Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rafa Dilla Nurofiana

NIM : 22080400023
Matkul : Kajian Prosa

Bedah Novel Dilan 1990 Menggunakan Pendekatan Stilistika


Penulis: Pidi Baiq
Tahun: 2014

Kajian Stilistika adalah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis bahasa khas
yang biasa digunakan seorang pengarang. Melalui kajian tersebut dapat terlihat gaya bahasa
(style) pengarang. Ilmu yang mempelajari style dan berusaha menjelaskan ekspresi pengarang,
nilai estetis yang ditimbulkan dari pemilihan kata, dan efek yang ditimbulkan dari makna. pada
novel Dilan 1990 ini, meceritakan kisah seoramg Perempuan yang bernama Milea. Milea
merupakan siswi pindahan dari Kota Jakarta ke Kota Bandung, sampai hingga akhirnya Milea
bertemu dengan seorang laki-laki Bernama Dilan. Melalui pendekatan Stilistika pada Novel
Dilan 1990 menganalisis majas yang digunakan dalam cerita ini.
1. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang menggambarkan sesuatu secara berlebihan, bahkan
penggambaran tersebut seringkali terasa kurang masuk akal atau susah dipahami lebih
jauh. Ditemukan pada kalimat;
“Jangan rindu, berat. Kamu ga akan kuat biar aku saja.”
“Sebagian dari diriku bagai hangus rasanya, dibakar api cemburu yang makin siang
makin nyala, apalagi ditambah oleh api amarah ke Beni yang belum padam
sepenuhnya.”
“Ditendang dengan keras sampai terlempar ke ruang angkasa.”
2. Majas Asosiasi
Majas asosiasi adalah majas yang membandingkan dua hal berbeda karena persamaan
sifat. Ditemukan pada kalimat;
“Milea, jangan pernah bilang ada yang menyakitimu. Nanti orang itu akan hilang.”
“Ya, betul itu Dilan! Datang menembus gerimis.”
3. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata yang berlawanan untuk
mengungkapkan suatu pertentangan. Terdapat pada kalimat;
“Senang dan Bingung.”
4. Majas Metafora
Majas metafora menggunakan kata-kata dengan arti bukan sebenarnya atau
kiasan. Terdapat pada kalimat;
“Aku kan GASIBU.”
5. Majas Smile
Majas simile merupakan gaya bahasa pengungkapan dengan perbandingan eksplisit
yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung; seperti, bagaikan, bak, layaknya,
laksana, dan lain sebagainya. Terdapat pada kalimat;
“Tapi, aku tetap lari bagai tak peduli oleh apapun, juga oleh siapapun yang
melarangku.”
“Tapi, aku tetap lari bagai tak peduli oleh apapun, juga oleh siapapun yang
melarangku.”
6. Majas Paralelisme
majas yang mengulang kata di setiap baris yang sama dalam satu bait di dalam
penggunaan puisi. Contoh: Kau berkertas putih. Kau bertinta hitam. Terdapat pada
kalimat;
“Ini Dilan…Pacar Lia!”
“Aku gak suka Susi!”
7. Majas Litotes
Majas Litotes dapat diartikan sebagai ungkapan mengecilkan fakta. Majas ini
mengungkapkan kepada pembacannya tentang kerendah hatian penulis. Terdapat pada
kalimat;
“Lagi Banyak Uang, Bu?”
8. Majas eufemisme adalah majas yang digunakan untuk menggantikan suatu ungkapan
kasar menjadi ungkapan yang lebig halus.
“Aku mencintaimu, biarlah ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku terserah itu”
“Lia juga keras ke Dilan. Karena Lia saying”
9. Majas Retorika
Majas yang digunakan pada sebuah kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban.
Terdapat pada kalimat;
“Aku mau menghipnotis kamu, boleh?”
10. Majas Sinestesia
Majas yang membandingkan sesuatu hal yang berkaitan dengan panca indera. Biasanya
majas ini digunakan oleh seseorang sebagai tanda kiasan. Terdapat pada kalimat;
“Pikiranku melayang ke Bandung, ke jalan Buah Batu”
11. Majas Elipsis
Majas elipsis adalah majas yang melakukan penghilangan salah satu unsur dalam
kalimat pada penyampaiannya. Terdapat pada kalimat;
“Sun jauh, jangan?”
12. Majas Alusio
Majas ini pada penggunaan kalimatnya mengungkapkan suatu peristiwa,
perumpamaan, atau tokoh tertentu yang secara umum telah dipahami atau diketahui
oleh kebanyakan orang. Terdapat pada kalimat;
“Bandung mah sekarang menyenangkan ya, karna ada kamu”
“Tau gak dulu Laut Merah Terbelah buat siapa”
13. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda mati seakan-akan
bersifat seperti makhluk hidup. Majas ini membuat benda mati seakan-akan dapat
melakukan apa yang dilakukan oleh makhluk hidup atau manusia. Terdapat pada
kalimat;
“Jika hari itu ada yang bilang bahwa hatiku berbunga-bunga, aku langsung akan
setuju”
“Dan, air yang dating dari mataku membuat Sungai kecil dipipiku”
14. Majas Polisideton
Majas yang menegaskan sesuatu hal dengan mengungkapkan suatu kalimat atau
wacana yang dihubungkan oleh kata penghubung.
“Terus, aku lahir, dibarengin kamu lahir. Kayak sengaja mau bikin aku seneng di
bumi.”
15. Majas Alegori
Majas yang menjelaskan maksud tanpa secara harafiah. Umumnya alegori merujuk
kepada penggunaan retorika, namun alegori tidak harus ditunjukkan melalui bahasa,
misalnya alegori dalam lukisan atau pahatan. Terdapat pada kalimat;
“Aduh Dilan kemana sajakamu? Aku rindu. Aku sangat rindu”
16. Majas Kontradiksi Interminis
Majas yang menggunakan gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan
sebelumnya. Terdapat pada kalimat;
“Milea, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu, nggak tahu kalua sore. Tunggu
saja”
“disaat itulah aku merasa punya tempat untuk berlama-lama sendiri dirungan tempat
shalat., kecuali ketika kang Adi datang untuk shalat, kubuka mukena dan seger keluar
dari situ”

Anda mungkin juga menyukai