Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEMPORER

KELOMPOK MODEL PEMBELAJARAN

SISTEM PERILAKU
(THE BEHAVIOURAL SYSTEMS FAMILY)

Dosen : Dr. Imam Mawardi, M.Ag

Disusun oleh :

Zaki Rakhmawan (21.0406.0012)


Slamet Suwarno (20.0406.0023)
Nur Budi Handayani (21.0406.0013)
Achmad Anugrah Faisal (20.0406.0022)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2022

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 1


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah Azza wa Jalla berfirman dalam al-Qur’an :

َ َ َْْ ‫َْ و‬ ُ َ َ َ َ َ َ َ َْ َ ُ ُ ُ ْ ْ ُ َ َ ْ َ ُ‫َ ه‬


َّ ‫ن ُبط ْو ِّن اَّم ٰه ِّتك ْم لا تعل ُم ْون شَ َََْْوََّّوَعل ُك ُم امََّْ ْم ََ َوالا ْبََ ََا َوالاف ََََة‬
ْۢ ‫واّٰلل اخرجكم ِّم‬
َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ
‫معلكم تشكرون‬

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.
(QS. An-Nahl: 78)

Dalam tafsir al-Muyassar dijelaskan:

‫َ ُا ُتد َر ىُ ُة ََُُّ َه َاُ ُ ُ ُُُ َ ُِمهَ َح َُّلَ ُن ُ د‬،‫ا‬


ُ ُ‫َّه َُهط َمَىُ ُن ُ َُ َُ َة ُطةهم‬ُ ُُ ‫َُْم ُن ُطو‬
ُ ُ ُ َ َ ُ َ ‫َواَ هَّللُ ُس ُ ُ ُُه َ َتََُ َوىَُ ََ ََر‬
ُُ
َ ُُ‫ا ُ ُ ُ ُْ َوالُ َُّ َُّ ُ لَ ََُه ُن ُ ىَ ُش ُ ُ ُ ُن ُْو َه هَّلل ىَُ ََ ََر َََُِ ى‬ ُ ُ ُُ ‫ومَت لَ ُن وس ُ ُ َُإُت‬
َ َ‫اا ُ َا ط َو ال هس ُ ُ ُ ُا ُْ َوالُه‬ َ َ َ ُ َ ََ َ
.ُ‫النُ ََ ُ د َوىُُ ُف ُُْوتََُ َِهز َو َم هت ُِبلَُُهََ َم‬
Dan Allah telah mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu-ibu kalian sesudah masa
kehamilan sedang kalian tidak mengetahui apapun yang ada di sekitar kalian, kemudia Allah
menjadikan bagi kalian sarana-sarana pengetahuan berupa pendengeran, penglihatan, dan
hati. Mudah-mudahan kalian beryukur kepada Allah , atas nikmat-nikmat tersebut. Dan
mengesakan Allah dengan ibadah.1

Ini menunjukkan tentang sistem pembelajaran yang terdapat pada diri seorang manusia
dimulai dari keluar dari seorang Ibu, dimana seorang ibu dan bapak yang akan banyak
memberikan bimbingan kepada sang anak melalui pendengaran, penglihatan dan hati
nuraninya.

Begitu pula firman Allah Ta’ala:

ً ْ َ ًْ َ ْ ُْ ُ َ َْ َ ‫ه‬ ُ ََّ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ً ٰ ً َّ ُ ْ ْ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ
‫وليخش ال ِّذين مو تركوا ِّمن خل ِّف ِّهم ذ ِّاية ِّضعفَ خَفوا علْ ِّهمْۖ فليتقوا اّٰلل ومْقوموا قولا س ِّةيةا‬

1
‘‫ الباحث القرآني‬78 : ‫ | سورة النحل‬16:78 | ‫< ’الميسر‬https://tafsir.app/muyassar/16/78> [accessed 20 October
2022].

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 2


Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (QS. An-Nisaa: 9)

Dalam kitab Tafsir al-Muyassar dijelaskan:

‫يو لَ َُّ َطَىَُّا َوىََََُُّْا ُط ُو َُُ ُف ُم ُ َُُنََء ُصُ ُ ُ ََ ا ًُُ ُ ُ َََعَ ََُعَُّا ََُُِ ُم ُ الَّيُ َ َوال ه ُ ُ ََُ َد‬ ُ‫ُ ُ ه‬
َ ‫َولُُخف الذ‬
‫َ َيُُ ُةي ُم ُ ُط ُو الَُُاَُ ََطَ َو َر ُُُيُْ ُ د َوَِلُُ َ ُُْ ُف َُ َ َُط ََّاُُْ ُ د َو ُح ُسُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُو ىَُ َُُْاُ ُم ُ د‬ ُ ‫عَُ ُُياقُهَّا ه‬
َ ُُ‫اَّللَ ع َا ُو ََت‬ ُ َُ
.‫وف‬ ُ َْ‫و عُ ُْ ُاْلََِى ُِنُم د ولُ ُ ََُّّلَُّا َْ قََُّر طَّاعََُّ لَُُ ُة ُل والُا‬
ُُ َ َ َ َ ُ ُ ُُ ََ ُُ َ ََ
Dan hendaklah takut orang-orang yang seandainya meninggal dan meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang masih kecil-kecil atau lemah, yang mereka takutkan
mengalami kezhaliman atau tak terurus, maka hendaknya mereka selalu merasa diawasi
oleh Allah dalam memperlakukan orang yang berada di bawah tanggungannya dari anak-
anak yatim dan anak-anak lainnya, yaitu dengan cara menjaga harta benda mereka,
mendidik mereka dengan baik, dan menyingkirkan segala gangguan dari mereka dan
hendaklah berkata kepada mereka dengan ucapan yang sejalan dengan semangat keadilan
dan yang baik-baik.2

Begitu pula hadits Nabi ‫ﷺ‬:

ُ َُ َ ‫دط ُْوا َُور‬ ُ ‫اَّلل و‬


ُ‫َّل ه‬
ُ ُ ُ ُ‫قَل َ ُس‬ َ ‫ند َِ ُو َُ َُد َِ ُو َم ُةلُد‬
َ ‫قَل‬ ْ ََُ ُ ُ ُ‫َِ ُو َِ ُا ُْو ُ ُو ُا‬
ُ ُ ‫وْ ُ َ ُنَء َِ ُشُ ُ ُْ وعَُ ُْقَُّا َُُُنَُ ُم‬ ُ ‫وْ ُ َ ُنَءُ َسُ ُ ُُه ُْ ُسُ ُ ُنُ َ د وا‬ ُ ‫ُِبل ه‬
ُ ُ ‫َّْ ُ ََُُِمَد‬ ُ ُُْ ُ ُ ًُ ُ ‫اُ ُ ُُم‬
ُ ‫امل‬
ُْ ‫َم‬
َ
Dari Amru bin Syu'aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur
tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila
tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya." (HR. Abu Dawud
no. 4953, shohih, lihat Irwaul Gholil no. 2984).

Penjelasan tentang hadits diatas adalah:

2
‘‫ الباحث القرآني‬9 :‫ | سورة النساء‬4:9 | ‫< ’الميسر‬https://tafsir.app/muyassar/4/9> [accessed 20 October 2022].
3
‘495 ‫< ’سنن أبي داود | تراث رقم الحديث‬https://app.turath.io/book/1726?hadith=495> [accessed 20 October
2022].
4
‘‫< ’إرواء الغليل في تخريج أحاديث منار السبيل | تراث‬https://app.turath.io/book/22592?hadith=298> [accessed 20
October 2022].

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 3


‫ياَُه َامَ اْلور ُ ِبلاهة ي ُج والاهس ُ ُ ُُُ ُس ُ ُ ُ ُت حة ىنَّ َه َس ُ ُ ُ ُمُ ُِ م د‬ ُ ُْ ُ ُ ‫ا‬
َ ‫اإْ الةي ُو يَُُنه ت َ ُه‬
ُ
‫َُ ُومَُّم َُ ُِ م عَُُلُفُ ُُت يَُّلَُ ُة ر يَُ َُ َُّ ُ ُت اُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ َُد ُه‬ُ ُ‫ويُه ُ َةَُ طَم ىََُ ُامَُُ قَُه ُت وق‬
َُ َ ُُ
.‫ص الَّالُ َةي ُو‬ ‫يو وَُ ه‬
َ ُْ‫اآل‬
َ ‫و‬َ
ُ ُ‫ي ُناَ ُسن طََ ُعََ ُطو املُحَّ ُ والاهَُي‬
‫ط‬ َ ُ َ ُ َ
Syariat agama harus diajarkan kepada anak-anak secara bertahap dan berkesinambungan
sehingga mudah kepada mereka untuk memahaminya, dan dimulai pengajarannya keapda
mereka sebelum waktu diwajibkannya bagi mereka. Seorang anak dilahirkan tidak ada akal
sedikitpun kemudian dan kemudian memperoleh pengetahuannya dengan mengamati dan
belajar dari orang lain, terutama orang tua.

Dan ini adalah proses pembelajaran – belajar menguasai atau mastery learning. Sebelum
diwajibkan anak sudah dilatih untuk mendalami dan membiasakan melakukan apa yang
kelak menjadi kewajiban asasinya yaitu sholat.

‫اطُُهَّا‬: ‫ ُمروا أوال َدكم ابلص َّ َّوهم وَم أَُ سَُ َع َّ َّي م مع َّ َّ َ »د َي‬: «‫هيب و‬
‫ََّّل الن ي‬
ُ َ‫ةيث ي‬ ُ ،‫و ْذا ا‬
َ
ُ َِ
‫الَّْده‬ ُ َُ ‫اُُمُد وىََُيُ َ فهاُمَ ود ُامَد وطَ يَ ُسُاةِ َ َِلُ ُط ُو ُح ُف‬ ‫ووُممَّا ْ اْل َُطَْ ِبل ه‬
َ ‫طُنم‬
ُ
. ُ‫هجَوُز والاهَُي‬ ْ َّ‫ُس ُو سه ُْ سن‬
ُ ‫اتد وْذا ُس يو ال هس‬ ُ
ُ ‫اَح والا‬ َ َُ ْ‫النْمي و‬
Dalam hadits ini Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: perintahlah anak-anak kalian untuk sholat sedangkan
umur mereka 7 tahun.” Yaitu Mintalah kepada anak-anak dan arahkan mereka untuk shalat,
dan pelajari adab dan tata kramanya, dan apa yang diperlukan untuk menghafal sebagian
dari Al-Qur'an yang Mulia ketika mereka berusia tujuh tahun, dan ini adalah usia tujuh
tahun, dan ini adalah usia toleransi, kelonggaran dan pembelajaran. (HR. Abu Dawud no.
495, shohih lihat di Irwaul Gholil no. 298)

Maka disinipun ada rangkaian dari model sistem perilaku the behavioural systems family
yaitu direct instruction – instruksi langsung. Karena disitu ada perintah langsung kepada
anak untuk melakukan sholat.

َ َُ ‫اُُمُ الهَ ََّ هت‬‫الُ ُف ُت َِ ُشَُْ ُسُن َ َُلُ ُزَ ِبل ه‬


ُ ‫إِا َُُ َغ‬: ‫واضَّ مرُهَم ليهاس وَم أَُ سَ َلَّْرد َي‬
َ ُ
‫ن حة يَاَ َ َُِ َ اإُمَد‬ ُ ُ ُ ‫اْ ال ه‬ ْ ََّ‫سن‬
َ ‫ً ُْ َ وَُِّق‬ ُ ‫اُم َُ َُ َة ْذل الس ُو‬ ‫ات ياَة ه ُ ُِ مَد عإِا قَ ه‬
.ُ‫يط ُطُنم ىُُ َ الَُهَ م‬ ْ ْ‫ف ينَّتَّ َه قة ُاِاَ وا ُِ مَ و َه َ ُ ىن ىَف‬ ُ ُ‫وقَ الاهن‬
ُ ‫عإِا طَ َ َُت‬
Dan pukullah mereka ketika mereka sudah berusia 10 tahun, yaitu apabila si anak masuk
usia 10 tahun dan diharuskan untuk sholat, dimana masih senantiasa 7 tahun dilatih untuk
melakukan sholat, dan apabila si anak males dalam melakukan sholat maka boleh dipukul
dan dihukum sampai bisa menjadi adat kebiasaan si anak, jika belum masuk usia taklif

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 4


(pembebanan syari’at) maka mereka telah terbiasa untuk melakukan sholat tersebut tanpa
sedikit pun kelalaian dari mereka dalam ibadah itu.5
Maka usia 10 tahun itu merupakan hasil dari simulasi yang telah dilakukan selama 3 tahun
sebelumnya. Dan hal tersebut masuk kepada tahapan simuation (Simulasi).

Beranjak dari latar belakang diatas, dalam pengembangan kurikulum, minimal ada 4
(empat) teori pendidikan yang banyak dibicarakan para ahli dan dipandang melandasi
pelaksanaan pendidikan, yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan
6
insteraksional, dan teknologi pendidikan. Teori pendidikan inilah yang melandasi
pengkategorian model konsep kurikulum, meliputi: model kurikulum subyek akademik,
humanistik, rekonstruksi sosial dan model kurikulum berbasis kompetensi.
Khususnya dalam teori teknologi pendidikan, karena sifat ilmiahnya, konsep
pendidikan pada kategori ini mengutamakan segi-segi empiris, informasi objektif yang
dapat diamati dan diukur serta dihitung secara statistik. Untuk itu, pengembangan model-
model pembelajarannya bersifat individual serta menekankan kemampuan penguasaan
kompetensi, seperti: Computer Assisted Instruction (CAI), Individual Prescribed
Instruction (IPI), Competency Based Instruction, dan Behaviour Modification. Kurikulum
yang dikembangkan berlandaskan teori teknologi pendidikan menekankan kompetensi atau
kemampuan-kemampuan praktis, sehingga disebut sebagai model kurikulum berbasis
kompetensi.

Definisi kurikulum dalam dimensi proses mengandung pengertian yang menjawab


bagaimana pembelajaran itu berlangsung. Ansyar 7 (2016: 37) menyebutkan bahwa
kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami
oleh peserta didik. Dan hal ini salah satunya meliputi: strategi dan langkah-langkah tahapan
atau model pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model-
model pembelajaran yang relevan dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi ini oleh

5
‘‫ شروح األحاديث‬- ‫ الموسوعة الحديثية‬- ‫< ’الدرر السنية‬https://dorar.net/hadith/sharh/29043> [accessed 20 October
2022].
6
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum- Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
7
Ansyar, Mohammad. 2015. Kurikulum: Hakikat, Fondasi dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
Prenamedia Grup

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 5


Joyce, Weil & Calhoun8 dikategorikan dalam rumpun atau kelompok model sistem perilaku
(Behavioral Systems Family of Models).
Kelompok model sistem perilaku terdiri dari 4 model, antara lain:
1. Model Pembelajaran Tuntas dan Instruksi Terprogram (Mastery Learning and Programmed
Instruction)
2. Model Instruksi yang Jelas (Explicit Instruction)
3. Model Instruksi Langsung (Direct Instruction)
4. Model Simulasi (Learning from Simulation)
Karena termasuk dalam kategori program pengajaran teknologis, kelompok model
sistem perilaku ini sangat menekankan efisiensi dan efektivitas dalam penguasaan
kompetensi sebagai capaian hasil pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Kajian dalam makalah ini akan menjawab pertanyaan:
1. Bagaimanakah karakteristik kelompok model sistem perilaku?
2. Bagaimanakah karakteristik model Mastery Learning and Programmed Instruction?
3. Bagaimanakah karakteristik model Explicit Instruction?
4. Bagaimanakah karakteristik model Direct Instruction?
5. Bagaimanakah karakteristik model Learning for Simulation?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai
pengertian, prinsip dan karakteristik model-model pembelajaran yang termasuk dalam
kategori kelompok model sistem perilaku (the behavioural systems family)

D. Batasan Masalah
Terkait luasnya cakupan pembahasan mengenai kelompok model sistem
perilaku ini, maka kajian makalah dibatasi berdasarkan acuan 4 pengkategorian oleh
Joyce & Weil dalam bukunya: Models of Teaching. 9 Yaitu Kelompok Model
Pengolahan Informasi (The Information Processing Family), Kelompok Model Personal
(The Personal Family), Kelompok Model Sosial (The Social Family), Kelompok Model
Sistem Prilaku (The Behavioral System Family)

8
Joyce, Bruce. Weil, Marsha & Calhoun, Emely. 2016. Models of Teaching. Terjemahan Edisi ke-9.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
9
Joyce, Bruce & Weil, Marsha. 2003. Models of Teaching. 5th Edition. New York: Prentice Hall

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 6


BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Kelompok Model Sistem Perilaku


Kelompok model sistem perilaku mementingkan penciptaan sistem lingkungan
belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara
efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Semua model dalam
kelompok ini memiliki dasar teoritis yang sama, yang merujuk pada teori behavioral
yang menekankan pada upaya untuk merubah perilaku yang tampak dari para peserta
didik, atau dengan kata lain model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang
terobservasi dengan memanfaatkan metode serta tugas yang diberikan untuk
menunjukkan ketercapaian tujuan pembelajaran.

1. Sejarah
Model pembelajarn perilaku dan instruksi diilhami dari eksperimen klasik
classical conditioning yang dilakukan oleh Pavlov (1927), kajian Thorndike (1911,
1913) mengenai law of effect dalam pembelajaran. Demikian juga teori-teori B.F.
Skinner tentang operant confitioning. Pada penerapannya, beberapa tipe pembelajar
tertentu dapat mencapai kesuksesan akademik dengan menggunakan model ini.
Selama 35 tahun terakhir, sejumlah penelitian membuktikan bahwa perilaku
seseorang sebagai konsekuensi dari hasil belajar dapat dimanipulasi dengan
menggunakan seperangkat instruksi pembelajaran atau dengan menerapkan model
serta metode tertentu yang mengacu pada teori-teori tersebut di atas.

2. Prinsip-Prinsip Model Sistem Perilaku


Beberapa prinsip acuan pada penerapan model sistem perilaku ini antara lain:
a) Perilaku adalah hal yang dapat diamati dan diidentifikasi.
Penerapan dalam pembelajaran adalah dengan mengidentifikasi karakteristik
peserta didik, materi dan lingkungan belajar serta ketercapaian kompetensi yang
diharapkan. Jika peserta didik dikenai stimulus dengan strategi dan waktu yang
tepat, maka respon akan mengarah pada tercapainya tujuan pembelajaran.

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 7


b) Perilaku yang tidak sesuai (maladaptive behaviour) didapatkan, bukan
diprogram.
Penerapan dalam pembelajaran adalah dengan fokus pada ketercapaian hasil
belajar dan menggunakan berbagai strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara lebih efektif. Jika penerapan strategi dalam program pembelajaran
diterapkan, maka perubahan perilaku/kompetensi yang diharapkan akan
tercapai.
c) Tujuan perilaku sebaiknya bersifat spesifik dan individual.
Untuk mendapatkan respon sesuai tujuan pembelajaran, maka stimulus yang
diberikan sebaiknya bersifat spesifik. Setiap peserta didik memiliki karakteristik
dan gaya belajar masing-masing, sehingga strategi pembelajaran yang
digunakan seharusnya juga bersifat demikian.
Dewasa ini, pelajaran jarak jauh dan online biasanya dirancang untuk dapat
mendorong peserta didik belajar dengan kecepatannya sendiri dalam menguasai
materi.
d) Teori perilaku fokus pada hal-hal yang ada di sini dan saat ini.
Penerapannya dalam proses pembelajaran adalah dengan menciptakan kondisi
dan strategi yang dapat mengoptimalkan serta membantu peserta didik
mengatasi masalah belajar saat ini. Masalah belajar yang semakin sulit
sebenarnya hanya membutuhkan upaya-upaya kecil untuk mengatasinya.

3. Petunjuk untuk Melaksanakan Pembelajaran dengan Model Sistem


Perilaku
Beberapa hal yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dengan model
sistem perilaku ini adalah:
a) Aturan Kelas.
Menerapkan aturan yang jelas di kelas serta memberikan penguatan
(reinforcement) dan pola bimbingan yang terarah, jauh lebih efektif
dibandingkan dengan memberikan sanksi atau hukuman untuk kesalahan.
b) Respon bagi Peserta Didik yang Enggan Mengikuti Instruksi.
Penguatan positif lebih ditekankan daripada hukuman. Untuk kejadian
demikian, maka beri penguatan berupa pujian pada peserta didik yang

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 8


mengerjakan tugas, untuk memotivasi agar yang lain ikut aktif dalam
pembelajaran.
c) Pembelajaran Mandiri
Masing-masing peserta didik memiliki karakteristik dan gaya belajar yang
berbeda. Untuk itu, sebaiknya peserta didik tidak dibatasi dalam pemanfaatan
sumber belajar.
d) Peserta didik Bermasalah
Bagi peserta didik bermasalah, memarahi dan memberikan hukuman tidak akan
menyelesaikan masalah. Untuk itu, guru harus berperan sebagai teman dan
motivator yang baik dalam pembelajaran.
e) Motivasi
Pemberian umpan balik terhadap hasil pembelajaran berupa umpan balik serta
kesempatan menilai diri sendiri (self assessmen) akan memotivasi peserta didik
untuk semakin meningkatkan kinerja dalam pembelajaran.

4. Unsur-Unsur Model Pembelajaran


Keempat rumpun model pembelajaran yang telah dikemukakan di atas, menurut
Joyce dan Weil10 memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
(1) Sintaks (Syntax), yaitu urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada
fase-fase/tahapan yang harus dilakukan oleh guru bila menggunakan
model pembelajaran tertentu.
(2) Prinsip Reaksi (Principles of Reaction), berkaitan dengan pola kegiatan
yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan
memperlakukan para peserta didik, termasuk bagaimana seharusnya guru
memberikan respon terhadap peserta didik. Prinsip ini memberi petunjuk
bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang berlaku
pada setiap model.
(3) Sistem Sosial (The Social System) adalah pola hubungan guru dengan
peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran, dengan kata lain

10
Joyce, Bruce. Weil, Marsha & Calhoun, Emely. 2016. Models of Teaching. Terjemahan Edisi ke-9.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 9


situasi atau suasana serta norma yang berlaku dalam penerapan model
pembelajaran tersebut.
(4) Penerapan (Implementation) yaitu bentuk aplikasi model dalam kegiatan
pembelajaran.
(5) Dampak Instruksional (Instructional Effect) dan Dampak Pengasuhan
(Nurturant Effects). Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai
atau yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran, sementara
dampak pengiring adalah hasil belajar samapingan (iringan) yang dicapai
sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran tertentu.

B. Karakteristik Model Mastery Learning and Programmed Instruction


Model Pembelajaran Tuntas dan Instruksi Terprogram (Mastery Learning and
Programmed Instruction) menekankan pada penguasaan kompetensi secara tuntas
dengan rumusan tujuan pembelajaran yang telah dijabarkan secara rinci. Model ini
dikembangkan oleh John B. Carrol dan Benjamin Bloom.
Karakteristik model Pembelajaran Tuntas dan Instruksi Terprogram, antara lain:
a) Tujuan pembelajaran direncanakan dan dirinci dengan jelas;
b) Materi pembelajaran dibagi-bagi menjadi pokok-pokok bahasan yang
setiap unitnya memiliki tujuan yang jelas;
c) Strategi pembelajaran ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi terhadap
materi pembelajaran;
d) Masing-masing unit disertai dengan tes formatif serta umpan balik dan
motivasi untuk penguatan;
e) Data hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan kinerja pembelajaran
selanjutnya.
1. Sintaks
Tahapan pembelajaran meliputi:
(1) Peserta didik disediakan waktu/jadwal yang berbeda untuk berlatih/praktik dan
menjadi terampil dengan instruksi tertentu dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya;
(2) Peserta didik diberi metode-metode khusus untuk dapat belajar sesuai gaya
belajar dan kecepatannya masing-masing;

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 10


(3) Ketika belajar secara mandiri, peserta didik dapat dibantu tutorial, namun untuk
peserta didik sekolah dasar, dapat belajar dengan bantuan instrksi guru
seminimal mungkin;
(4) Untuk dapat menguasai kompetensi baru, seorang peserta didik harus
menguasai kompetensi sebelumnya/kompetensi prasyaratnya;
(5) Peserta didik diberi evaluasi;
(6) Pembelajaran sebaiknya dilakukan dalam format individu atau kelompok kecil
untuk hasil yang efektif;
(7) Setiap peserta didik diberi bertanggungjawab untuk merencanakan dan
mengelola penguasaan kompetensinya sesuai dengan karakteristiknya;
(8) Pembelajaran dapat lebih optimal ketika siswa diberi kesempatan untuk saling
menjadi tutor bagi teman yang lain.

2. Prinsip Reaksi
Guru perlu selalu mendampingi dan mengarahkan peserta didik serta memberi
motivasi dalam penyelesaian serta memastikan bahwa peserta didik dapat mencapai
tujuan pembelajaran.

3. Sistem Sosial
Kecenderungannya adalah peserta didik belajar secara individual. Namun,
penting bagi peserta didik untuk memahami bahwa karakteristik setiap individu
berbeda, sehingga untuk bisa efektif dalam menguasai kompetensi diperlukan
strategi yang berbeda pula.

4. Penerapan
Model ini diterapkan pada hampir semua bidang studi untuk penguasaan
ketrampilan akademik dan relevan untuk semua bentuk pengetahuan.

5. Efek Instruksional dan Efek Pengasuhan


Dapat dilihat pada bagan berikut:

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 11


INSTRUKSIONAL

Konten Ketrampilan
akademik di semua bidang

Mastery
Learning

Kemampuan Konsep percaya diri


mengajar sendiri positif

PENGASUHAN

Gambar 1. Efek Instruksional dan Efek Pengasuhan


Model Mastery Learning and Programmed Instruction

Kelebihan dan Kekurangan Mastery Learning


Menurut Mariana (2003), terdapat kelebihan dan kekurangan dalam
menggunakan model belajar tuntas atau mastery learning, antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Kelebihan mastery learning
Kelebihan atau keunggulan belajar tuntas (mastery learning) yaitu:
• Pembelajaran tuntas lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menganut
paham pembelajaran tuntas. Keunggulan pembelajaran tuntas termasuk juga
pencapaian siswa dan retensi (daya tahan konsep yang dipelajari) lebih tahan
lama.
• Efisiensi belajar siswa secara keseluruhan lebih tinggi pada pembelajaran
tuntas daripada pembelajaran yang tidak menerapkan pembelajaran tuntas.
Siswa yang tergolong lambat menguasai standar kompetensi secara tuntas
dapat belajar hampir sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan lebih
tinggi.
• Sikap yang ditimbulkan akibat siswa mengikuti pembelajaran tuntas positif,
dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menganut faham pembelajaran
tuntas. Adanya sikap positif dan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 12


materi subjek yang dipelajarinya. Sikap positif lainnya misalnya adanya rasa
percaya diri yang berarti, kemauan belajar secara kooperatif satu dengan yang
lainnya, dan sikap yang positif terhadap pembelajaran dengan memberikan
perhatian yang besar.
b. Kekurangan mastery learning
• Kekurangan atau kelemahan belajar tuntas (mastery learning) yaitu:
• Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.
• Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar. Menuntut para
guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang
ditetapkan.
• Diberlakukan sistem ujian UAS dan UAN yang menuntut penyelenggaraan
program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan
siswa untuk menempuh ujian.

C. Karakteristik Model Explicit Instruction


Explicit instruction adalah tahapan sistematis mengajar dengan penekanan berupa
tindakan dalam langkah-langkah kecil, untuk memeriksa pemahaman dan partisipasi
aktif peserta didik. Pada model explicit instruction, pembelajaran menekankan pada
penerapan strategi untuk dapat memahami materi melalui kegiatan membaca dan
menulis.
Karakteristik model explicit instruction terletak pada pengintegrasian kemampuan
pemahaman/pengetahuan dengan ketrampilan, antara lain:
a) Mengidentifikasi strategi yang digunakan oleh pembaca berkemampuan
tinggi;
b) Mengatur instruksi untuk membuat model strategi bagi peserta didik
berdasarkan hasil identifikasi;
c) Meminta peserta didik untuk mempraktikannya secara sadar ketika
mereka membaca;
d) Mempelajari manfaat dan keefektifan strategi tersebut, untuk kemudian
dikembangkan pada tahapan berikutnya;
e) Membantu peserta didik menilai pemahaman bacaannya dan sejauh
mana mereka mengalami kemajuan.
1. Sintaks

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 13


Tahapan pembelajaran meliputi:
(1) Guru membaca untuk peserta didik;
(2) Secara periodik berhenti sebentar untuk menjelaskan kepada peserta didik
strategi yang digunakan untuk memahami bacaan atau bahkan kata yang tidak
familiar;
(3) Peserta didik membaca dengan mempraktikan ketrampilan yang diminta sesuai
bacaan;
(4) Peserta didik melakukan self assesmen mengenai ketercapaian pemahaman.

2. Prinsip Reaksi
Penerapan strategi oleh peserta didik, secara langsung diikuti dengan
menentukan instruksi selanjutnya berdasarkan capaian yang ditunjukkan oleh
peserta didik.

3. Sistem Sosial
Guru mengarahkan pembelajaran dan memberikan latihan, tetapi pada
praktiknya siswa dilibatkan dalam memahami serta mempraktikkan secara langsung
instruksi yang diterimanya.

4. Penerapan
Model ini pada umumnya diterapkan pada peserta didik level usia dini yang
membutuhkan kompetensi pemahaman bacaan. Dan media pendukung utama yang
dibutuhkan adalah ketersediaan buku berkualitas, serta media pendukung lainnya
berupa akses internet, papan tulis interaktif dan sejenisnya.

5. Efek Instruksional dan Efek Pengasuhan


Dapat dilihat pada bagan berikut:

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 14


INSTRUKSIONAL

Informasi Strategi
pemahaman

Mengajarkan
Pemahaman
yang Jelas

Penulis dan buku Mendorong untuk


baru memahami

PENGASUHAN

Gambar 2. Efek Instruksional dan Efek Pengasuhan


Model Explicit Instruction

D. Karakteristik Model Direct Instruction


Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan konsep maupun perubahan perilaku dengan menggunakan pendekatan
deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Strategi penyampaian materi secara langsung dari guru kepada peserta
didik;
b) Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu;
c) Materi pembelajaran yang telah terstuktur;
d) lingkungan belajar yang telah terstruktur;
e) Distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan
dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang
sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan
sebaganya.
Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif,
(yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi).
1. Sintaks

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 15


Langkah-langkah atau sintak Pembelajaran langsung menurut Joyce & Weil (1972)
terdiri dari lima tahap-tahap, yang meliputi:
(1) Orientasi
Dalam tahap ini, guru mulai membangun/membuat kerangka kerja
pelajaran. Guru menyampaikan harapan dan keinginannya, menjelaskan tugas-
tugas yang ada dalam pembelajaran, dan menentukan tanggung jawab siswa.
Terdapat 3 langkah yang menjadi syarat untuk dapat mencapai tujuan ini, yakni:

1) Guru memaparkan maksud dari pelajaran dan tingkat-tingkat


performa dalam praktek.

2) Guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan


pengalaman sebelumnya.

3) Guru mendiskusikan prosedur-prosedur pembelajaran.

(2) Presentasi
Dalam tahap ini, guru menjelaskan konsep atau skill baru dan memberikan
pemeragaan serta contoh. Jika materi yang ada merupakan konsep yang baru,
maka guru harus mendiskusikan karakteristik-karakteristik dari konsep, aturan-
aturan pendefinisian, dan beberapa contoh. Jika materinya merupakan skill baru,
maka guru harus menyampaikan langkah-langkah untuk memiliki skill tersebut
dengan menyajikan contoh di setiap langkah. Guru hendaknya mentransfer
informasi materi atau skill yang baru, baik secara lisan maupun visual, sehingga
siswa akan dapat memiliki dan mempelajari representasi visual sebagai
referensi di awal pembelajaran. Selain itu, guru juga menguji siswa dalam
penguasaan informasi materi atau skill sebelum beralih ke tahap selanjutnya.
(3) Praktek yang terstruktur
Dalam tahap ini, guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktek dan
langkah-langkah didalamnya. Biasanya, siswa menjalankan praktek dalam
sebuah kelompok, kemudian menawarkan diri untuk menulis jawaban. Cara
yang paling efektif yaitu dengan menyajikan contoh praktek secara transparan
dan terbuka, sehingga semua siswa bisa melihat bagaimana tahap-tahap praktek
dilalui. Peran guru disini, yaitu memberikan respon balik terhadap respon siswa,

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 16


baik untuk menguatkan respon yang sudah tepat maupun memperbaiki
kesalahan dan mengarahkan siswa pada performa praktek yang tepat.
(4) Praktek di bawah bimbingan guru
Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan praktek dengan kemampuan sendiri. Praktek dibawah bimbingan
dapat memudahkan guru dalam mempersiapkan untuk mengembangkan
kemamuan siswa dan menampilkan tugas pembelajaran. Hal ini biasa dilakukan
dengan meminimalisir jumlah dan ragam kesalahan yang dilakukan siswa.
Peran guru dalam tahap ini yaitu mengontrol kerja siswa dan memberikan
respon balik yang bersifat korektif ketika diperlukan.
(5) Praktek mandiri
Dalam tahap ini, siswa melakukan praktek dengan caranya sendiri tanpa
bantuan dan respon balik dari guru. Adapun tahap ini dilakukan ketika siswa
telah mencapai level akurasi 85% sampai 90% dalam praktek dibawah
bimbingan. Tujuan dari praktek mandiri adalah memberikan materi baru untuk
memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap praktek-praktek
sebelumnya. Praktek mandiri ini harus ditinjau sesegera mungkin setelah siswa
menyelesaikan semua proses. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan dam
mengetahui level akurasi siswa (stabil atau tidak), serta memberikan respon
balik yang bersifat korektif di akhir praktek kepada siswa yang membutuhkan.
Aktivitas praktek mandiri bisa dilakukan dengan waktu yang singkat namun
dalam satu waktu.

2. Prinsip Reaksi
Dalam model ini, reaksi sangat terkait dengan kemajuan. Dorongan dan motivasi
terus menerus diperlukan, namun sejalan dengan umpan balik yang diberikan
terhadap ketercapaian hasil belajar.

3. Sistem Sosial
Sistem sosial dalam model ini benar-benar terstruktur. Guru berfungsi sebagai
sumber informasi utama dan peserta didik harus mengikuti tahapan-tahapan yang
telah dirancang oleh guru.

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 17


4. Penerapan
Pada umumnya model ini diterapkan pada pembelajaran materi utama yang
meliputi ketrampilan dasar dalam kurikulum, misalnya pada kompetensi mata
pelajaran bahasa dan matematika.
Pelaksanaan pembelajaran melalui kelompok-kelompok kecil, maupun tatap
muka dengan instruksi langsung dari guru.

5. Efek Instruksional dan Efek Pengasuhan


Dapat dilihat pada bagan berikut:

INSTRUKSIONAL
Motivasi
Ketuntasan materi Kemampuan mengukur
akademik dan dengan langkah diri
ketrampilan
Model
Instruksional
Langsung

Harga diri

Harga
PENGASUHAN

Gambar 3. Efek Instruksional dan Efek Pengasuhan


Model Direct Instruction

E. Karakteristik Model Simulasi


Simulasi pada hakikatnya didasarkan pada prinsip sibernetik yang dihubungkan
dengan komputer. Fokus utama dalam teori ini adalah munculnya kesamaan antara
mekanisme kontrol timbal balik dari sistem elektronik dengan konsep kerja lingkungan
manusia.
Ada banyak bentuk simulasi yang berasal dari berbagai situasi riil dunia nyata,
seperti permainan, kompetisi, kerjasama, dan beberapa hal yang dilakukan secara
perseorangan dengan perspektif diri masing-masing. Kompetisi sangatlah penting
dalam simulasi kegiatan ekonomi berskala besar. Permainan Monopoli misalnya, bisa

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 18


mensimulasi aktivitas spekulator dalam bisnis dan menggabungkan dengan pentingnya
analisa bisnis dalam kehidupan nyata.
Dalam model simulasi, pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa
secara mudah dan cepat menguasai kompetensi tertentu dengan menghadirkan tiruan
dari situasi yang sesungguhnya di dunia nyata.

Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk:

▪ melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi


kehidupan sehari-hari,
▪ memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip,
▪ melatih memecahkan masalah,
▪ meningkatkan keaktifan belajar,
▪ memberikan motivasi belajar kepada siswa,
▪ melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok,
▪ menumbuhkan daya kreatif siswa, dan
▪ melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.

1. Sintaks
Terdapat 4 (empat) langkah pembelajaran dalam sintaks model simulasi, yang
meliputi:
(1) Orientasi
▪ Guru menyajikan topik mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai
dalam aktivitas simulasi;
▪ Guru menjelaskan simulasi dan permainan;
▪ Guru menjelaskan konsep simulasi yang digunakan.
(2) Pelatihan bagi Peserta
▪ Guru membuat skenario (aturan, peran dan prosedur, skor, tipe keputusan
yang dipilih dan tujuan);
▪ Guru membagi tugas kepada peserta didik;
▪ Peserta didik melaksanakan uji coba singkat.
(3) Pelaksanaan Simulasi
▪ Guru memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan;

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 19


▪ Peserta didik mendapatkan umpan balik dan evaluasi (mengenai
penampilan dan pengaruh keputusan);
▪ Guru menjelaskan kesalahan konsepsi;
▪ Peserta didik melanjutkan simulasi.

(4) Kesimpulan dan Umpan Balik


▪ Guru menyimpulkan kejadian dan persepsi;
▪ Peserta didik menyimpulkan kesulitan dan pandangannya;
▪ Guru dan peserta didik menganalisa proses;
▪ Guru dan peserta didik membandingkan aktivitas simulasi dan dunia nyata;
▪ Peserta didik menghubungkan aktivitas simulasi dengan materi
pembelajaran;
▪ Guru menilai dan kembali merancang simulasi.

2. Prinsip Reaksi
Peran guru adalah sebagai fasilitator. Selama proses simulasi, guru harus
menunjukkan sikap yang tidak evaluatif namun tetap suportif. Guru bertugas
menyajikan, memfasilitasi pemahaman serta menyajikan penafsiran tentang aturan
simulasi.

3. Sistem Sosial
Proses interaksi yang terjadi dalam model simulasi adalah lingkungan
pembelajaran kooperatif . Keberhasilan model simulasi sangat ditentukan oleh
partisipasi aktif peserta didik serta kemauan untuk bekerjasama.

4. Penerapan
Model simulation dapat diterapkan pada pembelajaran yang membutuhkan atau
berkaitan dengan: (1) kompetisi, (2) kerjasama, (3) empati, (4) sistem sosial, (5)
konsep, (6) ketrampilan, (7) pembuktian, (8) bidang hukum, (9) aturan pengganti,
dan (10) kemampuan untuk berfikir kritis (menggunakan berbagai alternatif strategi
untuk pemecahan masalah dan pembuatan keputusan)

5. Efek Instruksional dan Efek Pengasuhan

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 20


Dapat dilihat pada bagan berikut:

INSTRUKSIONAL

Kemampuan berfikir Kemampuan


kritis memecahkan masalah

Mengajarkan
Pemahaman yang
Jelas

Educational outcomes

Harga
PENGASUHAN

Gambar 4. Efek Instruksional dan Efek Pengasuhan


Model Simulasi

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 21


BAB 3
KESIMPULAN

Dalam pengembangan kurikulum, minimal ada 4 (empat) teori pendidikan

Kelompok model pembelajaran sistem perilaku ini didasarkan pada suatu


pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi
perilaku, atau perilaku terapi. Model-model pembelajaran rumpun ini mementingkan
penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara
efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Adapun jenis-jenis
model pembelajaran sistem perilaku antara lain:

1. Model Pembelajaran Tuntas dan Instruksi Terprogram (Mastery Learning


and Programmed Instruction)
2. Model Instruksi yang Jelas (Explicit Instruction)
3. Model Instruksi Langsung (Direct Instruction)
4. Model Simulasi (Learning from Simulation)

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 22


DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohammad. 2015. Kurikulum: Hakikat, Fondasi dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana Prenamedia Grup
Joyce, Bruce. Weil, Marsha & Calhoun, Emely. 2016. Models of Teaching. Terjemahan
Edisi ke-9. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
‘‫< ’إرواء الغليل في تخريج أحاديث منار السببببيل | تراث‬https://app.turath.io/book/22592?hadith=298>
[accessed 20 October 2022]

‘‫ شببببروح األحباديبث‬- ‫ الموسببببوعبة الحبديثيبة‬- ‫< ’البدرر السببببنيبة‬https://dorar.net/hadith/sharh/29043>


[accessed 20 October 2022]

‘‫ الباحث القرآني‬78 : ‫ | سبببورة النحل‬16:78 | ‫< ’الميسبببر‬https://tafsir.app/muyassar/16/78> [accessed


20 October 2022]

‘‫ الباحث القرآني‬9 :‫ | سببببورة النسبببباء‬4:9 | ‫< ’الميسببببر‬https://tafsir.app/muyassar/4/9> [accessed 20


October 2022]

‘495 ‫< ’سبببنن أبي داود | تراث رقم الحديث‬https://app.turath.io/book/1726?hadith=495> [accessed


20 October 2022]

Joyce, Bruce & Weil, Marsha. 2003. Models of Teaching. 5th Edition. New York: Prentice
Hall
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum- Teori dan Praktik.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Halaman 23

Anda mungkin juga menyukai