Anda di halaman 1dari 3

ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN

Seperti yang tertera pada judulnya, ini menceritakan tentang kehidupan

sekelompok penyamun dan seorang gadis yang dibawa ke markas persembunyian

mereka. Kisah ini dimulai dari lima orang penyamun yang merampok seorang

saudagar kaya raya, Haji Sahak.

Ia dan istrinya dibunuh oleh sang pemimpin komplotan, Medasing. Namun

tidak dengan anak perawan mereka, Sayu. Ia dibiarkannya hidup dan dibawa ke

tempat tinggal para penyamun di tengah hutan.

Suatu hari, bawahan Medasing yang bernama Samad mulai jatuh hati pada

Sayu dan secara diam-diam membujuk Sayu untuk ikut lari bersamanya. Ia terus

merayu dan membisikkan janji-janji manis kepada Sayu. Sayu yang awalnya tertipu

dengan rayuan Samad, pada akhirnya menolak karena menangkap itikad tidak baik

dari Samad. Dari situlah semua masalah dimulai.

Perampokan kelompok Medasing mulai mengalami kegagalan terus-menerus

karena Samad yang kerap membocorkan rencana perampokan mereka kepada

saudagar-saudagar kaya. Anak buah Medasing pun meninggal satu persatu dalam

kegagalan penyerangan sampai tak ada lagi yang tersisa. Hingga pada upaya

perampokan terakhir, Medasing berhasil kembali walau dalam keadaanterluka

parah.

Melihat Medasing yang sudah tidak berdaya, Sayu pun akhirnya

memberanikan diri dan perlahan mengobatinya. Ketakutan dan dendam yang ada

pada diri Sayu dikalahkan oleh hatinya yang tergerak untuk menolong. Medasing pun
akhirnya menceritakan tentang kepahitan masa lalunya yang ternyata membuat hati

Sayu luluh.

Suatu hari, pergilah mereka ke kota Pagar Alam, daerah asal Sayu. Dari

kunjungannya itu mereka baru mengetahui ternyata Nyi Haji Andun, ibu dari Sayu

tidak meninggal sewaktu diserang kawanan Medasing.

Kini ia tinggal sendirian dalam keadaan sakit keras. Sayangnya, Nyi Haji

Andun yang sudah kritis akhirnya meninggal dunia di hadapan anak kesayangannya

itu. Menyaksikan kejadian tersebut, hati Sayu menjadi hancur. Kenyataan itu telah

menyadarkan Medasing tentang betapa kejam dirinya selama ini.

Hingga akhirnya, Medasing memutuskan untuk menikahi Sayu dan sejak saat

itu, kehidupan Medasing berubah 180 derajat. Dia menjadi seorang kaya raya yang

berhati mulia. Lima belas tahun kemudian, Medasing mengganti nama menjadi Haji

Karim dan mereka pun hidup damai dan bahagia hingga akhir hayatnya.
Cerita ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN berasal dari daerah Sumatera

Selatan.

Cerita ini memiliki beberapa pesan moral yang ingin disampaikan kepada

pembacanya. Diantaranya adalah :

Ø Kita tidak boleh mengambil hak milik orang lain apa lagi dengan pemaksaan.

Ø Kita diajarkan untuk dapat lebih menghargai orang lain.

Ø Hendaklah bertaubat selagi masih ada kesempatan.

Anda mungkin juga menyukai