Anda di halaman 1dari 6

IAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara

Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 – 3566

IMPLEMENTASI PROGRAM BINA KELUARGA LANSIA (BKL)


DI KABUPATEN BOJONEGORO

Rahmatullilahi Ta’ala1, Ahmad Suprastiyo2, Musta’ana3


Program Studi Administrasi Publik, FISIP, Universitas Bojonegoro
Jl. Lettu Suyitno No 2 Bojonegoro
Email: tiyopras207@gmail.com

Abstract
The purpose of this study was to determine the implementation of the Elderly Family
Development (BKL) program in Bojonegoro Regency. This type of research is descriptive
research with a qualitative approach. This research focuses on the Implementation of the Elderly
Family Development Program (BKL) in Bojonegoro Regency using three implementation
indicators proposed by Charles O Jones, namely organization, interpretation, and
implementation. The method used is a qualitative approach. Data and information obtained by
means of interviews, documentation, and observation. The results of this study indicate, in the
organizational aspect in terms of implementing human resources in carrying out activities, they
are qualified, but in terms of reporting they are neglected because some senior PKB/PLKB do
not master IT and there are village level poktan cadres who hold concurrent positions. In terms
of budget there is no problem, it's just that the facilities that support the implementation of the
program are not sufficient. Implementers carry out BKL activities, join Posyandu for the elderly
or other activities.
Keywords: Implementation, Elderly Family Development.

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program Bina Keluarga Lansia
(BKL) di Kabupaten Bojonegoro. Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Adapun penelitian ini berfokus pada Implementasi Program Bina
Keluarga Lansia (BKL) di Kabupaten Bojonegoro dengan menggunakan tiga indikator
implementasi yang dikemukakan oleh Charles O Jones yaitu organisasi, interpretasi, dan
pelaksanaan. Adapun metode yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif. Data dan
informasi diperoleh dengan cara wawancara, dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan, pada aspek organisasi dalam hal sumber daya manusia pelaksana dalam
melaksanakan kegiatan sudah mumpuni, tetapi dalam hal pelaporan terlengkalai karena
beberapa PKB/PLKB yang usia senior kurang menguasai IT serta adanya kader poktan tingkat
desa yang rangkap jabatan. Dari segi anggaran tidak ada masalah, hanya saja untuk fasilitas
yang mendukung pelaksanaan program kurang tercukupi. Implementator melaksanakan kegiatan
BKL gabung dengan posyandu lansia atau kegiatan lainnya.
Keywords : Implementasi, Bina Keluarga Lansia.

PENDAHULUAN

JIAN – Volume 5 No 2, Agustus 2021 8


IAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 – 3566

Lanjut usia atau lansia adalah ditujukan untuk menjaga agar para lanjut
seseorang yang berusia 60 tahun ke atas usia tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif
(Undang-Undang No.13 Tahun 1998). secara sosial dan ekonomi sehingga untuk
Lansia di Indonesia mengalami peningkatan mewujudkan hal tersebut pemerintah
jumlah dan proporsi cukup pesat. berkewajiban untuk menjamin ketersediaan
Pada tahun 2045 diperkirakan akan fasilitas pelayanan kesehatan dan
mencapai sekitar 63,31 juta penduduk lansia memfasilitasi pengembangan kelompok
atau hampir mencapai 20 persen populasi. lanjut usia (Jamilah dkk, 2015).
Pada tahun 2045 diperkirakan satu dari lima BKKBN merupakan salah satu
penduduk Indonesia adalah penduduk lansia. instansi yang memberikan suatu wadah bagi
Hasil proyeksi penduduk yang dilansir oleh lanjut usia dalam bentuk penyuluhan dan
Kementerian PPN/Bappenas bersama pembinaan yang berintegrasi dengan
dengan Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kelompok Kerja (POKJA). Salah satu
United Nations Population Fund (UNFPA) program yang dikembangkan saat ini adalah
menyebutkan bahwa pada tahun 2045, Bina Keluarga Lansia (BKL). Bina Keluarga
penduduk lansia mencapai sekitar 19,8% Lansia atau BKL ialah suatu wadah kegiatan
dari total penduduk sebesar 318,9 juta jiwa yang dilakukan oleh keluarga yang
(Sari Seftiani, 2020). mempunyai lansia untuk mengetahui,
Berdasarkan data Badan Pusat memahami, serta mampu membina kondisi
Statistik hasil sensus penduduk tahun 2020 ataupun permasalahan lansia dalam
menyebutkan bahwa Indonesia mengalami meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.
peningkatan jumlah penduduk usia 65 tahun Program ini bertujuan untuk meningkatkan
ke atas atau lansia. Dari hasil sensus kesejahteraan lansia, melalui kepedulian dan
penduduk mulai tahun 1970 sampai tahun peran keluarga dalam mewujudkan lansia
2020 selalu mengalami kenaikan, yaitu dari yang sehat, bertaqwa kepada Tuhan Yang
dari hasil sensus penduduk pertama 2,49 Maha Esa, mandiri, produktif dan
persen dan pada hasil sensus penduduk bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat
tahun 2020 menjadi 5,95 persen. (BKKBN, 2012).
Perhatian pemerintah terhadap Layanan Bina Keluarga Lansia (BKL)
keberadaan lanjut usia ini cukup besar, yang ini diperuntukkan bagi keluarga yang
diawali pada tahun 1996 dengan mempunyai anggota lansia dan keluarga
ditetapkannya tanggal 29 Mei yang yang seluruh anggotanya lansia. Secara tidak
diperingati setiap tahun sebagai Hari Lanjut langsung juga diperuntukan untuk
Usia. Selanjutnya pada tahun 1998, perorangan, yaitu tokoh agama dan tokoh
perhatian ini diperkuat dengan masyarakat, lembaga swadaya dan
diterbitkannya Undang-undang Nomor 13 organisasi masyarakat, instansi pemerintah
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut dan swasta, dan berbagai bidang disiplin
Usia sebagai landasan hukum keberadaan ilmu yang taerkait (dokter, bidan, perawat,
para lanjut usia. Di bidang kesehatan, psikolog). Mereka dibina dan di beri
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 penyuluhan agar bisa melihat keadaan lansia
tentang Kesehatan menyebutkan bahwa disekitarnya sehingga mampu merawat dan
upaya untuk meningkatkan dan memelihara menciptakan lansia yang produktif sehingga
kesehatan masyarakat dilaksanakan bisa meningkatkan kualitas hidup lansianya
berdasarkan prinsip non diskriminatif, (Jamilah dkk, 2016). Bina Keluarga Lansia
partisipatif dan berkelanjutan. Upaya menanamkan kepada keluarga lanjut usia
pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia supaya senantiasa memperhatikan kehidupan

JIAN – Volume 5 No 2, Agustus 2021 9


IAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 – 3566

lanjut usia. BKL sendiri mempunyai banyak ialah proses implementasi sesuai model
kegiatan, antara lain yaitu penyuluhan, O’Jones (dalam Suprastiyo, 2019) terdiri
senam lansia, pemeriksaan kesehatan, dari 1) Organsisasi, 2) Interprestasi, dan 3)
kunjungan rumah. Dan pelaksanaan Bina Pelaksanaan. Pengambilan informan
Keluarga Lansia (BKL) secara khusus telah penelitian menggunakan teknik purposive
diatur dalam Peraturan Kepala BKKBN sampling, dalam proses penelitian
Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengelolaan terinventarisir sumber data primer sebanyak
Kelompok Kegiatan Bina Keluarga Lansia. 11 informan. Sumber data yang digunakan
Kegiatan Bina Keluarga Lansia adalah sumber data primer dan data
(BKL) saat ini tumpang tindih dengan sekunder dengan cara observasi, wawancara
kegiatan lain yang sejenis seperti posyandu mendalam dan dokumentasi. Dalam
lansia, pembinaan orang jompo, menganalisa menggunakan teknik analisis
perkumpulan olahraga lansia, dan data interaktif Model miles and Huberman,
sebagainya, yang lebih menyedihkan yang mengemukakan bahwa “aktifitas dalam
petugas BKKBN malah ikut-ikutan pada analisis data kualitatif dilakukan secara
kegiatan tersebut sehingga kegiatan BKL- interaktif dan berlangsung secara terus
nya tidak muncul. Metode dari aktivitas menerus sampai tuntas. Aktifitas dalam
organisasi, pelaksana dalam analisis data, yaitu data reduction, data
mengimplementasikan program BKL display and conclusion drawing/verifying”
seringkali digabung atau dilaksanakan (Sugiyono dalam Suprastiyo, 2020).
bersamaan dengan posyandu lansia. Padahal
pada awal pembinaan sudah ditetapkan HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa kesejahterannya menjadi bagian 1. Organisasi Pelaksanan
pembinaan departemen sosial, kesehatannya Organisasi birokrasi merupakan unit-
bagian dari pembinaan kementrian kesehatan unit organisasi dimana unit- unit organisasi
dan BKKBN ke arah menjaga keharmonisan merupakan bagian dari model besar yakni
agar orang tua tidak tersinggung, tidak sakit struktur. Struktur mempunyai tujuan untuk
hati, sehingga bisa mempengaruhi kepada mengorganisir dan mendistribusikan
keretakan dan ketahanan lansia tersebut. pekerjaan antara anggota-anggota organisasi
Selain itu, dalam aspek aplikasi sehingga aktivitas yang dilakukannya dapat
program seharusnya implementator berjalan dan mencapai tujuan organisasi.
melaksanakan semua point yang terdapat Penataan struktur/unit perlu diatur melalui
dalam pedoman, tetapi ada satu point yang aturan jelas yang membatasi supaya
termuat dalam Peraturan Kepala BKKBN wewenang, bagian-bagian, tidak dilewati
Nomor 13 Tahun 2019 yang tidak oleh organisasi. Adanya aturan yang pasti
dilaksanakan oleh implementator yaitu akan dapat menghapus tugas-tugas pegawai
mengembangkan sistem informasi yang tumpang tindih, serta dapat
manajemen melalui berbagai media. Hal ini menghasilkan prosedur kerja yang baku.
mengakibatkan program Bina Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan,
Lansia (BKL) kurang dikenal masyarakat.
berdasarkan hasil wawancara dengan
pelasana teknis tingkat kecamatan dan desa
METODE PENELITIAN
ditemukan masalah yang sama yaitu saat
Jenis penelitian yang digunakan ialah
proses pembentukan sulit menentukan
penelitian deskriptif dengan pendekatan
pengurus karena rata-rata orang yang aktif
kualitatif. Penelitian ini berlokasi di
dan mau sudah menjadi pungurus di
Kabupaten Bojonegoro. Fokus penelitian ini

JIAN – Volume 5 No 2, Agustus 2021 10


IAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 – 3566

lembaga lain. Hal ini juga berdampak pada adanya komunikasi dengan anggota yang
tahapan pelaporan yakni terlambatnya kader merupakan sasaran program, tetapi problem
di tingkat desa dalam membuat laporan tersebut tidak terjadi terus menerus mungkin
rutin. karena faktor lupa mengabarkan bahwa akan
Pelaksana tingkat kabupaten dan ada kegiatan.
kecamatan merasakan kendala yang sama 3) Pelaksanaan
yakni jumlah personil yang tidak sebanding Dalam implementasi program Bina
dengan banyaknya jumlah wilayah. Jadi Keluarga Lansia (BKL) telah diatur dalam
dapat disimpulkan bahwa, dalam segi Peraturan BKKBN Nomor 13 tahun 2019.
jumlah terdapat masalah, disisi yang lain Dalam Perka tersebut terdapat mekanisme
masih terdapat tumpang tindih dimana kerja pelaksana atau pengelola program Bina
terdapat kader yang belum maksimal dalam Keluarga Lansia (BKL) dari tingkat pusat,
melaksanakan tugas karena mereka memiliki provinsi, kabupaten, kecamatan, sampai
pekerjaan lain untuk dilakukan. pelaksana tingkat desa. Mekanisme kerja
2. Interpretasi Bina Keluarga Lansia (BKL) terdiri dari 5
Adanya pemahaman yang baik oleh tahap, yakni: tahap persiapan,
semua pihak yang terlibat dalam pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan
pelaksanaan program Bina Keluarga Lansia dan pelaporan, serta monitoring dan
(BKL) adalah salah satu faktor penting evaluasi.
keberhasilan implementasi kebijakan. Aplikasi program Bina Keluarga
Menurut Jones dengan mengutip Lansia (BKL) di Kabupaten Bojonegoro
pernyataan George C. Edwards, mereka tahapannya telah dilaksanakan sesuai
yang menerapkan keputusan ataupun pedoman yaitu Perka BKKBN Nomor 13
kebijakan harus mengerti apa yang tahun 2019 kecuali pelaksanaan
seharusnya mereka kerjakan. Kalau pengembangan sistem informasi manajemen
kebijakan ingin dilaksanakan dengan tepat, melalui berbagai media belum diterapkan
arahan serta petunjuk pelaksanaan tidak tetapi pelaksanan akan mengupayakan,
hanya diterima namun juga harus jelas dan selain itu sejak adanya pandemi pelaksanaan
jika hal ini tidak jelas, para pelaksana akan program BKL tidak bisa maksimal. Pada
kebingungan tentang apa yang seharusnya tingkat provinsi, Kabupaten Bojonegoro
mereka kerjakan dan akhirnya mereka akan urutan kedua dalam hal banyaknya
memiliki kebijakan tersendiri dalam pertemuan atau penyuluhan yang
memandang kebijakan. dilaskankan, yaitu sejumlah 340 pertemuan.
Hasil penelitian berdasarkan hasil Masyarakat memberikan respon positif
wawancara menunjukkan bahwa terkait terhadap BKL karena merasa keluarganya
interpretasi para pelaksana program berjalan diperhatikan dan menjadi paham bagaimana
dengan baik, mereka mengerti perannya psikis lansia serta cara merawat lansia.
masing-masing dan menjalankan tugasnya Kendala yang dijumpai yaitu pada
dengan baik dan selalu terjalin komunikasi tahap pelaporan, dalam pengerjaan laporan
antara pelaksana program. sering adanya keterlambatan karena
Kendala yang dialami PLKB pengurus poktan merangkap tugas atau
kecamatan adalah dengan pihak mitra selaku disibukkan hal lain, serta ada juga kelompok
yang mempunyai kewenangan anggaran yang tidak melapor karena vakum. Selain
kurang mengerti program tersebut. Problem itu, dalam format pelaporan hanya diketahui
yang dialami Kader BKL yaitu kurang kondisi BKL secara kuantitas, sedangkan

JIAN – Volume 5 No 2, Agustus 2021 11


IAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 – 3566

kulaitas BKL itu sendiri tidak nampak. dipahami oleh para pelaksana program.
Meskipun tidak semua poktan ter-monev Para pelaksana sudah paham betul
semua secara langsung, para pelaksana bahwa implementasi program Bina
mengupayakan tetap melaksanakan Keluarga Lansia (BKL) bagian dari
monitoring dan evaluasi dibantu dengan upaya untuk meningkatkan kualitas
teknologi atau meminta laporan kepada hidup lansia. Kendala yang dialami
masing- masing PLKB pemegang wilayah. pelaksana tingkat kecamatan yaitu
Disimpulkan bahwa aplikasi program ketika menjumpai mitra yang kurang
Bina Keluarga Lansia (BKL) dikabupaten care dan tidak mengerti tentang
Bojonegoro tahapannya sudah dijalankan program BKL. Disamping itu kendala
sesuai pedoman, yaitu Perka BKKBN yang dialami pelaksana tingkat desa
Nomor 13 tahun 2019 hanya satu point saja adalah dengan internal, yaitu beberapa
yang belum dilaksanakan. Tetapi tidak dapat kali kurang komunikasi dengan anggota
dipastikan bagaimana kualitas BKL itu karena efek pandemi.
sendiri karena dalam pencatatan dan 3. Pada aspek pelaksanaan, Program Bina
pelaporan hanya diketahui kuantitas BKL Keluarga Lansia (BKL) dikabupaten
serta pelaksanaannya gabung dengan Bojonegoro tahapannya sudah
posyandu lansia. Hal ini bisa saja kegiatan dijalankan sesuai pedoman, yakni Perka
yang dilaporkan adalah kegiatan posyandu BKKBN Nomor 13 tahun 2019, hanya
lansia. Kemudian dalam tahapan monitoring satu point saja yang belum
dan evaluasi pelaksana kesulitan dilaksanakan yaitu pengembangan
merelalisasikannya karena keterbatasan sistem informasi managemen melalui
waktu dan personil. berbagai media, tetapi implementator
sedang mengupayakan untuk
SIMPULAN mewujudkannya. Dalam hal kuantitas
1. Pada aspek organisasi, implementasi penyuluhan Kabupaten Bojonegoro
program Bina Keluarga Lansia (BKL) telah melaksanakan dengan baik. Tetapi
di Kabupaten Bojonegoro menunjukkan tidak dapat diketahui secara pasti
bahwa sumber daya manusia pelaksana bagaimana kualitas BKL itu sendiri
program sudah mumpuni, program karena dalam pencatatan dan pelaporan
dilaksanakan dengan baik, tetapi hanya diketahui kuantitas BKL serta
terbatasnya IT beberapa PKB/PLKB pelaksanaannya gabung dengan
menjadi masalah dalam hal pelaporan. posyandu lansia. Kemudian dalam
Dalam hal anggaran tidak ada masalah, tahapan monitoring dan evaluasi
untuk dinas sudah diatur pusat secara pelaksana kesulitan merelalisasikannya
terperinci include dengan APBD, karena keterbatasan waktu dan personil.
sedangkan anggaran untuk pelaksanaan
di tingkat desa sudah include dengan DAFTAR PUSTAKA
dana APBDes. Dalam hal fasilitas Auldrin M Ponto dkk, Implementasi
penunjang pelaksanaan program kurang Kebijakan Program Pembangunan
terpenuhi, BKL KIT (alat peraga) hanya Berbasis Lingkungan – Membangun
ada 2 se-kabupaten, juga tidak adanya Prasarana Fisik Sosial dan Ekonomi
sekretariat. di Kelurahan Karombasan Selatan
2. Pada aspek interprestasi, Implementasi Kecamatan Wanea Kota Manado,
program Bina Keluarga Lansia (BKL)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pengelolaan
di Kabupaten Bojonegoro sudah cukup

JIAN – Volume 5 No 2, Agustus 2021 12


IAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 – 3566

Sumberdaya Pembangunan Program Kesehatan Masyarakat, Universitas


Pasca Sarjana Universitas Sam Muhammadiyah Palu, 2016.
Ratulangi, 2016. Sari Seftiani, Penyelenggaraan Program
Badan Pusat Statistik, Hasil Sensus Bina Keluarga Lansia (BKL) di
Penduduk 2020, BPS, Jakarta, 2021. Wilayah Perkotaan:Potret
BKKBN, Pedoman Pembinaan Permasalahan Klasik. Jurnal
Ketahanan Keluarga Lansia, BKKBN, Kependudukan Indonesia, 2020.
Jakarta, 2012. Suprastiyo, A. (2019). Implementasi
BKKBN, Panduan Center of Excellence Penyusunan Rencana Kerja (RKP)
(CoE) Kelompok BKL, BKKBN, Desa (Studi Di Desa Trucuk
Jakarta, 2017. Kecamatan Trucuk Kabupaten
BKKBN, Survey Demografi dan Bojonegoro). Jurnal Ilmiah
Kesehatan Indonesia. BKKBN, Manajemen Publik dan Kebijakan
Jakarta, 2012. Sosial, 2 (2), 255-263.
Jamilah dkk, Implementasi Kebijakan Suprastiyo, A. (2020). Quality Of Birth
Bina Keluarga Lansia di Desa Certificate Management Services in the
Pombewe Kecamatan Sigi Biromaru Department of Population and Civil
Kabupaten Sigi, Jurnal Fakultas Registration Bojonegoro District.

JIAN – Volume 5 No 2, Agustus 2021 13

Anda mungkin juga menyukai