Anda di halaman 1dari 1

Selamatkan Tana Sangkol Madura

Buku : Politik Agraria Madura: Privatisasi, Marginalisasi, dan Perampasan Ruang Hidup
Penulis : A. Dardiri Zubairi
Penerbit : Literatus Pustaka
Cetakan : Pertama, Februari 2023
Tebal : xiv + 100 halaman, 13 x 19 cm
ISBN : 978-623-09-1707-3
Peresensi : M. Rohib MR*
Pulau Madura merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki banyak keunikan. Keunikan
tersebut tidak hanya sebuah background belaka, namun hal tersebut sudah menjadi ciri khas bahkan sudah menjadi
identitas bagi Madura itu sendiri. Salah satu yang menjadi keunikan adalah persoalan mengenai budaya, hal ini
tidak bisa ditampik lagi. Secara umum Indonesia lahir dan berkembang dengan adanya budaya, karena identitas
terbesar negara ini adalah budaya. Jadi, Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan budaya, ibarat memisahkan air laut
dengan sifat asinnya sebuah hal yang tentunya tidak akan pernah terjadi.
Budaya adalah unsur paling penting dalam struktural penduduk Indonesia, khususnya di Pulau Madura.
Bagi mereka menjaganya merupakan suatu keharusan bahkan menjadi kewajiban. Agar identitas itu tetap terjaga
dari sekian budaya yang ada di Madura. Ada stu budaya yang paling urgen, yakni masalah hak milik suatu barang
dan jika dispesifikkan hal ini menjadi persoalan tana sangkol di Madura. Tana sangkol merupakan sebuah tanah
warisan yang diwariskan oleh leluhur kepada cucu-cucunya untuk dijaga dan dimanfaatkan dengan baik. Tidak
hanya itu, tana sangkol juga mengandung unsur mistik di dalamnya. Jika sampai tanah itu dijual dengan
sembarangan atau tidak diurus denganbaik, maka orang Madura percaya hal itu akan mendatangkan sebuah
bencana (tola) yang besar.
Buku Politik Agraria Madura karya A. Dardiri Zubairi ini sedikit memotret bagaimana kondisi tanah atau
lahan di Madura sekarang yang sedang tidak stabil. Banyak tanah atau lahan-lahan yang sudah beralih fungsi ke
tangan investor-investor asing. Bukan karena penduduk Madura menjualnya tapi negara yang memaksa para
investor untuk merampasnya. Sehingga dalam momentum inilah problem-problem agraria di Madura mengemuka,
di antaranya; perempasan ruang hidup ekspolitasi lingkungan, privatisasi sumber daya alam (SDA), dan sebagainya.
Yang paling miris penduduk Madura hari bukan malah semakin menolak hal tersebut, tetapi mereka malah
terhipnotis oleh bujuk rayu para investor-investor itu. Kapitalisme sudah menjadi kaca mata sebagian orang Madura
yang menyebabkan mereka lemah untuk mempertahankan tanah yang mereka miliki.
Salah satu faktor utama dalam masalah ini, yaitu karena adanya hal yang mempermudah. Sejak
diresmikannya jembatan Suramadu, Madura memasuki babak baru. Karena dalam praktiknya, Suramadu bukan
hanya menjadi jalur transportasi untuk mempermudah mobilitas penduduk Madura atar pulau, tetapi juga menjadi
jalur yang mempermudah proyek-proyek kapitalisme masuk. Hingga tidak ada yang dapat bisa membendung semua
ini. Bahkan pemerintah desa, kecamatan hingga kabupaten tidak dapat membendungnya.
Teruntuk kalian orang Madura, bacalah buku ini. Karena secara tidak langsung buku ini memberikan
sugesti kepada kita bahwa sekarang kita sedang dijajah oleh para investor-investor,”Madura berada dalam gurita
neolibralisme.”(Hal. 6). Menjadi surga bagi sekelompok orang yang rakus luar biasa. Jadi, untuk memperbaiki itu
semua mulailah dari diri kita sendiri dalam menata kehidupan dengan baik agar mempunyai masa depan yang cerah.
Dan jangan lupa, jadilah manusia pembelajar. Karena dengan itu perampasan tidak akan terjadi dengan mudah. Save
Madura!

*) Santri asal Pordapor.

Anda mungkin juga menyukai