NPM: 193210072
TUGAS ETIKA KETEKNIKAN
Dalam sesi Key Tone From The Top, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto juga
mengingatkan bahwa sektor Hulu Migas telah menjadi salah satu fokus sorotan
pengawasan KPK, sehingga kejadian kasus traumatik di masa lalu agar menjadi
pembelajaran dan fokus pembenahan, sehingga tata kelola dan citra SKK Migas
ke depan terus menjadi lebih baik, khususnya yang berkaitan dengan integritas.
Yang telah dibangun perlu terus dipertahankan dan dilaksanakan dengan penuh
disiplin. Hal ini menjadi krusial, mengingat masa decline di sektor hulu migas
telah berlangsung cukup lama. Maka sejak tahun 2020 yang lalu SKK Migas telah
me-launching target produksi migas nasional jangka panjang (Long-Term Plan)
berupa pencapaian kinerja produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12
miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) gas atau sekitar 3,2 juta barel setara
minyak per hari (BOEPD) pada tahun 2030. “Me-minimize decline saja sudah
kerjaan berat, apalagi ditambah dengan tekad untuk meningkatkan (produksi).
Kalau sampai kita tidak bisa meningkatkan produksi minyak dan gas, maka boleh
jadi di masa depan beban impor negara kita terhadap kebutuhan energi, jadi
semakin besar.” katanya. Upaya pemenuhan kebutuhan energi tersebut merupakan
tantangan yang tidak mudah mengingat sudah lama tidak ada temuan
cadangan giant discovery setelah lapangan Cepu. Hal ini ikut menekan daya saing
Indonesia untuk mendapatkan investor dunia menjadi kurang menarik. Oleh
karena itu perlu pembenahan di semua bidang. Salah satunya adalah
perubahan mind-set. “Visi industri migas tidak akan tercapai kalau kita terus
berada di zona nyaman. Untuk bisa bersaing di tingkat global, kita perlu lakukan
terobosan-terobosan. Tidak perlu takut untuk melakukan upaya terobosan dan
percepatan sepanjang tidak ada niat jahat (mens rea) dan selalu berpegang pada
Pakta Integritas.” tegasnya.
“Dengan semangat idul qurban kita juga diharapkan dapat mengorbankan sifat-
sifat yang tidak sesuai dengan integritas kemudian hijrah dari kegelapan menuju
cahaya - Ila dzulumati ilannur,” katanya. Diharapkan seluruh insan SKK Migas
juga merdeka dari sifat-sifat yang tidak sesuai dengan etika. Sesuai arahan Kepala
SKK Migas, fungsi Pengawas Internal ke depan akan lebih terbuka kepada
seluruh fungsi, sebagai agent of change dan trusted advisor dalam mengawal
proses transformasi di SKK Migas, dan mendorong continuous
improvements pada seluruh lini fungsi/unit kerja untuk dapat memberikan nilai
tambah (added value) kepada SKK Migas, Bangsa dan Negara kita.
Untuk mengakomodir sebagian pegawai dan tenaga alih daya di lingkungan SKK
Migas yang tidak sempat ikut hadir pada kesempatan batch pertama, acara
Townhall Integritas SKK Migas ini akan diulang kembali dalam batch kedua yang
akan diadakan pada akhir bulan Agustus 2021.
3. Pelanggaran Pedoman Pengendalian Gratifikasi SKK Migas
4. Kecurangan
“Potensi korupsi itu ada di setiap transaksi, bukan hanya di industri energi.
Namun, karena industri ini ‘kue’-nya cukup besar, mencapai Rp 900 triliun per
tahun baikupstream (hulu) maupun downstream (hilir), pastilah potensinya lebih
besar lagi,” kata laki-laki lulusan Magister Manajemen Prasetiya Mulya ini.
Apalagi, pemangku kepentingan BUMN migas ini begitu banyak, mulai dari
Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, DPR RI,
BPKP, sampai BPK.
Sebagai Direktur SDM, ia bertanggung jawab membawa orang-orang di BUMN
migas itu menjadi lebih berintegritas sehingga potensi kecurangan bisa dicegah.
“Saya belajarhuman resources management di Prasetiya Mulya. Di situ diajarkan
bahwa penerapanrewards and punishment secara konsisten akan mampu
membentuk teori perilaku ABC (antecedent atau sebab, behavior atau perilaku,
dan consequence atau akibat),” katanya.
Menurut dia, behavior dipicu antecedent, serta diperkuat dan diperlemah
olehconsequence. Membentuk kultur orang adalah sumbangan dari human
resource management. Ternyata, kultur orang itulah yang mampu membangun
keunggulan bersaing sebuah organisasi,” katanya.
Tidak sia-sia, sampai akhir masa jabatannya di perusahaan itu pada 2012,
Pertamina sukses meraih indeks good corporate governance (GCG) 93,51, jauh
lebih tinggi dari 2004 yang tercatat 55,73.
Peningkatan kesadaran pemahaman dan implementasi manajemen kerja kemudian
menjadi fokus perhatiannya. Setelah pensiun dari Pertamina tahun lalu, Waluyo
tetap berkontribusi untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Kini, Waluyo yang
menjabat sebagai Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DK3N), Ketua Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas (TIPKM), dan
President of Asia Pacific on Occupational Safety and Health Organization, ini tak
putus-putusnya diundang berbagai instansi dan perusahaan-perusahaan
multinasional selaku profesional trainer. Ia membagi pengetahuan dan
pengalamannya selama ini untuk memberikan wacana tentang betapa pentingnya
manajemen kerja dan keselamatan kerja.
5. Konflik kepentingan
Kepentingan politik yang mewarnai sektor migas di tanah air membuat
kebijakan energi kehilangan esensi dasarnya sebagai sarana mewujudkan
kemakmuran rakyat seperti yang disebutkan dalam Pasal 33 UUD 1945.
6. Pelecehan
Dari berbagai sektor pekerjaan yang ada, pertambangan adalah salah satu sektor
yang kerap diidentikkan dengan maskulinitas. Di berbagai negara, jumlah pekerja
perempuan di sektor ini masih kalah jauh daripada laki-laki.
Di Indonesia, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2017,
jumlah pekerja perempuan di sektor pertambangan sekitar 115 ribu orang,
sementara laki-laki 1,28 juta orang. Sementara di sektor listrik, air, dan gas, hanya
ada sekitar 46 ribu pekerja perempuan, sedangkan laki-laki sekitar 347 ribu orang.
Kedua sektor ini merupakan sektor-sektor dengan jumlah pekerja perempuan
terendah.
Dua tahun kemudian, dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun
2019, disebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sektor tersebut hanya
kurang dari 10 persen.
Ketimpangan gender di sektor pertambangan tidak hanya terlihat dari segi jumlah.
Dalam aspek upah pun, sebagaimana ditemukan dalam data BPS mengenai upah
pekerja berdasarkan jenis kelamin dari semua sektor pekerjaan, perempuan
menerima gaji yang lebih rendah dari laki-laki.
Berdasarkan data BPS per Februari 2019, rata-rata gaji yang diterima perempuan
di sektor pertambangan dan penggalian ialah Rp4,26 juta, sementara laki-laki
Rp5,12 juta. Ketimpangan serupa tampak di sektor pengadaan listrik dan gas, di
mana perempuan hanya menerima gaji rata-rata Rp3,45 juta, sedangkan laki-laki
Rp3,79 juta.
Peran gender yang melihat perempuan sebagai sosok yang lebih lemah dibanding
laki-laki berpengaruh terhadap ketimpangan gender di sektor pertambangan.
Dalam artikel bertajuk “Pengarusutamaan Gender di Industri Tambang di
Indonesia” yang dipublikasikan Bank Dunia pada 6 Maret 2020, digambarkan
ilustrasi kasus di mana pekerja perempuan dianggap tidak cocok melakukan
pekerjaan fisik berat yang identik dengan industri pertambangan.
Peran gender ini juga memengaruhi terjadinya bias dan diskriminasi gender dalam
praktik perekrutan pekerja tambang. Berdasarkan laporan Responsible Mining
Foundation (RMF) yang diluncurkan pada Mei 2019 terkait perempuan pekerja
tambang, dinyatakan bahwa sejak lama perempuan dilarang bekerja di tambang
bawah tanah dan baru-baru ini saja larangan itu dicabut. Contohnya, pada 2009 di
Afrika Selatan dan 2019 di India.
Selain itu, peran gender tradisional juga memberatkan perempuan dalam hal
tanggung jawab mengurus rumah tangga yang akhirnya kerap berbenturan dengan
karier. Yanosek dkk. mengungkapkan bahwa urusan keluarga menjadi faktor yang
menghambat pekerja perempuan naik ke level atas perusahaan. Mereka
menganalisis, tuntutan untuk bekerja di tempat jauh atau luar negeri dalam karier
di sektor ini menjadi tantangan besar bagi perempuan.
“Dalam sebuah wawancara dengan satu CEO, kami mencatat bahwa pusat operasi
industri minyak dan gas sering berada di tempat jauh atau terpelosok… Seorang
mantan direktur berkata kepada kami, ‘Dalam perusahaan minyak dan gas global,
kalau kamu tidak tinggal di luar negeri, kamu tidak bisa mencapai level tertentu,”
tulis mereka.
Menurut satu studi di Kanada tahun 2014, dalam lima tahun terakhir ada 40
persen perempuan pekerja di lokasi tambang yang mengalami pelecehan.
Sementara dalam sebuah wawancara ABC pada 6 Maret 2020 dengan tiga
perempuan Indonesia pekerja sektor pertambangan Australia Barat, kata-kata
kasar menjadi tantangan yang sering mereka temukan dalam keseharian di
lingkungan kerja mereka.
Ada juga inisiatif dari Goldcorp untuk membuat program pelatihan komprehensif
bagi pekerja perempuan mereka. RMI 2018 juga mencatat bahwa perusahaan
Newmont berupaya mencapai paritas gender di posisi manajemen senior pada
2030 dengan target minimal 30 persen perempuan menempati jabatan tersebut.
Ada juga inisiatif membentuk Me Too Mining Association pada 2018, seiring
dengan gelombang besar kampanye #MeToo di Amerika Serikat sejak 2017.
Asosiasi ini dibuat untuk memfasilitasi diskusi soal kekerasan dan pelecehan
seksual, perundungan, serta diskriminasi di sektor pertambangan.
Imbauan ini disampaikan Pengawas Internal SKK Migas, Budi Ibrahim di Jakarta,
Ahad, 8 September 2013. KAWAL merupakan aplikasi pengaduan dan pelaporan,
yang disediakan bagi siapa saja yang memiliki informasi perbuatan berindikasi
pelanggaran, yang dilakukan pimpinan dan pekerja SKK Migas. KAWAL
merupakan singkatan dari “Buka, Bawa, dan Laporkan”.
8. Pelanggaran hukum
Periode ini oleh Soetaryo Sigit disebutnya sebagai babak baru dalam
kebijaksanaan ekonomi dan perkembangan pertambangan Indonesia. Babak baru
ini diawali dengan ditetapkanya Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang
pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi Keungan dan
Pembangunan.Ketetapan MPRS tersebut,memuat beberapa hal yang terkait
dengan sector pertambangan,antara lain sebagai berikut: a. Kekayaan potensi yang
terdapat dalam alam Indonesia perlu digali dan diolah agar dapat dijadikan
kekuatan ekonomi riil (Bab II pasal 8); b. Potensi modal,teknologi dan keahlian
dari luar negeri dapat di manfaatkan untuk penanggulangan kemerosotan ekonomi
serta pembangunan Indonesia (BabII, Pasal 10); c. Dengan mengingat terbatasnya
modal dari luar negeri,perlu segera ditetapkan undang-undang mengenai modal
asing dan modal domestic (BabVIII ,pasal 62). Berdasarkan ketetapan MPRS di
atas,disusunlah rancangan undang-undang tentang Penanaman Modal
Asing,kemudian diundangkan menjadi undang-undang No.1 Tahun1967 tentang
Penanaman Modal Asing. Untuk menyusuaikan kebijaksanaan baru dalam
perkonomian, khususnya mengenai usaha pertambangan tidak mungkin
dilaksanakan tanpa mengganti undang-undang pertambangan. Menyadari
sepenuhnya urgensi penanganan hal ini, Departemen Pertambangan segera
membentuk Panitia Penyusunan Rancangan Undang-undang Pertambangan. Hasil
kerja Panitia diajukan kepada DPR menjelang pertengahan tahun 1967. Menyusul
terbitnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing,
terbit pula Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan atau UUPP 1967. UUPP 1967 memuat beberapa prinsip-
prinsip yang berbeda dengan Indische Mijnwet: a. Penguasaan sumber daya alam
oleh Negara sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945,dimana Negara menguasai semua
sumber daya alam sepenuh-penuhnya untuk kepentingan Negara dan kemakmuran
rakyat(pasal 1). b. Penggolongan bahan-bahan galian dalam golongan
strategis,vital dan non strategis dan vital(pasal 3). c. Sifat dari perusahaan
pertambangan,yang pada dasarnya harus dilakukan oleh Negara atau perusahaan
Negara/daerah,sedangkan perusahaan swasta nasional/asing hanya dapat bertindak
sebagai kontraktor dari Negara/Perusahaan Negara dan Badan Usaha Milik
Negara(BUMN). d. Konsesi ditiadakan,sedang wewenang untuk melakukan usaha
pertambangan diberikan berdasarakan kuasa pertambangan(KP),sebab konsesi
memberikan hak yang terlalu luas dan terlalu kuat bagi pemegang konsesi. Selain
itu,hak konsesi merupakan hak kebendaan (zakelijkrechts ,propertyright),
sehingga dapat dijadikan jaminan hipotik. Berbeda dengan hak kontraktor dan hak
pemegang kuasa pertambangan,tidak mempunyai kekuatan hukum yang
demikian, menurut hukum Indonesia. Prinsip-prinsip diatas, menunjukkan betapa
besar dan kuatnya hak penguasaan dan peranan Negara atas sector pertambangan,
akan tetapi tidak berarti menutup kemungkinan turut sertanya modal dan
teknologi asing dalam pengusahaan pertambangan. Karena harus diakui bahwa
pengusahaan bahan galian membutuhkan modal besar, teknologi tinggi dan
keahlian-keahlian tertentu. Dengan demikian,partisipasi modal dan teknologi
asing sangat diharapkan dalam pengusahaan pertambangan. Hanya saja dasar
partisipasi modal asing tidak lagi sebagai concessionairis (pemegang konsesi).
Mereka hanya dapat menjadi kontrakor dari Pemerintah dan pemegang Kuasa
Pertambangan. Mengenai perkembangan keterlibatan kontraktor asing di sector
pertambangan hingga tahun 1998, Kontrak Karya Pertambangan telah memasuki
generasi VII,Kontrak Karya Batubara memasuki generasi III dan Kontrak
Production Sharing memasuki generasi III. Dari segi produksi, hingga saat ini
bagian terbesar produksi tambang utama Indonesia adalah hasil kegiatan
perusahaanperusahaan asing. Namun dalam sepuluh tahun terakhir ini,sudah
mulai tampak adanya minat para pengusaha swasta nasional untuk turut bergiat
dalam usaha pertambangan ,baik secara sendiri maupun dalam usaha patungan
dengan pihak asing. Secara substansi dapat dikatakan bahwa Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1967 mempunyai ciri dan karakteristik sebagai berikut; a.
Berciri sentralistik atau ortodoks; b. Bertentangan dengan konstitusi,yaitu yang
berkaitan dengan ketentuan bahwa tambang rakyat hanya untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari; c. Merendahkan hak dan martabat rakyat. Sejalan dengan
bergulirnya reformasi yang dipelopori oleh mahasiswa pada Tahun 1998,telah
membawa perubahan mendasar pada tata aturan dan system pemerintahan di
Indonesia. Perubahan itu,adalah diterapkannya system otonomi daerah,yaitu
sebuah system pemerintahan dengan pendekatan desentralisasi,dari system
pemerintahan sebelumnya yang bersifat sentralistik. Landasan hukum system
otonomi daerah pascareformasi adalah UU No.22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah,yang kemudian dirubah menjadi UU No.32 Tahun 2004,
tentang Pemerintahan Daerah, dan setelah adanya yudicial review oleh Mahkamah
Konstitusi yang berkaitan dengan muatan calon kepala daerah dari jalur
independen, maka diubah menjadi UU No.12 Tahun 2008. Implikasi dari
diterapkannya system otonomi daerah, adalah diserahkannnya beberapa urusan
pemerintahan yang asalnya merupakan wewenang pemerintah pusat menjadi
kewenangan pemerintah daerah, kecuali urusan pertahanan dan keamanan,urusan
luar negeri, urusan agama, urusan moneter,dan peradilan. Dengan
demikian,urusan pertambangan adalah salah satu urusan yang meurupakan
wewenang atau urusan rumah tangga pemerintah daerah. Salah satu wujud
konkretnya,penerbitan KP yang semula jadi urusan pemerintah pusat,
dilimpahakan menjadi kewenangan pemerintah daerah. Dengan di berlakukanya
UU No.4Tahun 2009 tentang mineral dan Batubara secara secara otomatis
membuat UU No.11 Tahun 1967 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Maka
berakhirlah rezim KP, SIPD, PKP2B dan kontrak karya akan digantikan dengan
Izin Usaha Pertambangan(“IUP”). Sedangkan untuk KP, SIPD, Kontrak Karya
dan PKP2B yang telah lahir sebelum berlakunya UU No.4 Tahun 2009 tetap
dihormati sampai masa berlakunya berakhir. Berikut peraturan pelaksana dari UU
No.Tahun 2009: a. 1.PP No.22 Tahun210 tentang wilayah Pertambabgan. b. 2.PP
No.23 Tahun210 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha. c. PP No.55 Tahun 2010
tentang konsep kontrak perjanjian digantikan dengan system IUP.
9. Etika bisnis
Perusahaan menciptakan iklim kompetisi yang adil (fair) dan transparan dalam
pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku, dengan cara: 1. menetapkan penyedia barang dan jasa berdasarkan
kepada kemampuan, kompetensi dan prestasi. 2. menjatuhkan sanksi yang tegas
terhadap penyedia barang dan jasa yang melakukan pelanggaran. 3. melaksanakan
pembayaran kepada penyedia barang dan jasa dengan tepat waktu dan tepat
jumlah. 4. memelihara komunikasi yang baik dengan penyedia barang dan jasa
termasuk menindaklanjuti keluhan dan keberatan.