Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENINGKATAN GURU
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Membaca Bahasa Arab

Dosen Pembimbing
Emilya Ulfah, M.Pd

Disusun oleh
Kelompok 5
Muhammad Athaillah : 20.16.0150
Nor Anita : 20.16.0152

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) DARUSSALAM MARTAPURA


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PGMI
TAHUN 2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah “PENINGKATAN GURU’’

Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Ibu Emilya Ulfah, M.Pd
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari bapak serta rekan-rekan sekalian sehingga kami dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Martapura, 09 Mei 2023

Kelompok 05
‫‪BAB I‬‬
‫‪PEMBAHASAN‬‬
‫‪A. TEKS BAHASA ARAB‬‬

‫ﺰاﺩ املعلم‬

‫اَﻟﺰادُُاألوَُﻝ‪ُُ:‬أَﻥَُﻳﻜﻮ َُنُالُ َُعلُمُُﻋََلﻰُﻋلٍمُ ُ‬


‫ﻟلﻪُﺗعَﺎﻟﻰ‪َُ ُ،‬وﻣﻦ ُﺳَﻨﺔُﺭﺳﻮﻟﻪُﺻلﻰُاﻟلﻪُﻋلﻴﻪُ‬ ‫َوإنُُأَوُﻝ َُُزادَُُﻳَﺘَﺰودُُﺑﻪُالُ َُعلُمُُﺃَﻥ َُﻳﻜﻮ َُنَُﻋَلﻰُﻋلمٍ ُﻣﺴَﺘﻤﺪٍ ُﻣﻦ ُﻛَﺘﺎﺏ ُا َ‬
‫ﻟﺠﻬﻞ ُﺿَﺮرَُﻫﺎُُأَﻛَﺒﺮُ‬
‫ﻟﺪﻋﻮةُ ُﻋَلَﻰُا َ‬
‫ﻰُﺟﻬٍﻞ‪َُُ،‬وا َ‬
‫ﻟﺪﻋَﻮةُ ُﺑﺪﻭَﻥ ُﻋلٍم َُﻓﺈَﻧَﻬﺎُﺩﻋﻮَُة َُﻋَل َ‬
‫ﺤﺔ ُاﻟﻤَﻘﺒﻮَﻟﺔ‪ُ،‬ﻭََﺃﻣﺎُا َ‬ ‫ﻟﺼﺤﻴ َ‬ ‫ﻭﺳلم‪ُ،‬ا َ‬
‫ﻼَُُواﻟعَﻴﺎذُُﺑﺎﻟلﻪ‬ ‫ﺿﺎﻻًُﻣﻀ ً‬ ‫ﻚَُﻳﻜﻮنُُ َ‬ ‫ﻼَُﻓﺈَﻧﻪُﺑَﺬﻟ َ‬ ‫ﻣﻦَُﻧﻔعَﻬﺎ‪َُ،‬ﻓﺈ َُذاَُﻛﺎ َُنَُﺟﺎﻫ ً‬
‫ﻰُﺟﻬُ ٍُﻞُ ُ‬
‫ُﻋُلَ َُ‬ ‫ﻰُﺑَﺼُ َُيةَُُُﻻ َُ‬‫ىلُهللاُ َُﻋُلَ ُ‬ ‫ُهللاُﻋلﻰُﺑَﺼُ َُية‪ُُ:‬ﻓَﺎُﻧُﻪَُُُﻻﺑُﺪُُُاَنُُُﻳَﺪُﻋُﻮُُاُ َُ‬
‫ُ‬ ‫قﺎلُﺗعﺎىلُ‪ُ:‬اُدُﻋُﻮُُاُ َُ‬
‫ىل‬
‫اﻟشُﺮﻋُيُُ ُألَﻧُﻪُُُقَﺪُُُﻳَﺪُﻋُﻮُُاُىلُُ‬ ‫‪ُ,‬بَنُُُﻳَﻜُ ُﻮ َُنُ َُﻋﺎﻟُ ًُﻤﺎُبُلُﻜُمُُ َُ‬ ‫ﺎُﻳَﺪُﻋُﻮُُاُُﻟَﻴُﻪُ ُ‬
‫ﻰُﺑَﺼُ َُيةُُﻓُﻴُ َُﻤ ُ‬
‫ﻼثﺔُاﻣﻮر‪ُ:‬اﻻول‪َُ ُ:‬ﻋُلَ ُ‬ ‫ﻰُﺑَﺼُ َُيةُفُُُثَ ٍُ‬ ‫َُﻋُلَ ُ‬
‫ﺎُوﻫُ َُﻮُفُُدُﻳُﻦُُهللاُ َُغيُُ ُمَُﺮٍُمُﻓَُُﻴَﺤَُُﺮمُُ‬ ‫ىلُﺗَُُﺮ ٍُكُ َُشﻴُ ٍُئُُﻳَظُﻨُﻪُُ ُمَُﺮًُﻣ َُ‬
‫عُهللاُ َُغيَُُُواﺟُبُُُ َُوُقَﺪُُُﻳَﺪُﻋُﻮُُاُ َُ‬ ‫ُشُﺮٍُ‬
‫ﺎُوﻫُ َُﻮُفُ َ‬ ‫َُشﻴُ ٍُئُُﻳَظُﻨُﻪَُُُواﺟُُﺒً َُ‬
‫ث رﺳﻮلُهللاُﺻلﻰُهللاُﻋلﻴﻪُوﺳلمُ‬ ‫اﻟﺪﻋَُُﻮةُُ َُو ُلََُﺬاُﻟُ َُﻤﺎُﺑَُعُ َُ‬
‫ﺎلُ َُ‬ ‫ُح ٍُ‬‫ﻰُﺑَﺼُ َُيٍُةُفُ َُ‬ ‫هللاُﻣﺎُُاَ َُح َُﻞُهللاُ َُلمُ‪ُ.‬اﻟﺜﺎﻧي‪َُ ُ:‬ﻋُلَ ُ‬ ‫َُﻋُلَﻰُﻋُُﺒَﺎدُُ َُ‬
‫ﺎلُﺗعﺎىلُ‬ ‫اﻟﺪﻋَُُﻮةُُُقَ َُ‬
‫ﻰُﺑَﺼُ َُيةُُفُُ َُﻛﻴُﻔُﻴُﺔُُ َُ‬
‫ﺎبُﻟُﻴُ َُعُﺮفُُ َُحﺎ َُلمُ‪ُ.‬اﻟﺜﺎﻟث‪َُ ُ:‬ﻋُلَ ُ‬ ‫ﻚُﺳُﺘَأُﺗُﻰُقَُ ُﻮًُﻣﺎُُاَﻫُﻞُُﻛُُﺘَ ٍُ‬
‫اﻟﻴَﻤُﻦ قﺎلُﻟﻪ‪ُ:‬اُﻧُ َُ‬ ‫ىلُ ُ‬‫َُﻣ َُعﺎ َُذاُاُ َُ‬
‫ﺴُﻨَﺔَُُُو َُﺟﺎدُلُمُُبُﻟُتُُﻫُ َُﻰُُاَحُﺴُﻦُ ُ‬ ‫الَ َُ‬
‫ﻚُبُلُﻜُ َُﻤﺔَُُُو ُال ُﻮﻋُ ُظَﺔُُ ُ‬ ‫ُﺳﺒُﻴُﻞَُُُرﺑُ َُ‬
‫ىل َُ‬‫اُُدعُُاُ َُ‬
‫َ‬
‫ﺿﻪُﻫَﻮُﻣَﻦُاألَ َُذﻯ‪ُ .‬‬ ‫ﺻَﺎﺑًﺮاَُﻋَلﻰُﻣَﺎُﻳَعَﺘﺮ َ‬ ‫ﺎُﻳﺪﻋﻮُﺇَﻟﻴﻪ‪َ ُ،ُ،‬‬ ‫ﺻَﺎﺑًﺮاَُﻋَلﻰُﻣَ َ‬ ‫ﻰُﺩﻋَﻮﺗﻪ‪َ ُ،‬‬ ‫اَﻟﺰاﺩُاﻟﺜﺎﻧي‪ُ:‬ﺃَﻥَُﻳﻜﻮ َُنُالُ َُعلُ َُمُﺻَﺎﺑًﺮاَُﻋَل َ‬
‫ﻰُﺩﻋَﻮﺗﻪُ‬ ‫ﺎﻥ ُﻣَﺜﺎﺑًﺮا َُﻋَل َ‬ ‫ﺴﺮ َُﻭَﺗﺮﻙ‪َُ،‬ﻭَﻟﻜﻦ ُإ َُذاَُﻛ َ‬ ‫ﻟﻤَلﻞ ُاُﺳﺘﺤ َ‬ ‫ﺎﻥ ُإ َُذاَُﻃﺮَقﻪ ُا َ‬ ‫ﺴ َ‬ ‫ﻟﺪﻋﻮَةُ َُﻭﻻَ َُﻳﻤﻞ‪َُ،‬ﻓﺈنُ ُاﻹﻧ َ‬ ‫َﻭﻟﻴﺼﺒﺮ َُﻋَلﻰُا َ‬
‫ﺎﻃًﺒﺎُ‬
‫ﺨ َ‬ ‫ﻟﺼﺎﺑﺮﻳﻦُﻣﻦ َُﻭﺟﻪ‪َُ،‬ﻭَﺗﻜﻮﻥَ َُﻟﻪ ُاَﻟعﺎقَﺒﺔ ُﻣﻦ َُﻭﺟٍﻪ ُﺁﺧٍﺮ‪َُ،‬ﻭاﺳَﺘﻤﻊ ُﺇَﻟﻰُقﻮﻝُاﻟلﻪُﻋﺰُﻭﺟﻞُﻣ َ‬ ‫َﻓﺈَﻧﻪ َُﻳَﻨﺎﻝ ُُأَﺟﺮ ُا َ‬
‫ﻚ ُﻣﻦ َُقﺒٍﻞ َُﻫَﺬا َُﻓﺎﺻﺒﺮ ُﺇ َﻥ ُاﻟعَﻘَﺒَﺔُ‬ ‫ﻬﺂُﺃﻧﺖَ َُﻭﻻَ َُقﻮﻣ َ‬ ‫ﻚ َُﻣﺎ ُﻛﻨﺖَ َُﺗعلَﻤ َ‬ ‫ﻚ ُﻣﻦ َُﺃﻧﺒﺂءُ ُاَﻟﻐﻴب ُﻧﻮحﻴَﻬﺂُﺇَﻟﻴ َ‬ ‫ﻧﺒﻴﻪ‪{ُ :‬ﺗل َ‬
‫ﻟلﻤَﺘﻘﻴﻦ}ُ ُ‬
‫اﻟﺰاﺩُاﻟﺜﺎﻟث‪ُ:‬اﻟﺤﻜَﻤﺔَُﻓَﻴﺪﻋﻮُﺇَﻟﻰُاﻟلﻪُﺑﺎﻟﺤﻜﻤَﺔ‪ُ ،‬‬
‫ﺿﻊ ُﻓيُ‬ ‫ﻭﺗَﻮ َ‬‫ﻟﻬﺎَ ُ َ‬ ‫ﺿ َُﻊُُﻛُﻞُ ُ َُشﻴُ ٍُئ ُفُ َُ‬
‫ُﻣ ُﻮﺿُعُﻪُ‪َُ،‬ﺑأﻥ َُﺗَﻨَﺰﻝ ُاألﻣﻮَُر َُﻣَﻨﺎﺯ َ‬ ‫وو َُ‬
‫ﺻ ُﺎﺑَﺔُ ُفُ ُا ُﻻَقَُُﻮالُ ُوا ُﻻَﻓُ َُعﺎلُ ُ َُ‬
‫ﺇﻥُاﻟﺤﻜﻤﺔ‪ُ:‬اﻹُ َُ‬
‫ﺎسُ‬
‫اُقﺎلُﻋليُﺑﻦُايبُﻃﺎﻟب‪ُ:‬حﺪُثُﻮاُاﻟﻨُ َُ‬
‫َُ‬ ‫مُولََُﺬ‬
‫ﻼقُﻬُ ُ‬
‫َﻣَﻮاﺿعَﻬﺎ‪ُ،‬ثُُُﺗَﺪُﻋُُﻮﻫُمُُ َُﻋُلَﻰُُقَﺪُرُُﻋُﻘُ ُﻮلُمَُُُوُاَﻓُ َُﻬﺎﻣُﻬُمُُ َُوﻃُُﺒَ ُﺎئَعُﻬُمُُوُاَﺧُ َُ‬
‫ّيُرﺳﻮلُهللاُﺻلﻰُهللاُﻋلﻴﻪُوﺳلمُذﻟﻚُﻟُلﺪُ َُﻋﺎةُُاىلُهللاُﻓﻘﺎلُلُ َُعﺎذُﺑﻦُﺟﺒﻞُ‬ ‫بُهللاُ‪ُ.‬وقﺪُُُﺑَ َُ‬ ‫ُبَﺎُﻳَُعُُﺮﻓُ ُﻮ َُن‪ُ,‬اتُﺒُ ُﻮ َُنُُاَنُُﻳُ َُﻜﺬُ َُ‬
‫ﻛﺘﺎب"ُ‪...‬الﺪﻳثُ ُ‬ ‫ﻚُأتيتُقﻮﻣﺎُاﻫﻞُُُ ٍُ‬
‫ًُ‬ ‫ﺎُوﻣُ َُعلُ ًُﻤﺎُوُقَﺎﺿُُﻴًﺎ‪"ُ-‬اﻧُ‬‫ُاﻟﻴَﻤُﻦُ– َُداﻋُُﻴً َُ‬‫اىل ُ‬ ‫حُﻴُُﻨَ َُﻤﺎُﺑَُ َُعُﺜَﻪُُ َُ‬
‫فُﻳُ َُﻘﺪُمُُ َُﻋُلَﻴُﻬُمُُ َُحتُُﻳعﺮفُُ َُحﺎلُمُُوﻳُ َُﻘﺪُ َُمُ َُلمُُ َُﻣﺎُ‬
‫ﻓﺒّيُرﺳﻮلُهللاُﺻلﻰُهللاُﻋلﻴﻪُوﺳلمُﻟُﻤُ َُعﺎذُُ َُﻋﻘُﻴُ َُﺪةُُاﻟ َُﻘ ُﻮمُُاﻟُﺬُﻳُ َُﻦُ َُﺳ ُﻮ َُ‬
‫تﻨَﻘلﺒﻮاَُﻋﻦُحََﺎﻟﻬمُُاَﻟﺘيُﻫمُ َﻋلَﻴ َﻬﺎ‬ ‫ﺠﻞَُﻭﺗﺮﻳَﺪُﻣﻦَُاَﻟﻨﺎﺱُُأَﻥُ َُ‬ ‫ﺃﻥُﺗَﺘعَ َ‬‫ﺲُﻣﻦَُاﻟﺤﻜَﻤﺔُ َ‬ ‫ﺎُﻳَﺼُلُ َُحُُاَحَُُﻮالُمُ‪َُ.‬ﻟﻴ َ‬
‫ﻳُُﻨَﺎﺳُﺒَُﻬُمُُ َُوَُﻣ ُ‬
‫ﺨلﻖُالُ َُعلُ َُمُﺑﺎ ُألَﺧﻼَﻕُاﻟﻔَﺎﺿَلﺔ ُ‬ ‫اﻟﺰاﺩُاﻟﺮاﺑﻊ‪ُُ:‬أَﻥَُﻳَﺘ َ‬
ُ‫ﻟﺪاﻋَﻴﺔ‬
َ ‫َُﻭﻓيُﺟَﻤﻴﻊ ُﻣﺴلَﻜﻪ َُحَﺘﻰُﻳﻤَﺜﻞ َُﺩﻭﺭ ُا‬،‫يُﻫﻴَﺌﺘﻪ‬
َ ‫َُﻭﻓ‬،‫ﺎﺩﺗﻪ‬ َ ‫َُﻭﻓيُﻋَﺒ‬،‫ﺤﻴث َُﻳظَﻬﺮ ُﻋََلﻴﻪ ُُأََثﺮ ُاﻟعلم ُﻓيُﻣعَﺘﻘﺪَﻩ‬
َ‫ﺑ‬
.‫ﺎُقلﻴًﻞ‬
َ َ‫ﺎحﻬ‬
َ ‫ﺠ‬َ ‫ﺎُﻧ‬
َ ‫ﻑُﺗﻔشﻞُﻭَﺇﻥُﻧﺠﺤَﺖَُﻓﺈَﻧَﻤ‬ َ ‫ُﺃَ َﻣﺎُﺃَﻥَُﻳﻜﻮﻥََُﻋَلﻰُاَﻟعﻜﺲُﻣﻦَُﺫﻟﻚََُﻓﺈنَُُﺩﻋَﻮَﺗﻪُﺳَﻮ‬،‫ﺇَﻟﻰُاﻟلﻪ‬
ُ‫ﻰُﺗﻜﻮﻥَ َُﺩﻋَﻮَﺗﻪ‬
َ ‫ﻼﻕ َُﻭﺳلﻮﻙ َُحَﺘ‬ َ ‫ﻼﺕ َُﺃﻭ َُﺃﺧ‬َ ‫ﺎﺩاﺕ ُﺃَﻭ ُﻣعََﺎﻣ‬ َ ‫ﺨلﻘًﺎُﺑَﻤﺎُﻳَﺪﻋﻮ ُﺇَﻟﻴﻪ ُﻣﻦ ُﻋَﺒ‬ َ ‫ﻟﺪاﻋَﻴﺔ ُﺃَﻥ َُﻳﻜﻮﻥَ ُﻣَﺘ‬
َ ‫َﻓَعَلﻰُا‬
.‫َﻣﻘﺒﻮَﻟﺔُﻭََحَﺘﻰُﻻََُﻳﻜﻮﻥَُﻣﻦَُﺃ َﻭﻝَُﻣﻦَُﺗﺴعﺮُﺑﻬمُا َﻟﻨﺎﺭ‬
ُ ،‫َُﺃﻥَُﻳﻜﻮَﻥَُقلبُالُ َُعلُمُُﻣﻨشَﺮًحﺎُﻟَﻤﻦَُﺧﺎﻟَﻔﻪ‬:ُ‫اﻟﺰاﺩُاﻟﺨﺎﻣﺲ‬
ُ‫َُﻭُأَﻥ ُﻻَ ُﻳﺠَعﻞ ُﻣﻦ‬،ُ ‫ﻟﺪﻟﻴﻞ ُﻋﻨﺪَﻩ‬
َ ‫ﺴﻦ ُاﻟﻨَﻴﺔ َُﻭُأََﻧﻪ َُﻟم ُﻳﺨَﺎﻟَﻔﻪ ُاُ َﻻ ُﺑﻤﻘَﺘﻀﻰ ُقَﻴﺎﻡ ُا‬
َ ‫ﻱُﺧﺎﻟَﻔﻪ َُح‬
َ ‫َﻻﺳَﻴَﻤﺎُﺇَﺫاُﻋلم ُأَنُ ُاَﻟﺬ‬
ُ‫ﺼﺮ َُﻋَلﻰ‬َ ‫ﻟﺤﻖ َُﻭَﻟﻜﻦ ُﻳ‬ َ ‫ﺤﻴث ُﻳَﺒﻴﻦ َُﻟﻪ ُا‬ َ ‫ ُاﻟلﻬمُﺇَﻻ َُﺭﺟﻞ ُﺧَﺎﻟﻒ ُﻣَعﺎﻧًَﺪا ُﺑ‬،ُ‫ﺎﺭا ُﻟلعََﺪاَﻭﺓ َُﻭاَﻟﺒﻐﻀَﺎء‬ ً ‫ﻼﻑ ُﻣَﺜ‬ َ ‫ﻟﺨ‬
َ ‫َﻫَﺬا ُا‬
ُ‫َُﻭَﺗﺤﺬﻳﺮ ُاَﻟﻨﺎﺱَ ُﻣﻨﻪ؛ُ ُألََﻧﻪ ُﺗَﺒﻴﻦ َُﻋَﺪاَﻭﺗﻪ‬،‫ﺎُﻳﺴَﺘﺤﻖ ُﺃَﻥ ُﻳَعﺎﻣَﻞ ُﺑﻪ ُﻣَﻦ ُاَﻟﺘﻨﻔﻴﺮ َُﻋﻨﻪ‬
َ ‫ﺠب َُﺃﻥ ُﻳَعﺎﻣَﻞ ُﺑَﻤ‬ َ ‫ﺎﻃلﻪ َُﻓﺈﻥ ُﻫََﺬاُﻳ‬
َ ‫َﺑ‬
.‫َحﻴثَُﺑﻴَﻦُﻟَﻪُاﻟﺤَﻖَُﻓَل َمُﻳﻤَﺘَﺜﻞ‬

B. TERJEMAHAN
Peningkatan Seorang Guru

Peningkatan pertama: bahwa guru itu berpengetahuan luas

Dan bekal pertama yang dimiliki guru adalah ia memiliki ilmu yang bersumber dari Kitab Allah
SWT, dan dari Sunnah Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam yang benar dan diterima. jika
dia bodoh, maka dia akan sesat dan menyesatkan jadilah dan mencari perlindungan kepada
Allah

Allah SWT berfirman: “Aku mengajak (kamu) kepada Allah dengan wawasan (QS. Yusuf [12]
18) : karena dia harus memanggil Tuhan dengan wawasan, bukan karena ketidaktahuan

Berwawasan dalam tiga hal: Yang pertama: Dia memiliki wawasan tentang apa yang dia
serukan, bahwa dia mengetahui aturan syariat, karena dia mungkin menyeru, dan terhadap
sesuatu yang menurutnya wajib dan tidak wajib dalam hukum Allah Agama Tuhan tidak
dilarang, jadi dilarang bagi hamba-hamba Tuhan apa yang telah dihalalkan Tuhan bagi mereka.
Yang kedua: Berwawasan dalam hal panggilan, dan untuk alasan ini, ketika Rasulullah, semoga
doa dan damai Allah besertanya, mengirim Muadh ke Yaman, dia berkata kepadanya: Anda
akan datang ke ahli Kitab Ahli Kitab. Perbaikilah keadaan mereka. Yang ketiga: Dengan
wawasan tentang cara memanggil, Yang Maha tinggi berkata: Ajaklah ke jalan Tuhanmu
dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
benar.
Peningkatan kedua: bahwa guru harus sabar dengan panggilannya, sabar dengan apa yang dia
serukan, sabar dengan apa yang dia tolak.

Dan bersabarlah dengan ajakan itu, dan jangan bosan, karena jika seseorang lelah dengan
caranya, dia akan menyesal dan pergi, tetapi jika dia gigih dalam panggilannya, maka dia akan
menerima pahala orang-orang yang sabar dalam satu cara, dan dia akan memiliki konsekuensi
dengan cara lain, dan mendengarkan kata-kata Tuhan Yang Maha Esa Menyapa Nabi-Nya:
{Ini adalah di antara berita-berita ghaib yang Kami turunkan kepadamu. Kamu dan orang-
orangmu tidak mengetahuinya sebelumnya, jadi bersabarlah. Sesungguhnya rintangan itu
untuk orang yang bertakwa.}

Peningkatan ketiga: Kebijaksanaan, jadi dia memanggil Tuhan dengan kebijaksanaan.

Kebijaksanaan adalah kebenaran dalam perkataan dan perbuatan, dan menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya yang semestinya, bahwa segala sesuatu harus diturunkan ke tempatnya
yang semestinya dan ditempatkan pada tempatnya yang semestinya. Inilah alasan Ali bin Abi
Thalib berkata: Berbicaralah kepada orang-orangDengan apa yang mereka ketahui, apakah
Anda ingin Tuhan ditolak? Dan Utusan Tuhan, semoga doa dan damai Tuhan besertanya,
menjelaskan hal ini kepada para pemanggil kepada Tuhan, dan dia berkata kepada Muadh bin
Jabal ketika dia mengirimnya ke Yaman - seorang pengkhotbah, guru dan hakim - “Kamu akan
datang kepada Ahli Kitab”... Hadits

Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan kepada Mu'adz keimanan orang-
orang yang akan dia datangi sehingga dia mengetahui kondisi mereka dan menawarkan kepada
mereka apa yang cocok untuk mereka dan apa yang benar, kondisi mereka. Tidak bijaksana
untuk tergesa-gesa dan ingin orang berpaling dari keadaan mereka saat ini.

Peningkatan keempat: bahwa guru berprilaku moral yang bijak

Sehingga pengaruh ilmu tampak pada dirinya dalam keimanannya, dalam ibadahnya, dalam
penampilannya, dan dalam segala tingkah lakunya hingga ia berperan sebagai penyeru kepada
Allah. .

Sehingga efek ilmunya tampak pada dirinya dalam keyakinannya, dalam ibadahnya, dalam
penampilannya, dan dalam segala tingkah lakunya hingga ia merepresentasikan peran penyeru
kepada Allah, namun jika sebaliknya, maka panggilannya akan gagal, dan jika saya berhasil,
itu hanya suksessedikit Jadi pemanggil harus konsisten dengan apa yang dia serukan tentang
ibadah, urusan, akhlak dan perilaku sehingga undangannya diterima, dan dia tidak akan
termasuk yang pertama akan dimasukkan oleh api neraka.

Kelima: Agar hati guru terbuka bagi mereka yang menentangnya. Apalagi jika dia mengetahui
bahwa orang yang berselisih dengannya itu beritikad baik dan bahwa dia tidak membantahnya
kecuali menurut dalil-dalil yang dia miliki, dan bahwa dia tidak menjadikan perselisihan itu
sebagai sumber permusuhan dan kebencian. ditangani sebagaimana layaknya untuk ditangani,
dari berpaling darinya, dan memperingatkan orang-orang untuk menentangnya; Karena
permusuhannya terbukti ketika kebenaran dijelaskan kepadanya, tetapi dia tidak mematuhinya.

C. KOSA KATA

KOSA KATA TERJEMAH KOSA KATA TERJEMAH

ٍ‫ُُﺴَﺘﻤﺪ‬ Berasal dari ‫َﺟﻤﻴﻊُﻣ‬ Semua

‫ﺿَﺮرَُﻫﺎ‬ Kerugiannya ‫َﺗﺴعﺮ‬ Harga

‫َُُﺻُ َُيُة‬ Alasan ‫ﺗﻔشﻞ‬ Penjelasan

‫ُمَُﺮًُﻣﺎ‬ terlarang ُ‫ﺎﻃلﻪ‬


َ ‫َﺑ‬ Ruang kosong

‫َحَﺎﻟﻬم‬ Apakah mereka ‫َﻻﺳَﻴَﻤﺎ‬ Khususnya

‫َﺗَﻨَﺰﻝ‬ Turun ‫قَُ ُﻮًُﻣﺎ‬ Kaum

ُ‫ف‬
َ ‫َُﺳ ُﻮ‬ akan ‫ﺠب‬
َ‫ﻳ‬ suka

D. ANALISIS

Sebagai seorang Muslim, kita diwajibkan untuk menuntut ilmu dari mulai lahir sampai ajal
menjemput kita. Ketika kita lahir, ayah kita melafalkan azan dan iqamat agar kita mendengar
dan belajar tentang kalimat tauhid. Ketika kita sekarat, ulama atau orang di sekitar kita juga
menuntun kita mengucapkan kalimat tauhid lagi supaya meresap ke dalam ruh kita setelah
jasad kita mati. 1

Anak dalam pandangan Al-Qur'an bisa menjadi investasi, kadang menjadi hiasan, bahkan
fitnah, dan tidak sedikit yang justru menjadi musuh bagi orang tua. Semua orang tua berharap
anak bisa menjadi investasi. Namun tidak semua keinginan orang tua bisa terwujud, hal ini
disebabkan pengaruh lingkungan yang cukup besar. Pengaruh itu bisa terjadi di dalam
lingkungan rumah, masyarakat, dan juga bisa di sekolah. Ketika anak berada di lingkungan
rumah, maka segala tanggung jawab berada pada diri orang tua. Perilaku orang tua akan
menjadi teladan bagi anak.

Belajar itu Tidak ada matinya! Begitulah bahasa kehidupan mengistilahkan. Belajar ilmu
aqli maupun naqli sangat penting untuk dilakukan agar meningkatkan kualitas jasad dan ruh
kita. Belajar ilmu duniawi dan belajar ilmu ukhrawi itu sangat penting untuk dilakukan agar
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Allah Swt., telah berfirman:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Maha Mencipta. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu lah yang Maha Mulia. Tuhan yang
mengajar (manusia) dengan pena. Tuhan yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahui oleh manusia.” (QS. Al-Alaq: 1-5) 2

Surat Al-Alaq di atas adalah ayat yang diwahyukan Allah Swt. kepada Rasulullah saw.,
untuk pertama kalinya. Pada ayat pertama, Allah langsung memerintahkan Rasulullah untuk
membaca. Bukan hanya sekedar membaca saja, tetapi dengan bimbingan dari Allah melalu
menyebut Asma Allah. Berdasarkan firman Allah Swt., tersebut, dapat dipetik pelajaran bahwa
belajar itu harus melalui pembimbing. Keharusan Ini agar kita tidak keluar dari wilayah-
wilayah ilmu yang kita pelajari. Dengan demikian, ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat
bagi diri kita maupun orang lain.

Berbeda dengan manusia biasa, Rasulullah saw., mendapat bimbingan langsung dari Allah
Swt., melalui Malaikat Jibril. Sementara itu, kita sebagai manusia biasa, pembimbing dalam
belajar sering kita sebut sebagai “Guru”. Dalam ajaran Islam, seorang guru atau ulama harus

1
Assyabiya Ariffah, Smart Islamic Teacher, (Yogyakarta:Araska, 2020), h.106

2
Assyabiya Ariffah, Smart Islamic Teacher, (Yogyakarta:Araska, 2020), h.89
tahu ilmu yang disampaikan itu, “sanad”nya berasal dari Rasulullah saw. Dengan demikian,
keaslian atau kemurnian itu terjaga: berdasarkan wahyu Allah Swt., yang disampaikan kepada
Rasulullah saw.3

Rasulullah saw., telah bersabda:

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya.” (HR.
Bukhari)

Al-Quran adalah induk dari segala ilmu, sebagai kitab yang di dalamnya tidak ada
keraguan sedikitpun. Semua hal yang ada di dalamnya mengandung semua unsur tentang
kehidupan ini, berbagai macam pengetahuan pun ada. Di sinilah mengapa hubungan antara
Guru dan sanad itu harus terjaga sehingga apa yang diajarkan merupakan sebuah kebenaran.

Bagi orang autodidak, belajar tetap menggunakan pembimbing meskipun terkadang


wujud seorang guru itu tidak terlihat nyata. Semua tafsir atas ilmu yang dipelajari pada
akhirnya dikonsultasikan dengan orang yang lebih ahli. Orang yang lebih ahli inilah
pembimbing bagi orang yang autodidak.

Guru adalah orang yang mendapatkan peran penting bagi terjadinya transfer ilmu. Guru
adalah “perantara” dari pernyataan atau ilmu Allah Swt., sebagaimana diwahyukan kepada
Rasulullah saw. Oleh sebab itu, di dalam Islam, seorang guru mendapat penghormatan yang
jauh lebih tinggi daripada seseorang yang rajin ibadah.4

Rasulullah saw., juga telah bersabda:

“Barang siapa yang membimbing/mendidik orang kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya,
niscaya dia mendapatkan pahala sejumlah pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak akan
dikurangi sedikitpun dari pahala mereka itu, dan barang siapa yang mengajak/ membimbing
kepada kesesatan, niscaya ia mendapat dosa sejumlah dosa orang-orang yang mengikutinya,
dengan tidak dikurangi sedikit pun dari dosa mereka itu.” (HR. Muslim)

Seorang guru itu mentransfer ilmu Allah Swt. kepada murid (orang lain) sehingga ilmu
Allah Swt. tersebar di seluruh pelosok bumi. Sementara itu, ahli ibadah hanya mengelola
dirinya untuk mengabdi kepada Allah semata atau tidak “mengurusi” orang lain.

3
Assyabiya Ariffah, Smart Islamic Teacher, (Yogyakarta:Araska, 2020), h.90

4
Assyabiya Ariffah, Smart Islamic Teacher, (Yogyakarta:Araska, 2020), h.92
Guru membimbing orang lain untuk dapat membaca, mempelajari, memahami, kemudian
melakukan apa yang telah dipahaminya. Peran guru inilah yang membuat derajatnya lebih
tinggi dari orang lain. Selain ia memiliki ilmu yang tentu saja sudah ditinggikan derajatnya
oleh Allah Swt., guru juga memiliki tingkat sosial yang tinggi di tengah masyarakat manusia.5

Sebagai agen perubahan, guru selalu menyampaikan ilmu kepada anak-anak. Ilmu yang
disampaikan tentu sangat bermanfaat. Ilmu sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat.
Ilmu jauh lebih penting dibanding dengan harta. Banyak anak yang ditinggali atau diwarisi
harta oleh orang tua. Namun ketika tidak dibekali dengan ilmu yang cukup, maka harta itu bisa
menjadi petaka dan tidak mempunyai nilai manfaat. Sementara tidak sedikit anak yang
kondisinya pas-pasan, dengan ilmu bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Peran
guru dalam memberikan bekal kepada anak sangat dibutuhkan. 6

Dunia pendidikan selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman.


Perkembangan itu tidak harus menunggu Satu tahun, bulan, bahkan terkadang perubahan
terjadi dalam hitungan hari. Agar ilmu itu bermanfaat dan tidak ketinggalan zaman, guru
dituntut untuk selalu melakukan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Ada
banyak hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam peningkatan kualitas, antara lain melakukan
KKG, mengikuti seminar, mengikuti pelatihan atau work shop, dan lain-lain. Setelah
menguasai apa yang menjadi profesinya, maka guru bisa melakukan aktualisasi diri dalam
bentuk pendampingan ke anak, menulis artikel, menyusun modul, menerbitkan buku, menjadi
nara sumber dalam seminar, pelatihan, work shop, bahkan bisa juga melakukan talk show di
radio maupun di televisi. Semua itu bagian dari aktualisasi Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB).

Ilmu pengetahuan itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mampu meninggikan
derajat pemiliknya. Sahabat Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah yang sangat cerdas dan
berilmu tinggi. Setiap kali ada sahabat lain yang meminta fatwa, selalu diberi pencerahan yang
mampu mengubah perilaku lebih positif.

Suatu ketika ada sahabat dari kelompok kaum Khawarij hendak menguji kehebatan Ali
bin Abi Thalib dengan memberikan sepuluh pertanyaan yang sama. Ali bin Abi Tholib
memberikan jawaban yang berbeda-beda dan dapat memuaskan sahabat yang bertanya. Semua

5
Assyabiya Ariffah, Smart Islamic Teacher, (Yogyakarta:Araska, 2020), h.94

6
Najib Sulhan, Guru yang Berhati Guru, (Jakarta:Penerbit Zikrul Hakim,2016 ), h.50
jawaban menunjukkan bahwa betapa pentingnya ilmu. Bahkan kedudukan ilmu itu lebih mulia
dari harta. Orang yang berilmu ditinggikan derajatnya oleh Allah lebih dari orang yang
berharta. 7

Peran guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan begitu besar. Untuk itulah guru
tidak boleh puas dengan pengetahuan yang saat ini dimiliki. Guru harus mampu
mengembangkan terus pengetahuan yang selalu mengalami perkembangan. Dengan demikian,
pengetahuan guru akan terus memberikan pencerahan bagi isi bumi. Pada posisi ini, guru akan
berperan besar untuk membekali anak didik yang menjadi khalifah di muka bumi. 8

Ilmu yang diberikan oleh guru kepada anak menjadi bekal dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat. Untuk itu sebagai guru, tidak sekedar menanamkan ilmu pengetahuan umum,
tetapi nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan selalu diintegrasikan dalam proses pembelajaran.
Meskipun guru matematika, guru bahasa, guru IPA, dan lainnya, tetap menjadikan Al-Qur'an
sebagai inspirasi dalam proses pembelajaran. 9

Dalam Al-Qur'an, berbagai informasi pendidikan tersedia. Terkait dengan kurikulum


yang harus diperhatikan, prinsip belajar anak, dan model pembelajaran, semua sudah
diinformasikan oleh Allah. Tinggal bagaimana guru mampu melakukan tindakan ilmiah untuk
memaknai setiap informasi yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Sebuah kenikmatan jika apa
yang kita lakukan bisa dikembalikan pada konteks yang memiliki kebenaran hakiki. Ketika
guru sudah mampu mengaktualisasikan Al-Qur'an dalam proses pembelajaran, maka konsep
itu akan menjadi dasar bagi anak. Suatu saat jika anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi
anak-anak saleh-salehah, semua itu tidak akan bisa meninggalkan jasa guru. Tanpa diminta,
anak-anak akan selalu mengenang dengan doa-doa tulus. Bahkan mungkin saja suatu saat ada
seorang anak yang saat menjadi murid begitu menggoda, namun dengan kesabaran guru, siapa
tahu justru merekalah yang nanti akan memanggil-manggil guru dan menyelamatkan guru
untuk diajak ke surga Allah. Dari sinilah nikmat bisa diperoleh dari sebuah profesi menjadi
guru.

Dalam pendidikan Islam, untuk menjadi guru dibutuhkan persyaratan yang tidak
mudah. Menurut Munir Mursi untuk menjadi guru dibutuhkan persyaratan, diantaranya: (1)

7
Najib Sulhan, Guru yang Berhati Guru, (Jakarta:Penerbit Zikrul Hakim,2016 ), h.52
8
Najib Sulhan, Guru yang Berhati Guru, (Jakarta:Penerbit Zikrul Hakim,2016 ), h.51
9
Najib Sulhan, Guru yang Berhati Guru, (Jakarta:Penerbit Zikrul Hakim,2016 ), h.54
umur harus sudah dewasa, (2) harus sehat jasmani dan rohani, (3) harus menguasai bidang ilmu
yang diajarkan dan menguasai ilmu mendidik: dan (4) harus berkepribadian Muslim.?' Dan
guru harus juga memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang tinggi, sehingga
sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk, dan rahmat dari segala
ciptaan Tuhan. 10

Selain persyaratan tersebut, seorang yang menjadi guru juga harus memiliki sifat-sifat,
yang menurut al-Abrasyi meliputi: (1) zuhud: tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan
karena mencari keridhaan Allah, (2) bersih tubuhnya: tampilan lahiriahnya menyenangkan, (3)
bersih jiwanya, (4) tidak ria, karena ria akan menghilangkan keikhlasan, (5) tidak memendam
rasa dengki dan iri hati: (6) tidak menyenangi permusuhan, (7) ikhlas dalam melaksanakan
tugas, (8) sesuai antara perbuatan dan perkataan: (9) tidak malu mengakui ketidaktahuan, (10)
bijaksana, (11) tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar, (12) rendah hati/tidak
sombong: (13) lemah lembut, (14) sabar, tidak marah karena hal kecil: (15) berkepribadian,
(16) pemaaf, (17) tidak merasa rendah diri, dan (18) memahami karakter murid, mencakup
pembawaan, kebiasaan, perasaan, dan pemikiran.” 11

Zakiah Daradjat menuturkan Budi pekerti yang baik (akhlaqulkarimah) sangat penting
untuk dimiliki oleh seorang guru (pendidik). Sebab, semua sifat dan akhlak yang dimiliki
seorang guru akan senantiasa ditiru oleh anak didiknya. Yang dimaksud akhlak baik yang harus
dimiliki oleh guru dalam konteks pendidikan Islam ialah akhlak yang sesuai dengan tuntunan
agama Islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama Nabi Muhammad SAW dan para
utusan Allah yang lainnya. Diantara akhlak guru tersebut adalah: 1) Mencintai jabatannya
sebagai guru Tidak semua orang yang menjadi guru karena panggilan jiwa. Diantara mereka
ada yang menjadi guru karena dorongan ekonomi, dorongan teman atau orang tua, dan lainnya.
Dan bagaimanapun seorang guru harus mencintai profesinya. Karena dengan kecintaannya
tersebut seorang guru dapat menghayati serta tulus dalam menjalankan tugas sebagai guru. 2)
Bersikap adil kepada semua muridnya

Peserta didik sangat tajam pandangannya terhadap perlakuan yang tidak adil. Guru
kerapkali pilih kasih atau tidak adil kepada semua muridnya. Contohnya, lebih memperhatikan

10
Muhammad Munir Mursi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah Usuluha wa Tatawwuruha fi Bilad al-Arabiyah,(Qahirah:
'Alam al-Kutub, 1977), h.47

11
Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, (Depok:kencana, 2017), h.115
salah satu muridnya yang pintar dan membiarkan yang lainnya. Hal itu jelas tidak baik, oleh
karena itu seorang guru harus bersikap adil dalam kondisi apapun.

Zakiah Daradjat menuturkan Budi pekerti yang baik (akhlaqulkarimah) sangat penting untuk
dimiliki oleh seorang guru (pendidik). Sebab, semua sifat dan akhlak yang dimiliki seorang
guru akan senantiasa ditiru oleh anak didiknya. Yang dimaksud akhlak baik yang harus dimiliki
oleh guru dalam konteks pendidikan Islam ialah akhlak yang sesuai dengan tuntunan agama
Islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama Nabi Muhammad SAW dan para utusan
Allah yang lainnya. Diantara akhlak guru tersebut adalah:

1. Mencintai jabatannya sebagai guru


Tidak semua orang yang menjadi guru karena panggilan jiwa. Diantara mereka ada yang
menjadi guru karena dorongan ekonomi, dorongan teman atau orang tua, dan lainnya. Dan
bagaimanapun seorang guru harus mencintai profesinya. Karena dengan kecintaannya
tersebut seorang guru dapat menghayati serta tulus dalam menjalankan tugas sebagai guru.
2. Bersikap adil kepada semua muridnya
Peserta didik sangat tajam pandangannya terhadap perlakuan yang tidak adil. Guru
kerapkali pilih kasih atau tidak adil kepada semua muridnya. Contohnya, lebih
memperhatikan salah satu muridnya yang pintar dan membiarkan yang lainnya. Hal itu
jelas tidak baik, oleh karena itu seorang guru harus bersikap adil dalam kondisi apapun.
3. Berlaku sabar dan tenang Di sekolah guru kerapkali merasakan kekecewaan karena murid
kurang mengerti apa yang diajarkannya serta menemui beberapa masalah dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus bersikap tabah, sabar sambil mengkaji
masalahnya dengan tenang.
4. Guru harus berwibawa
Anak anak ribut dan berbuat sekehendaknya, lalu guru merasa jengkel, dan meluapkan
emosinya dengan marah bahkan memukul anak didik. Guru semacam ini adalah gambaran
guru yang tidak berwibawa. Sebaliknya, guru yang berwibawa ialah guru yang mampu
menguasai anak didiknya dalam keadaan apapun dengan cara yang baik. Inilah guru yang
berwibawa.
5. Guru harus Gembira
Guru yang gembira biasanya tidak lekas kecewa kepada anak didiknya yang sulit
menerima materi yang diajarkan. Ia mengerti bahwa anak didiknya tidak bodoh, akan
tetapi belum tahu. Dengan gembira, seorang guru harus menerangkan pelajaran sampai
anak didiknya memahami materinya.12
6. Guru harus bersifat manusiawi
Guru adalah manusia yang tak lepas dari kekurangan dan cacat. Guru bukan manusia
sempurna. Oleh karena itu, guru harus bisa mengetahui kekurangannya serta mampu
memperbaikinya. Dengan demikia, guru bisa memahami sifat anak didiknya yang juga tak
terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, guru harus bisa memperlakukan anak didiknya
dengan adil dan manusiawi. Meskipun dengan memberi hukuman, tetapi yang terpenting
adalah hukuman itu tidak sampai melanggar norma pendidikan yang berlaku.
7. Bekerja sama dengan guru lain
Bekerja sama dengan guru lain Pertalian dan kerja sama yang erat antara guru-guru lebih
berharga daripada fasilitas penunjang pendidikan yang memadai. Sebab apabila guru
saling bertentangan, anak didik akan merasa bingung dengan keadaan tersebut. Oleh
karena itu, peran guru dalam menjaga keharmonisan terhadap guru yang lain serta kepada
semua jajaran yang ada di sekolah sangatlah penting untuk tetap dijaga kebaikannya.
8. Bekerja sama dengan masyarakat Guru harus mempunyai pandangan yang luas. Ia harus
bergaul dengan segala masyarakat dan secara aktif berperan serta dalam masyarakat
supaya sekolah menjadi dikenal baik dan tidak di kucilkan oleh masyarakat.13

Menurut Athiyah Al Abrasyi seorang pendidik Islam itu harus memiliki sifat sifat tertentu agar
ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Adapu sifat sifat itu ialah sebagai berikut:

1. Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridlaan
Allah semata.
2. Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa besar, sifat riya', dengki, permusuhan,
perselisihan dan sifat tercela lainnya.
3. Ikhlas dalam kepercayaan, keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaannya
merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya di dalam tugas dan sukses murid muridnya.
4. Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap murid, ia sanggup menahan diri, menahan
kemarahan, lapang hati, sabar.

12
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sifat+sifat+pendidik+islami&oq=. Diakses
tanggal 10 Mei 2023
13
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sifat+sifat+pendidik+islami&oq=. Diakses
tanggal 10 Mei 2023
5. Seorang guru harus mencintai murid muridnya seperti cintanya kepada anak anaknya
sendiri, dan memikirkan keadaan mereka seperti memikirkan anak anaknya sendiri.
6. Seorang guru harus mempunyai tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran
murid muridnya agar ia tidak keliru dalam mendidik muridnya.
7. Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya, serta
memperdalam pengetahuannya, tentang itu sehingga mata pelajaran itu tidak akan bersifat
dangkal.”14

14

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sifat+sifat+pendidik+islami&oq=#d=gs_qabs&t=
1684307627025&u=%23p%3Dds0C66KUfS4J. Diakses tanggal 10 Mei 2023
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan

guru menyampaikan ilmu kepada anak-anak. Ilmu yang disampaikan tentu sangat
bermanfaat. Ilmu sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Ilmu jauh lebih penting
dibanding dengan harta. Banyak anak yang ditinggali atau diwarisi harta oleh orang tua. Namun
ketika tidak dibekali dengan ilmu yang cukup, maka harta itu bisa menjadi petaka dan tidak
mempunyai nilai manfaat. Sementara tidak sedikit anak yang kondisinya pas-pasan, dengan
ilmu bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Peran guru dalam memberikan bekal
kepada anak sangat dibutuhkan

Budi pekerti yang baik (akhlaqulkarimah) sangat penting untuk dimiliki oleh seorang guru
(pendidik). Sebab, semua sifat dan akhlak yang dimiliki seorang guru akan senantiasa ditiru
oleh anak didiknya. Yang dimaksud akhlak baik yang harus dimiliki oleh guru dalam konteks
pendidikan Islam ialah akhlak yang sesuai dengan tuntunan agama Islam, seperti yang
dicontohkan oleh pendidik utama Nabi Muhammad SAW dan para utusan Allah yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ariffah Assyabiya 2020. Smart Islamic Teacher. Yogyakarta:Araska.


https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sifat+sifat+pendidik+islami&o
q=. Diakses tanggal 10 Mei 2023
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sifat+sifat+pendidik+islami&o
q=#d=gs_qabs&t=1684307627025&u=%23p%3Dds0C66KUfS4J. Diakses tanggal 10 Mei
2023
Junaedi Mahfud 2017, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam. Depok:kencana.
Mursi, Muhammad Munir 1997. Al-Tarbiyah al-Islamiyah Usuluha wa Tatawwuruha fi Bilad
al-Arabiyah. Qahirah: 'Alam al-Kutub
Sulhan Najib 2016. Guru yang Berhati Guru. Jakarta:Penerbit Zikrul Hakim.

Anda mungkin juga menyukai