The Wind of Change
The Wind of Change
dengan perubahan jaman yang sangat cepat di era Revolusi Industri 4.0 ini".1
Kecerdasan buatan (artificial intelligent) dan robot (robotics) telah mengubah semua
aspek pekerjaan sehingga semua pekerjaan rutin dan berulang yang semula
dikerjakan oleh manusia telah digantikan oleh mesin-mesin canggih yang akan
menyelesaikan semua pekerjaan tersebut secara lebih cepat dan lebih teliti. Bisa
diambil contoh bagaimana penerapan jalan berbayar di Singapura. Jalan berbayar
(Electronic Road Pricing - ERP) di negara kota itu dijalankan tanpa menggunakan
tenaga manusia tetapi dikelola oleh mesin berupa alat pemindai dan kamera CCTV
yang dipasang di atas jalan. Dengan kartu elektronik yang terpasang di mobil
masing-masing, alat pemindai secara otomatis akan menarik bayaran dari kartu
yang terpasang di mobil. Bagi kendaraan yang tidak membayar, akan dikirimkan
surat tilang ke rumah masing-masing.
penggantian mesin-mesin otomatis hanya akan mengurangi 0,5% tenaga kerja tetapi
menciptakan lapangan kerja baru sekitar 8% dalam satu dekade ke depan. 2 Menurut
Schwab, kemajuan teknologi akan meningkatkan permintaan (demand) akan
produk-produk bermutu tinggi sehingga produksi ditingkatkan, perusahaan-
perusahaan baru dibuka dan dengan demikian lapangan-lapangan kerja baru akan
semakin bertambah.
Menurut penelitian itu pula, pasar tenaga kerja dalam Revolusi Industri 4.0
akan mengalami pergeseran signifikan, dari semula pasar tenaga kerja yang
didominasi oleh tenaga kerja dengan keterampilan tengahan (mediocer skills) untuk
mengerjakan pekerjaan rutin dan berulang, berubah menjadi kebutuhan tenaga kerja
dengan tingkat keterampilan tinggi. Menurut Schwab, dalam Revolusi Industri 4.0,
tenaga kerja tengahan sudah tidak dibutuhkan lagi karena pekerjaan rutin dan
berulang sudah digantikan oleh mesin-mesin otomatis. Tenaga kerja tengahan ini
merupakan tenaga kerja yang memperoleh keterampilan dari kebiasaan mereka
melakukan pekerjaan secara berulang, tanpa perlu mendapatkan pelatihan secara
khusus. Berbeda dengan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi, mereka adalah
orang-orang yang memperoleh keterampilan melalui proses panjang dan
membutuhkan ketekunan yang luar biasa.
Perubahan tuntutan tenaga kerja itu dengan sangat tajam disampaikan oleh
Rhenald Kasali dalam pengantar bukunya yang berjudul The Great Shifting, "...tak
akan ada lagi tempat (dalam dunia kerja) bagi kelompok medioker yang kurang
menuntut diri untuk belajar kembali atau bermental penumpang. Bahkan, ijazah dari
perguruan tinggi terbaik pun tidak cukup untuk mengantarkan diri ke jenjang yang
lebih tinggi bila penggemblengan mental diri tidak dilakukan"3 Para ahli manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) sependapat bahwa tenaga kerja berketerampilan
tinggi yang dibutuhkan dalam Revolusi Industri 4.0 adalah tenaga kerja yang
memiliki mental untuk belajar terus menerus (continous learning). Ijasah dari
perguruan tinggi yang terbaik pun menurut Kasali tidak akan menjamin SDM mampu
menghadapi perubahan yang sangat cepat. Menurutnya, di era saat ini, pusat
belajar tidak lagi di sekolah, tetapi 80% pengetahuan diperoleh dari tengah-tengah
masyarakat. Sekolah hanya memberikan perasaan gengsi tetapi tidak memberikan
2
Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution (Geneva: World Economic Forum, 2016), hal.38-39
3
Rhenald Kasali, The Great Shifting Series on Disruption (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2018), hal. xix
4
7
Lih. Kartinah, "Protean Career sebagai Paradigma Baru Efektivitas Boundaryless Career", Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.5 No.2, Oktober 2005: 65-75
6
Untuk menjadi SDM yang profesional dan unggul sesuai dengan perubahan
jaman saat ini, paradigma pembinaan personel harus juga berubah. Pembinaan
personel TNI AD perlu mengubah paradigma dari organisasi sentris menjadi pribadi
sentris. Pembinaan personel tidak lagi hanya mengandalkan upaya yang dilakukan
oleh komandan satuan sehingga prestasi dan keberhasilan personel semata-mata
karena kerja keras Dansat tetapi pembinaan personel pertama-tama harus muncul
dari kerja keras masing-masing personel untuk membekali diri terus menerus
dengan keterampilan yang dibutuhkan agar menjadi profesional dan unggul.
Kepuasan dan rasa bangga atas keberhasilan harus tumbuh dari masing-masing
pribadi bukan dari organisasi.
8
Bdk. Garry W. Carter et al, Career Paths: Charting Courses to Succes for Organizations and Their
Employees (Oxford: Willey-Blacwell, 2009), hal. 64-65
7
cepat terhadap setiap dinamika perubahan yang terjadi. Big Data harus menjadi
unsur penting dalam pembinaan personel agar transparansi dan akuntabilitas itu
dapat diwujudkan. Untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut, Roadmap
Bidang Personel TNI AD disusun berdasarkan kerangka teori Talent Management
yang akan menjadi kerangka pokok dalam pembinaan personel TNI AD.
Mengimplementasikan Talent Management membutuhkan proses yang panjang
sebab ada begitu banyak hal yang harus dikerjakan. Roadmap Bidang Personel TNI
AD merupakan peta jalan yang menjadi tahapan penting untuk mewujudkan
perubahan di dalam dunia yang telah berubah secara cepat ini.
Manajemen Talenta (Talent Management) adalah manajemen strategis untuk
mengelola aliran talenta dalam suatu organisasi dengan tujuan memastikan
tersedianya pasokan talenta untuk menyelaraskan orang yang tepat dengan
pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat berdasarkan tujuan strategis
organisasi, prioritas kegiatan organisasi atau bisnis perusahaan. 9 Manajemen
Talenta ini merupakan penyempurnaan manajemen SDM berbasis kompetensi
(Competency-Based Human Resources Management-CBHRM) yang dipandang
tidak cukup mampu untuk membangun strategi suksesi kepemimpinan di masa
depan. Manajemen Talenta menyediakan perangkat (tools) calon-calon pemimpin
masa depan melalui talent pool yaitu kumpulan personel yang memiliki potensi dan
kompetensi tinggi yang dapat diperkembangkan untuk menduduki posisi-posisi
strategis di masa depan. Talent pool sesungguhnya merupakan data base hasil
penilaian (assesment) terhadap potensi dan kompetensi yang dimiliki oleh
seseorang dimana data base ini di kelak kemudian hari sangat dibutuhkan untuk
memilih SDM yang tepat untuk menduduki posisi strategis dalam suatu organisasi.
Talenta dan kompetensi menjadi kata kunci dalam manajemen talenta.
Talenta dalam pengertian manajemen ini diartikan sebagai SDM yang diidentifikasi
memiliki potensi menjadi pemimpin masa depan karena memiliki kelebihan sehingga
harus dipelihara agar tetap bertahan dalam organisasi atau perusahaan. 10
Sedangkan kompetensi adalah karakteristik yang dimiliki dan digunakan individu
secara tepat dan konsisten untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Karakteristik ini
9
Darmin Ahmad Pella et al, Talent Management: Mengembangkan SDM untuk Mencapai
Pertumbuhan dan Kinerja Prima (Jakarta: Gramedia, 2011) hal.82
10
Ibid.
8
meliputi pengetahuan, keterampilan, aspek citra diri, motif sosial, sifat, pola pikir dan
cara berpikir, perasaan, dan cara bertindak.11
Karakteristik dalam kompetensi ini harus dapat diukur. Dubois mengatakan
ada berbagai macam cara untuk mengukur kompetensi ini dan salah satu yang
ditunjukkan Dubois adalah melalui indikator perilaku (behavior indicators), yaitu
pernyataan mengenai suatu tindakan atau serangkaian tindakan yang menghasilkan
keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan, baik aspek yang kelihatan yaitu
pengetahuan dan keterampilan dan maupun aspek yang tak kelihatan seperti sifat,
nilai-nilai pribadi, pola pikir, gambaran mengenai diri sendiri dan orang lain,
motivasi.12 Indikator perilaku ini disusun dalam Kamus Kompetensi dan Standar
Kompetensi Jabatan yang akan menjadi kriteria yang obyektif dalam penilaian
kompetensi seseorang yang dilakukan dalam assesment centre.
Kamus Kompetensi dan Standar Kompetensi Jabatan ini memberikan
manfaat yang sangat besar bagi peningkatan kualitas SDM di TNI AD. Disamping
dapat menjadi alat untuk kepentingan penempatan jabatan, kompetensi yang
tercantum dalam Kamus Kompetensi dan Standar Kompetensi Jabatan dapat
menjadi stimulus bagi personel TNI AD untuk mengembangkan diri secara mandiri,
baik pengembangan aspek yang kelihatan maupun aspek yang tidak kelihatan. Cita-
cita untuk menduduki suatu jabatan tertentu akan diimbangi dengan kerja keras
untuk mengembangkan diri secara terus menerus. Dengan demikian proses belajar
terus menerus (continous learning) akan menjadi sebuah habit atau kebiasaan bagi
setiap personel TNI AD dalam sistem ini.
Kebiasaan (habit) untuk belajar terus menerus menjadi sangat penting sebab
dalam pola komposisi personel yang berbentuk piramida terbalik, semakin ke atas
jumlah SDM yang dibutuhkan semakin sedikit sehingga sangatlah wajar bahwa
mereka yang tidak dapat masuk dalam piramida itu akan tersingkir. Untuk mengatasi
hal tersebut, TNI AD telah membuat program karir kedua (second career). Rhenald
Kasali dalam bukunya yang berjudul Self Driving: Menjadi Driver atau Passengger?
menjelaskan bahwa hakekat dari karir kedua adalah belajar kembali karena mereka
mengambil inisiatif untuk berganti halauan setelah sekian lama berkarir di dunia
militer. Baginya, karir kedua, tidak hanya berarti mantan prajurit menjadi pegawai di
sebuah perusahaan di bidang pengamanan saja, tetapi bisa juga menduduki posisi
11
David D. Dubois et al, Competency-Based Human Resource Management (California: Davis-Black
Publishing, 2004), hal.16
12
Ibid, hal.20
9
13
Rhenald Kasali, Self Driving, hal.33-34
14
Lih. Paul Conley, "Using Long-Term Incentives to Retain Top Talent: Super Rewards for
Superkeepers" dalam Lance A. Barger et al (Eds), Talent Management Handbook: Creating
Organizational Excellence by Identying, Developing and Promoting Your Best People (New York:
McGraw-Hill: 2004), hal. 403-405
10
Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2018 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di
Lingkungan TNI dalam Pasal 5 ayat 3 dikatakan bahwa tunjangan kinerja yang
diberikan setiap bulan kepada prajurit TNI dan PNS di lingkungan TNI "diberikan
dengan memperhitungkan capaian kinerja pegawai setiap bulannya". Dengan
demikian, sesungguhnya tunjangan kinerja bukan persoalan masuk kantor atau
mengikuti apel pagi dan apel sore, tetapi hakekat dari pemberian tunjangan kinerja
adalah persoalan capaian kinerja yaitu hasil kinerja atau output yang unggul.
Kebijakan Presiden mengenai flexi work, yaitu bekerja tanpa harus masuk kantor,
membuktikan bahwa tunjangan kinerja yang diberikan sama sekali tidak berkorelasi
dengan masuk kantor atau hadir pada apel pagi. Bagi pemerintah output dari hasil
kinerja menjadi hal terpenting, tidak peduli mau dikerjakan dimana. Dengan
memanfaatkan secara optimal Internet of Things, semua pekerjaan di kantor dapat
dengan mudah dipindahkan ke rumah masing-masing.
Daftar Pustaka
Barger, Lance A. et al (Eds). 2004. Talent Management Handbook: Creating
Organizational Excellence by Identying, Developing and
Promoting Your Best People. New York: McGraw-Hill.
Carter, Garry W. et al. 2009. Career Paths: Charting Courses to Succes for
Organizations and Their Employees. Oxford: Willey-Blacwell.
12
Harari, Yuval Noah. 2018. 21 Lessons for the 21st Century. London: Jonathan Cape.
Kasali, Rhenald. 2014. Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger?. Jakarta:
Mizan.
Pella, Darmin Ahmad et al. 2011. Talent Management: Mengembangkan SDM untuk
Mencapai Pertumbuhan dan Kinerja Prima. Jakarta: Gramedia.
Schwab, Klaus. 2016. The Fourth Industrial Revolution. Geneva: World Economic
Forum.
Whetten, David A. et al. 2011. Developing Management Skills. Boston: Prentice Hall.