mereka. Kisah ini dimulai dari lima orang penyamun yang merampok seorang
tidak dengan anak perawan mereka, Sayu. Ia dibiarkannya hidup dan dibawa ke
Suatu hari, bawahan Medasing yang bernama Samad mulai jatuh hati pada
Sayu dan secara diam-diam membujuk Sayu untuk ikut lari bersamanya. Ia terus
merayu dan membisikkan janji-janji manis kepada Sayu. Sayu yang awalnya tertipu
dengan rayuan Samad, pada akhirnya menolak karena menangkap itikad tidak baik
saudagar-saudagar kaya. Anak buah Medasing pun meninggal satu persatu dalam
kegagalan penyerangan sampai tak ada lagi yang tersisa. Hingga pada upaya
parah.
memberanikan diri dan perlahan mengobatinya. Ketakutan dan dendam yang ada
pada diri Sayu dikalahkan oleh hatinya yang tergerak untuk menolong. Medasing pun
akhirnya menceritakan tentang kepahitan masa lalunya yang ternyata membuat hati
Sayu luluh.
Suatu hari, pergilah mereka ke kota Pagar Alam, daerah asal Sayu. Dari
kunjungannya itu mereka baru mengetahui ternyata Nyi Haji Andun, ibu dari Sayu
Kini ia tinggal sendirian dalam keadaan sakit keras. Sayangnya, Nyi Haji
Andun yang sudah kritis akhirnya meninggal dunia di hadapan anak kesayangannya
itu. Menyaksikan kejadian tersebut, hati Sayu menjadi hancur. Kenyataan itu telah
Hingga akhirnya, Medasing memutuskan untuk menikahi Sayu dan sejak saat
itu, kehidupan Medasing berubah 180 derajat. Dia menjadi seorang kaya raya yang
berhati mulia. Lima belas tahun kemudian, Medasing mengganti nama menjadi Haji
Karim dan mereka pun hidup damai dan bahagia hingga akhir hayatnya.
Cerita ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN berasal dari daerah Sumatera
Selatan.
Cerita ini memiliki beberapa pesan moral yang ingin disampaikan kepada
Ø Kita tidak boleh mengambil hak milik orang lain apa lagi dengan pemaksaan.