Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN SOSIAL JAWA BARAT

P.Sosduk-3 TPB IKU Provinsi Jawa Barat 2018-2023


3 - Kehidupan Sehat dan Sejahtera 2 – Indeks Demokrasi
4 – Pendidikan Berkualitas 3 – Indeks Kebahagiaan
4 – Angka Harapan Hidup
7 – Rata – Rata Lama Sekolah
8 – Harapan Lama Sekolah

Latar Belakang
Indikator pembangunan sosial Jawa Barat memiliki beberapa aspek dan merupakan salah
satu indikator dalam menentukan tingkat kesuksesan pembangunan di Jawa Barat. Hal ini
juga telah tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
2018 – 2023 dalam bentuk Peraturan Gubernur Jawa Barat yang dirilis tahun 2018, sejalan
dengan periode kepemimpinan Gubernur Ridwan Kamil dan Uu Rhuzanul Ulum di Jawa
Barat sejak tahun 2018. Untuk itu, guna mengetahui dinamika yang terjadi dalam hal
indikator pembangunan sosial pada periode tersebut diperlukan laporan terhadap progress
perubahan yang terjadi dalam rentang periode yang telah dilewati, terlebih dalam periode
tersebut telah terjadi momen yang mempengaruhi lanskap di berbagai bidang di seluruh
wilayah di dunia, tidak terkecuali di Provinsi Jawa Barat, yang dipengaruhi oleh pandemi
Covid-19.
Sebagai bahan acuan dalam hal laporan pembangunan sosial yang harapkan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada periode 2018-2021, diperlukan pengkajian hal
dimaksud. Namun begitu, perspektif masyarakat dan pakar umum diperlukan guna
melengkapi aspek penerima manfaat dari pembangunan sosial dengan skema hirarki
terbalik (bottom-up).

Tujuan
Kajian pembangunan sosial Jawa Barat periode 2018-2021 dari aspek dan perspektif
masyarakat umum ini dilakukan sebagai bahan untuk diketahui pemerintah dalam hal
persiapan dan tolok ukur untuk perencanaan dan/atau penerapan dalam pembangunan
sosial pada tahun dan periode selanjutnya yang lebih baik dalam hal rekomendasi kebijakan
pembangunan khusunya dibidang sosial.

1
Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari hasil penelitian ini adalah Badan Perencanaan dan Pembangunan
Provinsi Jawa Barat.

Metodologi
Kajian ini menggunakan mix method yang terdiri dari dua kegiatan survey lapangan dan
satu kajian data statistic. Kajian data statistic memanfaaatkan data BPS terkini. Sementara
dua survey lapangan merupakan survey longitudinal. Survey ini dilakukan dibantu oleh
50 enumerator untuk mensurvey 825 responden yang tersebar di seluruh kabupaten-kota
di Jawa Barat secara proporsional dengan ukuran penduduk. Dari dua kali survey di bulan
Maret dan Sepember 2022, enumerator mensurvey 688 responden yang sama. Survey ini
menggunakan alat bantu kuesioner online dengan menggunakan kobo collect yang
terinstall di handphone enumerator.

Hasil
1. Temuan Studi - Bidang Pendidikan
Dari dua kali survey dan satu kajian data statistic tersebut didapatkan beberapa temuan.
Beberapa hal terpenting dari temuan tersebut, diantaranya:
1. Tingginya angka tidak lanjut sekolah di Sekolah Menengah Atas.
Ada sekitar 16%an warga Jawa Barat yang memiliki anak usia SMA. Secara
umum alasan ekonomi (tidak ada biaya dan mencari kerja) adalah alasan yang
paling banyak menjadi penyebab tidak melanjutkan sekolah. Hal ini terjadi
umumnya pada keluarga dengan penghasilan perbulan kurang dari 5 juta rupiah.
Alasan ini jauh lebih tinggi dari alasan menikah, malas, jarak, dan lainnya. Selain
dari pada itu, angka drop out (DO) lebih tinggi di sekolah swasta daripada sekolah
negeri. Namun begitu, pada umumnya masyarakat menganggap terdapat
kemudahan dalam mendaftarkan anaknya ke sekolah setingkat SMA.
2. Persepsi responden terhadap berbagai biaya pendidikan di sekolah tingkat SMA.
Lebih banyak responden yang mempunyai persepsi biaya ke arah tidak
memberatkan dibandingkan memberatkan, khususnya untuk iuran bulanan, buku
dan transportasi, kecuali biaya seragam sekolah yang dirasa masih memberatkan.

2
Dari survey terkait jumlah anak usia SMA yang drop out dari sekolah swasta
dibandingkan sekolah negeri, merepresentasikan sebagai tingginya tingkat
ketergantungan masyarakat pada sekolah negeri, dan/atau perlunya subsidi yang
lebih baik kepada sekolah swasta.
Kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah/BOPD untuk sekolah negeri dan
Bantuan Pendidikan Menengah Universal/BPMU untuk sekolah swasta setingkat
SMA dari pemerintah Provinsi Jawa Barat mendukung kebijakan Bantuan Operasional
Sekolah/BOS dari pemerintah pusat yang dapat meringankan beban orang tua siswa.
Namun begitu, bagi peserta didik biaya sekolah hanya salah satu dari banyak biaya yang
harus dikeluarkan untuk mengakses pendidikan.
2. Temuan Studi - Bidang Kesehatan
Dari dua kali survey dan satu kajian data statistic tersebut didapatkan beberapa temuan.
Beberapa hal terpenting dari temuan tersebut, diantaranya:
1. Unmet need. Pada pelayanan kesehatan ditemukan unmeet need yang menunjukkan
persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan dan terganggu aktifitasnya
namun tidak berobat jalan hasil perbandingan antara jumlah penduduk yang
memiliki keluhan kesehatan serta terganggu aktifitasnya namun tidak berobat jalan
dengan jumlah penduduk. Unmet Need Pelayanan Kesehatan di Indonesia tahun
2021 adalah 5,03, sedangkan nilai untuk Provinsi Jawa Barat sebesar 3,86 atau
berada pada urutan terbaik ke-16 dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Dalam
konteks regional, nilai Unmet Need Jawa Barat menempati urutan ke-3 dari 6
provinsi yang ada di pulau Jawa, tepat di belakang DKI Jakarta (2,61) dan DI
Yogyakarta (3,02).
2. Kondisi kesehatan warga. Secara umum kondisi kesehatan warga membaik. Pada
tahun 2022, jumlah anggota keluarga yang sakit menurun dari 74,7% (Maret)
menjadi 68,41% (September). Hal ini sejalan dengan fakta bahwa puncak Omicron
terjadi di akhir Februari – awal Maret 2022, kemudian terus melandai hingga
pengambilan data survei 2 pada bulan September 2022. Adapun jumlah masyarakat
yang menggunakan fasilitas Kesehatan (faskes) ketikan sakit mengalami sedikit
kenaikan dari 86,23% (Maret) ke 87,28% (September). Walau tidak besar, namun

3
hal ini mengindikasikan bahwa ada peningkatan aksesibilitas faskes oleh
masyarakat.

3. Aksebilitas. Urgensi aksesibilitas terhadap layanan kesehatan ini tercemin dari


jawaban masyarkat terhadap pertanyaan survei dimana mempermudah akses
layanan kesehatan (pendaftaran mudah, informasi mudah dan jelas) menjadi
harapan mayoritas responden terhadap pemerintah dalam meningkatkan layanan
kesehatan baik pada survei 1 maupun survei 2. Fakta bahwa ada peningkatan
sebesar 4,19% dari 44,76% (Maret) ke 48,59% (September) mengukuhkan bahwa
kemudahan akses layanan kesehatan harus menjadi prioritas utama pemerintah.
Adapun opsi menurunkan biaya pelayanan kesehatan menjadi opsi yang paling
sedikit dipilih masyarakat. Dan angkanya menurun selama 6 bulan terakhir dari
28,74% (Maret) menjadi 21,71% (September), padahal sebagian besar responden
menilai bahwa biaya kesehatan masih mahal atau sangat mahal (36,68%).
4. Kepuasan. Secara umum, tingkat kepuasan respoden terhadap pelayanan puskesmas
meningkat selama 6 bulan terakhir. Responden yang menyatakan puas atau
sangat puas meningkat 4,19% dari 27,10% (Maret) menjadi 31,29% (September).
Walaupun demikian, proses pemberian rujukan di puskesmas selalu menjadi
proses dengan kinerja terendah di antara proses- proses lainnya di puskesmas baik
pada survei 1 maupun survei 2. Memang terjadi sedikit peningkatan dalam 6 bulan
terakhir, namun sangat kecil jika dibandingkan dengan proses-proses lainnya.
Responden yang menyatakan baik atau sangat baik hanya meningkat tipis sebesar
1,80% dari 24,70% (Maret) menjadi 26,50% (September).
5. Jaminan kesehatan. Sebagian besar Kab/Kota di Jawa Barat telah mencapai UHC
(Universal Health Coverage) atau minimal 95% penduduknya sudah terdaftar

4
sebagai peserta BPJS Kesehatan. Beberapa kendala yang ditemukan dari hasil
survei terhadap kategori ini diantaranya : rujukan, diagnosa penyakit, proses antrian
penanganan yang salah satunya dikarenakan keterbatasan fasilitas pada faskes awal
penerima jaminan kesehatan masyarakat.
Rekomendasi
Hasil kajian indikator pembangunan sosial tahun 2022, dengan menggunakan
kombinasi survey longitudinal dan kajian data statistik, telah menghasilkan beberapa
rekomendasi, pada bidang pendidikan beberapa rekomendasi kebijakan antara lain:
• Pengembangan berbagai skema dan penyebaran informasi tentang alternatif
dukungan finansial pendidikan dari pemerintah dan non-pemerintah.
• Penyesuaian kebijakan BOPD dan BPMU agar lebih responsif terhadap
kebutuhan dan karakteristik sekolah serta peserta didik di sekolah tersebut.
• Pengembangan mekanisme insentif dan disinsentif bagi sekolah dengan
memperhatikan capaian indikator pendidikan (angka DO, prestasi peserta didik,
dll).
Sedangkan pada bidang kesehatan yaitu pemerintah perlu memberikan prioritas utama
pada kemudahan akses layanan kesehatan. Puskesmas sebagai faskes yang paling
banyak dikunjungi warga perlu mendapat perhatian utama untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat terhadap faskes, sehingga dapat menurunkan angka Unmet
Need. Beberapa rekomendasi kebijakan spesifik antara lain:
• Pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan akses masyarakat di dan dari
daerah terpencil.
• Perbaikan pada proses pemberian rujukan dan menunggu dipanggil di
Puskesmas
• Edukasi peraturan BPJS dan kapabilitas Puskesmas
• Pengembangan sistem “online booking” di Puskesmas
• Pengembangan Faskes Online.

TIM KAJIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN SOSIAL JAWA BARAT

Pengarah Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Barat –
Linda Al Amin, ST., MT

Penanggung jawab Kepala Bidang Sosial dan Kependudukan BP2D Provinsi Jawa Barat –
Inge Wahyuni, SKM., MPP., MT
Penyusun Muthya Diana, SP., M.Adm.Pemb.
Hana Riana Permatasari, M.Pd
Juariah, S.Si., M.A
Fahmi Zamzam, SE
Wildan Nurhadi Wicaksono, S.Pd 5
Alfi Yudha Khadami, S.Kom
Setia Darma, S.T.
Dian Tresna Nugraha, S.T., M.Sc
Dr. Ir. Raden Dadan Ramdan, S.T., M.Sc

Anda mungkin juga menyukai