Anda di halaman 1dari 4

18.

)Hikayat Malim Deman


Syahdan, hiduplah seorang pemuda pada zaman dahulu kala.
Malim demam namanya. Dia pemuda rajin, giat bekerja, dan
baik Budinya. Setiap hari, dia mengerjakan sawah dan ladang
milik ibunya yang berada di pinggir hutan Dia bekerja
membantu pamannya.
Di sekitaran sawah milik ibu Malim demam itu, tinggal
seorang janda tua. Mandeh Rubiah namanya. Malim demam
sangat akrab dengan janda tua itu. Bahkan, Mahdi Rubiah
telah menganggap Malim demam sebagai anaknya sendiri.
Mahdi Rubiah kerap mengirim makanan kepada Malim
demam ketika Malim demam Tengah menjaga tanaman
padinya pada malam hari.
Pada suatu malam, Malim demam kembali menjaga tanaman
padinya. Dia hanya seorang diri di tengah sawah. Tiba-tiba,
dia merasa sangat haus. Malam demam segera ke pondok
Mandeh rubiyah untuk meminta air minum. Belum juga
Malem demam tiba di pondok Mandeh Rubiah, malam
demam mendengar suara beberapa perempuan di belakang
Pondok Mandeh Rubiah. Dengan berjalan berjingkat-jingkat,
malam demam segera menuju sumber suara yang
mencurigakan tersebut.
Terperanjatlah Malin demam ketika melihat 7 Bidadari tengah
mandi di kolam yang terletak di belakang Pondok Mandeh
Rubiah. Malim demam sangat terpesona melihat kecantikan 7
Bidadari itu ketika wajah mereka terkena sinar rembulan yang
tengah Purnama. Malim demam juga melihat 7 selendang
tergeletak di dekat kolam itu. Malim demam menerka, 7
selendang itu digunakan para Bidadari Untuk terbang dari
kayangan ke kolam itu. Maka, dengan berjalan mengendap-
endap Dia mendekati tujuh selendang itu dan mengambil
salah satu selendang. Segera disembunyikannya selendang
itu.
Menjelang waktu pagi datang, 7 Bidadari itu berniat kembali
ke Kayangan. Salah satu Bidadari, yaitu Bidadari bungsu, tidak
dapat menemukan selendangnya. 6 kakaknya telah berusaha
turut membantu mencari selendang itu, tetapi sehingga
menjelang Fajar, selendang milik Bidadari bungsu tetap tidak
ditemukan. Oleh karena itu matahari sebentar terbit lagi, 6
bidadari yang telah mendapatkan selendangnya dengan
terpaksa meninggalkan adik bungsu mereka. Keenamnya
menggunakan selendang mereka masing-masing untuk
terbang kembali ke Kayangan.
Peninggalan kakak-kakaknya, si bungsu menangis. Dia
ketakutan untuk tinggal di bumi. Malam demam Alatas
mendekati dan menghibur dari bungsu. Malam demam
kemudian mengajak Bidadari itu ke rumah Mandeh Rubiah.
Dengan hati gembira, Rubiah menerima Bidadari bernama
putri bungsu itu dan mengakui sebagai anak.
Malam demam kembali ke rumahnya setelah mengantarkan
Bidadari bernama putri bungsu ke rumah Mandeh Rubiah.
Sesampainya di rumah, Malim demam menceritakan kejadian
yang dialami kepada ibundanya. Dijelaskannya pula adanya
bidadari yang tinggal bersama Mandeh Rubiah. Malam
demam lalu memberikan selendang bidadari itu kepada
ibunya untuk disimpan. Malim demam meminta ibunya untuk
menyembunyikan selendang itu selamanya.
Sejak saat itu, Malim demam Kian rajin berkunjung ke rumah
Mandeh Rubiah untuk menemui putri bungsu. Malim demam
dan putri bungsu tampaknya saling jatuh cinta. Keduanya
lantas menikah. Tidak beberapa lama, mereka dikaruniai
seorang anak laki-laki. Malem demam memberikan nama
sultan duano untuk anak lelakinya itu.
Putri bungsu semula sangat berbahagia bersuamikan malim
demam. Namun, sejak Sultan duano lahir, Perangai Malim
demam menjadi berubah. Malim demam malah lebih banyak
menghabiskan waktunya di arena perjudian. Dia suka
menyambung ayam hingga seringkali tidak pulang berhari-
hari.
Putri bungsu menjadi sangat bersedih melihat Perangai buruk
suaminya. Dia kadang menangis sendiri meratapi nasibnya.
Kerinduannya untuk pulang kembali ke Kayangan kembali
muncul. Semakin lama, rasa itu semakin besar. Hingga pada
suatu saat, dia menemukan selendang miliknya di rumah
ibunya Malim demam. Seketika, dia membawa selendang itu
ke rumahnya. Putri bungsu kemudian menemui bujang Karim,
pegawai malim demam. " tolong kau sampaikan kepada
Malim demam, Aku akan kembali ke Kayangan dengan
membawa sutan duano." Bujang Karim segera mencari Malim
demam ke arena perjudian. Setelah bertemu, diceritakannya
pesan dari putri bungsu kepada Malin demam.
Maling demam panik dan dengan terburu-buru, Dia segera
kembali ke rumah untuk menemui istri dan anaknya. Namun,
sudah terlambat. Sesampainya di rumah, istri dan anaknya
sudah tidak ada. Istrinya telah membawa anak
kesayangannya kembali ke Kayangan. Malim demam hanya
dapat menyesali kepergian anak dan istrinya. Dia benar-benar
sangat menyesal. Namun, penyesalan hanya penyesalan. Apa
yang telah terjadi tidak dapat terulang lagi. Akibat sikap
buruknya, dia harus kehilangan keluarga yang dicintainya.

Anda mungkin juga menyukai