Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Kasus Tax Evasion di Luar Negeri dan Pendidikan Korupsi Di Perguruan


Tinggi

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Etika Profesi”


Dosen Pengampu : Kartika Putri Kumalasari, SE., Ak., MSA

Disusun oleh :
Ardi Hardiyatnio (135030401111114)
Yaman

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan
Allah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Etika Profesi. Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari kerja
keras kami, melainkan banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan-dorongan
motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak terimakasih atas terselesainya
makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan
sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.

Malang, Mei 2020

Peyusun
PEMBAHASAN

A. Kasus Tax Evasion di Luar Negeri


1. Kasus Panama Paper
Panama Paper merupakan bocoran dokumen mengenai informasi dunia offshore
dari tahun 1977 hingga 2015. Informasi tersebut berdasarkan laporan ICIJ (The
International Consortium of Investigative Journalists) menyebut skandal bisnis
yang dilakukan oleh para rekanan Presiden Vladimir Putin, pelanggaran kode etik
bisnis para petinggi FIFA, hingga penyelewengan pajak beberapa pebisnis besar
dunia bahkan mencakup pemain sepak bola sekalipun. Panama paper
menunjukkan bagaimana pelanggaran keuangan orang-orang kaya dan berkuasa di
seluruh dunia dilakukan.
Pelanggaran pajak dan etika tersebut dibantu oleh firma hukum yang
cukup berp engaruh di Panama, yaitu Mossack Fonseca. Mossack Fonseca
dikabarkan menangani lebih dari 240 ribu perusahaan asing untuk para klien di
seluruh dunia itu membantah melanggar hukum. Akan tetapi firma ini malah
menyebut dirinya korban kampanye antiprivasi. Mossack Fonseca adalah salah
satu pembuat perusahaan cangkang (shell companies) terbaik di dunia. Perusahaan
cangkang itu hanyalah sebuah dalih yang bisa digunakan untuk menyembunyikan
kepemilikan aset perusahaan.
Kecurangan dan kejahatan penggelapan dana yang dibantu oleh Mossack
Fonseca ini diawali dari adanya seorang whisteblower, yang mengungkapkan
dokumen kepada 2 media, yaitu ICIJ dan media di Jerman. ICIJ menindaklanjuti
dengan melakukan investigasi bocoran data tersebut bersama koalisi media
internasional dari 76 negara yang bekerja seja awal 2015. Dari Indonesia sendiri
satu-satunya tim yang bergabung dalam investigasi adalah Tempo. Hasil
investigasi kolosal The Panama Papers sudah terkuak dan ditayangkan serentak
di seluruh dunia pada Senin, 4 April 2016.
Hasil yang mengejutkan terungkap dalam Dokumen The Panama Papers
ini. Setidaknya ada 128 politikus dan pejabat publik dari seluruh dunia yang
namanya tercantum dalam jutaan dokumen yang bocor ini. International
Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) yang secara bersama-sama
membongkar dokumen Panama Papers, menemukan bahwa ada lebih dari 500
bank, cabang dan rekanan, yang pernah bekerja dengan Mossack Fonseca sejak
1970an untuk membantu klien mengelola perusahaan offshore.

Tokoh-tokoh dunia yang disebut terlibat dalam The Panama Paper salah
satunya adalah Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Islandia
Sigmundur David Gunnlaugsson (lewat akun istrinya), Presiden Tiongkok Xi
Jinping, Perdana Menteri Inggris David Cameron, tidak terlepas pula beberapa
nama pengusaha Indonesia.
Kaitan Kasus Pananama Paper dengan etika
1) Dari Sudut Pandang Whisteblower dan Firma Hukum
Kasus Panama Paper muncul ke permukaan pada awalnya berasal dari
ungkapan whistblower yang tidak diketahui namanya. Whisteblower tersebut
mengungkapkan bahwa dia tidak bekerja untuk pemerintah manapun atau agensi,
direktur, atau kontraktor manapun. Pembocoran dokumen dari whisteblower, atau
yang diungkap nama samarannya sebagai “John Doe”, mengungkapkan dokumen
rahasia tersebut kepada Suddeutsche Zeitung dan The International Consortium
of Investigative Journalists (ICIJ).
Whisteblower “John Doe” mengungkapkan ini dengan alasan untuk
ketidakadilan. Etika jelas-jelas dilanggar oleh Mossack Fonseca dalam hal ini.
Sebagai sebuah firma hukum, seharusnya dapat memberi jaminan kepada
masyarakat mengenai pembentukan perusahaan dan pembayaran pajak yang
benar. Akan tetapi Mossack Fonseca malah membantu para pemilik kekuasaan ini
untuk menyelewengkan pajak dengan membentuk perusahaan bodong yang
biasanya berkedok “shell companies”. Hal ini tentu saja melukai masyarakat yang
sudah mempercayai firma hukum.
Pengungkapan dokumen Mossack Fonseca oleh whisteblower ini juga
berkaitan dengan penyadaran etika yang seharusnya dilakukan oleh penemu,
karyawan, maupun pemakai firma hukum ini. Karyawan hanya terus bekerja
untuk sebuah kejahatan, yang mungkin bertentangan dengan hati nurani mereka.
Akan tetapi karena tuntutan pekerjaan, mereka mengabaikan nurani untuk
menyadari bahwa pekejaan mereka dalam membantu proses penggelapan pajak
dan korupsi adalah salah. Mungkin butuh beberapa tahun lamanya untuk
menyadarkan mereka, akan tetapi dengan adanya whisteblower yang
mengungkapkan dokumen ini secara tidak langsung akan membuat mereka
kehilangan tuntutan melakukan kesalahan ini.
Setelah pengungkapan oleh ICIJ bersama koalisi internasional, terdapat
fakta yang menyeret tidak hanya Mossack Fonseca, klien, akan tetapi juga pada
dasarnya bank dan pembuat regulasi pajak juga melakukan kesalahan dalam hal
ini. Hakim dan firma hukum juga telah menodai wajah mereka sendiri, mereka
terlalu sering memenuhi argumen dari orang kaya.
Terlepas dari permasalahan politik dan ekonomi yang ditimbulkan dari
pengungkapan whisteblower yang pada akhirnya terungkap The Panama Paper,
yang harus diperhatikan juga adalah keselamatan dari whisteblower. Seperti yang
tertulis dalam ICIJ “The need for better whistleblower protection and has hinted
at even more revelations to come.” Bahkan “John-Doe” juga secara nyata
mengungkapkan ketakutannya melalui ICIJ dan media jerman, bahwa dia melihat
banyak whisteblower di US dan UK hidupnya dihancurkan setelah
mengungkapkan kebenaran, sementara pihak yang bersalah tetap eksis dengan
dirinya.
Kabar terbaru menyatakan bahwa pendiri firma, Ramon Fonseca sedang
mempersiapkan jalur hukum untuk menindak kebocoran data yang diretas oleh
orang luar. Hal ini perlu menjadi perhatian, karena keselamatan whisteblower
terancam. Padahal whisteblower sangat dibutuhkan masyarakat untuk
mengungkapkan ketidakadilan yang ada dalam suatu entitas.

2) Dari Sudut Pejabat yang Terlibat


Sejumlah nama pejabat di dunia dan Indonesia khususnya terungkap
dalam dokumen Panama Paper. Nama tersebut salah satunya adalah buron
Kejaksaan Agung, Joko S. Tcandra.
a. Joko Sugiarto Tcandra
Mossack Fonseca diduga membantu Joko Soegiarto Tjandra, 66 tahun,
mengoperasikan perusahaan cangkang miliknya di British Virgin
Islands (BVI). Buronan Kejaksaan Agung untuk kasus Cessie Bank
Bali itu melakukan aktivitasnya selama menjadi pelarian.
Kasus ini menunjukkan betapa mudahnya penggelapan pajak
bahkan oleh buronan sekalipun. Hal ini tentu saja akan melukai
perasaan masyarakat, karena orang kaya dan perusahaan besar dapat
menyembunyikan kekayaannya tanpa melanggar hukum. Sedangkan
dana itu sangat dibutuhkan di Indonesia, dalam hal untuk meningkatkan
pembangunan infrastruktur dan meningkatkan fasilitas kepada
masyarakat.
b. Harry Azhar Azis
Kasus Panama Paper juga menyeret Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Harry Azhar Azis. Harry terungkap memiliki
perusahaan di luar negeri bernama Sheng Yue International Limited
pada Februari 2010 untuk keperluan anaknya.
Pada 26 April 2016, koalisi melaporkan dugaan pelanggaran kode
etik dilakukan oleh Harry berupa rangkap jabatan. Harry diduga
merugikan negara atas adanya potensi pajak yang hilang karena
rangkap jabatan tersebut, dan tidak melaporkannya dalam Laporan
Harta Kekayaan Penyelenggara Negara miliknya kepada KPK.
Dilihat dari sudut pandang etika, keterlibatan ketua BPK ini tentu
saja tidak seharusnya dilakukan. Penilaian masyarakat mungkin akan
berubah terhadap independensi BPK, karena adanya pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh pemimpinnya. Etika transparansi juga
tidak dilakukan oleh Harry, karena dia tidak mengungkapkan harta
kekayaannya secara keseluruhan.
3) Perumusan Etika Baru yang Lebih Relevan
Terkuaknya kasus Panama Paper yang melibatkan lebih dari 76
negara di dunia ini tentu saja mencoreng etika pelaksanaan politik dan bisnis
yang ada di dunia ini. Hal ini mungkin serupa dengan terkuaknya kasus
Enron yang menyebabkan perubahan besar aturan dengan diterbitkannya
Sarbanes Oxley Act.
Pemerintah dari berbagai negara mulai bereaksi terhadap peraturan
khusunya pajak yang diterapkan selama ini. Selain itu juga sistem perbankan
perlu disoroti karena dianggap membantu kliennya menyembunyikan
kekayaan para tokoh luar negeri.
Kasus pelanggaran etika ini bukan sesuatu yang ringan, karena
menyangkut kepercayaan publik. Apabila publik sudah tidak percaya
terhadap sistem dan penguasa, maka yang akan terjadi hanyalah chaos di
semua tempat. Bahkan Perdana Menteri Islandia, Sigmundur David
Gunnlaugsson, mengundurkan diri, sebagai bentuk pertanggugjawabnnya
dalam kasus Panama Paper.
Hal serupa mungkin juga dapat terjadi seperti terbitnya Sarbanes
Oxley Act. Bocornya Panama Papers dapat dijadikan sebagai upaya sistematis
untuk mempersiapkan global transparancy system yang rencananya akan
diterapkan pada 2018. Global transparancy system adalah kebijakan setiap
otoritas keuangan di berbagai negara untuk saling bertukar informasi,
sehingga informasi penimbunan dana di suatu negara dapat dengan cepat
diektahui oleh negara lain.

2. Kasus Tax Evasion Apple INC. di IRLANDIA


Salah satu kasus tax evasion yang paling banyak dibicarakan di Eropa
pada tahun 2016 adalah kasus tax evasion yang dilakukan oleh Apple Inc.
Perusahaan ini diduga melakukan penghindaran pajak di Irlandia setelah
Komisi Uni Eropa menemukan adanya ketidaksesuaian implementasi tarif
pajak keuntungan perusahaan Apple Inc. sejak tahun 2014. Namun
demikian, permasalahan tax evasion ini tidak menyurutkan minat
pemerintah Irlandia untuk tetap menarik investasi, khususnya investasi asing
ke Irlandia. Pemerintah Irlandia tampaknya ingin menjaga kepercayaan
Apple Inc. sebagai salah satu investor potensial di Irlandia. Menjaga
kepercayaan investor memiliki nilai tersendiri karena kapasitasnya yang
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan stabilitas ekonomi nasional. Dalam
pemahamannya, kepercayaan (trust) memiliki makna kondisi psikologi
seseorang yang sangat kompleks. Dalam situasi yang penuh dengan tekanan,
trust dan distrust dapat menjadi bias . Oleh karena itu, menjaga kepercayaan
investor dalam situasi yang tidak menguntungkan perlu untuk
ditindaklanjuti.

Kasus pajak yang melibatkan Apple Inc. di Irlandia menjadi catatan


tersendiri bagi usaha yang dijalankan oleh Apple Inc. Sebagai perusahaan
yang telah memberikan kepercayaan kepada Irlandia melalui pemberian
lisensi produk, kasus pajak yang dituduhkan Komisi Uni Eropa kepada
perusahaan ini akan menjadi preseden buruk bagi iklim investasi di kawasan
Uni Eropa. Kasus ini muncul ke permukaan akibat adanya bantuan stimulus
yang diberikan pemerintah Irlandia kepada Apple Inc. Secara spesifik,
bantuan stimulus tersebut diwujudkan pemerintah Irlandia melalui bentuk
stimulus fiskal dengan menurunkan tarif pajak. Bantuan ini menjadi polemik
karena diberikan pemerintah Irlandia kepada Apple Inc. secara khusus. Hasil
laporan investigasi yang dikeluarkan oleh Komisi Uni Eropa pada bulan Juni
2014 menyebutkan bahwa pemerintah Irlandia memberikan bantuan
pengurangan tingkat pajak kepada Apple Inc. Pengurangan tarif pajak
tersebut tentu menyalahi ketentuan Uni Eropa yang menilai bahwa Apple
Inc. telah membayar pajak perusahaan di bawah kesepakatan yang berlaku.
Pada tahun 2003, pajak Apple Inc. yang dibayarkan adalah sebesar 1% dari
keuntungan perusahaan. Namun pada tahun 2014 diketahui bahwa Apple
Inc. mendapatkan perlakuan khusus di mana pajak yang harus mereka
bayarkan hanya sebesar 0.005% dari keuntungan perusahaan. Perlakuan ini
dinilai Komisi Uni Eropa telah melanggar ketentuan yang dapat
mengganggu stabilitas keuangan di negara-negara Uni Eropa
B. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak
legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1) Perbuatan melawan hukum,

2) Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,

3) Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan

4) Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

1) Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),

2) Penggelapan dalam jabatan,

3) Pemerasan dalam jabatan,

4) Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara


negara), dan

5) Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan
korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang telah dimuat dalam 13
pasal dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Korupsi.

Dari pasal-pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam tiga puluh bentuk/jenis


tindak pidana korupsi, pasal ini menerangkan secara rinci mengenai perbuatan
yang bisa dikenakan pidana mati, pidana penjara, dan pidana denda karena
korupsi.

 Kerugian Keuangan Negara

 Suap-Menyuap

 Penggelapan dalam jabatan

 Pemerasan

 Perbuatan Curang

 Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

 Gratifikasi

A. Faktor Penyebab Serta Dampak Masif Korupsi


Beberapa kondisi yang menjadi faktor-faktor terjadinya korpsi di Indonesia
diantaranya :
 Konsentrasi Kekuasan di pengambilan keputusan yang tidak bertanggung
jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim
yang bukan demokratik.
 Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah

 Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar


dari pendaan politik yang normal.
 Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.

 Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".

 Lemahnya ketertiban hukum dan profesi hukum

 Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.


 Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil

Sedangkan beberapa dampak masif yang ditimbulkan oleh korupsi sendiri


antara lain sebagai berikut :
1. Dampak Ekonomi
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat terhadap
berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara, khususnya dalam sisi ekonomi
sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Korupsi memiliki
korelasi negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan
pengeluaran pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan. Hal ini
merupakan bagian dari inti ekonomi makro. Kenyataan bahwa korupsi
memilikihubungan langsung dengan hal inimendorong pemerintah berupaya
melanggulangi korupsi, baik secara preventif, represif maupun kuratif. Di sisi
lain meningkatnya korupsi berakibat pada meningkatnya biaya barang dan
jasa, yang kemudian dapat melonjakkan utang negara. pada keadaan ini,
inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih banyak
kebijakannamun disertai dengan maraknya praktik korupsi, bukannya
memberikan nilai positif misalnya perbaikan kondisi yang semakin tertata,
namun justru memberikan nilai negatif bagi perekonomian secara umum.
Misalnya, anggaran perusahaan yang sebaiknya diputar dalam perputaran
ekonomi, justru dialokasikan untuk birokrasi yang ujung-ujungnya terbuang
masuk ke kantong pribadi pejabat. Berbagai permasalahan ekonomi lain akan
muncul secara alamiah apabila korupsi sudah merajalela yang dapat
mengakibatkan lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, rendahnya
kualitas barang dan jasa bagi publik, menurunnya pendapatan negara dari
sektor pajak,meningkatnya hutang negara.

Contoh dampak ekonomi :


1) Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan
ekonomi dan investasi dalam negeri.Korupsi juga mempersulit
pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisien
yang tinggi.Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam
negosiasi dengan pejabat korup dan resiko pembatalan perjanjian atau
karena penyelidikan.Kondisi negara yang korup akan membuat
pengusaha multinasional menginggalkan negara tersbut,karena
investasi di negara yang korup akan merugikan negara itu sendiri
karena memiliki biaya siluman yang tinggi.
2) Penurunan Produktifitas
Negara yang korup menimbulkan produktifitas yang semakin
menurun.Hal ini terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri
dan produksi yang berkembang lebih baik atau melakukan
pengembangan kapasitas.Penurunan produktifitas ini akan
menyebabkan permasalahan yang cukup rumit seperti, tingginya
angka PHK dan meningkatkan pengangguran.Akhirnya akan terjadi
kemiskinan masyarakat yang cukup meluas.
3) Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya
kereta api dan yang lainnya adalah contoh nyata bahwa di negara kita
ini kualitas barang dan jasa sangatlah rendah.Pejabat birokrasi yang
korup akan menambah kompleksitas proyek yang ada untuk
menyembunyikan berbagai korup yang mereka lakukan.

2. Dampak Sosial dan Masyarakat


Bagi masyarakat miskin, korupsi mengakibatkan dampak yang luar
biasa dan saling bertaut satu sama lain. Pertama dampak langsung yang
dirasakan oleh orang miskin yakni semakin mahalnya jasa berbagai pelayanan
publik, rendahnya kualitas pelayanan, dan pembatasan akses terhadap
berbagai pelayanan vital seperti air, kesehatan, dan pendidikan. Kedua,
dampak tidak langsung terhadap orang miskin yakni pengalihan sumber daya
milik publik untuk kepentingan pribadi dan kelompok, yang seharusnya
diperuntukkan guna kemajuan sektor sosial dan orang miskin, melalui
pembatasan pembangunan. Hal ini secara langsung memiliki pengaruh
kepada langgengnya kemiskinan yang dapat menimbulkan solidaritas social
semakin langka dan demoralisasi sertad apat meningkatkan angka
kriminalitas.

Contoh dampak sosial dan masyarakat:


1) Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan Publik
Praktek korupsi yang terjadi menciptakan biaya ekonomi yang
tinggi.Beban yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi
disebut high cost economy.Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas
pada mahalnya harga jasa dan pelayanan publik, karena harga yang
ditetapkan harus dapat menutupi kerugian pelaku ekonomi akibat
besarnya modal yang dilakukan karena penyelewengan yang mengarah
ke tindak korupsi.
2) Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat
Pengentasan kemiskinan dirasakan sangat lambat.Hal ini terjadi
karena berbagai sebab seperti lemahnya koordinasi dan pendataan,
pendanaan dan lembaga.Karena korupsi dan permasalahan kemiskinan
itu sendiri yang pada akhirnya alan membuat masyarkat sulit
mendapatkan akses ke lapangan kerja yang disebakan latar belakang
pendidikan, sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri banyak
terkendala oleh kemampuan, masalah teknis dan pendanaan.
3) Terbatasnya Akses bagi Masyarakat Miskin
Korupsi membuat semua harga melambung tinggi dan semakin
tidak terjangkau oleh rakyat miskin.Kondisi ini mengakibatkan rakyat
miskin semakin tidak bisa mendapatkan berbagai macam akses dalam
kehidupannya.Karena mereka lebih mendahulukan mendapatkan
bahan pokok daripada untuk menyekolahkan anak,ataupun untuk
berobat.

3. Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi


Dampak masif korupsi terhadap politik dan demokrasi antara lain:

a) Memunculkan kepemimpinan korup karena kondisi politik yang


carut marut dan cenderung koruptif.
b) Hilangnya kepercayaan public pada demokrasi
c) Menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai oleh
pemilik modal/kapitalis), dan
d) Hancurnya kedaulatan rakyat yang disebabkan kekayaan negara
hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu.

4. Dampak Terhadap Penegakan Hukum


Dampak masif korupsi terhadap penegakan hukum dapat dirasakan
antara lain fungsi pemerintahan yang mandul karena korupsi mengikis
banyak kemampuan pemerintah untuk melakukan fungsi yang seharusnya,
hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaganegara karena bobroknya
penegakan hukum di Indonesia. Seharusnyalah pemerintah menciptakan
keteraturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan bukan sebaliknya.
Contoh dampak terhadap penegakan hukum:
1) Fungsi Pemerintahan Mandul
Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintahan, sebagai pengampu kebijakan negara,dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi
b. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan
asset
c. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga
stabilitas ekonomi dan politik

2) Hilangnya kepercayaan Rakyat terhadap lembaga Negara


Korupsi yang terjadi pada lembaga negara yang sering terjadi di
Indonesia yang di beritakan di berbagai media masa mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang. Lembaga
negara yang paling korup menurut Barometer Korupsi Global adalah :
a. Legislatif(Dewan Perwakilan Rakyat)
b. Partai Politik
c. Kepolisian RI
d. Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)
Akhir-akhir ini masyarakat kita banyak menerima informasi
melalui berbagai media tentang bobroknya penegakan hukum di Indonesia.
Mulai kasus Gayus Tambunan sampai perang kepentingan di Kepolisian
RI dalam menindak praktek mafia hukum. Berita yang paling akhir adalah
kasus korupsi besar-besaran pembangunan wisma atlet di Palembang dan
kasus Hambalang yang melibatkan pejabat pemerintahan dan para petinggi
Partai Politik yang berkuasa yang pada akhirnya terkait dengan kinerja
pemerintahan yang sedang berjalan.

3) Aparat yang Mudah dibeli


Korupsi yang merajalela menyebabkan banyaknya aparat kita yang
mudah dibeli (money politics) untuk membuat kebijakan atau keputusan
apa pun yang merusak ketahanan nasional kita. Akibatnya masyarakat
menjadi antipati dan tidak respek lagi terhadap pemerintahnya sendiri yang
dianggap mau menjual atau menggadaikan bangsanya bahkan bisa
memancing pembangkangan sipil (ketidaktaatan terhadap hukum dan
pemerintah).

5. Dampak Terhadap Otoritas Pemerintahan

Korupsi, tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap


kinerja suatu sistem politik atau pemerintahan. Pertama, korupsi
mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Pada dasarnya, isu
korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam manifestasinya yang
lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga
dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja. Pada
tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial. Korupsi yang berdampak
sosial sering bersifat samar, dibandingkan dengan dampak korupsi
terhadap organisasi yang lebih nyata. Kedua, publik cenderung meragukan
citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindak
korupsi. Ketiga, lembaga politik diperalat untuk menopang terwujudnya
berbagai kepentingan pribadi dan kelompok. Ini mengandung arti bahwa
lembaga politik telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit (vested
interest). Sering terdengar tuduhan umum dari kalangan anti-neoliberalis
bahwa lembaga multinasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
IF, dan Bank Dunia adalah perpanjangan kepentingan kaum kapitalis dan
para hegemoni global yang ingin mencaplok politik dunia di satu tangan
raksasa. Tuduhan seperti ini sangat mungkin menimpa pejabat publik yang
memperalat suatu lembaga politik untuk kepentingan pribadi dan
kelompoknya. Dalam kasus seperti ini, kehadiran masyarkat sipil yang
berdaya dan supremasi hukum yang kuat dapat meminimalisir terjadinya
praktik korupsi yang merajalela di masyarakat.

Sementara itu, dampak korupsi yang menghambat berjalannya


fungsi pemerintah, sebagai pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1) Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi,


2) Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset,
3) Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.

Contoh dampak korupsi di bidang otoritas pemerintahan :

1) Matinya Etika Sosial Politik


Korupsi bukan suatu tindak pidana biasa karena ia merusak sendi-
sendi kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial bahkan
kemanusiaan.Kejujuran sudah tidak ditegakkan lagi.Kejujuran yang
dihadapi dengan kekuatan politik adalah sesuatu yang tidak mendidik dan
justru bertentangan dengan etika dan moralitas. Melindungi seorang
koruptor dengan kekuatan politik adalah salah satu indikasi besar
runtuhnya etika sosial poltik.

2) Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan

Dewasa ini banyak sekali seseorang yang memiliki perkara atau


permasalahan ingin diposisikan sebagai pihak yang benar.Oleh sebab itu
banyak upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam memenangkan
perkaranya seperti menyuap hakim,memberikan iming-iming, gratifikasi
bahkan sampai kepada ancaman nyawa.Di sisi aparat hukum, semestinya
menyelesaikan masalah dengan fair dan tanpa adanya unsur
pemihakan,seringkali harus mengalahkan integritasnya dengan menerima
suap, iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan
kemenangan.Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku menjadi
mandul karena setiap perkara selalu diselesaikan dengn korupsi.

3) Birokrasi Tidak Efisisen

Menurut Survei Oleh PERC menunjukkan bahwa indonesia


menempati peringkat kedua dengan birokrasi terburuk di Asia.Banyak
investor yang tertarik menanamkan modalnya di Indonesia, namun untuk
mendapatkan perizinan usaha dan investasi harus melalui birokrasi yang
berbelit-belit.Pada akhirnya suap adalah jalan yang banyak ditempuh oleh
para pengusaha untuk memudahkan izin usaha mereka.Maka sebaiknya
birokrasi di Indonesia harus dibenahi.

6. Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan


Dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan antara
lain dapa tmengakibatkan kerawanan hankamnaskarena lemahnya alutsista
dan sumber daya manusia, lemahnya garis batas Negara karena
kemiskinan yang terjadi di daerah perbatasan negara, menguatnya sisi
kekerasan dalam masyarakat karena kondisi kemiskinan pada akhirnya
memicu berbagai kerawanan sosial lainnya yangsemakin membuat
masyarakat frustasi menghadapi kerasnya kehidupan.
Korupsi di Bidang Pertahanan dan Keamanan belum dapat
disentuh oleh agen-agen pemberantas kosupsi. Dalam Bidang Pertahanan
dan Keamanan, peluang korupsi baik uang maupun kekuasaan, muncul
akibat tidak adanya transparasi dalam pengamlian keputusan di tubuh
angkatan bersenjata dan kepolisian serta nyaris tidak berdayanya hokum
saat harus berhadapan dengan oknum TNI/Polri yang seringkali
berlindung dibalik institusi Pertahanan dan Keamanan.

7. Dampak Kerusakan Lingkungan


Dampak masif korupsi juga dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang ditandai dengan menurunnya kualitas lingkungan karena
adanya ekslpoitasi besar-besaran sumber daya alam, menurunnya kualitas
hidup yang juga akan berdampak pada menurunnya kualitas hidup
manusia yang ada di dalamnya, serta kualitas hidup global.
Kebanyakan manusia menempatkan lingkungan hidup hanya
sebagai bahan eksploitasi untuk tujuan jangka pendek. Kondisi ini tentu
sangat medesak untuk segera dikendalikan. Perlu diadakan suatu sistem
yang konkrit untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup secara berkelanjutan. Jika tidak, kerusakan lingkungan hidup sudah
pasti akan menjadi ancaman besar bagi peradaban masyarakat dunia.
Paradigma yang menempatkan lingkungan sebagai obyek eksploitasi telah
membawa kerusakan lingkungan fatal yang berujung kepada berbagai
bencana alam yang sangat merugikan.
B. Nilai-Nilai Dan Prinsip Anti-Korupsi
Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai anti
korupsi berjumlah 9 buah, yaitu :
1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak
curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki
makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu nilai
yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang
tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam
kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan
dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik,
misalnya tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak
memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran secara umum
dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan
tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak hukum
ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.
2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan
sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya.Nilai kepedulian
sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha memantau
jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber
daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain
itu, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli
terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana
alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat
tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan
alam maupun sosial terhadap individu dan kelompok lain.
3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri
berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung
kepada orang lain dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai
suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena
tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.
4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada
peraturan. Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan
hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat mencpai
tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak
yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat
menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan
mengatur waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan
ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu,
dan fokus pada pekerjaan.
5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik
akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai tanggung
jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan
sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas
akademik dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.
6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian
keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras
merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan
target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa
adanya pengetahuan.
7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi
dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia
dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya.
Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.
8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung
jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai
kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan
keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga
kuat.
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah
dan tidak memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia
disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam pancasila
sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan
memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya,
yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum.
Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia
hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks
pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi
meliputi ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

Sedangkan prinsip-pronsip anti korupsi, yaitu :


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan
main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure),
baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat
yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi
dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005).
Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk
kepada kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan.
(Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang
yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005). Akuntabilitas publik memiliki
pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas
program, akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas
outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang,
2001). Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas
kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka
panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai
dari transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan
secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi
seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang
paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :
– Proses penganggaran,
– Proses penyusunan kegiatan,
– Proses pembahasan,
– Proses pengawasan, dan
– Proses evaluasi.
3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah
terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam
bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat
prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting komperehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif.
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan
aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran
dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas
value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran
berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya
prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan. Kejujuran
mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun
pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis
maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness.
Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem informasi
pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan
sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan
keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak
terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti
korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli,
maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara
oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan,
pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti
korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang
terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan
tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah
dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak
kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan
lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait
dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur
kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat
betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk
kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol
kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan
ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan
evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol
dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

C. Upaya Pemberantasan Korupsi


Ada 3 strategi Pemberantasan Korupsi menurut KPK meliputi:
1. Perbaikan Sistem
Sistem yang berjalan di Indonesia dinilai masih banyak yang memberikan
peluang terjadinya tindak pidana korupsi. Agar tidak bisa melakukan
korupsi, diperlukan beberapa upaya perbaikan sistem:
a) Mendorong transparansi penyelenggara negara seperti yang
dilakukan KPK menerima pelaporan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) dan juga gratifikasi.
b) Memberikan rekomendasi langkah-langkah perbaikan kepada
kementerian dan lembaga terkait.
c) Modernisasi pelayanan public dengan teknologi digital (pelayanan
public secara online) dan system pengawasan yang terintegrasi
agar lebih transparan dan efektif.
2. Edukasi dan Kampanye
Edukasi dan Kampanye dilakukan agar orang tidak mau melakukan
korupsi. Edukasi dan kampanye adalah strategi pembelajaran
pendidikan antikorupsi dengan tujuan :
a) Membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai dampak
korupsi
b) Mengajak masyarakat untuk terlibat dalam gerakan
pemberantasan korupsi
c) Membangun perilaku dan budaya antikorupsi
3. Represif
Strategi ini bertujuan untuk agar orang takut melakukan korupsi.
Upaya ini diwujudkan dalam upaya penindakan hokum untuk
membawa koruptor ke pengadilan. Dalam strategi ini, tahapan yang
dilakukan adalah:
a) Penanganan laporan pengaduan masyarakat
b) Penyelidikan
c) Penyidikan
d) Penuntutan
e) Eksekusi
D. Gerakan Kerjasama dan Instrumen Internasional
1. Gerakan organisasi internasional
 Perserikatan Bangsa bangsa (United station)
 Bank Dunia (World Bank)
 OECD
 Masyarakat Uni Eropa
2. Gerakan Lembaga Swadaya internasional
a) Tranparency Internasional
Transparency International adalah sebuah organisasi internasional
non-pemerintah yang memantau dan mempublikasikan hasil-hasil
penelitian mengenai korupsi yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi
politik di tingkat internasional. Setiap tahunnya TI menerbitkan Indeks
Persepsi Korupsi serta daftar perbandingan korupsi di negara-negara di
seluruh dunia.

b) Tiri (Making Integrity Work)


 Salah satu program TIRI adalah membuat jejaring dengan
universitas untuk mengembangkan kurikulum Pendidikan
integritas dan/atau Pendidikan Anti Korupsi di perguruan
tunggi. Jaringan ini ada di Indonesia dengan nama I-IEN atau
Indonesia-Integrity Education Network.
 TIRI berkeyakinan bahwa dengan mengembangkan kurikulum
Pendidikan Integritas dan/atau Pendidikan Anti Korupsi ,
mahasiswa dapat mengetahui bahaya laten korupsi bagi masa
depan bangsa.
3. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi
a) UNCAC (United Nation Convention against Corruption)
b) Convention on Bribery of Foreign Public Official in
International Business Transaction Convention on Bribery of
Foreign Public Official in International Business Transaction adalah
sebuah konvensi internasional yang dipelopori oleh OECD.
Konvensi Anti suap ini menetapkan standar-standar hukum yang
mengikat (legally binding) negara-negara peserta untuk
mengkriminalisasi pejabat publik asing yang menerima suap dalam
transaksi bisnis internasional. Konvensi ini juga memberikan
standar-standar atau langkah-langkah yang terkait yang harus
dijalankan olehnegara perserta sehingga isi konvensi akan
dijalankan oleh negara-negara peserta secara efektif.
F. Tindak Korupsi Dalam peraturan Perundang-Undangan
1. Delik Korupsi dalam KUHP
2. Peraturan pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor
Prt/Peperpu/013/1950.
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi
4. Undag-Undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
5. TAP MPR No.XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
6. Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantas Tindak Pidana
Korupsi
7. Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8. Undang0-Undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
9. Undang-Undang No.7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation
Convention Against Corruption (UNCAC) 2003.
10. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta masyarakat
dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi
11. Instriksi Presiden No.5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi.
G. Peranan Mahasiswa dalan Pencegahan Korupsi
Salah satu upaya dikti dalam membentuk karakter bangsa yaitu dengan
melaksanakan Pendidikan Anti Korupsi di seluruh perguruan tingi di Indonesia.
Sesuai dengan PP 71 Th. 2000: “Peran serta masyarakat adalah peran aktif
perorangan, Ormas, atau LSM dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi.” Maka dari itulah mahasiswa harus turut andil dalam upaya
pencegahan serta pemberantasan tindak pidana korupsi.
Program Pendidikan Anti Korupsi mempunyai visi yaitu terwujudnya sarjana
Indonesia berkarakter bersih korupsi. Sedangkan misi dari Pendidikan Anti
Korupsi diantaranya :
• Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap bahaya
korupsi
• Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya korupsi
• Meningkatkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
• Melakukan PENDIDIKAN & PENGAJARAN ANTI KORUPSI
Tujuan diadakannya Pendidikan Anti Korupsi di Indonesia adalah :
 Membangun budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dengan:
 Memberikan pengetahuan tentang korupsi dan pemberantasannya
 Menanamkan nilai-nilai anti korupsi
 Menyiapkan mahasiswa sebagai agent of change bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari korupsi.
Peran pokok mahasiswa dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi
terbagi dalam 3 tahap yaitu :
a. Tahap Pencegahan
Pendidikan Anti Korupsi
• Mewajibkan Pemimpin Mahasiswa untuk Mengikuti Pendidikan
Anti Korupsi
• Mendorong adanya Pendidikan Anti Korupsi di Kampus
• Mengadakan Seminar Anti-Korupsi
• Adanya Materi Pendidikan Anti-Korupsi di Kaderisasi Mahasiswa
Kampanye Ujian Bersih
• Pembuatan Media Prograganda (Baliho, Spanduk, dan Poster)
• Pembuatan Media On-line untuk mengkampanyekan Ujian Bersih
• Menanamkan Nilai Kejujuran/Ujian Bersih di Kaderisasi
Mahasiswa

b. Tahap Opini
Gagasan / Ide
• Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media
• Membuat Bunga Rampai (buku) mengenai Anti-Korupsi
• Membuat audiovisual interaktif terkait anti-korupsi
Metode Pencegahan Korupsi
• Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini (PAUD, SD, SMP,
SMA)
• Membuat Korps Anti Korupsi di Tingkat Universitas
• Adanya Tata Etika dan Norma diantara Mahasiswa
Mengangkat Isu Korupsi Lokal-Nasional
• Mahasiswa diharapkan dapat lebih peka dan siaga menanggapi isu
Korupsi lokal yang terjadi
• Advokasi dan Pengawalan Penyusunan Anggaran serta pelaksanaan
pembangunan di daerah / nasional

c. Tahap Gerakan Moral


Gerakan moral untuk mendorong pemerintah menindaklanjuti kasus
korupsi yang terjadi
 Sebagai kelompok penyeimbang bagi gerakan yang mendukung
koruptor.
 Mendorong Penguatan institusi KPK sebagai lembaga pemberantasan
korupsi yang kredibel, kokoh, dan transparan.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kasus Apple Inc. di Irlandia dan Kasus pananama paper terkait tax evasion
menjadi pelajaran penting bagi Indonesia dalam menyikapi hal yang sama apabila
kasus ini terjadi di Indonesia. Pelajaran yang diambil adalah sikap dan kriteria
yang diperlukan untuk tetap mempertahankan kepercayaan investor kepada
Indonesia. Sebagai anggota komunitas masyarakat ASEAN yang sudah berjalan
sejak awal 2016, pemerintah Indonesia telah mengambil sikap terhadap
permasalahan pajak yang terjadi di Indonesia. Permasalahan pajak yang
melibatkan perusahaan multinasional adalah salah satu masalah pajak yang
menarik perhatian pemerintah karena perusahaan multinasional seringkali didapat
melakukan tindakan kecurangan seperti tax evasion dengan cara transfer pricing
atau selalu melaporkan keuangannya yang telah mengalami kerugian. Oleh sebab
itu, pemerintah Indonesia saat ini berusaha keras menegakkan peraturan yang ada,
namun dengan tetap memberikan komitmen untuk menjaga kepercayaan para
investor.
Selain Kasus diatas Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi
kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem
demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial
kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang
telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam
berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari
kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi
ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan
menghancurkan negeri ini. Ini dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan
prinsip anti korupsi seperti yang telah diterangkan diatas penerapannya masih
sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan
sungguh-sungguh dijalani sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa.
Pendidikan memang menjadi hal pokok untuk merubah keadaan ini. Akan
tetapi, semua itu tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung oleh
lingkungan masyarakat serta lingkungan keluarga. Oleh karena itulah tugas kita
sebagai mahasisa untuk membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti
korupsi tersebut dalam kehidupan sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara
Indonesia.

B. SARAN
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan
peduli akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi dan pentingnya
pemahaman terkait tax evasion yang didapat dari bangku perkuliahan harusnya
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila sudah mengenali
dan memahami , alangkah baiknya kita dapat mencegahnya mulai dari diri kita
sendiri kemudian setelah itu baru mencegah orang lain.

Anda mungkin juga menyukai