Disusun oleh :
Ardi Hardiyatnio (135030401111114)
Yaman
Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan
Allah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Etika Profesi. Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari kerja
keras kami, melainkan banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan-dorongan
motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak terimakasih atas terselesainya
makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan
sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.
Peyusun
PEMBAHASAN
Tokoh-tokoh dunia yang disebut terlibat dalam The Panama Paper salah
satunya adalah Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Islandia
Sigmundur David Gunnlaugsson (lewat akun istrinya), Presiden Tiongkok Xi
Jinping, Perdana Menteri Inggris David Cameron, tidak terlepas pula beberapa
nama pengusaha Indonesia.
Kaitan Kasus Pananama Paper dengan etika
1) Dari Sudut Pandang Whisteblower dan Firma Hukum
Kasus Panama Paper muncul ke permukaan pada awalnya berasal dari
ungkapan whistblower yang tidak diketahui namanya. Whisteblower tersebut
mengungkapkan bahwa dia tidak bekerja untuk pemerintah manapun atau agensi,
direktur, atau kontraktor manapun. Pembocoran dokumen dari whisteblower, atau
yang diungkap nama samarannya sebagai “John Doe”, mengungkapkan dokumen
rahasia tersebut kepada Suddeutsche Zeitung dan The International Consortium
of Investigative Journalists (ICIJ).
Whisteblower “John Doe” mengungkapkan ini dengan alasan untuk
ketidakadilan. Etika jelas-jelas dilanggar oleh Mossack Fonseca dalam hal ini.
Sebagai sebuah firma hukum, seharusnya dapat memberi jaminan kepada
masyarakat mengenai pembentukan perusahaan dan pembayaran pajak yang
benar. Akan tetapi Mossack Fonseca malah membantu para pemilik kekuasaan ini
untuk menyelewengkan pajak dengan membentuk perusahaan bodong yang
biasanya berkedok “shell companies”. Hal ini tentu saja melukai masyarakat yang
sudah mempercayai firma hukum.
Pengungkapan dokumen Mossack Fonseca oleh whisteblower ini juga
berkaitan dengan penyadaran etika yang seharusnya dilakukan oleh penemu,
karyawan, maupun pemakai firma hukum ini. Karyawan hanya terus bekerja
untuk sebuah kejahatan, yang mungkin bertentangan dengan hati nurani mereka.
Akan tetapi karena tuntutan pekerjaan, mereka mengabaikan nurani untuk
menyadari bahwa pekejaan mereka dalam membantu proses penggelapan pajak
dan korupsi adalah salah. Mungkin butuh beberapa tahun lamanya untuk
menyadarkan mereka, akan tetapi dengan adanya whisteblower yang
mengungkapkan dokumen ini secara tidak langsung akan membuat mereka
kehilangan tuntutan melakukan kesalahan ini.
Setelah pengungkapan oleh ICIJ bersama koalisi internasional, terdapat
fakta yang menyeret tidak hanya Mossack Fonseca, klien, akan tetapi juga pada
dasarnya bank dan pembuat regulasi pajak juga melakukan kesalahan dalam hal
ini. Hakim dan firma hukum juga telah menodai wajah mereka sendiri, mereka
terlalu sering memenuhi argumen dari orang kaya.
Terlepas dari permasalahan politik dan ekonomi yang ditimbulkan dari
pengungkapan whisteblower yang pada akhirnya terungkap The Panama Paper,
yang harus diperhatikan juga adalah keselamatan dari whisteblower. Seperti yang
tertulis dalam ICIJ “The need for better whistleblower protection and has hinted
at even more revelations to come.” Bahkan “John-Doe” juga secara nyata
mengungkapkan ketakutannya melalui ICIJ dan media jerman, bahwa dia melihat
banyak whisteblower di US dan UK hidupnya dihancurkan setelah
mengungkapkan kebenaran, sementara pihak yang bersalah tetap eksis dengan
dirinya.
Kabar terbaru menyatakan bahwa pendiri firma, Ramon Fonseca sedang
mempersiapkan jalur hukum untuk menindak kebocoran data yang diretas oleh
orang luar. Hal ini perlu menjadi perhatian, karena keselamatan whisteblower
terancam. Padahal whisteblower sangat dibutuhkan masyarakat untuk
mengungkapkan ketidakadilan yang ada dalam suatu entitas.
Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak
legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan
korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang telah dimuat dalam 13
pasal dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Korupsi.
Suap-Menyuap
Pemerasan
Perbuatan Curang
Gratifikasi
Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai
dari transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan
secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi
seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang
paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :
– Proses penganggaran,
– Proses penyusunan kegiatan,
– Proses pembahasan,
– Proses pengawasan, dan
– Proses evaluasi.
3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah
terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam
bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat
prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting komperehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif.
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan
aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran
dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas
value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran
berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya
prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan. Kejujuran
mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun
pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis
maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness.
Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem informasi
pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan
sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan
keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak
terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti
korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli,
maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara
oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan,
pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti
korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang
terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan
tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah
dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak
kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan
lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait
dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur
kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat
betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk
kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol
kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan
ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan
evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol
dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
b. Tahap Opini
Gagasan / Ide
• Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media
• Membuat Bunga Rampai (buku) mengenai Anti-Korupsi
• Membuat audiovisual interaktif terkait anti-korupsi
Metode Pencegahan Korupsi
• Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini (PAUD, SD, SMP,
SMA)
• Membuat Korps Anti Korupsi di Tingkat Universitas
• Adanya Tata Etika dan Norma diantara Mahasiswa
Mengangkat Isu Korupsi Lokal-Nasional
• Mahasiswa diharapkan dapat lebih peka dan siaga menanggapi isu
Korupsi lokal yang terjadi
• Advokasi dan Pengawalan Penyusunan Anggaran serta pelaksanaan
pembangunan di daerah / nasional
A. KESIMPULAN
Kasus Apple Inc. di Irlandia dan Kasus pananama paper terkait tax evasion
menjadi pelajaran penting bagi Indonesia dalam menyikapi hal yang sama apabila
kasus ini terjadi di Indonesia. Pelajaran yang diambil adalah sikap dan kriteria
yang diperlukan untuk tetap mempertahankan kepercayaan investor kepada
Indonesia. Sebagai anggota komunitas masyarakat ASEAN yang sudah berjalan
sejak awal 2016, pemerintah Indonesia telah mengambil sikap terhadap
permasalahan pajak yang terjadi di Indonesia. Permasalahan pajak yang
melibatkan perusahaan multinasional adalah salah satu masalah pajak yang
menarik perhatian pemerintah karena perusahaan multinasional seringkali didapat
melakukan tindakan kecurangan seperti tax evasion dengan cara transfer pricing
atau selalu melaporkan keuangannya yang telah mengalami kerugian. Oleh sebab
itu, pemerintah Indonesia saat ini berusaha keras menegakkan peraturan yang ada,
namun dengan tetap memberikan komitmen untuk menjaga kepercayaan para
investor.
Selain Kasus diatas Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi
kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem
demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial
kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang
telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam
berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari
kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi
ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan
menghancurkan negeri ini. Ini dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan
prinsip anti korupsi seperti yang telah diterangkan diatas penerapannya masih
sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan
sungguh-sungguh dijalani sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa.
Pendidikan memang menjadi hal pokok untuk merubah keadaan ini. Akan
tetapi, semua itu tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung oleh
lingkungan masyarakat serta lingkungan keluarga. Oleh karena itulah tugas kita
sebagai mahasisa untuk membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti
korupsi tersebut dalam kehidupan sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara
Indonesia.
B. SARAN
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan
peduli akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi dan pentingnya
pemahaman terkait tax evasion yang didapat dari bangku perkuliahan harusnya
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila sudah mengenali
dan memahami , alangkah baiknya kita dapat mencegahnya mulai dari diri kita
sendiri kemudian setelah itu baru mencegah orang lain.