Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Dan, janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu

dengan jalan yang batil dan (janganlah ) kamu membawa (urusan) harta itu kepaa
hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (188)

Ali bin Abi thalhah bercerita dari Ibnu Abbas mengenai seseorang yang
menguasai harta kekayaan namun tidak memiliki bukti kepemilikannya. Maka dia
memanipulasi harta itu dan mengadukannya kepada hakim, sedang dia
mengetahui bahwa harta itu bukan haknya dan dia pun mengetahui bahwa dirinya
berdosa lantaran memakan barang haram. Sebagian ulama salaf mengatakan,
janganlah anda mengadukan persoalan sedang anda mengetahui bahwa anda itu
zalim. Dalam shahihain dikatakan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah saw,
bersabda(227),

‘‘Ketahuilah, aku hanyalah manusia dan dating kepadaku pengaduan


sengketa boleh jadi ada seseorang diantara kamu yang lebih unggul hujahnya
sehingga aku memenangkannya dan mengalahkan yang lain Barangsiapa yang
kumenangkan perkaranya sedang ia mengambil hak seorang muslim,, maka
kemenangan itu berupa sebongkah api, silahkan mengambilnya atau
meninggalkannya.”(HR BUKHARI dan MUSLIM)

Ayat dan hadits diatas menunjukkan bahwa ketetapan hakim tidak


mengubah karakteristik perkara. Hakim tidak dapat menghalalkan perkara haram
yang berkarakter haram dan dia tidak mengharamkan perkara halal yang
berkarakter halal, karena dia hanya berpegang teguh kepada zahirnya saja. Jika
sesuai, maka itulah yang dikehendaki, dan jika tidak sesuai, maka hakim tetap
beroleh pahala dan bagi yang bermuslihat adalah dosanya. Oleh karena itu, Allah
Ta’ala berfirman, ‘‘Dan janganlah kamu memakan harta diantara kamu dengan
batil… sedang kamu mengetahuinya,” yakni mengetahui kebatilan perkara yang
kamu sembunyikan didalam alasan-alasan yang kamu ajukan.
Abu ja’far berkata : Maknanya yaitu, janganlah sebagian kalian memkan
harta sabagian lain dengan cara yang batil, Allah menganggap orang yang
memakan harta saudaranya dengan cara yang batil sama seperti dengan orang
yang memakan hartanya sendiri dengan cara yang batil, sebagaimana firman-Nya,

‫…‘‘ َو َالَتلِم ُز وا َأنُفِس ُك م‬dan janganlah kamumencela dirimu sendiri…”(Qs.Al


Hujuraat[49];11) juga ‫ ‘‘ َو َال َتقُتُل وا َأنُفَس ُك م‬Dan janganlah kamu membunuh
dirimu…”(Qs. An-Nisa’[4];29). Maknanya yaitu, janganlah sebagian kalian
mengolok- olok sebagian lain, dan janganlah sebagian kalian membunuh sebagian
lain, karena Allah telah menjadikan orang-orang beriman bersaudara.

Jadi, orang yang membunuh saudaranya sama seperti membunuh dirinya


sendiri, dan orang yang memakan harta saudaranya sama seperti memakan
hartanya sendiri.

Memakan harta dengan cara yang batil maksudnya adalah memakannya


dengan cara yang tidak dibenarkan oleh Allah Ta’ala,

Firman-Nya ‫َو ُت دُلوا ِبَه ۤا ِٳَلى الُحكاِم ِلَت أُك ُلوا َفِر يًق ا ِّم ن َأَم ۈِل الَّن اِس ِب اِٳلثِم َو َأنُتم‬
‫َتعَلموَن‬ maknanya adalah, kalian bersengketa atasnya kepada hakim agar dapat
memakan harta orang lain dengan cara yang haram, padahal kalian
mengetahuinya. Maksudnya, kalian mengetahui harta itu haram, tapi kalian
sengaja memakannya.

Demikian, seperti dijelaskan dalam riwayat-riwayat berikut ini :

3050. Al Mutsanna menceritakan kepadaku, dia berkata: Abu Salih menceritakan


kepada kami, dia berkata : Mu’awiyah bin Shalih menceritakan kepadaku dari Ali

bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, tentang ayat ‫َو َال َتأُك ُلوا َأمَو اَلُك م َبيَنُك م ِبلٰب ِط ِل‬
‫ َو ُتدُلوا ِبَها ِٳَلى الُحكاِم‬, bahwa ini berkenan dengan orang yang memegang harta
tapi tidak ada bukti kepemilikannya, lalu mengakuinya dan mempersengketanya
dengan mereka kepada hakim, padahal dia mengetahui bahwa dirinya salah dan
memakan harta haram.1

3051. Muhammad bin Amr menceritakan kepadaku, dia berkata : Abu Hashim
menceritakan kepada kami, dia berkata : Isa menceritakan kepada kami dari Ibnu

Abi Najih, dari Mujahid, tentang firman Allah ‫َو ُتدُلوا ِبَهۤا ِٳَلى الُحكاِم‬ dia berkata :
‘‘ Jangan bersengketa sementara anda zalim.”2

3052. Al Mutsanna menceritakan kepadaku, dia berkata : Abu Huzhaifah


menceritakan kepada kami, dia berkata : Syibil menceritakan kami dari Ibnu Abi
Najih, dari Mujahid, riwayat yang sama.3

3053. Bisyr menceritakan kepada kami, di berkata : Yazid menceritakan kepada


kami, dia berkata : Sa’id menceritakan kepada kami dari Qatadah, tentnag firman

Allah, ‫ َو َال َت أُك ُلوا َأمَو اَلُك م َبيَنُك م ِبلٰب ِط ِل َو ُت دُلوا ِبَه ا ِٳَلى الُحكاِم‬, dia berkata,
‘‘Barangsiapa berjalan dengan musuhnya sementara dia zalim kepadanya, maka
dia telah berdosa sampai kembali kepada kebenaran. Ketahuilah wahai anak
adam, keputusan hakim tidak dapat menghalalkan yang haram dan tidak dapat
membenarkan yang batil untukmu, karena hakim hanya memberikan keputusan
sesuai penglihatannya kesaksian para saksi atasnya. Hakim hanyalah manusia
biasa yang terkadang salah dan terkadang benar. Barangsiapa diputuskan
untuknya dengan kebatilan, maka permusuhannya tidak selesai hingga Allah
mempertemukan diantara keduanya pada hari kiamat, lalu memenangkan yang
benar dengan keputusan yang paling baik dari keputusan yang diberikan kepada
orang yang bersalah didunia.”4

3054. Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, dia berkata : Abdurrazaq

memberitaukan kepada kami dari Qatadah, tentang firman Allah, ‫َو ُتدُلوا ِبَها ِٳَلى‬
‫ الُحكاِم‬, dia berkata, ‘‘Janganlah kau mempersengketakan harta saudaramu
1
Ibnu Abi Harim dalam tafsirnya (1|321).
2
Mujahid dalam tafsirnya (222), Sa’id bin Mansur dalam Sunan-Nya (2|706) dan Ibnu Abi Hatim
dalam tafsirnya (1|39).
3
Ibid
4
Ibnu Katsir dalam tafsirnya (2|211).
kepada hakim, sementara kau mengetahui dirimu zalim, karena keputusannya
tidak dapat menghalalkan apa yang haram atasmu.”5

3055. Musa bin Harun menceritakan kepada kami, dia berkata : Amr bin Hammad
menceritakan kepada kami, dia berkata : Asbath menceritakan, kami dari As-
Suddi, tentang firman Allah :

‫َو َالَتأُك ُلواَأمَو اَلُك م َبيَنُك م ِبلٰب ِط ِل َو ُتدُلواِبَها ِٳَلى الُحكأِم ِلَتاُك ُلوا َفِر يًقا ِّم ن ُأمَو اِل الَّناِس‬
‫ِباِٳلثِم َو َأنُتم َتعَلُم وَن‬

Adapun kebatilan, maksudnya yaitu berlaku aniaya terhadap teman, kemudian


bersengketa dengannya agar dapat mengambil hartanya, padahal dia tahu dirinya
telah berlaku zalim.6

3056. Al Qasim menceritakan kepada kami, dia berkata : Al Husain menceritakan


kepada kami, dia berkata : Khalid Al Washiti menceritakan keapadaku dari Abu

Daud bin Abi Hind, dari Ikrimah, tentang firman Allah, ‫َو َالَتأُك ُلواَأمَو اَلُك م َبيَنُك م‬
‫ ِبلٰب ِط ِل‬, dia berkata, ‘‘Maksudnya yaitu, seseorang membeli sesuatu lalu
mengembalikannya, dan dia mengembalikan uangnya.”7

3057. Yunus bin Abdul A’ala menceritakan kepada kami, dia berkata : Ibnu
Wahab membertitahukan kepada kami, dia berkata : Ibnu Zaid berkata tentang

firman Allah, ‫َو َالَتأُك ُلواَأمَو اَلُك م َبيَنُك م ِبلٰب ِط ِل َو ُتدُلوا ِبَها ِٳَلى الُحكاِم‬ dia berkata,
‘‘Dia lebih pandai berargumentasi darinya, lalu bersengketa dengannya atas
hartanya dengan cara yang batil agar dia dapat memakannya dengan cara yang
batil. Allah berfirman :

‫َيَأُّيَهااَّلِذ يَن َء اَم ُنوا َالَتأُك ُلوا َأمَو اَلُك م َبيَنُك م ِبلٰب ِط ِل ِٳَّال َأن َتُك وَن ِتَج ٰر ًة َعن َتَر اٍض ِّم نكم‬

‘‘Hai orang orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesame
kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
5
Abdurrazaq dalam tafsirnya (1|312).
6
Ibnu Katsir dalam tafsirnya (2|210).
7
Ibid
dengan suka sama suka di antara kalian “. (Qs. An Anisaa’[4]:29). Inilah
perjudian yang berlaku pada masa jahiliyah.8

8
Ibid

Anda mungkin juga menyukai