Anda di halaman 1dari 16

NAMA : MUHAMMAD BAGUS MARYUDI

NPM: 193210072
TUGAS ETIKA KETEKNIKAN

10 jenis pelanggaran yang ada didunia migas:


1. Kasus korupsi didunia migas.
Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri,
serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Korupsi dapat terjadi dalam bentuk
Penyuapan (bribery), embezzlement, fraud, extortion, dan favouritism. Korupsi
dapat terjadi dimanapun juga, bahkan di dunia migas seringkali terjadi kasus
korupsi. Dalam dunia migas, dikenal pula istilah mafia migas. Apa sebenarnya
yang dimaksud dengan mafia migas?
Mafia migas adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyalahgunakan
perannya di industri migas demi memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau
kepentingan kelompok tertentu. Mafia migas dapat berasal dari berbagai pihak di
industri migas, yaitu Perusahan Minyak dan Gas (baik perusahaan swasta maupun
perusahaan nasional), Badan Usaha Milik Negara, serta oknum-oknum legislatif
maupun eksekutif yang terlibat dalam suatu proyek perminyakan.
Banyak sekali kasus korupsi yang terjadi dalam dunia migas. Salah satu
contohnya adalah kasus korupsi oleh perusahaan Chevron. Pada kasus ini, yang
menjadi tersangka adalah Direktur PT Sumigita Jaya, yaitu Herland bin Ompo.
Permasalahan yang menjadi titik utama kasus ini adalah ketika PT Chevron
mengadakan proyek bioremediasi lahan di lokasi penambangan di Riau pada
tahun 2000-an. Untuk menentukan perusahaan mana yang akan menjalankan
proyek bioremediasi tersebut, Chevron Pacific Indonesia (CPI) melakukan proses
lelang. Setelah dilakukan proses lelang tersebut, akhirnya PT Sumigita Jaya
dinyatakan sebagai pemenang proyek tersebut. Namun, seiring dengan
berjalannya waktu, masalah maslaah mulai bermunculan. Setelah diusut lebih
lanjut, ternyata terkuak fakta bahwa ternyata perusahaan PT Sumigita Jaya
tersebut bukanlah sebuah perusahaan yang memiliki kapabilitas di bidang
bioremediasi tersebut. Bahkan, setelah diperiksa lebih lanjut lagi, perusahaan
tersebut tidak memiliki laboratorium yang memadai. Dalam kasus ini, sudah
terjadi perbuatan yang koruptif dalam industri minyak dan gas.
Contoh lain dari kasus korupsi di dunia migas adalah kasus Innospec. Kasus
dugaan korupsi pengadaan Tetra Ethyl Lead (TEL) ini berawal dari putusan
bersalah terhadap Innospec selaku korporasi di Inggris dan Amerika Serikat
terkait dugaan penyuapan kepada para pejabat di berbagai Negara, termasuk di
Indonesia terkait TEL. KPK dan Serious Fraud Office (SFO) mengadakan kerja
sama penyidikan guna menangani perkara dengan tersangka Direksi Innospec dan
pejabat di Indonesia yang menerima suap.
Mengapa kasus korupsi dapat terjadi di dunia migas? Salah satu alasannya adalah
karena SKK Migas tak berdaya memberantas korupsi sendirian. Juru Bicara SKK
Migas, Elan Budiantoro mengatakan bahwa pihaknya hanyalah bagian kecil dari
sub sistem yang ada. Dia juga menuturkan bahwa kewenangan SKK Migas tidak
terlalu besar dalam hal pengawasan dan penindakan. Selain itu, alasan lainnya
adalah karena dari pihak KPK dan SKK Migas, yang seharusnya bertanggung
jawab dalam mengawasi keberjalanan industri migas, masih saja terlibat dalam
kasus korupsi. Yang menjadi masalah lainnya adalah karena kebanyakan orang
orang yang ada di SKK Migas itu sendiri tidak memiliki latar belakang dari dunia
migas. Walaupun ketika mereka mendapat pelatihan di awal, namun masih saja
ada kemungkinan merekka tidak terlalu memahami industri migas dari segi
keteknikannya.
Apabila kita berkaca ke negara luar yang tingkat kasus korupsinya lebih rendah,
misalnya Denmark, kita dapat melihat adanya perbedaan sistem. Denmark adalah
negara dengan tingkat korupsi yang paling rendah di dunia. Namun, Denmark
tidak memiliki suatu instansi yang mengawasi dan menyidik kasus korupsi. Kita
pasti bingung mengapa Denmark bisa menjadi negara dengan tingkat korupsi
paling rendah namun tidak ada instansi seperti KPK yang mengawasi terjadinya
kasus korupsi. Ternyata yang lebih unik lagi, Denmark memiliki sebuah lembaga
pemberantasan korupsi di tiap-tiap perusahaan maupun lembaga Negara. Dan
ternyata, sistem ini berjalan dengan sangat efektif di Negara tersebut. Siapapun
dapat melaporkan terjadinya kasus korupsi tanpa birokrasi yang sulit.
Apabila kita melihat lebih dalam, sebenarnya akar akar yang memicu terjadinya
korupsi ada dua, yaitu dari pribadi dan dari sistem. Secara sistem sudah banyak
dibahas di paragraph-paragraf diatas. Namun, bagaimana dengan sisi kepribadian?
Sebenarnya, sikap koruptif sudah mulai tumbuh sejak kita kuliah, bahkan di
bangku sekolah dasar sudah terdapat bibit-bibit bangsa yang koruptif. Salah satu
contoh kecil dari prilaku korupsi adalah mencontek. Mengapa mencontek disebut
korupsi? Karena dengan mencontek, kita mengambil jawaban yang merupakan
hasil belajar seseorang, yang berarti kita mengambil hal yang seharusnya bukan
milik kita. Hal ini sangat bertentangan dengan konsep integritas. Oleh karena itu,
kita harus memulai memberantas korupsi dari hal-hal yang kecil, yaitu
mencontek. Bagaimana caranya? Berdasarkan perbincangan yang telah kami
adakan, hal itu dapat dicapai dengan dua metode.
Metode yang pertama adalah dengan menjadikan Pendidikan Anti Korupsi
sebagai suatu mata kuliah yang wajib di kampus. Salah satu masalah yang
seringkali dihadapi orang-orang yang terlibat kasus korupsi adalah kurang
sadarnya mereka terhadap hal hal yang dapat disebut perbuatan korupsi.
Sehingga, misalnya, ketika suatu pihak memberikan mereka sebuah hadiah,
mereka menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang wajar, sehingga mereka
menerimanya tanpa pikir panjang. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya diberi
sebuah pencerdasan mengenai hal-hal yang termasuk kedalam prilaku prilaku
korupsi dan memberikan penekanan mengenai dampak buruk dari prilaku korupsi,
baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Dengan begitu, masyarakat
dapat menjadi lebih sadar mengenai prilaku-prilaku koruptif, dan untuk
selanjutnya dapat lebih menahan diri.
Sebenarnya, cara yang paling mudah untuk memberantas korupsi adalah dengan
melaporkan segala bentuk tindakan korupsi yang kita temui. Karena dengan
begitu para koruptor akan merasa jera dan was was tiap kali hendak melakukan
tindakan korupsi, karena ia sadar sangat besar kemungkinan perbuatannya itu
dapat dilaporkan. Namun, seringkali kita merasa sulit untuk melakukannya.
Karena, ada kalanya orang orang yang kita dapati melakukan korupsi adalah
orang orang yang terdekat dengan kita. Sehingga, terdapat sebuah rasa takut
apabila kita melaporkan orang tersebut, hubungan baik antara kita dan orang
tersebut dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, kecenderungan kita untuk
melaporkan tindakan korupsi dapat ditingkatkan dengan membentuk sebuah Duta
Anti Korupsi di tiap kampus.
Cara kerja Duta Anti Korupsi sendiri sebenarnya cukup sederhana, dimulai dari
diri sendiri dengan mengawasi dan melaporkan orang-orang yang melakukan
tindakan mencontek ketika ujian sedang berlangsung. Namun, pastinya apabila
kita langsung melaporkan orang orang yang mencontek tersebut, hubungan baik
antara kita dan orang orang tersebut dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, kita
dapat memberi orang orang tersebt sebuah peringatan terlebih dahulu hingga
beberapa kali. Namun, apabila mereka tetap saja masih mencontek, barulah kita
dapat melaporkan orang tersebut. Karena, pada dasarnya, apabila seseorang
membiarkan saja seseorang melakukan tindakan korupsi, sesungguhnya orang
tersebut ikut memiliki andil dalam prilaku korupsi tersebut.
Oleh karena itu, hendaknya prilaku-prilaku korupsi dan koruptif di cegah dan di
berantas sedini mungkin.

2. pelanggaran pedoman etik SKK MIGAS

Sebagai bentuk komitmen terhadap implementasi kebijakan zero tolerance pada


korupsi dan khususnya suap, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menggelar acara Townhall Integritas
secara virtual pada tanggal 12 Agustus 2021. Acara yang diinisiasi oleh Pengawas
Internal SKK Migas ini dihadiri oleh tidak kurang dari 1.065 orang pegawai,
manajemen dan tenaga alih daya (outsourcing) di lingkungan SKK Migas, baik di
kantor pusat maupun kantor perwakilan.

Murdo Gantoro selaku Pengawas Internal SKK Migas dalam sambutannya


menekankan arti penting acara ini sebagai kebutuhan pokok dalam upaya
membangun budaya organisasi yang sehat di SKK Migas, bersih dari praktek suap
dan korupsi. Mengingat SKK Migas juga telah meraih sertifikasi SNI ISO
37001:2016 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) sejak tahun
2018, acara ini perlu dilakukan berulang-ulang secara periodik
untuk refresh  kembali pemahaman dan kesadaran terkait ketentuan aturan yang
berlaku di SKK Migas yang berkaitan dengan integritas, etika dan kepatuhan.
“Acara ini sengaja dilaksanakan di bulan Agustus, bulan Kemerdekaan, yang
memberi pesan kepada kita akan kewajiban untuk mengisi kemerdekaan dengan
kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas yang berintegritas,” katanya.“Memasuki
Tahun Baru 1 Muharam 1443 H, juga memberi pesan Hijrah. Yang berarti
meninggalkan hal-hal yang tidak baik menuju kebaikan. Acara ini
merupakan mandatory, karena integritas bukan pilihan, namun merupakan
kewajiban bagi seluruh insan SKK Migas,” imbuhnya.

Dalam sesi Key Tone From The Top, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto juga
mengingatkan bahwa sektor Hulu Migas telah menjadi salah satu fokus sorotan
pengawasan KPK, sehingga kejadian kasus traumatik di masa lalu agar menjadi
pembelajaran dan fokus pembenahan, sehingga tata kelola dan citra SKK Migas
ke depan terus menjadi lebih baik, khususnya yang berkaitan dengan integritas.
Yang telah dibangun perlu terus dipertahankan dan dilaksanakan dengan penuh
disiplin. Hal ini menjadi krusial, mengingat masa decline di sektor hulu migas
telah berlangsung cukup lama. Maka sejak tahun 2020 yang lalu SKK Migas telah
me-launching target produksi migas nasional jangka panjang (Long-Term Plan)
berupa pencapaian kinerja produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12
miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) gas atau sekitar 3,2 juta barel setara
minyak per hari (BOEPD) pada tahun 2030. “Me-minimize decline saja sudah
kerjaan berat, apalagi ditambah dengan tekad untuk meningkatkan (produksi).
Kalau sampai kita tidak bisa meningkatkan produksi minyak dan gas, maka boleh
jadi di masa depan beban impor negara kita terhadap kebutuhan energi, jadi
semakin besar.” katanya. Upaya pemenuhan kebutuhan energi tersebut merupakan
tantangan yang tidak mudah mengingat sudah lama tidak ada temuan
cadangan giant discovery setelah lapangan Cepu. Hal ini ikut menekan daya saing
Indonesia untuk mendapatkan investor dunia menjadi kurang menarik. Oleh
karena itu perlu pembenahan di semua bidang. Salah satunya adalah
perubahan mind-set. “Visi industri migas tidak akan tercapai kalau kita terus
berada di zona nyaman. Untuk bisa bersaing di tingkat global, kita perlu lakukan
terobosan-terobosan. Tidak perlu takut untuk melakukan upaya terobosan dan
percepatan sepanjang tidak ada niat jahat (mens rea) dan selalu berpegang pada
Pakta Integritas.” tegasnya.

Terkait proses resertifikasi SNI ISO 37001:2016 bukan hanya soal


mempertahankan sertifikasi SMAP, namun juga yang lebih utama adalah sebagai
bukti komitmen seluruh pegawai dan manajemen SKK Migas pada perilaku dan
budaya anti-suap untuk terus dipertahankan dan dipraktekan di SKK Migas.
Atasan mulai dari level Manajemen ke bawah harus menjadi teladan dan contoh
bagi pegawai di bawahnya dalam mempraktekan budaya anti-suap. “Seperti
pendulum. Kalau di atasnya mulai goyang sedikit, yang di bawah akan goyang
lebih banyak dan di bawahnya akan lebih banyak lagi.” katanya. Dwi Soetjipto
menegaskan, “seluruh Manajeman dan Pegawai SKK Migas harus komit pada
prinsip 4 No, yaitu No Bribery: Tidak boleh ada praktik suap, sogok, dan
pemerasan. No Kickback: Tidak boleh ada uang komisi, uang terima kasih, dan
bagi-bagi. No Gift: Tidak boleh ada hadiah yang tidak wajar. No Luxurious
Hospitality: Tidak boleh ada pelayanan dan jamuan yang berlebihan. Manajemen
dan pegawai SKK Migas semua berperan besar dalam menjaga SMAP. Dengan
reputasi SKK Migas yang bersih dan baik akan meningkatkan kinerja dan
menjaga kesinambungan institusi kita.”tambahnya. Nilai-nilai integritas mestinya
diarahkan kepada negara, kepada institusi dan khususnya pada KPI. Target-target
kinerja KPI tidak akan terlaksana dengan baik bila tanpa integritas yang baik.
Kalau integritasnya sudah baik, maka seharusnya performanya juga lebih baik.
Menutup arahannya, Dwi Soetjipto juga berpesan, “Saya mengajak Manajemen
dan Pegawai untuk menjaga SKK Migas dengan melaporkan setiap indikasi
pelanggaran melalui saluran whistle-blowing system (WBS),” katanya. “Jika ada
Manajemen atau Pegawai SKK Migas yang dalam pelaksanaan tugasnya atau
berkaitan dengan kewenangannya ditawari atau dijanjikan atau bahkan menerima
gratifikasi agar berkonsultasi dan melaporkan kepada Unit Pengendalian
Gratifikasi (UPG) di Pengawas Internal.” pungkasnya.

Selanjutnya Arief Sukma Widjaja selaku Koordinator Pengawas Internal bersama


para Auditor Pengawas Internal membawakan 4 materi utama terkait integritas
SKK Migas yaitu: Core Values dan Pedoman Etika SKK Migas; Pedoman
Pengendalian Gratifikasi, Pakta Integritas, Komitmen 4 No dan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN); Benturan Kepentingan (Conflict Of
Interest); serta materi terkait Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) dan
Whistle-Blower System (WBS) Kawal SKK Migas. Arief menyampaikan bahwa,
“Acara ini sebenarnya adalah merupakan apresiasi kepada rekan-rekan SKK
Migas semuanya yang telah menerapkan prinsip-prinsip etika dan integritas dalam
bekerja selama ini,” katanya. Acara ini juga merupakan arahan dari kepala SKK
Migas sehingga kemudian diwajibkan untuk ikut dalam acara ini kepada seluruh
pegawai termasuk tenaga alih daya di lingkungan SKK Migas.

“Dengan semangat idul qurban kita juga diharapkan dapat mengorbankan sifat-
sifat yang tidak sesuai dengan integritas kemudian hijrah dari kegelapan menuju
cahaya - Ila dzulumati ilannur,” katanya. Diharapkan seluruh insan SKK Migas
juga merdeka dari sifat-sifat yang tidak sesuai dengan etika. Sesuai arahan Kepala
SKK Migas, fungsi Pengawas Internal ke depan akan lebih terbuka kepada
seluruh fungsi, sebagai agent of change dan trusted advisor dalam mengawal
proses transformasi di SKK Migas, dan mendorong continuous
improvements pada seluruh lini fungsi/unit kerja untuk dapat memberikan nilai
tambah (added value) kepada SKK Migas, Bangsa dan Negara kita.

Untuk mengakomodir sebagian pegawai dan tenaga alih daya di lingkungan SKK
Migas yang tidak sempat ikut hadir pada kesempatan batch pertama, acara
Townhall Integritas SKK Migas ini akan diulang kembali dalam batch kedua yang
akan diadakan pada akhir bulan Agustus 2021.
3. Pelanggaran Pedoman Pengendalian Gratifikasi SKK Migas

Pedoman pengendalian gratifikasi kepada pimpinan dan pekerja Badan Pelaksana


Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi diluncurkan, dilengkapi pemberlakuan
sistem pelaporan pelanggaran (whistle blowing system/WBS). Hal ini untuk
mendukung transparansi dan pencegahan praktik penyalahgunaan kewenangan di
lingkungan badan pelaksana itu. Kepala BP Migas R Priyono menyampaikan hal
itu, usai meresmikan Pedoman Pengendalian Gratifikasi dan pemberlakuan Sistem
Pelaporan Pelanggaran di Kantor BP Migas, Jakarta, Selasa (10/4/2012). Kegiatan
itu dihadiri Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad.
Pedoman pengendalian gratifikasi merupakan pedoman yang dibuat untuk
menjadi rujukan mengenai hal-hal yang terkait dengan gratifikasi kepada
pimpinan dan pekerja BP Migas. Pedoman ini menjadi alat perlindungan bagi
pekerja BP Migas agar bertindak dengan benar, karna jelas diatur mana yang tidak
boleh dan mana yang boleh. Sedangkan WBS menjadi wadah bagi pengaduan atas
kejadian atau potensi kejadian korupsi, suap, dan praktik kecurangan lainnya.
"Kami juga mewajibkan seluruh pekerja membuat laporan harta kekayaan
penyelenggara negara," kata Priyono. Pengawasan selama ini dilakukan secara
langsung terhadap kinerja BP Migas. Secara rutin, sepak terjang BP Migas
diawasi DPR. Mulai tahun 2010, badan pelaksana itu melaporkan proyek-proyek
yang dikerjakan kepada Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan. "KPK juga salah satu mitra kerja yang turut
mengawasi agar BP Migas tetap terjaga menjadi institusi yang bersih dari praktik
korupsi yang tidak terpuji," ujarnya. Di sisi lain, BP Migas mengawasi dan
mengendalikan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) berdasarkan mekanisme
yang dibuat, sehingga pengawasan berjalan dengan efektif. Pada tahapan
perencanaan, BP Migas mengawasi sejak pertama kali rencana pengembangan
lapangan dibuat. Setiap tahun, pihaknya juga mengawasi program kerja dan
anggaran yang diajukan kontraktor. Selain itu, pelaksanaan setiap proyek diawasi
dengan menggunakan authorization for expenditures (AFE). "Untuk proyek-
proyek penting dan besar, kami membentuk tim pengawas dan pengendali
(Wasdal) khusus," kata Priyono menambahkan.

4. Kecurangan

Industri migas di Indonesia sepanjang 2012 menjadi penyumbang pendapatan


negara sebesar US$ 35 miliar. Sayangnya, sektor ini masih menghadapi sejumlah
tantangan. Dan, tantangan utamanya adalah bagaimana menaikkan produksi dan
meningkatkan eksplorasi. Selain juga dari sisi hukum dan regulasi dari
pemerintah. Bagaimana tidak, industri migas merupakan investasi jenis padat
modal, padat teknologi, dan membutuhkan waktu yang panjang. Selain itu,
kondisi perekonomian global yang masih melambat juga menjadi tantangan besar.
Meskipun Indonesia tetap bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 6
persen.
Sektor energi, khususnya migas, masih menjadi industri yang paling menarik di
negeri ini. Setiap tahun, anggaran operasional di sektor ini mencapai Rp 900
triliun, jumlah yang amat fantastis jika dibandingkan dengan total APBN 2013
yang sebesar Rp 1.700 triliun. Dengan peredaran uang yang begitu besar, industri
ini begitu rentan terhadap kecurangan. Itulah tantangan yang dihadapi Dr Waluyo
saat menjabat Direktur Umum dan SDM PT Pertamina (Persero).

“Potensi korupsi itu ada di setiap transaksi, bukan hanya di industri energi.
Namun, karena industri ini ‘kue’-nya cukup besar, mencapai Rp 900 triliun per
tahun baikupstream (hulu) maupun downstream (hilir), pastilah potensinya lebih
besar lagi,” kata laki-laki lulusan Magister Manajemen Prasetiya Mulya ini.
Apalagi, pemangku kepentingan BUMN migas ini begitu banyak, mulai dari
Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, DPR RI,
BPKP, sampai BPK.
Sebagai Direktur SDM, ia bertanggung jawab membawa orang-orang di BUMN
migas itu menjadi lebih berintegritas sehingga potensi kecurangan bisa dicegah.
“Saya belajarhuman resources management di Prasetiya Mulya. Di situ diajarkan
bahwa penerapanrewards and punishment secara konsisten akan mampu
membentuk teori perilaku ABC (antecedent atau sebab, behavior atau perilaku,
dan consequence atau akibat),” katanya.
Menurut dia, behavior dipicu antecedent, serta diperkuat dan diperlemah
olehconsequence. Membentuk kultur orang adalah sumbangan dari human
resource management. Ternyata, kultur orang itulah yang mampu membangun
keunggulan bersaing sebuah organisasi,” katanya.
Tidak sia-sia, sampai akhir masa jabatannya di perusahaan itu pada 2012,
Pertamina sukses meraih indeks good corporate governance (GCG) 93,51, jauh
lebih tinggi dari 2004 yang tercatat 55,73.
Peningkatan kesadaran pemahaman dan implementasi manajemen kerja kemudian
menjadi fokus perhatiannya. Setelah pensiun dari Pertamina tahun lalu, Waluyo
tetap berkontribusi untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Kini, Waluyo yang
menjabat sebagai Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DK3N), Ketua Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas (TIPKM), dan
President of Asia Pacific on Occupational Safety and Health Organization, ini tak
putus-putusnya diundang berbagai instansi dan perusahaan-perusahaan
multinasional selaku profesional trainer. Ia membagi pengetahuan dan
pengalamannya selama ini untuk memberikan wacana tentang betapa pentingnya
manajemen kerja dan keselamatan kerja.

Terlebih, selaku pegawai tentu menginginkan dalam mengemban tugasnya dalam


situasi yang terbaik. Waluyo menekankan, jika terjadi kecelakaan kerja tak hanya
menghasilkan tragedi tapi bisa menyebabkan pula bencana ekonomi.

5. Konflik kepentingan
Kepentingan politik yang mewarnai sektor migas di tanah air membuat
kebijakan energi kehilangan esensi dasarnya sebagai sarana mewujudkan
kemakmuran rakyat seperti yang disebutkan dalam Pasal 33 UUD 1945.

"Sebesar 80 persen dari tata kelola migas merupakan bermuatan politis,


sementara 20 persen lainnya soal teknis," ungkap mantan Kepala BP Migas,
Raden Priyono, dalam diskusi buku "Migas, The Untold Story", yang
diselenggarakan Fakultas Komunikasi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta,
Rabu, 25 Februari 2015.
Menurut Priyono, kepentingan politik itu pula yang bermain di balik
pembubaran BP Migas melalui keputusan Mahkamah Konstitusi tahun 2012
lalu. Ia menyangkal tudingan bahwa BP Migas pro kepentingan asing. Justru
pada tahun 2011 lembaga McKinsey justru menempatkan Indonesia di peringkat
ke-5 dunia dalam hal nasionalisme sektor migas (resource nationalism).
"Nasionalisme migas sangat dibenci oleh raksasa minyak global karena
mempersulit bisnis mereka."

Ekonom Universitas Katolik Atmajaya, Antonius Prasetyantoko, yang juga


tampil sebagai pembicara, mengungkapkan bahwa politik migas merupakan
politik tingkat tinggi, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. "Perang dingin
antara blok Saudi dan blok Amerika dalam memainkan harga minyak dunia
adalah bukti bahwa sektor migas tidak murni diatur pasar."

Prasetyantoko menjelaskan, OPEC enggan menurunkan produksinya dengan


tujuan harga minyak tetap rendah. Dengan harga US$ 45 per barel, mereka
masih untung karena biaya produksi rata-rata US$ 10-15 per barel. Sebaliknya,
turunnya harga minyak akan memukul musuh-musuh AS seperti Rusia atau
Venezuela yang ekonominya ditopang ekspor migas.

Di saat yang sama, AS terus menumpuk cadangan minyaknya dengan harapan


produk mereka bisa dijual dengan harga tinggi apabila suatu saat tekanan global
dan embargo terhadap Rusia meningkat. "Indonesia tidak terlepas dari konstelasi
global. Permainan harga akan menciptakan mafia migas," ujar dia.

Penasihat Ahli Kepala SKK Migas, Haposan Napitupulu, menjelaskan struktur


migas Indonesia belum siap mengantisipasi perubahan peta politik global.
Cadangan minyak Indonesia hanya bertahan 11 tahun mendatang. Indonesia
juga satu-satunya negara di Asia yang tidak memiliki cadangan minyak siap
pakai. "Ini sangat berbahaya ketika suatu saat permintaan melonjak dan harga
minyak mulai naik."
Hal ini sangat ironis karena negara-negara yang tidak punya sumber minyak
seperti Korea, Jepang dan Singapura justru memiliki cadangan minyak di
kilangnya masing-masing. Karena itu ia berharap ke depannya peran minyak
bumi segera digantikan oleh gas alam.

6. Pelecehan
Dari berbagai sektor pekerjaan yang ada, pertambangan adalah salah satu sektor
yang kerap diidentikkan dengan maskulinitas. Di berbagai negara, jumlah pekerja
perempuan di sektor ini masih kalah jauh daripada laki-laki.

Di Indonesia, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2017,
jumlah pekerja perempuan di sektor pertambangan sekitar 115 ribu orang,
sementara laki-laki 1,28 juta orang. Sementara di sektor listrik, air, dan gas, hanya
ada sekitar 46 ribu pekerja perempuan, sedangkan laki-laki sekitar 347 ribu orang.
Kedua sektor ini merupakan sektor-sektor dengan jumlah pekerja perempuan
terendah.

Dua tahun kemudian, dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun
2019, disebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sektor tersebut hanya
kurang dari 10 persen. 

Ketimpangan gender di sektor pertambangan tidak hanya terlihat dari segi jumlah.
Dalam aspek upah pun, sebagaimana ditemukan dalam data BPS mengenai upah
pekerja berdasarkan jenis kelamin dari semua sektor pekerjaan, perempuan
menerima gaji yang lebih rendah dari laki-laki.

Berdasarkan data BPS per Februari 2019, rata-rata gaji yang diterima perempuan
di sektor pertambangan dan penggalian ialah Rp4,26 juta, sementara laki-laki
Rp5,12 juta. Ketimpangan serupa tampak di sektor pengadaan listrik dan gas, di
mana perempuan hanya menerima gaji rata-rata Rp3,45 juta, sedangkan laki-laki
Rp3,79 juta.
Peran gender yang melihat perempuan sebagai sosok yang lebih lemah dibanding
laki-laki berpengaruh terhadap ketimpangan gender di sektor pertambangan.
Dalam artikel bertajuk “Pengarusutamaan Gender di Industri Tambang di
Indonesia” yang dipublikasikan Bank Dunia pada 6 Maret 2020, digambarkan
ilustrasi kasus di mana pekerja perempuan dianggap tidak cocok melakukan
pekerjaan fisik berat yang identik dengan industri pertambangan.

Peran gender ini juga memengaruhi terjadinya bias dan diskriminasi gender dalam
praktik perekrutan pekerja tambang. Berdasarkan laporan Responsible Mining
Foundation (RMF) yang diluncurkan pada Mei 2019 terkait perempuan pekerja
tambang, dinyatakan bahwa sejak lama perempuan dilarang bekerja di tambang
bawah tanah dan baru-baru ini saja larangan itu dicabut. Contohnya, pada 2009 di
Afrika Selatan dan 2019 di India.

Bias gender juga lah yang menyebabkan sedikitnya perempuan di posisi


pemimpin di sektor pertambangan. Dalam tulisan Kassia Yanosek dkk. terkait
hasil riset McKinsey tahun 2018 seputar perempuan di industri minyak dan gas di
Amerika Serikat, disebutkan bahwa perempuan yang punya potensi tinggi atau
setara kapasitasnya dengan laki-laki sering kali diabaikan dalam pengambilan
keputusan perusahaan soal siapa yang menjadi pemimpin.

Selain itu, peran gender tradisional juga memberatkan perempuan dalam hal
tanggung jawab mengurus rumah tangga yang akhirnya kerap berbenturan dengan
karier. Yanosek dkk. mengungkapkan bahwa urusan keluarga menjadi faktor yang
menghambat pekerja perempuan naik ke level atas perusahaan. Mereka
menganalisis, tuntutan untuk bekerja di tempat jauh atau luar negeri dalam karier
di sektor ini menjadi tantangan besar bagi perempuan.

“Dalam sebuah wawancara dengan satu CEO, kami mencatat bahwa pusat operasi
industri minyak dan gas sering berada di tempat jauh atau terpelosok… Seorang
mantan direktur berkata kepada kami, ‘Dalam perusahaan minyak dan gas global,
kalau kamu tidak tinggal di luar negeri, kamu tidak bisa mencapai level tertentu,”
tulis mereka. 

Pekerja perempuan di industri ini juga kerap mengalami perlakuan-perlakuan


buruk yang menghambat performa kerja mereka. Dalam laporan tersebut,
dikatakan bahwa ada perempuan-perempuan pejabat eksekutif pertambangan yang
disisihkan, dikucilkan, atau dilecehkan pada awal perjalanan karier mereka. 

Sementara bagi pekerja perempuan di lapangan, kerentanan mereka alami karena


berada di lingkungan kerja yang tidak aman. RMF mencatat, kebutuhan dasar
untuk bekerja seperti alat pelindung diri serta fasilitas toilet dan kamar ganti yang
aman bagi perempuan jarang tersedia. Hal ini diperparah dengan lingkungan
remang-remang dan ruang gerak terbatas di bawah tanah yang meningkatkan
risiko terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual.

Menurut satu studi di Kanada tahun 2014, dalam lima tahun terakhir ada 40
persen perempuan pekerja di lokasi tambang yang mengalami pelecehan.
Sementara dalam sebuah wawancara ABC pada 6 Maret 2020 dengan tiga
perempuan Indonesia pekerja sektor pertambangan Australia Barat, kata-kata
kasar menjadi tantangan yang sering mereka temukan dalam keseharian di
lingkungan kerja mereka.   

Kondisi semacam ini pada akhirnya mendorong perusahaan-perusahaan tambang


untuk membuat kebijakan sebagai upaya pencegahan pelecehan seksual. Namun
dari segi implementasi, sayangnya 75 persen dari perusahaan yang disurvei tidak
menunjukkan bukti upaya sistematis untuk mencegah hal tersebut.

Kendala-kendala yang dihadapi perempuan seperti ketimpangan gender di sektor


pertambangan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab individu untuk diatasi.
Kontribusi berbagai pihak diperlukan untuk mewujudkan kesetaraan gender di
sektor tersebut.
Beberapa contoh telah diperlihatkan berbagai perusahaan pertambangan sebagai
inisiatif untuk melakukan perubahan. Misalnya, rencana perusahaan BHP untuk
mencapai kesetaraan gender di seluruh perusahaannya pada 2025 dengan memberi
bonus bagi staf paling senior yang mencapai target kenaikan jumlah staf
perempuan sebesar 3 persen per tahun.

Ada juga inisiatif dari Goldcorp untuk membuat program pelatihan komprehensif
bagi pekerja perempuan mereka. RMI 2018 juga mencatat bahwa perusahaan
Newmont berupaya mencapai paritas gender di posisi manajemen senior pada
2030 dengan target minimal 30 persen perempuan menempati jabatan tersebut.

Menyikapi minimnya keamanan bagi pekerja perempuan di lapangan, Codelco,


sebuah perusahaan tambang negara di Chile menetapkan panduan perusahaan
tentang penyediaan kamar mandi, ruang ganti, dan perlengkapan keamanan kerja
sesuai gender. Perusahaan itu juga menyediakan ruang laktasi bagi pekerja
perempuan.

Inisiatif-inisiatif berbagai perusahaan tersebut seiring dengan hadirnya inisiatif


kelompok pemangku kepentingan yang terdiri dari perwakilan beragam negara.
Contohnya adalah Women’s Rights and Mining yang diprakarsai Kementerian
Luar Negeri Belanda untuk mendukung hak perempuan di sektor pertambangan
dan masyarakat yang terdampak di sekitar industri itu.

Ada juga inisiatif membentuk Me Too Mining Association pada 2018, seiring
dengan gelombang besar kampanye #MeToo di Amerika Serikat sejak 2017.
Asosiasi ini dibuat untuk memfasilitasi diskusi soal kekerasan dan pelecehan
seksual, perundungan, serta diskriminasi di sektor pertambangan.

7. Penyebaran atau pembocoran rahasia perusahaan.

Jika anggota msyarakat menemukan pelanggaran yang dilakukan pimpinan


maupun karyawan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas) diminta segera melapor ke “KAWAL” SKK Migas
yang dapat diakses melalui tujuh saluran.

Tujuh saluran “KAWAL” itu adalah adalah


melalui online (www.skkmigas.go.id/wbs), email: skkmigas@tipoff.asia, SMS  di
nomor: 081291714304), telepon di nomor; 021-23507071, faksimili: 021-
23507072, berkirim surat ke PO Box 2647 JKP 10026, atau dimasukkan ke drop
box di kantor SKK Migas, Gedung Wisma Mulia Lantai 35, Jalan Gatot Subroto
Kavling 42, Jakarta.

Imbauan ini disampaikan Pengawas Internal SKK Migas, Budi Ibrahim di Jakarta,
Ahad, 8 September 2013. KAWAL merupakan aplikasi pengaduan dan pelaporan,
yang disediakan bagi siapa saja yang memiliki informasi perbuatan berindikasi
pelanggaran, yang dilakukan pimpinan dan pekerja SKK Migas. KAWAL
merupakan singkatan dari “Buka, Bawa, dan Laporkan”.

Budi pun menjamin prinsip kerahasiaan laporan pengaduan. Menurutnya, SKK


Migas telah menunjuk analis profesional independen, yang bertugas menampung
informasi awal dan mengelola setiap laporan pengaduan yang masuk. “Kemudian
laporan diproses lebih lanjut sesuai ketentuan Pedoman Whistle Blowing
System (WBS) SKK Migas,” ujarnya.

Jenis dugaan pelanggaran yang dapat ditindaklanjuti oleh KAWAL SKK


Migas  adalah, dugaan korupsi, pelanggaran pedoman etika dan gratifikasi,
kecurangan, benturan kepentingan, pelecehan, dan penyebaran atau pembocoran
rahasia perusahaan.

Menurut pasal 41 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi, masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. “Aplikasi ini juga
merupakan implementasi dari Pakta Integritas SKK Migas (dahulu BPMIGAS)
yang ditandatangani pada 27 November 2007,” jelas Budi.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SKK Migas, Johannes Widjonarko


juga meminta kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas
maupun stakeholders lainnya, ikut menjaga pimpinan dan pekerja SKK Migas
agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak mendorong ke arah
gratifikasi atau lainnya yang berpotensi menjadi pidana.

“Kami mendorong kepada siapa saja untuk mengadukan potensi terjadinya


korupsi, suap, dan praktek kecurangan lain melalui KAWAL SKK Migas,” kata
Widjonarko.

8. Pelanggaran hukum
Periode ini oleh Soetaryo Sigit disebutnya sebagai babak baru dalam
kebijaksanaan ekonomi dan perkembangan pertambangan Indonesia. Babak baru
ini diawali dengan ditetapkanya Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang
pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi Keungan dan
Pembangunan.Ketetapan MPRS tersebut,memuat beberapa hal yang terkait
dengan sector pertambangan,antara lain sebagai berikut: a. Kekayaan potensi yang
terdapat dalam alam Indonesia perlu digali dan diolah agar dapat dijadikan
kekuatan ekonomi riil (Bab II pasal 8); b. Potensi modal,teknologi dan keahlian
dari luar negeri dapat di manfaatkan untuk penanggulangan kemerosotan ekonomi
serta pembangunan Indonesia (BabII, Pasal 10); c. Dengan mengingat terbatasnya
modal dari luar negeri,perlu segera ditetapkan undang-undang mengenai modal
asing dan modal domestic (BabVIII ,pasal 62). Berdasarkan ketetapan MPRS di
atas,disusunlah rancangan undang-undang tentang Penanaman Modal
Asing,kemudian diundangkan menjadi undang-undang No.1 Tahun1967 tentang
Penanaman Modal Asing. Untuk menyusuaikan kebijaksanaan baru dalam
perkonomian, khususnya mengenai usaha pertambangan tidak mungkin
dilaksanakan tanpa mengganti undang-undang pertambangan. Menyadari
sepenuhnya urgensi penanganan hal ini, Departemen Pertambangan segera
membentuk Panitia Penyusunan Rancangan Undang-undang Pertambangan. Hasil
kerja Panitia diajukan kepada DPR menjelang pertengahan tahun 1967. Menyusul
terbitnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing,
terbit pula Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan atau UUPP 1967. UUPP 1967 memuat beberapa prinsip-
prinsip yang berbeda dengan Indische Mijnwet: a. Penguasaan sumber daya alam
oleh Negara sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945,dimana Negara menguasai semua
sumber daya alam sepenuh-penuhnya untuk kepentingan Negara dan kemakmuran
rakyat(pasal 1). b. Penggolongan bahan-bahan galian dalam golongan
strategis,vital dan non strategis dan vital(pasal 3). c. Sifat dari perusahaan
pertambangan,yang pada dasarnya harus dilakukan oleh Negara atau perusahaan
Negara/daerah,sedangkan perusahaan swasta nasional/asing hanya dapat bertindak
sebagai kontraktor dari Negara/Perusahaan Negara dan Badan Usaha Milik
Negara(BUMN). d. Konsesi ditiadakan,sedang wewenang untuk melakukan usaha
pertambangan diberikan berdasarakan kuasa pertambangan(KP),sebab konsesi
memberikan hak yang terlalu luas dan terlalu kuat bagi pemegang konsesi. Selain
itu,hak konsesi merupakan hak kebendaan (zakelijkrechts ,propertyright),
sehingga dapat dijadikan jaminan hipotik. Berbeda dengan hak kontraktor dan hak
pemegang kuasa pertambangan,tidak mempunyai kekuatan hukum yang
demikian, menurut hukum Indonesia. Prinsip-prinsip diatas, menunjukkan betapa
besar dan kuatnya hak penguasaan dan peranan Negara atas sector pertambangan,
akan tetapi tidak berarti menutup kemungkinan turut sertanya modal dan
teknologi asing dalam pengusahaan pertambangan. Karena harus diakui bahwa
pengusahaan bahan galian membutuhkan modal besar, teknologi tinggi dan
keahlian-keahlian tertentu. Dengan demikian,partisipasi modal dan teknologi
asing sangat diharapkan dalam pengusahaan pertambangan. Hanya saja dasar
partisipasi modal asing tidak lagi sebagai concessionairis (pemegang konsesi).
Mereka hanya dapat menjadi kontrakor dari Pemerintah dan pemegang Kuasa
Pertambangan. Mengenai perkembangan keterlibatan kontraktor asing di sector
pertambangan hingga tahun 1998, Kontrak Karya Pertambangan telah memasuki
generasi VII,Kontrak Karya Batubara memasuki generasi III dan Kontrak
Production Sharing memasuki generasi III. Dari segi produksi, hingga saat ini
bagian terbesar produksi tambang utama Indonesia adalah hasil kegiatan
perusahaanperusahaan asing. Namun dalam sepuluh tahun terakhir ini,sudah
mulai tampak adanya minat para pengusaha swasta nasional untuk turut bergiat
dalam usaha pertambangan ,baik secara sendiri maupun dalam usaha patungan
dengan pihak asing. Secara substansi dapat dikatakan bahwa Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1967 mempunyai ciri dan karakteristik sebagai berikut; a.
Berciri sentralistik atau ortodoks; b. Bertentangan dengan konstitusi,yaitu yang
berkaitan dengan ketentuan bahwa tambang rakyat hanya untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari; c. Merendahkan hak dan martabat rakyat. Sejalan dengan
bergulirnya reformasi yang dipelopori oleh mahasiswa pada Tahun 1998,telah
membawa perubahan mendasar pada tata aturan dan system pemerintahan di
Indonesia. Perubahan itu,adalah diterapkannya system otonomi daerah,yaitu
sebuah system pemerintahan dengan pendekatan desentralisasi,dari system
pemerintahan sebelumnya yang bersifat sentralistik. Landasan hukum system
otonomi daerah pascareformasi adalah UU No.22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah,yang kemudian dirubah menjadi UU No.32 Tahun 2004,
tentang Pemerintahan Daerah, dan setelah adanya yudicial review oleh Mahkamah
Konstitusi yang berkaitan dengan muatan calon kepala daerah dari jalur
independen, maka diubah menjadi UU No.12 Tahun 2008. Implikasi dari
diterapkannya system otonomi daerah, adalah diserahkannnya beberapa urusan
pemerintahan yang asalnya merupakan wewenang pemerintah pusat menjadi
kewenangan pemerintah daerah, kecuali urusan pertahanan dan keamanan,urusan
luar negeri, urusan agama, urusan moneter,dan peradilan. Dengan
demikian,urusan pertambangan adalah salah satu urusan yang meurupakan
wewenang atau urusan rumah tangga pemerintah daerah. Salah satu wujud
konkretnya,penerbitan KP yang semula jadi urusan pemerintah pusat,
dilimpahakan menjadi kewenangan pemerintah daerah. Dengan di berlakukanya
UU No.4Tahun 2009 tentang mineral dan Batubara secara secara otomatis
membuat UU No.11 Tahun 1967 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Maka
berakhirlah rezim KP, SIPD, PKP2B dan kontrak karya akan digantikan dengan
Izin Usaha Pertambangan(“IUP”). Sedangkan untuk KP, SIPD, Kontrak Karya
dan PKP2B yang telah lahir sebelum berlakunya UU No.4 Tahun 2009 tetap
dihormati sampai masa berlakunya berakhir. Berikut peraturan pelaksana dari UU
No.Tahun 2009: a. 1.PP No.22 Tahun210 tentang wilayah Pertambabgan. b. 2.PP
No.23 Tahun210 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha. c. PP No.55 Tahun 2010
tentang konsep kontrak perjanjian digantikan dengan system IUP.

9. Etika bisnis

Perusahaan berkomitmen untuk memperlakukan Pekerja secara setara (fair) tanpa


membedakan suku, agama, gender, kelompok dan ras dalam segala aspek.
Sebaliknya, setiap Pekerja wajib melakukan pekerjaan sendiri maupun kolektif
yang dipercayakan Perusahaan secara profesional, jujur, partisipatif dan pro aktif
dengan mengutamakan kepentingan Perusahaan dan menjaga harmonisasi
hubungan Pekerja dalam menciptakan hubungan kerja yang dinamis, harmonis,
selaras, serasi dan seimbang dengan Perusahaan. Untuk menciptakan hubungan
yang demikian, Perusahaan berkomitmen bahwa segala keputusan mengenai
ketenagakerjaan haruslah didasarkan pada penilaian objektif atas kompetensi dan
kinerja Pekerja dan kemampuan Perusahaan yang berdasarkan pada Perjanjian
Kerja dan perkembangan bisnis Perusahaan.

10. Etika kerja

Perusahaan menciptakan iklim kompetisi yang adil (fair) dan transparan dalam
pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku, dengan cara: 1. menetapkan penyedia barang dan jasa berdasarkan
kepada kemampuan, kompetensi dan prestasi. 2. menjatuhkan sanksi yang tegas
terhadap penyedia barang dan jasa yang melakukan pelanggaran. 3. melaksanakan
pembayaran kepada penyedia barang dan jasa dengan tepat waktu dan tepat
jumlah. 4. memelihara komunikasi yang baik dengan penyedia barang dan jasa
termasuk menindaklanjuti keluhan dan keberatan.

Anda mungkin juga menyukai