Radiograf proyeksi Lateral pada pemeriksaan cruris....................15
Gambar 2.7 Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP Obliq
Medial Rotation..............................................................................16
Gambar 2.8 Radiograf proyeksi AP Obliq Medial Rotation pada
pemeriksaan cruris.........................................................................17
Gambar 2.9 Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP Obliq
Lateral Rotation..............................................................................18
Gambar 2.10 Radiograf proyeksi AP Obliq Lateral Rotation pada
pemeriksaan cruris.........................................................................18

Gambar 3.1 Alur Penelitian 21

Gambar 4.1 Pesawat Sinar-X 24


Gambar 4.2 Computed Radiography (CR).........................................................25
Gambar 4.3 Kaset...............................................................................................25
Gambar 4.4 Image Reader..................................................................................25
Gambar 4.5 Printer.............................................................................................26
Gambar 4.6 Sand Bag........................................................................................26
Gambar 4.7 Ilustrasi Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP
(Antero Posterior)...........................................................................27
Gambar 4.8 Hasil radiograf cruris proyeksi AP (Antero Posterior)..................28
Gambar 4.9 Ilustrasi Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi
Lateral CrossTable.........................................................................29
Gambar 4.10 Hasil Radiograf proyeksi Lateral Cros table pada pemeriksaan

vi
Ossa Cruris.....................................................................................30

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radiografi merupakan penggunaan sinar X, untuk membentuk
bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya digunakan untuk
melihat benda tak tembus pandang, misalnya bagian dalam tubuh manusia.
Radiografi digunakan dalam bidang kesehatan untuk melihat kelainan berupa
patologi, trauma dan juga anatomi pada tulang dan juga organ. Setiap
pemeriksaan radiografi mempunyai teknik dan proyeksi yang berbeda beda.
Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu
pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan yang menggunakan
bahan kontras. Ossa Cruris merupakan salah satu pemeriksaan yang tidak
menggunakan bahan kontras (Kus Endah Aryati dan Sri Sugiarti, 2021).
Cruris adalah tungkai bawah yang terdiri dari dua tulang panjang yaitu
tulang Tibia dan Fibula. Tibia disebut juga tulang kering, merupakan jenis
tulang panjang dalam tubuh manusia. Merupakan jenis tulang panjang dengan
dua ujung. Tibia dapat dengan mudah dipalpasi pada bagian kaki dibagian
anteromedial. Terbagi menjadi tiga bagian corpus pada bagian corpus pada
bagian tengah dan dua ekstremitas pada bagian proksimal dan distal. Pada
bagian distal bersendi dengan talus dan bagian proksimal dengan Femur.
Fibula memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan Tibia, terletak di sisi lateral
dari tulang tibia . Caput fibula berada sisi proksimal berlanjut kearah inferior
membentuk corpus hingga sampai kebagian distal membentuk tonjolan yang
menutupi sisi lateral dari talus disebut malleolus lateralis (mata kaki). Tibia
dan fibula bersinggungan membentuk persendian tibiofbular joint.(Asih Puji
Utami, dkk. 2016. radiologi dasar 1).
Menurut data riset kesehatan dasar 2018, secara nasional bagian tubuh
yang sering mengalami cidera yaitu Anggota gerak bawah (67,9%) dan
anggota gerak atas (32,7%) yang disebabkan oleh, kecelakaan lalulintas,
terkena benda tajam/tumpul dan jatuh (Kemenkes RI, 2009). Kasus yang

1
2

sering terjadi di cruris adalah fraktur. Fraktur merupakan terputusnya


kontinuitas atau retakan jaringan yang disebabkan trauma yang ditentukan
oleh luas dan jenis trauma, sehingga dapat mengalami penurunan fungsi fisik
yang merupakan salah satu ancaman pontensial pada integritas. Rusaknya
integritas tulang menyebabkan nyeri, trauma, kaku sendi, dan gangguan
musculoskeletal (Nanda, 2015). Metode penanganan fraktur ada 2 macam,
yaitu metode konservatif dan metode operatif dengan pemasangan internal
fiksasi. Penanganan dengan metode konservatif maksudnya penanganan
fraktur tanpa dilakukan tindakan operasi misalnya dengan reduksi tertutup.
Reduksi tertutup juga disebut reposisi, dimana prinsip dari reposisi adalah
berlawanan dengan arah fraktur. Setelah dilakukan reposisi kemudian
dilakukan pemasangan eksternal fiksasi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya pergeseran kembali pada tulang yang mengalami fraktur. Salah
satu contoh eksternal fiksasi adalah pemasangan gips. Umumnya, reduksi
tertutup digunakan untuk semua fraktur dengan pergeseran minimal.
Penanganan dengan metode operatif adalah suatu bentuk operasi dengan
pemasangan open reduction internal fixation (ORIF) maupun dengan
pemasangan open reduction external fixation (OREF). Metode operatif ini
paling sering digunakan. ORIF adalah reduksi internal yang berupa tindakan
pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah/fraktur
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya. Macam-macam internal
fixtation antara lain menggunakan wire, screw, pins, plate, intermedulari rods
atau nail (Snell, 2012). Pada kasus ini metode operatif yang digunakan adalah
Plate and Screw. Plate and Screw adalah suatu alat untuk fiksasi internal
yang berbentuk pipih yang disertai alat berbentuk silinder pada untuk
memfiksasi daerah yang mengalami perpatahan (Abidin, 2013).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis dengan melakukan
observasi pendahuluan dengan kepala ruangan Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Harapan Magelang, Standar operasional prosedur di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Harapan Magelang, pemeriksaan cruris dilakukan dengan dua
teknik pemeriksaan yaitu Antero Posterior (AP) dan Lateral, sedangkan
3

menurut buku Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures


teknik pemeriksaan pada Cruris ada empat teknik pemeriksaan yaitu Antero
Posterior (AP), Lateral, AP Obliq Medial Rotation, dan Ap Obliq Lateral
Rotation. Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang, dokter
orthopedi mengirim permintaan pemeriksaan cruris dextra tanpa dilakukan
pemeriksaan proyeksi khusus pada kasus fraktur tibia dan fibula post open
reduction internal fixation (ORIF), teknik pemeriksaaan yang dikunakan
adalah proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral, namun dikarenakan
pasien tidak kooperatif dilakukan teknik pemeriksaan Lateral Cross Table.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN CRURIS DEXTRA DENGAN
INDIKASI POST ORIF DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT
HARAPAN MAGELANG”.

B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang penulis mengamati kondisi yang
ada, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana Teknik pemeriksaan Cruris pada indikasi P o s t O R I F di
instalansi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang?
2. Mengapa Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang
menggunakan teknik pemeriksaan Lateral Cross Table pada
pemeriksaan Cruris?
3. Apakah proyeksi Lateral Cross Table tepat untuk menegakkan
pemeriksaan Cruris dengan indikasi Post ORIF?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Cruris yang digunakan di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang dalam menegakkan
diagnosa suatu kelainan khususnya pada kasus pemeriksaan Cruris
dextra dengan klinis Post ORIF.
4

2. Untuk mengetahui alasan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan


Magelang menggunakan proyeksi Lateral Cross Table dalam
pemeriksaan Cruris dengan klinis Post ORIF.
3. Untuk mengetahui hasil citra pada proyeksi yang digunakan di Rumah
Sakit Harapan Magelang serta proyeksi tambahan yang digunakan
untuk menegakkan diagnosa pada kasus pemeriksaan Cruris dextra
dengan klinis Post ORIF.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Anatomi dan fisiologi Cruris
Ossa Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti
tungkai bahwa yang terdiri dari tulang tibia dan fibula (Ahmad Ramadi,
1987). 1/3 distal dextra adalah tualng dibagi menjadi tiga bagian
kemudian bagian yang paling bawah yang diambil. Os Tibialis dan
fibularis merupakan tulang pipa yang terbesar setelah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan Os femur. Pada bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut Os maleolus lateralis (mata kaki luar).
a. Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari
tungkai bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia
adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Bagian
ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral.
Kondi-kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling
pinggir dari tulang. Permukaan superior memperlihatkkan dua
dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi
lutut. Kondil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk
persendian dengan kepala fibula pada sendi tibio-fibuler superior.
Kondil-kondil ini di sebelah belakang dipisahkan oleh lekukan
popliteum.
Bagian ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata
kaki. Tulangnya sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial
menjulang menjadi maleolus medial atau maleolus tibiae.Permukaan
lateral dari ujung bawah bersendi dengan fibula pada persendian
tibio-fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu
femur, fibula dan talus.

5
6

Tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di sebelah


medial sesuai dengan os radius pada lengan atas.Tetapi Radius
posisinya terletak disebelah lateral karena anggota badan bawah
memutar kearah medialis. Atas alasan yang sama maka ibu jari kaki
terletak disebelah medialis berlawanan dengan ibu jari tangan yang
terletak disebelah lateralis(Anatomi fisiologi, untuk siswa perawat,
1997).
1) Malleolus medialis
Malleolus medialis merupakan sebuah ciri yang penting
untuk segi medis pergelangan kaki. Mempunyai sebuah pinggir
bawah dan permukaan pinggir bawah mempunyai sebuah
lekukan disebelah posterior dan merupakan tempat lekat dari
ligamentum deltoideum.
2) Permukaan anterior
Permukaan anterior merupakan tempat lekat dari kapsula
pergelangan kaki. Permukaan posterior beralur untuk tempat
lewat tendo muskulus tibialis posterior dan pinggir dari alur
merupakan tempat lekat dari retinakulum fleksores.
3) Permukaan posterior
Permukaan posterior berhubungan dengan permukaan
posterior korpus. Dipisahkan dari permukaan inferior oleh
sebuah pinggiran yang tajam dan merupakan tempat lekat dari
kapsula sendi pergelangan kaki.
4) Permukaan lateralis
Permukaan lateralis mempunyai bentuk seperti koma yang
merupakan sendi yang sama pada permukaan medialis os talus.
b. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang terletak
disebelah lateral dan bentuknya lebih kecil sesuai os ulna pada
tulang lengan bawah. Arti kata fibula adalah kurus atau kecil. Tulang
ini panjang, sangat kurus dan gambaran korpusnya bervariasi
7

diakibatkan oleh cetakan yang bervariasi dari kekuatan otot – otot


yang melekat pada tulang tersebut. Tidak urut dalam membentuk
sendi pergelangan kaki, dan tulang ini bukan merupakan tulang yang
turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus lateralis.
Disebelah bawah kira – kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga
letaknya lebih posterior. Sisi – sisinya mendatar, mempunyai
permukaan anterior dan posterior yang sempit dan permukaan –
permukaan medialis dan lateralis yang lebih lebar. Permukaan
anterior menjadi tempat lekat dari ligamentum talofibularis anterior.
Permukaan lateralis terletak subkutan dan berbentuk sebagai
penonjolan lubang. Pinggir lateral alur tadi merupakan tempat lekat
dari retinakulum. Permukaan sendi yang berbentuk segi tiga pada
permukaan medialis bersendi dengan os talus, persendian ini
merupakan sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fosa malleolaris
terletak disebelah belakang permukaan sendi mempunyai banyak
foramina vaskularis dibagian atasnya. Pinggir inferior malleolus
mempunyai apek yang menjorok kebawah. Disebelah anterior dari
apek terdapat sebuah insisura yang merupakan tempat lekat dari
ligamentum kalkaneofibularis (Anatomi fisiologi untuk siswa
perawat, 1997).
8

Keterangan gambar:
1. Condylus lateralis
2. Condylus medialis
3. Tibia
4. Facies lateralis
5. Facies medialis
6. Malleolus medialis
7. Malleolus lateralis
8. Syndesmosis tibiofibularis
9. Facies lateralis
10. Corpus fibulae
11. Fibula
12. Membrana interossea
cruris
13. Collum fibulae
14. Caput fibulae
15. Articulatio tibiofibularis
Gambar 2.1 Anatomi Tibia dan Fibula (Merills edisi 11, 2007)

2. Patologi
Trauma adalah terjadi benturan dengan benda tajam yang
mengakibatkan cidera. Yang termasuk trauma adalah Fraktur. Fraktur
adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak
melibatkan seluruh ketebalan tulang.
9

Jenis-jenis fraktur yang perlu diketahui secara radiologis adalah:


a. Complete Noncominuted Fracture
Secara radiologis akan terlihat sebagai garis radioluscent di
tempat fraktur dimana terjadi diskontinuitas tulang.
Keadaan ini disertai bermacam-macam bentuk antara lain:
1) Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya
tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur
semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau
direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu
akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
2) Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya
membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan
sulit diperbaiki.
3) Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang
menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya
menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur
semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
4) Fraktur multipel
Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat
lebih dari satu fraktur complete pada satu tulang panjang.
5) Fraktur avulsi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada
tempat insersi tendon maupun ligamen. Biasanya tidak ada
pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan
terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan
kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang
atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.
10

6) Chip fracture
Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya
sedikit fragmen dari sudut tulang yang terlepas, sering terjadi
pada tulang-tulang pendek pada phalanges.
b. Incomplete fracture
Dinamakan suatu fraktur inkomplet bila tidak semua struktur
tulang terputus. Ini hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan
radiologis.
Ada beberapa golongan fraktur inkomplet :
1) Green stick fracture
Green stick fracture adalah fraktur tidak sempurna dan
sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian
masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan
segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk
dan fungsi normal.
2) Impacted fracture
Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke
bagian fragmen lainnya. Garis fraktur terlihat sebagai garis dens
dan disertai terjadinya pemendekan tulang.
3) Fraktur kompresi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra
dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini
dapat didiagnosis dengan radiogram.
4) Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang
telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik
lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas.
Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini
adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.
11

5) Fraktur traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat
suatu benturan menyebabkan suatu fraktur.
6) Fraktur beban lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul,
radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur.
a) Fisura: Fisura adalah retak tulang.
b) Ruptur: Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat.

Gambar 2.2 Jenis-jenis Fraktur


(Merills edisi 11, 2007)

3. Teknik Pemeriksaan
a. Definisi pemeriksaan Ossa Cruris
Teknik radiografi Ossa Cruris adalah teknik radiografi dengan
memperlihatkan tulang-tulang yang terdapat pada Ossa Cruris yaitu
tulang tibia dan fibula.
b. Tujuan pemeriksaan Ossa Cruris
Teknik radiografi Ossa Cruris bertujuan untuk melihat
kelainan-kelainan yang terdapat pada tulang tibia dan fibula.
12

c. Persiapan pemeriksaan Ossa Cruris:


1) Persiapan pasien:
Tidak ada persiapan khusus pada pemeriksaan cruris,
hanya melepas benda-benda yang dapat mengganggu gambaran
radiograf.
2) Persiapan alat:
a) Pesawat sinar-x
b) Kaset ukuran 34 x 43 cm.
c) Marker R dan L
d) Procecing Film
e) Spon/Sandbag
d. Teknik pemeriksaan Ossa Cruris
1) Proyeksi Antero-Posterior (AP)
a) Posisi Pasien : Supine atau duduk diatas meja
pemeriksaan dan kedua tungkai lurus.
b) Posisi obyek : Tungkai yang akan difoto diatur true
AP, kedua condylus berjarak sama
terhdap kaset, serta atur kedua
malleolus medial dan lateral sama
dengan kaset dan kaset membujur
c) Titik bidik : Pda pertengahan cruris
d) Arah sumbu : Vertikal tegak lurus terhadap keset
sinar
e) FFD : 100cm
f) Ukuran kaset : 30 x 40 cm
g) Faktor eksposi : 1) kV = 52
2) mAS = 4
h) Kriteria foto 1) Tampak gambaran Ap cruris.
2) Pada proksimal dan distal
artikulatio tibia dan fibula sedikit
overlap, tapi pada korpus tidak
13

3) Trabekula tulang dan jaringan


lunak tampak.
4) Angkle joint dan knee joint dalam
posisi ”true AP”.

Gambar 2.3 Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP


Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures

Gambar 2.4 Radiograf proyeksi AP pada pemeriksaan cruris


Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures

2) Proyeksi Lateral
a) Posisi Pasien : Pasien tidur miring diatas meja
pemeriksaan dengan tungkai yang
akan difoto lurus, tungkai yang lain
14

genu fleksi diletakkan didepan


tungkai yang sakit dan diganjal.
b) Posisi obyek : Tungkai bawah yang akan difoto
diatur true lateral dengan cara
mengatur kedua condylus saling
superposisi dan kedua malleolus juga
saling superposisi.
c) Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
d) Arah sumbu : Vertikal tegak lurus terhdap kaset.
sinar
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran kaset : 30 x 40 cm
g) Faktor eksposi : 1) kV = 52
2) mAS = 5
a. Kriteria foto 1) Tampak cruris pada posisi lateral.
2) Tampak tibia dan fibula saling
superposisi.
3) Tampak fibula distal overlep
dengan setengah bagian posterior
tibia.
4) “Shaf of tibia” dan fibula tampak
terpisah kecuali pada kedua ujung
persendian.
15

Gambar 2.5 Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi


Lateral
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures

Gambar 2.6 Radiograf proyeksi Lateral pada pemeriksaan cruris


Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures

3) Proyeksi AP Obliq Medial Rotation


a) Posisi Pasien : Pasien tidur miring diatas meja
pemeriksaan dengan tungkai yang
akan akan difoto obliq medial.
b) Posisi obyek : 1) Tungkai bawah yang akan difoto
diatur obliq medial, dengan cara
mambentuk sudut 45°.
2) Kaki diganjal dengan alat fiksasi.
c) Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
d) Arah sumbu : Vertikal tegak lurus terhdap kaset.
sinar
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran kaset : 30 x 40 cm
16

g) Faktor eksposi : 1) kV = 52
2) mAS = 5
b. Kriteria foto 1) Tampak gambaran AP Obliq
Medial.
2) Tampak tibia dan fibula tidak
superposisi.
3) Tampak Ankle Joint

Gambar 2.7 Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP


Obliq Medial Rotation
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures

Gambar 2.8 Radiograf proyeksi AP Obliq Medial Rotation pada


pemeriksaan cruris
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures
17

4) Proyeksi AP Obliq Lateral Rotation


a) Posisi Pasien : Pasien tidur miring diatas meja
pemeriksaan dengan tungkai yang
akan akan difoto obliq lateral.
b) Posisi obyek : Tungkai bawah yang akan difoto
diatur obliq lateral, dengan cara
mambentuk sudut 45°.
c) Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
d) Arah sumbu : Vertikal tegak lurus terhdap kaset.
sinar
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran kaset : 30 x 40 cm
g) Faktor eksposi : 1) kV = 52
2) mAS = 5
c. Kriteria foto 1) Tampak gambaran AP Obliq
Lateral.
2) Tampak tibia dan fibula
superposisi.
3) Tampak Ankle Joint

Gambar 2.9 Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP


Obliq Lateral Rotation
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
18

Procedures

Gambar 2.10 Radiograf proyeksi AP Obliq Lateral Rotation pada


pemeriksaan cruris
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan tugas
laporan kasus ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Penelitian ini dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,
pengolahan, dan membuat kesimpulan yang berkaitan deangan analisis
prosedur pemeriksaan radiografi Cruris pada kasus Fraktur Tibia dan
Fibula Post Open Reduction Internal Fixation (ORIF) di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang.
2. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah satu orang pasien pemeriksaan os
cruris dengan indikasi POST ORIF di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Harapan Magelang, satu orang radiografer berpengalaman dalam
menangani pemeriksaan radiologi konvensional non-kontras dan terlibat
langsung dalam pemeriksaan os cruris dengan indikasi POST ORIF, serta
satu dokter spesialis radiologi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Harapan Magelang
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini dilakukan di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini dilakukan selama satu
bulan dimulai pada bulan Oktober hingga November 2023 melalui
observasi dan dokumentasi.

19
20

B. Metode Penelitian
Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Penulis mengamati cara langsung prosedur Cruris pada kasus
Fraktur Tibia dan Fibula Post Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang dengan melihat
surat permintaan dari dokter pengirim, kemudian dilakukan
pemeriksaan oleh radiografer, lalu mengamati pemeriksaan yang
dilakukan oleh radiografer sampai dengan selesai, setelah pemeriksaan
dilakukan pembacaan hasil radiograf oleh dokter radiologi.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data dari
dokumen- dokumen yang berhubungan dengan penatalaksanaan foto
Cruris dengan Pesawat sinar-X di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Harapan Magelang. Riwayat pasien (catatan rekam medis), surat rujukan,
foto hasil radiograf, dan lain sebagainya.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang di gunakan dalam penelitian antara lain:
pedoman observasi dan dokumentasi (kamera). Sebelum pengumpulan data,
pedoman dan dokumentasi terlebih dahulu di loakukan validasi dengan cara
metode triangulasi. Pada metode ini penyusun draf pedoman observasi,
selanjutnya pedoman tersebut disampaikan ke Clinical Instructure untuk
dikoreksi dan diberikan saran guna menyempurnakan isi pedoman dan
keabsahan data. Setelah itu penulis memperbaiki instrument penelitian atas
saran/koreksi dari radiografer maupun clinical instructor.
21

D. Alur Penelitian
Alur penelitian pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 .

Teknik Pemeriksaan Cruris Dextra Dengan Indikasi Post Orif


Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang

Teknik pemeriksaan cruris menurut Teknik Pemeriksaan Cruris


buku Merril’s Atlas of pada Instalasi Radiologi
Radiographyc Possitioning and Rumah Sakit Magelang ada
Procedures teknik pemeriksaan dua teknik pemeriksaan yaitu
pada Cruris ada empat teknik yaitu Antero Posterior (AP)
pemeriksaan yaitu Antero Posterior dan Lateral, serta ada proyeksi
(AP), Lateral, AP Obliq Medial tambahan yaitu Lateral Cross
Rotation, dan Ap Obliq Lateral Table untuk pasien non
Rotation. kooperatif.

RUMUSAN MASALAH :
a. Bagaimana Teknik pemeriksaan Cruris pada indikasi P o s t O R I F di
instalansi radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang?
b. Apakah proyeksi Lateral Cross Table tepat untuk menegakkan indikasi
pada Post ORIF dan mengapa harus menggunakan proyeksi

Metode pengumpulan data

Observasi Wawancara Dokumentasi

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan
Gambar 3.1 Alur Penelitian
22

E. Pengolahan dan Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan interaktif model
menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011) dengan tahap–tahap
sebagai berikut:
1. Tahap pengumpulan data
Data yang didapat dari observasi dikumpulkan dalam bentuk
transkrip.
2. Tahap reduksi data
Dalam tahap reduksi data ini, analisis selama pengumpulan data
menggunakan observasi kemudian diklasifikasikan ke tabel katergorisasi
berdasarkan kategori.
a. Tahap penyajian data
Penyajian data diarahkan agar hasil reduksi terorganisirkan,
tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami.
Pada langkah ini peneliti membuat koding terbuka untuk
mempermudah penyajian data dalam bentuk kuotasi.
b. Tahap penarikan kesimpulan
Pada tahap ini penarikan kesimpulan berdasarkan data-data
yang diperoleh setelah melalui tahap reduksi dan penyajian data,
kemudian didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten
dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti ke lapangan sehingga
dapat di ambil kesimpulan dari hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Paparan Kasus
Pasien dengan klinis Post ORIF pada Cruris bagian Tibia dan
Fibula datang dari ruang rawat inap Cendana pada pukul 16:14 WIB
dengan didampingi oleh dua perawat membawa surat pengantar foto
rontgen Cruris dextra dari dokter Orthopedi. Pasien datang setelah
dilakukan tindakan operasi Open Reduction Internal Fixation (ORIF).
Setelah dilakukan operasi, dilakukan foto rontgen Cruris yang bertujuan
untuk mengevaluasi pemasangan benda orthopedi pada Cruris. Kondisi
umum pasien non kooperatif dengan keadaan berbaring diatas brangkar.
Hasil observasi pasien selama penelitian berjumlah satu orang
dengan deskripsi sebagai berikut:
Nama : NY.S F
Umur : 57 Tahun.
Jenis kelamin : Perempuan.
Alamat : Dusun Gadingan
Permintaan Rontgen : Cruris Dextra
No. RM : 210XXX
Diagnosa Klinis : Post ORIF Tibia dan Fibula
Dokter Pengiriman : dr. Trimanto Wibowo. M Blomed. Sp. OT
2. Persiapan pasien
Teknik pemeriksaan radiografi Cruris pada umumnya terdapat dua
pemeriksaan yaitu Antero Posterior(AP )dan Lateral. Pada saat
pemeriksaan pastikan tidak ada logam disekitar area Cruris (Long,B
W,2016). Pada kasus teknik pemeriksaan Cruris pada kasus Fraktur
Tibia dan Fibula Post Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
digunakan proyeksi Antero Posterior(AP) dan Lateral Cross Table yang
bertujuan untuk mengevaluasi pemasangan alat Orthopedi pasca operasi

23
24

(Bontrager 2018). Penatalaksanaan Pemeriksaan Cruris pada kasus Fraktur


Tibia dan Fibula Post Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah
membersihkan objek atau benda-benda yang dapat menganggu hasil citra
radiograf.
3. Persiapan Alat
Persiapan alat pada pemeriksaan Cruris:
a. Pesawat Sinar-X
Pesawat Sinar-X digunakan untuk membuat foto rontgen
Cruris pada kasus Fraktur Tibia dan Fibula Post Open Reduction
Internal Fixation (ORIF). Pesawat Sinar-X yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Nama Alat : Listem
2) Type : REX-525R/L TN-25
3) No.Seri : 08C791
4) kV/mA max : 125kV/400mA

Gambar 4.1 Pesawat Sinar-X

b. Computed Radiography (CR)


Computed Radiography digunakan sebagai modalitas untuk
mengolah hasil gambaran. Jenis computed radiography yang
digunakan pada penelitian ini adalah merk Computed Radiography
(CR) Fuji.
25

Gambar 4.2 Computed Radiography (CR)


c. Kaset
Kaset yang digunakan adalah kaset ukuran 35 cm x 43 cm.

Gambar 4.3 Kaset


d. Image Reader

Gambar 4.4 Image Reader


26

e. Printer

Gambar 4.5 Printer


f. Sand Bag

Gambar 4.6 Sand Bag


4. Persiapan Pasien
a. Perawat mendaftarkan pasiennya ke loket radiologi
b. Petugas administrasi mencatatkan pasien dibuku administrasi,
dengan mencatatkan nama pasien, nomor Rekam Medik, status dan
lainnya di buku Administrasi
c. Mempersiapkan pesawat
d. Mempersiapkan kaset 30 x 40
e. Sediakan Apron untuk keluarga pasien
f. Melakukan Tindakan pemotretan
5. Teknik Pemeriksaan Laporan Kasus
a. Proyeksi AP (Antero Posterior)
1) Posisi Pasien : Pasien berbaring diatas brangkar.
2) Posisi Objek : a) Ossa Cruris di letakkan di atas kaset
dengan kedua sendi masuk dalam
27

pemeriksaan.
b) Atur tubuh pasien senyaman mungkin,
c) Pastikan tidak ada rotasi pada objek.
3) CP : Pertengahan Ossa Cruris, batas atas knee
joint dan atas bawah ankle joint.
4) CR : Vertikal Tegak lurus bidang kaset
5) FFD : 100 cm
6) Ukuran kaset : 35 cm x 43 cm
7) Faktor Eksposiis : a) kV : 55
b) mA : 100
c) mAS : 0,04

Gambar 4.7 Ilustrasi Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi


AP (Antero Posterior)
28

1) Hasil Radiograf Proyeksi AP (Antero Posterior)

Gambar 4.8 Hasil radiograf cruris proyeksi AP (Antero


Posterior)
2) Kriteria Gambar:
a) Tampak gambaran AP cruris.
b) Jaringan lunak tampak.
c) Knee joint dalam posisi true AP.
d) Tampak Post ORIF terpasang pada distal tulang tibia dan
fibula
3) Hasil bacaan dokter
Kesan : Fraktur completa Tibia et Fibula Distalis Dextra
dalam fiksasi ORIF
Dokter : Dr. Farida Hermani, Sp.Rad
4) Proyeksi Lateral Cross Table
a) Posisi Pasien : Pasien berbaring diatas brangkar.
b) Posisi objek : (1) Ossa Cruris di letakkan di atas
sand bag.
(2) Kedua sendi masuk dalam
pemeriksaan (Knee Joint dan
Ankle Joint)
(3) Kaset diletakan disamping
29

sebelah kiri ossa cruris.


(4) Atur tubuh pasien senyaman
mungkin,
(5) Pastikan tidak ada rotasi pada
objek.
c) Cp : Pertengahan Ossa Cruris, dengan batas
atas knee joint dan bawah ankle joint.
d) CR : Vertikal tegak lurus bidang kaset
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 35 cm x 43 cm
g) Faktor Eksposisi (1) kV : 55
(2) mA : 100
(3) mAS : 0,0

Gambar 4.9 Ilustrasi Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi


Lateral CrossTable
30

1) Hasil Radiograf Proyeksi Lateral Cros table

Gambar 4.10 Hasil Radiograf proyeksi Lateral Cros table pada


pemeriksaan Ossa Cruris

2) Kriteria Gambar :
a) Tampak gambaran Lateral Cruris.
b) Jaringan lunak tampak.
c) Knee joint dalam posisi Lateral.
d) Tampak Post ORIF terpasang pada distal tulang Tibia dan
Fibula.
3) Hasil Baca Dokter
Kesan : Fraktur completa Tibia et Fibula Distalis Dextra
dalam fiksasi ORIF
Dokter : Dr. Farida Hermani, Sp.Rad
6. Pembahasan Laporan Kasus
a. Teknik pemeriksaan Cruris pada indikasi P o s t O R I F di
instalansi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang menggunakan
dua teknik pemeriksaan.
Terdapat dua proyeksi yang di gunakan untuk pemeriksaan
Ossa Cruris di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang
yaitu Antero Posterior (AP) dan Lateral, untuk paisen non kooperatif
dilakukan proyeksi Lateral Cross Table,sedangkan untuk
31

pemeriksaan Ossa Cruris yang terdapat di buku Merril’s Atlas of


Radiographyc Possitioning and Procedures menggunakan empat
proyeksi yaitu Antero Posterior (AP), Lateral, AP Obliq Medial
Rotation,dan AP Obliq Lateral Rotation. Hanya dua proyeksi yang
dipakai dalam pemeriksaan Ossa Cruris di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Harapan Magelang, hal ini dikarenakan proyeksi
tersebut sudah dapat memvisualisasikan dengan jelas Post ORIF
yang terpasang pada Ossa Cruris dan pada saat dilakukan
pemeriksaan.
b. Alasan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang
menggunakan teknik pemeriksaan Lateral Cross Table pada
pemeriksaan Cruris.
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang
menggunakan teknik pemeriksaan Lateral Cross Table ketika pasien
non kooperatif, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil radiograf
pada posisi Lateral. Posisi kaset dan arah sinar pada proyeksi Lateral
Cross Table adalah horizontal tegak lurus dan kaset diberi ganjalan
agar gambar yang dihasilkan tidak terpotong. Teknik Lateral Cross
Table ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan hasil citra yaang
baik dengan kondisi pasien yang tidaak kooperatif dan tidak
memperburuk keadaan pasien. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan radiografer dijelaskan bahwa “Karena keadaan
pasien saat itu baru saja dilakukan operasi pemasangan Post
ORIF sehingga pasien tidak bisa menggerakan kakinya, untuk
mendapatkan proyeksi Lateral maka dilakukan proyeksi Lateral
Cross Table untuk mendapatkan hasil citra secara Lateral, pada
proyeksi Lateral Cross Table arah sinar dan kaset adalah
Horizontal tegak lurus pada kaset” dari wawancara tersebut dapat
disimpulkan bahwa proyeksi Lateral Cross Table yang digunakan
yaitu berupa modifikasi dari proyeksi Lateral yang tercantum
dalam buku Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and
32

Procedures. Menurut penulis proyeksi Lateral Cross Table tepat


digunakan saat pasien non kooperatif untuk mendapatkan hasil foto
Cruris secara Lateral.
c. Proyeksi Lateral Cross Table tepat untuk menegakkan pemeriksaan
Cruris dengan indikasi Post ORIF
Teknik Lateral Cross Table dilakukan dengan tujuan
mendapatkan hasil citra Cruris tampak Lateral. Pada pemeriksaan
Cruris Dextra dengan indikasi Post ORIF ini dikarenakan pasien non
kooperatif maka menggunakan teknik Lateral Cross Table untuk
mendapatkan hasil radiograf Cruris tampak lateral, sehingga dapat
memvisualisasikan Post ORIF yang terpasang tampak dari Lateral.
Hal ini dilakukan untuk dapat mengevaluasi pemasangan Post ORIF
yang terpasang sudah tepat atau belum. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan dengan radiografer dijelaskan bahwa “Proyeksi ini
sudah cukup memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
memvisualisasikan Post ORIF yang terpasang pada Cruris, karena
dengan proyeksi tersebut sudah didapat hasil radiograf Cruris
secara Lateral.. Selain itu hasil dari radiograf tersebut sudah
dapat dibaca dokter spesialis radiologi untuk menegakkan
diagnosa”.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Teknik pemeriksaan Ossa Cruris yang digunakan adalah Proyeksi,
Antero Posterior(AP) dan Lateral di Instalasi Radiologi rumah Sakit
Harapan Magelang.
2. Pada pemeriksaan Ossa Cruris dengan proyeksi tambahan yaitu proyeksi
Lateral Cross Table sangat bermanfaat untuk mendukung untuk
memvisualisasikan Post ORIF yang terpasang pada Cruris tampak
secara Lateral dengan kondisi pasien dalam keadaan non kooperatif.

B. Saran
1. Sand bag yang digunakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan
Magelang sebaiknya menggunakan Sand bag yang terbuat dari busa,
dikarenakan Sand bag yang digunakan saat ini berisi pasir yang membuat
pasien kurang nyaman.
2. Sebaiknya petugas radiologi menggunakan satu kaset untuk dua kali foto,
agar petugas tidak perlu bolak balik untuk mengganti kaset.

33
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Risal Mahzudi. 2014. Fraktur Cruris Pada Tibia Fibula (online)
http://radiologykr.blogspot.com/2014/01/fraktur-cruris-pada-tibia-
fibula.html.

Ballinger PW. 1986. Merill’s Atlas Of Radiographic Position and radiologic


Procedure, 10th. Ed. Volume 1, Princeton; CV. Mosby Co.

Kemenkes RI, 2009, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018, Jakarta
: Lembaga Penerbit Balitbangkes
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/
Laporan_ Nasional_RKD2018_FINAL.pdf

Lalo Rodi Septiadi. 2011. Teknik Radiografi Calcanius & Cruris (online)
http://wwwlalurodiseptiadi.blogspot.com/2011/02/teknik-radiografi-
calcaneus-cruris.html

Lutfie. 2012. Laporan Kasus Cruris (online)


http://lutfieblogs.blogspot.com/2012/05/laporan-kasus-cruris.html

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses


Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. Bontrager, K.L.,
2014, Text Book Of Radiographic
Positioning and Related Anatomy, Fifth Edition, The Mosby, St, Louis.

34
LAMPIRAN

Surat pengantar foto rontgen

Hasil Bacaan Dokter Spesialis Radiologi

35
36

TRANSKRIP WAWANCARA RADIOGRAFER

Hari/tanggal : Rabu, 15 November 2023


Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan
Magelang
Cara Pengambilan Data : Wawancara
Instrumen : Pedoman Wawancara
Responden : Zaenal Fadli, AMR
Pewawancara : Rizky Novita Wiyatama
Pencatat : Rizky Novita Wiyatama
Keterangan : P: Pewawancara
R1 : Responden 1

ISI WAWANCARA

P : Bagaimana Teknik pemeriksaan radiografi os Cruris pada indikasi Post


ORIF di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan Magelang?
R1 : Untuk teknik pemeriksaan radiografi os Cruris pada indikasi Post ORIF
biasanya hanya menggunakan proyeksi standar yaitu AP dan Lateral,
namun disesuaikan lagi dengan kondisi pasien. Kalau pasien tidak
kooperatif atau sulit untuk dirotasikan maka bisa menggunakan proyeksi
Lateral Cross Table untuk mendapatnya hasil citra secara Lateral.
P : Bagaimana Persiapan pasien pada pemeriksaan radiografi os os Cruris
pada indikasi Post ORIF di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Harapan
Magelang?
R1 : Tidak ada persiapan khusus untuk pasien pada pemeriksaan os Cruris
kasus Post ORIF, hanya melepas benda logam disekitaran area yang harus
di foto.
37

P : Mengapa di Rumah Sakit Harapan Magelang menggunakan proyeksi


Lateral Cross table pada pasien Ny. SF?
R1 : Karena keadaan pasien saat itu baru saja dilakukan operasi pemasangan
Post ORIF sehingga pasien tidak bisa menggerakan kakinya, untuk
mendapatkan proyeksi Lateral maka dilakukan proyeksi Lateral Cross
Table untuk mendapatkan hasil citra secara Lateral, pada proyeksi
Lateral Cross Table arah sinar dan kaset adalah Horizontal tegak lurus
pada kaset.
P : Apakah proyeksi tersebut sudah cukup informatif untuk digunakan sebagai
penegak diagnosa?
R1 : Proyeksi ini sudah cukup memberikan informasi yang dibutuhkan
untuk memvisualisasikan Post ORIF yang terpasang pada Cruris, karena
dengan proyeksi tersebut sudah didapat hasil radiograf Cruris secara
Lateral.. Selain itu hasil dari radiograf tersebut sudah dapat dibaca
dokter spesialis radiologi untuk menegakkan diagnosa.

Anda mungkin juga menyukai