PROGRAM EKSTENSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JAKARTA
2019
Daftar Isi
Pada awal Mei 2016, International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), sebuah
jaringan global yang mencakup lebih dari 190 jurnalis investigasi yang berbasis di enam
puluh lima negara, memperoleh akses ke 11,5 juta file yang bocor — salah satu informasi
terbesar yang bocor hingga saat itu. Awalnya, sebuah surat kabar Jerman terkemuka,
Süeddeustche Zeitung, memperoleh dokumen-dokumen tersebut dari seorang pengungkap
rahasia (whistleblower) anonim dan kemudian membagikannya dengan ICIJ untuk
mengorganisir upaya global kolaboratif untuk menganalisis dan melaporkan file-file tersebut.
File yang bocor berisi rantai email besar-besaran, catatan klien, faktur, rekening bank,
dokumen yang dipindai, transkrip, kontrak, dan dokumen lainnya yang berasal dari empat
dekade. Dokumen-dokumen tersebut mengungkapkan offshore assets dan aktivitas bisnis
klandestin individu dan entitas dari lebih dari 200 yurisdiksi, termasuk tokoh-tokoh
terkemuka, seperti kepala negara, menteri, politisi, dan anggota Komite Etika Fédération
Internationale de Football Association (FIFA). Meliputi lebih dari 210.000 perusahaan,
Panama Papers mengungkapkan berapa banyak dari orang-orang ini mengeksploitasi
yurisdiksi offshore untuk menutupi kesalahan keuangan mereka, termasuk penggelapan pajak,
penipuan keuangan, pencucian uang, dan penyuapan.
Menurut laporan ICIJ, pelanggaran ini berpusat pada firma hukum yang berbasis di
Panama, Mossack Fonseca, yang telah beroperasi di lebih dari tiga puluh lima yurisdiksi
selama empat puluh tahun terakhir. Dokumen-dokumen yang bocor dilaporkan memberikan
laporan terperinci tentang bagaimana Mossack Fonseca memasukkan dan mengelola
perusahaan-perusahaan offshore atas nama kliennya, menyembunyikan struktur kepemilikan
dan tujuan entitas-entitas ini. Karena yurisdiksi offshore seringkali memerlukan kehadiran
agen lokal sebelum mengizinkan organisasi asing beroperasi, Mossack Fonseca bertindak
sebagai agen lokal untuk organisasi yang dibentuknya di yurisdiksi ini. Sebagai agen dari
perusahaan-perusahaan yang baru dibuat ini, firma hukum sering mengelola mereka dan
mewakili kliennya sebelum lembaga pemerintah di pusat-pusat offshore.
Dengan mendaftarkan perusahaan dengan namanya, Mossack Fonseca menyembunyikan
detail identitas pemilik sebenarnya dari perusahaannya di berbagai dokumen publik. Untuk
menciptakan perusahaan, kepercayaan, dan yayasan untuk kliennya, Mossack Fonseca terlibat
dengan 14.000 firma hukum dan lembaga keuangan, termasuk Deutsche Bank, HSBC, Société
Générale, Credit Suisse, Commerzbank, dan Nordea. Mossack Fonseca mendirikan lebih dari
50 persen dari perusahaan yang didirikannya di Kepulauan Virgin Britania Raya (BVI), yang
mendaftarkan orang lain di tempat-tempat seperti Panama, Bahama, Anguilla, Seychelles,
Niue, dan Samoa. Mossack Fonseca juga menciptakan perusahaan di Inggris dan di AS.
negara bagian Delaware, Nevada, dan Wyoming.
Selain menciptakan entitas korporat yang disamarkan untuk selebritis dan pemimpin
politik, Mossack Fonseca menciptakan firma shell atau perusahaan nominasi untuk sejumlah
tokoh terkenal, termasuk penjahat, anggota kelompok mafia, dan individu yang terkena
sanksi. File-file yang bocor menunjukkan bahwa firma hukum Panama bekerja dengan
setidaknya tiga puluh tiga orang dan entitas yang ditunjuk oleh Departemen Keuangan AS di
bawah program yang memberi sanksi kepada Iran, Suriah, Zimbabwe, dan Korea Utara.
Meskipun beberapa dari hubungan bisnis tersebut ada sebelum pengenaan sanksi-sanksi ini,
Mossack Fonseca terus memberikan layanan bisnis kepada klien-klien setelah sanksi
dijatuhkan. Mossack Fonseca membantah tuduhan bahwa perusahaan tersebut secara sadar
menerima klien yang memiliki hubungan dengan rezim jahat, tetapi dokumen yang bocor
menunjukkan sebaliknya.
Firma hukum, misalnya, bahkan pernah bekerja dengan tokoh-tokoh terkenal seperti
Rami Makhlouf — sepupu Bashar al-Assad. Makhlouf adalah salah satu pengusaha terkaya di
Suriah dan dilaporkan memiliki aset USD 5 miliar. Amerika Serikat telah menggambarkannya
sebagai "poster boy for corruption" dan telah memasukkannya ke daftar hitam sejak 2008.
Namun, Panama Papers memuat dokumentasi bahwa Makhlouf menggunakan Mossack
Fonseca untuk memajukan enam perusahaannya. Korespondensi email internal
mengungkapkan bahwa departemen kepatuhan Mossack Fonseca telah menyarankan bahwa
firma hukum mengakhiri hubungannya dengan Makhlouf pada awal 2011, tetapi para
eksekutif Mossack Fonseca awalnya menolak saran itu dan hanya setuju untuk menghentikan
hubungannya dengan dia sembilan bulan kemudian.
Perusahaan lain yang terus ditangani oleh Mossack Fonseca setelah penunjukan mereka
pada daftar sanksi termasuk perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab: Pangates
International Corporation Limited, Maxima Middle East Trading, dan Morgan Aditif
Manufacturing Co. Sebuah firma hukum yang berbasis di Dubai, Helene Mathieu Legal
Consultants, memasukkan perusahaan-perusahaan ini melalui Mossack Fonseca di Seychelles.
Departemen Keuangan AS menargetkan perusahaan-perusahaan ini karena mereka
menghindari sanksi yang dijatuhkan pada rezim Assad dengan memasok Assad dengan
sejumlah besar produk minyak bumi.
Panama Papers juga telah mengungkapkan hubungan rahasia Mossack Fonseca dengan
individu dan entitas yang terkait dengan program nuklir dan rudal terkait Korea Utara, seperti
DCB Finance Limited. Pada saat penggabungan individu dan entitas ini oleh Mossack
Fonseca pada tahun 2006, baik Amerika Serikat maupun Dewan Keamanan PBB tidak
memasukkan mereka ke daftar hitam. Namun, Mossack Fonseca gagal untuk mewujudkan
hubungan nyata mereka dengan Korea Utara dan posisi tingkat tinggi mereka di bank Korea
Utara, atau tidak menganggap faktor-faktor ini sebagai risiko yang tinggi. Rantai email yang
bocor mengungkapkan bahwa firma hukum itu tidak mempertanyakan afiliasi kliennya
dengan Korea Utara atau menundanya dengan praktik uji tuntas yang meningkat, yang
seharusnya membuat Mossack Fonseca menolak bisnis mereka dengan baik sebelum
mengambil tindakan pada 2010.
Tokoh yang terkuak dalam kebocoran data dalam kasus Panama Papers:
a. 143 tokoh politik termasuk 12 pemimpin negara beserta kerabat dan teman dekat dari
berbagai wilayah di dunia diketahui memakai perusahaan offshore untuk menghindari
pajak
b. Sergei Roldugin, seorang pemain cello dan sahabat baik Presiden Rusia, Vladimir Putin,
menjadi pusat skema penyembunyian uang Bank Nasional Rusia senilai US$2 Miliar.
Sebagian dana tersebut mengalir ke resor ski tempat anak Putin menikah pada 2013.
c. Pemimpin negara yang memiliki kekayaan offshore adalah Nawaz Sharif, Perdana
Menteri Pakistan; Alyad Allawi, mantan perdana menteri dan wakil presiden Iraq; Alaa
Mubarak, anak dari Presiden Mesir.
d. Petro Poroshenko, presiden Ukraina; berjanji kepada masyarakat bahwa ia akan menjual
perusahaan permennya, Roshen, saat mencalonkan diri tahun 2014. Bocoran dokumen
justru menunjukkan bahwa ia malah mendirikan perusahaan holding luar negeri untuk
memindahkan bisnisnya ke Kepulauan Virgin Britania Raya. Atas tindakan tersebut, ia
mampu menghindari pajak di Ukraina senilai jutaan dolar Amerika Serikat
e. Perdana Menteri Islandia Sigmundur Davíð Gunnlaugsson memiliki aset rahasia di bank-
bank gagal Islandia yang disembunyikan di balik perusahaan luar negeri
f. Enam anggota Dewan Bangsawan Britania Raya, tiga anggota parlementer dari
Conservative Party dan lusinan pendonor partai politik Inggris pernah mempunyai aset
offshore
g. Keluarga dari delapan anggota pemimpin negara China, politbiro, diketahui
menyembunyikan aset offshore
h. Dua puluh tiga klien Mossack Fonseca yang terkena sanksi karena mendukung rezim di
Korea Utara, Zimbabwe, Rusia, Iran dan Syiria. Perusahaan offshore klien tersebut
tersebar di Seychelles, Kepulauan Virgin Britania Raya, Panama dan yurisdiksi lainnya.
i. Anggota komite etika FIFA yang menjadi pengacara bagi individu dan perusahaan
dituduh atas kasus penyuapan dan korupsi
Dilansir dari Tempo, dokumen Mossack Fonseca mengindikasikan bahwa klien dari
firma itu meliputi penipu skema ponzi, mafia narkoba, penggelap pajak, pencucian uang dan
setidaknya satu terpidana kasus pelecehan seks yang sedang dipenjara. Catatan menunjukan
dokumen yang ada juga berisikan keterangan mengenai seorang terpidana pencucian uang
yang mengaku memberikan kontribusi sebesar US$ 50 ribu yang dipakai membayar
perampok dalam skandal Watergate. Ada juga nama 29 miliuner yang termasuk daftar 500
orang terkaya dunia versi majalah Forbes. Tak ketinggalan ada pula nama Jackie Chan,
bintang film ternama asal Cina, yang punya sedikitnya enam perusahaan di bawah
pengelolaan Mossack Fonseca.
Menurut analisis kami, terdapat indikasi Kejahatan Pencucian uang (Money Laundering
Crime) dalam kasus Panama Papers. Dilansir dari wikipedia, pencucian uang adalah suatu
upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau harta
kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang tersebut tampak
seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal. Pencucian uang ini dilakukan untuk
menghindari kejahatan seperti korupsi, pajak, narkoba dan lain-lain. Dalam hal ini,
perusahaan Mossack Fonseca ini diduga membantu mereka dalam pencucian uang untuk
berbagai alasan seperti menghindari pajak, korupsi dan berbagai alasan lainnya.
b. Fraudulent Statements. Meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif
suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang
sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangannya
untuk memperoleh keuntungan. fraudulent statement terbagi menjadi dua yakni fraud
dalam menyusun laporan keuangan dan fraud dalam menyusun laporan non-keuangan.
Fraud dalam menyusun laporan keuangan meliputi asset/revenue misstatements (baik
overstatements maupun understatements), pemalsuan pendapatan (fictitious revenue),
concealed liabilities and expenses, improper disclosures dan improper asset valuations.
Sedangkan Fraud dalam menyusun laporan non-keuangan berupa penyampaian laporan
non-keuangan secara menyesatkan, lebih bagus dari keadaan sebenarnya dan sering kali
merupakan pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan. Kasus dugaan penggelapan pajak
pada Panama Papers merupakan salah satu contoh fraudulent statement.
a. Tekanan (pressure)
Pressure adalah dorongan seseorang melakukan fraud. Penggelapan uang perusahaan
oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan yang menghimpit contohnya tagihan yang
menumpuk atau kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak bisa diceritakan kepada
orang lain. Konsep ini juga disebut perceived non-shareable financial need. Dari
penelitian Cressey menemukan bahwa dalam non-shareable problems yang dihadapi
orang-orang yang diwawancarai dapat timbul dari situasi yang dapat dibagi menjadi
enam kelompok:
a. Violation of ascribed obligation
Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan membawa
konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan dan juga menjadi harapan atasan. Di
samping harus jujur, ia dianggap perlu memiliki perilaku tertentu. Orang dalam
jabatan merasa wajib menghindari perbuatan seperti berjudi, mabuk, menggunakan
narkoba, dan perbuatan lainnya yang merendahkan martabatnya. Inilah kewajiban
yang terkait dengan jabatan yang dipercayakan kepadanya adalah yang disebut
ascribed obligation. Apabila seseorang menghadapi situasi yang melanggar
kewajiban terkait jabatannya, orang tersebut menganggap masalah yang dihadapinya
tidak dapat diungkapkan kepada orang lain. Pengungkapan perilaku yang
bertentangan dengan kewajiban tersebut merupakan pengakuan bahwa perilakunya di
bawah standar perilaku yang diharapkan.
b. Problems resulting from personal failures
Kegagalan pribadi juga merupakan situasi yang dipersepsikan oleh orang yang
mempunyai kedudukan serta dipercaya dalam bidang keuangan sebagai kesalahannya
menggunakan akal sehatnya dan karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya.
Seseorang takut mengakui kegagalannya dikarenakan ia takut kehilangan statusnya
sebagai orang yang dipercaya dalam bidang keuangan, meskipun ia dapat
mengakuinya kepada orang-orang yang sesungguhnya dapat membantu. Kehormatan
pada diri sendiri menjadi awal kejatuhan.
c. Business reversal
Kegagalan bisnis merupakan kelompok situasi yang mengarah kepada non-
shareable problems. Masalah ini berbeda dengan kegagalan pribadi karena pelakunya
merasa kegagalan tersebut berada di luar kendalinya. Dalam persepsinya, kegagalan
tersebut disebabkan karena inflasi yang tinggi, atau krisis moneter/ekonomi, tingkat
bunga yang tinggi, dan lain-lain. Dalam keadaan dimana seseorang merasa itu bukan
kesalahannya, masalah status tetap memainkan peran penting. Kebutuhan untuk
memberi kesan kepada orang lain bahwa ia tetap sukses merupakan tema yang sangat
lumrah dalam kegagalan bisnis.
d. Physical isolation
Secara bebas, situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam
kesendirian. Dalam situasi ini, seseorang tidak mau berbagi keluhan pada orang lain.
Seseorang itu tidak mempunyai orang lain tempat ia berkeluh dan mengungkapkan
masalahnya
e. Status gaining
Apabila seseorang memiliki harta atau jabatan tertentu, ia juga harus seperti itu
atau lebih dari itu. Pelaku berusaha meningkatkan statusnya. Masalah muncul ketika
orang tersebut menyadari bahwa ia tidak mampu secara finansial untuk naik ke status
tersebut, untuk menikmati simbol-simbol keistimewaan yang dijanjikan status
tersebut secara sah dan pada saat yang sama ia tidak dapat menerima kenyataan untuk
tetap berada pada status tersebut.
f. Employer-employee relation.
Situasi ini mencerminkan kekesalan seorang pegawai yang menduduki jabatan
sekarang, tetapi pada saat yang sama ia merasa tidak ada pilihan selain tetap
menjalankan apa yang dikerjakannya sekarang. Kekesalan dapat terjadi karena karena
ia merasa beban pekerjaannya yang banyak tetapi kurang mendapatkan penghargaan.
Apabila ia mengungkapkan masalah yang dihadapinya, ia khawatir statusnya di
organisasi akan terancam. Selain itu, terdapat motivasi yang kuat untuk membuat
perhitungan dengan atasannya ketika ia diperlakukan tidak adil.
Keenam kelompok situasi yang disebutkan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
upaya memperoleh status yang lebih tinggi atau mempertahankan status yang sekarang
dipunyai. Dengan kata lain, non-shareable problems mengancam status orang tersebut
atau merupakan ancaman baginya untuk meningkat ke status yang lebih tinggi dari
statusnya pada saat pelanggaran terjadi.
b. Kesempatan (opportunity)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya
disebabkan oleh internal control perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan atau
penyalahgunaan wewenang. Pada kasus Tax Haven kesempatan muncul dikarenakan
adanya celah peraturan mengenai perpajakan. Seperti di negara Luxemburg tidak ada
pajak mengenai cross border payment sehingga investor menerima seluruh dividen yang
dibagikan dan dapat mengatur untuk menghindari pajak pribadi di Perancis sejak tidak
ada peraturan mengenai pertukaran informasi antara bank Perancis dan Swiss. Oleh sebab
itu banyak warga negara Perancis banyak berinvestasi di Luxemburg dengan
menggunakan rekening bank Swiss
c. Rasionalisasi (rationalization)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku
mencari pembenaran atas perbuatannya. rasionalisasi merupakan bagian dari fraud
triangle yang paling sulit diukur. Sikap atau karakter adalah apa yang menyebabkan satu
atau lebih individu untuk secara rasional melakukan fraud. Penentu utama dari kualitas
laporan keuangan yaitu integritas manajemen. Ketika integritas manajemen
dipertanyakan, keandalan laporan keuangan diragukan. Bagi mereka yang umumnya
tidak jujur maka akan lebih mudah merasionalisasi kecurangan. Bagi mereka dengan
standar moral yang lebih tinggi, mungkin tidak begitu mudah. Dalam kasus Panama
Papers, pelaku fraud berusaha mencari pembenaran atas tindakannya. Pelaku merasa
tindakannya benar karena menganggap bahwa anggapan bahwa privasi dan fraud yang
mereka lakukan tidak akan terdeteksi, maka mereka merasionalisasi tindakan tersebut
seakan-akan tindakan tersebut adalah benar
Schilit, Howard Mark, 2010. Financial Shenanigans: How to Detect Accounting Gimmicks and
Fraud in Financial Reports. New York: McGraw-Hill.
Tuanakotta, Theodorus. M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPFE UI). Edisi ke 2: Jakarta.
Erol, Eda. Spector, Leonard S. 2017. Due Diligence and The Panama Papers Episode: Lessons
for Proliferation Finance. James Martin Center for Nonproliferation Studies. Middlebury
Institute of International Study at Monterey.
Garside, J., Watt J., Pegg D. 2016. The Panama Papers: how the world’s rich and famous hide
their money offshore
https://www.theguardian.com/news/2016/apr/03/the-panama-papers-how-the-worlds-rich-and-
famous-hide-their-money-offshore
International Consortium of Investigative Journalists (IJIC). Explore the Panama Papers Key
Figures. https://www.icij.org/investigations/panama-papers/explore-panama-papers-key-
figures/
Sayyid, Annisa. 2014. PEMERIKSAAN FRAUD DALAM AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT
INVESTIGATIF