Anda di halaman 1dari 8

www.klinikindonesia.

com : Artikel Kedokteran & Kesehatan Pilihan

Krusta
Edisi 0.4
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.
Sumber : https://www.klinikindonesia.com/k/krusta/krusta.php

Daftar Isi

1. Definisi
2. Penyebab
3. Jenis
4. Patofisiologi
5. Diagnosis
6. Penatalaksanaan
7. Komplikasi
8. Prognosis
9. Diagnosis Banding
10. Pencegahan

Definisi

Krusta adalah ruam sekunder berupa lapisan kering dari cairan


eksudat dengan warna khusus yang terbentuk pada permukaan
kulit karena pecahnya papula, pustula, vesikel, atau bulla.

Sinonim : crust, keropeng

Krusta (medwebmon.org)

1
Penjelasan

1. Krusta adalah ruam sekunder sebagai bagian alami dari


proses penyembuhan dan membantu melindungi kulit yang
terdapat di bawahnya.
2. Krusta berupa lapisan kering dengan ketebalan tipis atau
tebal, tergantung dari kondisi kulit yang menyertainya.
Proses pengeringan ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, termasuk paparan udara atau perubahan
lingkungan.
3. Krusta dari cairan eksudat (seperti koreng atau kudis) yang
mengandung darah, nanah, jaringan nekrosis, benda asing,
kotoran, dan obat-obatan.
4. Krusta dengan warna khusus seperti coklat, hijau,
kekuningan, merah, abu-abu, atau hitam.
5. Krusta karena pecahnya papula berupa penonjolan padat
berwarna merah, putih, hitam, atau sesuai warna kulit.

Penyebab
1. Luka atau goresan pada kulit: ketika kulit mengalami luka
atau goresan, darah akan keluar dari pembuluh darah yang
terluka. Darah tersebut kemudian mengering dan
membentuk kerak atau krusta di atas luka.
2. Infeksi bakteri: infeksi bakteri seperti impetigo, dan ectima
dapat menyebabkan terbentuknya krusta pada kulit.
Bakteri yang masuk ke dalam luka atau goresan pada kulit
akan merusak struktur kulit dan menyebabkan kulit
teriritasi dan terbentuknya krusta.
3. Infeksi kulit lainnya: beberapa infeksi kulit lainnya seperti
eksim, psoriasis, dermatitis (dermatitis seboroik), skabies,
eritema multiformis, atau varicella juga dapat
menyebabkan terbentuknya krusta pada kulit. Infeksi ini
dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada kulit yang
kemudian menghasilkan krusta.
4. Reaksi alergi: beberapa reaksi alergi pada kulit dapat
menyebabkan terbentuknya krusta. Misalnya, jika
seseorang memiliki alergi terhadap suatu bahan atau zat
tertentu dan kulit mereka terpapar oleh zat tersebut, maka
kulit mereka dapat meradang dan menghasilkan krusta.
2
Jenis
Berdasarkan ketebalan :
● tipis : mudah terlepas
● tebal : melekat erat

Berdasarkan warna :
● coklat kehitaman : darah
● kuning muda : serum
● kuning kehijauan : pus

Berdasarkan penyebab :
● Krusta akibat infeksi bakteri
● Krusta akibat infeksi virus
● Krusta akibat infeksi jamur

Berdasarkan penampilan :
● Krusta kering
● Krusta berair

Berdasarkan lain-lain :
● Krusta sebagai tanda penyakit kulit tertentu

Patofisiologi

● Krusta terbentuk ketika papul, pustul, vesikel, atau bulla


pecah, menyebabkan cairan dan zat lain di dalamnya
mengering.
● proses pembentukan krusta pada permukaan kulit dapat
terjadi akibat akumulasi serum, darah, atau eksudat
purulen yang mengering pada kulit. Proses yang
mendasarinya adalah erosi atau kerusakan permukaan kulit
yang kemudian diikuti oleh pembentukan lapisan krusta.
● Ketika kulit mengalami kerusakan seperti luka atau lecet,
darah atau eksudat purulen dapat mengalir keluar dari area
tersebut. Kemudian, darah atau eksudat tersebut dapat
mengering di permukaan kulit dan membentuk lapisan
krusta. Proses pengeringan ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, termasuk paparan udara atau perubahan
3
lingkungan.
● Pembentukan krusta pada kulit adalah bagian dari proses
penyembuhan alami dan berfungsi sebagai pelindung untuk
melindungi luka dari infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan. Namun, penting untuk tetap menjaga
kebersihan dan menghindari menggaruk atau mengganggu
krusta, karena hal tersebut dapat mengganggu proses
penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
● Pada kondisi tertentu seperti infeksi bakteri atau
peradangan kulit, eksudat yang keluar dapat mengandung
lebih banyak sel darah putih dan mengering membentuk
krusta yang lebih tebal atau berwarna khas. Proses
pembentukan krusta pada kulit dapat bervariasi tergantung
pada kondisi yang mendasarinya.
● krusta pada kulit dapat hilang dengan sendirinya atau perlu
diobati tergantung pada penyebabnya. Beberapa kondisi
seperti keropeng pada luka yang sudah sembuh atau
dermatitis seboroik pada bayi dapat menghilang dengan
sendirinya seiring proses penyembuhan. Namun, pada
kondisi lain seperti infeksi kulit seperti skabies, eritema
multiformis, impetigo, atau penyakit kulit lainnya, perlu
diobati secara medis untuk menghilangkan krusta dan
mengatasi infeksi yang mendasarinya.
● Krusta pada kulit biasanya tidak berisiko menular. Krusta
merupakan lapisan pelindung yang terbentuk di atas luka
atau infeksi pada kulit dan tidak memiliki kemampuan
untuk menular. Namun, penyakit atau kondisi yang
mendasari terbentuknya krusta dapat menular jika ada
kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi atau melalui
mekanisme penularan lainnya. Misalnya, beberapa penyakit
kulit menular seperti skabies (scabies) atau cacar air dapat
menyebabkan terbentuknya krusta pada kulit dan memiliki
risiko penularan melalui kontak langsung kulit ke kulit.

Beberapa Penyakit Kulit

● dermatitis seboroik : Dermatitis seboroik berat ditandai


oleh adanya lesi kulit luas dengan papul eritematosa yang
disertai skuama tebal, termasuk skuama gresy dan krusta,
bahkan dapat berlanjut menjadi eritroderma; pada
4
neonatus, bentuk klinis berat dari kondisi yang disebut
"cradle cap" adalah adanya skuama kekuningan (skuama
gresy) berupa krusta yang kotor dan berbau, melekat serta
menutupi seluruh bagian kepala bayi.
● dermatitis akut
● dermatitis kontak subakut
● skrofuloderma
● tinea kapitis favosa
● varicella : krusta merupakan salah satu gejala khusus dari
infeksi varicella; krusta yang terbentuk akibat garukan
pada bekas luka rentan terhadap infeksi bakteri.

Diagnosis

● Lesi atau luka pada kulit: Kondisi yang menyebabkan


terbentuknya krusta pada kulit biasanya melibatkan adanya
lesi atau luka pada kulit. Lesi ini dapat berupa luka
terbuka, ruam, bintik merah, atau bentuk lain yang dapat
tampak pada kulit.
● Kulit yang kering atau bersisik: Beberapa kondisi kulit yang
menyebabkan terbentuknya krusta juga dapat disertai
dengan kulit yang kering atau bersisik di sekitar daerah
yang terkena.
● Gatal atau perih: Beberapa kondisi kulit yang menyebabkan
terbentuknya krusta juga dapat disertai dengan gejala
gatal atau perih pada kulit.

Penatalaksanaan
● Menjaga kebersihan: Pastikan area yang terkena krusta
tetap bersih dengan mencuci secara lembut menggunakan
air hangat dan sabun ringan. Hindari menggaruk atau
mengelupas krusta secara paksa, karena hal ini dapat
memperburuk kondisi.
● Mengompres hangat: Mengompres area yang terkena
krusta dengan menggunakan kain bersih yang dicelupkan
ke dalam air hangat dapat membantu melunakkan dan
mengurangi ketebalan krusta.
● Menggunakan salep antiseptik: Dokter dapat meresepkan
5
salep antiseptik atau antibiotik topikal untuk mengatasi
infeksi pada area krusta. Pastikan untuk mengikuti
petunjuk penggunaan yang diberikan oleh dokter.
● Menghindari faktor pemicu: Jika krusta disebabkan oleh
kondisi khusus seperti dermatitis seboroik, penting untuk
menghindari faktor pemicu yang dapat memperburuk
kondisi kulit, seperti stress, cuaca dingin, atau paparan
bahan kimia yang keras.
● Konsultasikan dengan dokter: Jika krusta tidak kunjung
membaik atau menjadi lebih parah, penting untuk
berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan
evaluasi lebih lanjut dan dapat meresepkan pengobatan
yang sesuai dengan kondisi Anda.

Komplikasi

Komplikasi krusta tidak mengacu pada suatu kondisi medis atau


gejala yang spesifik. Namun, dalam beberapa kondisi kulit
seperti impetigo, dermatitis, atau infeksi kulit lainnya, krusta
atau keropeng dapat menjadi tanda atau gejala dari kondisi
tersebut. Komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari
kondisi ini dapat meliputi:

1. Infeksi lanjutan: Jika krusta tidak diobati atau diatasi


dengan baik, dapat terjadi infeksi lanjutan di area tersebut.
Infeksi ini dapat menyebabkan peradangan dan
memperburuk kondisi kulit.
2. Penyebaran infeksi: Jika krusta terbentuk akibat infeksi
bakteri atau virus, seperti pada impetigo atau herpes
zoster, ada risiko penyebaran infeksi ke area kulit lainnya
atau ke orang lain melalui kontak langsung.
3. Luka dan bekas luka: Jika krusta dihilangkan secara paksa
atau tidak tepat, dapat terjadi luka atau bekas luka pada
kulit yang dapat membutuhkan waktu lama untuk sembuh
atau meninggalkan bekas yang permanen.

6
Prognosis

● Krusta merupakan bagian alami dari proses penyembuhan


dan membantu melindungi kulit yang terdapat di
bawahnya. Namun, kondisi yang mendasari terbentuknya
krusta dapat memiliki tingkat keparahan dan risiko yang
berbeda-beda.

Diagnosis Banding

1. luka biasa

Penjelasan

● luka biasa adalah kerusakan pada kulit yang dapat terjadi


akibat berbagai faktor seperti luka sayat, luka bakar, atau
luka trauma lainnya. Luka biasa tidak selalu menghasilkan
krusta, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab
luka tersebut.
● Pada dasarnya, krusta adalah lapisan kerak atau kerak
kering yang terbentuk di atas luka atau lesi kulit yang
terinfeksi atau terluka. Krusta terjadi jika serum, darah,
atau eksudat yang purulent mengering pada permukaan
kulit dan merupakan ciri khas dari luka dan infeksi piogenik
seperti impetigo atau ectima.
● Jadi, perbedaan antara krusta dengan luka biasa adalah
bahwa krusta adalah lapisan kerak kering yang terbentuk di
atas luka atau lesi kulit yang terinfeksi atau terluka,
sedangkan luka biasa merujuk pada kerusakan pada kulit
tanpa adanya krusta yang terbentuk.

Pencegahan

1. Jaga kebersihan luka atau ruam: Bersihkan luka atau ruam


dengan lembut menggunakan air bersih dan sabun ringan.
Hindari menggosok atau menggaruk luka agar tidak terjadi
iritasi atau infeksi.
2. Gunakan perban atau penutup luka: Tutup luka atau ruam
dengan perban steril atau penutup luka yang sesuai. Ini
7
dapat membantu melindungi luka dari paparan bakteri dan
kotoran, serta mempertahankan kelembapan yang
diperlukan untuk penyembuhan.
3. Hindari mengupas atau menggaruk krusta: Jangan
mencoba mengupas atau menggaruk krusta yang
terbentuk pada luka atau ruam. Hal ini dapat
memperlambat proses penyembuhan dan meningkatkan
risiko infeksi.
4. Jaga kelembapan luka: Beberapa luka atau ruam
membutuhkan lingkungan yang lembap untuk
penyembuhan yang optimal. Gunakan salep atau krim yang
direkomendasikan oleh dokter untuk menjaga kelembapan
luka.
5. Hindari paparan sinar matahari langsung: Sinar matahari
dapat menyebabkan luka atau ruam menjadi lebih kering
dan menghambat penyembuhan. Gunakan tabir surya atau
penutup luka yang sesuai untuk melindungi luka dari
paparan sinar matahari langsung.
6. Konsumsi makanan sehat: Nutrisi yang cukup dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan luka.
Konsumsi makanan sehat yang mengandung vitamin dan
mineral penting, seperti vitamin C, vitamin E, dan zinc.
7. Hindari faktor pemicu: Jika ada faktor pemicu yang dapat
memperburuk luka atau ruam, seperti alergi atau paparan
bahan iritan, hindarilah faktor pemicu tersebut.

Referensi
1. Dr. Med. Ahmad Ramali, K. St. Pamoentjak dan dr. Hendra T.
Laksman. 1994. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah.
Cet. 19. Jakarta : Djambatan. Hal. 67.
2. Anonim. 2009. Patofisiologi Kelainan Kulit.
sanirachman.blogspot.co.id. Akses 11 Juli 2023.
3. Dr. David Sudarto Oeiria, Sp.KK, FAADV. Diagnosis in Dermatology.
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Anonim. Ruam Kulit. ocw.usu.ac.id. Akses 4 Agustus 2019.

www.klinikindonesia.com : Artikel Kedokteran & Kesehatan Pilihan

Anda mungkin juga menyukai