Anda di halaman 1dari 20

Jual beli

Annisa Khoirul 20170410008


Dita Arumsari U 20170410019
Iffa Maisun Putri P 20170410020
Rofi Nurmalisa S 20170410320
Latieffa Rachmayanti W 20170410390
Pengertian Jual Beli

• Etimologi : Jual beli berati al-mubadalah (saling tukar menukar)


• Terminologi : Sayyid Sabiq di dalam kitabnya Fiqh al-Sunnah mendefinisikan
jual beli sebagai berikut:

Artinya: Yang dimaksud jual beli menurut syari’ah, ialah pertukaran harta
dengan harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang
dapat dibenarkan oleh syara.
Dasar
Hukum
Jual Beli
Firman Allah dalam QS. An – Nisa (4): 29

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
2. Hadis Nabi, Rasullah menyatakan : Jual beli itu
didasarkan kepada suka sama suka (HR. Al-Baihaqi)

3. Hadis Nabi, Rasullah SAW bersabda: Pedagang yang


jujur dan terpercaya itu sejajar (temaptnya di surga)
dengan para Nabi, para shidiqqin, dan para syuhada
(HR. Tirmidzi)
Hukum
Jual
Beli
Hukum jual beli dalam agama islam di perbolehkan saja (di halalkan) seperti yang
telah tertera dalam al-qur’an surat al-baqarah ayat 275. yang artinya: Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan yang riba. Karena sejak dulu sampai
sekarang jual beli masih tetap ada meskipun bentuknya berbeda, asalkan dalam jual
beli ini mengikuti syari’at, syara’ dan rukunnya yang sudah di tentukan dalam agama
islam.
Dan dalam hukum jual beli ini di perbolehkan saja, asalkan merupakan barang yang
halal. Jika seorang penjual dan pembeli memperjualbelikan barang maksiat, khamr, dll
maka hukumnya haram. Jika seandainnya seorang penjual tidak berperilaku jujur
dalam berdagang, maka di antara penjual dan pembeli akan timbul perselisihan akibat
kecurangan penjual.
Rukun dan Syarat Jual Beli
• Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah, yaitu ijab
dan kabul. Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun
jual beli ada empat :
Ada orang yang yang berakad atau al-muta’aqidaib
Ada lafal ijab dan qabul
Ada barang yang dibeli
Ada nilai tukar pengganti barang
Syarat-Syarat Jual Beli :
a. Syarat-syarat orang yang berakad :
Berakal
Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda
b. Syarat-syarat yang terkait ijab kabul :
Orang yang menjualkan telah balig dan berakal
Kabul sesuai ijab
Kedua belah pihak hadir dan membicarakn topik
yang sama
c. Syarat-syarat barang diperjualbelikan :
Barang itu ada
Dapat dimanfaatkan dan bermanfat bagi manusia
Milik seseorang (penjualan)
Boleh diserahkan saat akad atau sesuai waktu yang
ditentukan
d. Syarat-syarat Nilai Tukar :
Harga yang disepakati kedua belah pihak
harus jelas jumlahnya.
Boleh diserahkan pada saat akad atau jika
berhutang waktu pembayaran harus jelas
Bentuk-bentuk Jual Beli

• Jual beli yang shahih


• Jual beli yang dilarang :
 Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh
diperjualbelikan
ْ َ ‫سو َلهُ َح َّر َم َب ْي َع ْالخ َْم ِر َو ْال َم ْيتَ ِة َو ْال ِخ ْن ِزي ِر َواأل‬
‫صن َِام‬ َّ ‫ِإ َّن‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬
“Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar,
bangkai, babi, dan patung.” (HR Bukhari Muslim)
 Jual beli yang belum jelas
‘’Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi saw melarang
memperjualbelikan anak hewan yang yang masih dalam kandungnya
induknya’’ (HR Al-Bazzar)
 Jual beli bersyarat
‘’setiap syarat yang tidak terdapat dalam kibaullah maka ia batal
walaupun seratus syarat ( disepakati oleh Bukhari dan Muslim)
Bentuk-bentuk Jual Beli

• Jual beli muhaqalah (tanaman yang masih di sawah/ladang)


• Jual beli mukhadharah (buah yang masih hijau)
• Jual beli mulamasah (secara sentuh menyentuh)
• jual beli munabadzah (jual beli secara lempar-melempar)
• Jual beli muzabanah (jual beli buah basah dengan buah kering)
‘’Dari Anas r.a berkata : Rasulullah saw telah melarang jual beli muhaqalah,
mukhadharah, mumasalah, munabadzah, dan muzabanah’’ (HR Bukhari)

• Jual beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-pihak tertentu:
 Jual beli dari orang yang masih tawar menawar
 Jual beli dengan menghadang dagangan dari luar kota/pasar
 Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun dan akan dijual ketika
harga barang naik.
 Jual beli barang rampasan atau curian
‘’barangsiapa yang membeli barang curian sedangkan ia tahu bahwa itu barang
curian maka ia ikut dalam dosa dan kejelekannya’’ (HR. Baihaqi)
Macam-macam Jual Beli

a. Dilihat dari sisi objek yang diperjualbelikan :


•Jual beli muthlaqah
•Jual beli sharf
•Jual beli muqayyadah
b. Dilihat dari segi cara menetapkan harga :
•Jual beli musawwamah
•Jual beli amanah
•Jual beli dengan harga tanggung, ba’I bitsaman ajil
•Jual beli muzayyadah
c. Dilihat dari segi pembayaran
•Jual beli tunai dengan penyerahan barang
dan pembayaran langsung
•Jual beli dengan pembayaran tertunda
•Jual beli dengan penyerahan barang tertunda
•Jual beli dengan penyerahan barang dan
pembayaran sama-sama tertunda
Manfaat jual beli
• Penjual dan pembeli dapat memenuhi
kebutuhannya atas dasar kerelaan.
• Masing-masing pihak merasa puas.
• Dapat menjauhkan diri dari memakan atau
memiliki barang yang haram (batil).
Allah Swt berfirman surat (An-Nisa; 29)
“hai orang-orang yang beriman janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku suka sama suka diantara kamu”
• Penjual dan pembeli mendapat rahmat dari
Allah Swt, Dari Jabir bin Adillah r.a
bahwasannya Rasulullah saw. Bersabda:
“Dirahmati Allah orang yang berlapang
dada bila ia berjualan, membeli, dan bila ia
menagih utang”. (HR. Bukhari dan Tirmizi)
• Menumbuhkan ketentraman dan
kebahagian.
Berselisih dalam jual beli
Bila antara penjual dan pembeli berselisih
pendapatan dalam suatu benda yang
diperjualbelikan, maka yang dibenarkan adalah
kata-kata yang punya barang bila antara keduanya
tidak ada saksi dan bukti lainnya. Rasulullah saw
bersabda :
“ Bila penjual dan pembeli berselisih dan
antara keduanya tak ada saksi, maka yang
dibenarkan adalah yang punya barang atau
dibatalkan” (HR. Abu Dawud)
Saksi dalam jual beli

Allah Swt, memerintahkan adanya saksi dalam


akad jual beli. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt
dalam QS. Al-Baqarah (2): 282 “Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan
(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah
suatu kearifan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu”
Hukum Jual Beli Secara Online
• Para Ulama sepakat bahwa transaksi yang
disyaratkan tunai serah terima barang dan uang tidak
dibenarkan untuk dilakukan secara telepon atau
internet (online). Barang yang tidak disyaratkan
serah terima tunai dalam jual belinya yaitu semua
jenis barang, kecuali emas, perak dan mata uang
karena termasuk riba nasi’ah.
• Dalam transaksi menggunakan internet, penyediaan
aplikasi permohonan barang oleh pihak penjual di
website merupakan ijab dan pengisian serta
pengiriman aplikasi yang telah diisi oleh pembeli
merupakan qabul.
Macam Jual Beli Online
• Pemilik Situs Merupakan Wakil (Agen) dari Pemilik Barang (Reseller)
Apabila pemilik situs/website adalah orang yang bukan pemilik barang namun
sudah membuat kesepakatan dengan pemilik barang agar dia diberi
kepercayaan untuk menjualkan barangnya dengan mendapatkan komisi
persentase yang sudah disepakati bersama, maka hal inipun diperbolehkan
karena hakikatnya wakil
• Pemilik Situs Bukan Pemilik Barang (Dropship)
Apabila pemilik situs menampilkan barang tapi bukan pemilik barang tersebut,
maka para Ulama sepakat bahwa tidak sah hukum jual belinya karena
mengandung unsur gharar disebabkan pada saat akad berlangsung penjual
belum dapat memastikan apakah barang dapat ia kirimkan atau tidak.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh
Hakim bin Hizam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, seseorang datang kepadaku
untuk membeli suatu barang, kebetulan barang tersebut sedang tidak kumiliki,
apakah boleh aku menjualnya kemudian aku membeli barang yang
diinginkannya dari pasar? Maka Nabi SAW menjawab, “Jangan engkau jual
barang yang belum engkau miliki.” (HR. Abu Daud).
Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Jual Beli secara
Online
• Pada hakikatnya semua Muamalah diperbolehkan sehingga
ada dalil yang menunjukkan keharamannya.
• Langkah-langkah yang dapat ditempuh agar jual beli secara
online diperbolehkan, halal, dan sah menurut syariah Islam :
1. Produk Halal
2. Kejelasan Status
3. Kesesuaian Harga dengan Kualitas Barang
4. Kejujuran Anda
thank you.

Anda mungkin juga menyukai