Anda di halaman 1dari 4

Karlin Sagita XI IPA 5/ Absen : 16

Resensi Novel Sastra Anak Perawan di Sarang Penyamun


Judul Novel : Anak Perawan di SarangPenyamun Pengarang : Sutan Takdir Alisyahbana Penerbit : Dian Rakyat Tebal Buku : 126 Halaman Cetakan Ke : Tujuh Belas (2002) Tempat Terbit : Jakarta

Anak Perawan di Sarang Penyamun


Sinopsis
Suatu hari, di suatu pondok di hutan rimba terdapat 5 orang laki - laki berbadan besar,Medasing, Sanip, Tusin, Amat, dan Sohan. Mereka adalah para penyamun (perampok) yang kejam dan keji ketika melakukan aksinya. Medasing adalah pemimpin dari segerombolan penyamun tersebut. Dahulu ia adalah anak saudagar kaya yang dirampok oleh para penyamun. Ia dibawa dan dibesarkan oleh para penyamun hingga ia menjadi sepertimereka. Ia terkenal sebagai penyamun yang kuat, kejam, dan kebal. Hal itu didapatnya dari berguru dan bertapa di gunung Dempo. Pada suatu hari mata - mata mereka, Samad memberi tahu bahwa akan ada rombongan saudagar kaya bernama Haji Sahak beserta isterinya, Hajjah Andun dan anak perawannya, Sayu hendak pulang dari Palembang menuju Pagar Alam. Mereka tentu saja membawa perbekalan harta yang banyak. Segerombolan penyamun pun tertarik untuk menyamun harta mereka, dan pada malam harinya mereka melakukan aksinya tersebut. Mereka menyerang pondok tempat rombongan Haji Sahak beristirahat. Para rombongan dibunuh oleh mereka termasuk Haji Sahak. Istri Haji Sahak, Hajjah Andun mencoba menolong suaminya, namun ia ikut dihardik oleh penyamuntersebut hingga terluka dan pingsan. Anak perawan Haji Sahak, Sayu tidak dibunuh, namun dibawa lari oleh para penyamun.

Ketika sampai di pondok para penyamun, Sayu hanya terdiam menangis meratapi nasibnya ditinggal ayah ibu dan dibawa lari oleh para penyamun. Suatu hari Samad, mata - mata mereka datang ke pondok sarang penyamun. Maksud kedatangannya adalah untuk meminta bagian dari hasil perampokan para penyamun. Namun ketika ia berada di sarang penyamun, ia jatuh hati terhadap Sayu yang ternyata memliki wajah yang cantik. Ia punmemiliki hasrat untuk membawa lari Sayu dari sarang penyamun tersebut. Ia membisikkan niatnya kepada Sayu dan berjanji akan membawanya lari kembali ke Pagar Alam, kembali kepada keluarganya. Sayu pun terbujuk akan rayuan dan janji - janji Samad tersebut.Dia telah memutuskan untuk kabur bersama Samad. Namun, sebelum niatnya terlaksana, Medasing menemukannya di bawah pohon dan akhirnya diseret kembali ke sarang penyamun. Sejak saat itu ia tidak percaya lagi akan janji - janji Samad padanya.Lalu karena perbekalan para penyamun sudah mulai menipis, maka mereka akan melakukan aksinya kembali. Terdengar kabar bahwa pada malam hari akan ada rombongan pasukan yang membawa perbekalan makanan, maka dari itu tanpa basa basi mereka beraksi melakukan kejahatannya. Namun tanpa disangka ternyata pasukan itu bersenjata. Ketika hendak menyamun pasukan, para penyamun pun tertembak dan lari entah kemana. Samad dan Tusin pergi entah kemana, sedangkan Medasing dan Sanip kembali ke pondok sarang penyamun. Sejak saat itu Samad dan Tusin tidak kembali ke pondok sarang penyamun.Pada suatu hari, Medasing dan Sanip pergi berburu untuk mencari makanan sambil menyandang tombak dan parang. Mereka mencari rusa untuk dijadikan makan siang. Lalu mereka menemukan rusa yang mereka cari. Mereka mengejar rusa tersebut tanpa memperdulikan keselamatan mereka. Rusa tersebut kemudian jatuh menghilang di balik semak-semak. Mereka terheran-heran apa yang terjadi, tetapi karena mereka sangat cepat berlari akhrinya mereka jatuh bersama kedalam jurang. Sanip tewas dalam kejadian itu, namun Medasing hanya mengalami patah tulang di tangan kanannya. Medasing mencoba kembali keatas dengan sekuat tenaga. Setelah itu, ia kembali ke pondok sarang penyamun.Setelah tiba di pondok, Sayu pun menolong Medasing dengan cara mengobati tangankanannya yang patah. Mereka saling berpandangan satu sama lain, tetapi Sayu mengalihkan pandangannya. Setelah sembuh, Sayu mengajak Medasing pergi ke Pagar Alam karena ternyata persediaan makanan di pondok telah menipis. Akhirnya mereka pergi ke Pagar Alamuntuk pergi ke rumah Hajjah Andun, ibunda Sayu. Sesampainya di Pagar Alam, mereka langsung menuju rumah Sayu. Ternyata rumah tersebut telah dijual Hajjah Andun untuk membayar hutang 30 ekor kerbau yang dirampok para penyamun. Lalu mereka pergi menuju rumah yang ditinggali Hajjah Andun sekarang. Setelah sampai, mereka melihat Hajjah Andun sedang kritis akibat sakit yang dideritanya. Sayu langsung menangis tersedu

beserta keluarganya, Sima, adik tirinya, Bedul dan Istrinya. Ketika itu, Medisang sangat menyesal apa yang telah ia perbuat kepada keluarga Haji Sahak. Ia sadar betapa kejam dan jahatnya iaselama ini terhadap orang yang ia rampok. Suatu hari terdapat pemimpin Pagar Alam yang bernama Haji Karim. Beliau baru pulang dari Tanah Suci beserta keluarganya. Beliau disambut dengan 30 pedati dan diarak menuju balai dan rumahnya. Lalu disana dirayakanlah pesta syukuran kepulangan keluarga Haji Karim. Ketika malam hari, pesirah Karim menengok ke 30 pedati untuk mengenal paraanak pedati. Dilihatlah satu persatu dari mereka yang sedang tertidur pulas. Namun tiba-tibadari balik kegelapan munculah manusia yang ternyata adalah Samad. Ia meminta tolong kepada pesirah Karim agar mengizinkannya untuk menginap di rumahnya, dan pesirah Karim mengizinkannya. Keesokkan harinya, Samad menceritakan kemelaratan hidupnya kepada pesirah Karim. Ia bercerita tentang kehidupannya beserta keluarga yang sering ia tinggalkan pergi menyamun. Ia sadar akan dosa-dosa yang telah ia perbuat dahulu. Lalu pesirah Karim mengajaknya membawa anak istrinya untuk tinggal di rumah beliau. Namun Samad tidak mau ikut tinggal bersama pesirah Karim karena ia ingin meniti hidup baru bersama keluarganya.

Unsur Intrinsik pada Novel


a. Tema: Pertobatan seseorang. b. Amanat: Sejahat-jahatnya orang pada akhirnya akan sadar juga bahwa yang selama ini dia perbuat itu salah. Janganlah berbuat jahat pada orang lain karena pasti akan menimbulkan penderitaan pada orang tersebut. Selain itu hidup kita juga tidak akan tenang, Bertobatlah dari diri yang buruk dan berubahlah menjadi diri yang lebih baik.

c. Alur: Alur campuran, sebab ada bagian cerita maju yang yang menceritakan kelanjutan cerita tersebut namun juga ada bagian dengan alur mundur saat menjelaskan kehidupan tokoh sebelumnya. d. Tokoh: Medasing dan 4 penyamun : Kejam, jahat, bengis, pemberani, ambisius, kuat Samad : Jahat, pengiba, perhatian, penakut, pekerja keras Sayu : Baik, perhatian, penolong, penakut, pemalu Haji Sahak : Bijaksana, pemberani Haji Andun : Baik, penuh dengan kesedihan, pasrah, penyabar

Sima : Baik, ceria, penolong Bedul dan Istri : Baik, penolong, sederhana, penyabar Pesirah Karim : Baik, bijaksana, penolong, perhatian. e. Latar: Di hutan belantara di dataran Palembang, Sumatera Selatan; di desa Pagar Alam, Lahat; Sungai di sekitar hutan. f. Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu.

Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Novel


1. Nilai Sosial : Haji Karim mengajak Samad beserta istri dan keluarganya untuk tinggal bersama di rumah Haji Karim. 2. Nilai Budaya : Diadakannya pesta syukuran dan arak-arakan terhadap keluarga Haji Karim yang baru pulang dari Tanah Suci. 3. Nilai religius : Adanya salah satu tokoh (Haji Karim) yang pergi ke Tanah Suci. 4. Nilai Moral : Medisang menyesali perbuatan yang telah dilakukannya kepada terhadap keluarga Haji Sahak. 5. Nilai Amoral : Perampokan dan pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok 5 orang penyamun.

Anda mungkin juga menyukai