Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1. UMUM
Industri kapal pesiar / Cruise ships sedang berkembang , Semakin
besar ukuran kapalnya semakin banyak penumpang yang diangkut .
Kecenderungan pertumbuhan dan perkembangannya dalam bentuk
ukuran dan kapasitas angkutnya, Sebagai contoh pada kapal-kapal
baru yang mempunyai 20 Deck ,dapat mengangkut penumpang 10.000
( sepuluh ribu ) dan Anak buah kapalnya sampai 3.100 orang.
Selama periode tahun 1984 sampai dengan tahun 1994 ,
pembangunannya pada saat itu belum mempertimbangkan
keselamatan, sehingga dari data kasus 55 kapal yang menaikkan
penumpang di pelabuhan USA telah terjadi kasus kecelakaan ( yang
dilaporkan ) sebanyak 92 kali.
Oleh karena itu untuk meminimalkan resiko kecelakaan selama
pelayaran hanya dapat dilakukan dengan jalan melalui usaha
meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan pelatihan.

2. Persyaratan STCW Code


STCW 1978 menyangkut pelatihan khusus bagi awak kapal
penumpang yang melayari perairan International. Dari peraturan
STCW tersebut dinyatakan bahwa pelaut yang bekerja di kapal
penumpang harus menyelesaikan pelatihan sebagaimana yang di atur
dalam STCW Code A- peraturan V/2 dan V/3.5 disesuaikan dengan
kapasitas, tugas dan tanggung jawabnya.

3. Pelatihan Mengelola Krisis dan Perilaku Manusia.


Pelatihan ini termasuk persyaratan baru sesuai STCW Code ,
dimana diwajibkan bagi Nakhoda, Mualim I, Kepala Kamar Mesin,
Masinis I, dan orang-orang yang mempunyai tanggung jawab dalam
keselamatan penumpang pada saat mengalami keadaan darurat .
Mereka diwajibkan untuk mengikuti pelatihan ini terlebih dahulu
sebelum bertugas di atas kapal.
Ada 5 dasar kecakapan yang harus dipahami dalam pelatihan ini yaitu:
Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 1
- Mengorganisir prosedur-prosedur darurat kapal
- Mengoptimalkan sumber daya yang dipakai
- Mengendalikan situasi tanggap darurat
- Mengendalikan para penumpang dan personil lainnya selama
kedaruratan
- Menetapkan dan menjaga efektifitas komunikasi

4. Tujuan Kursus
Pelatihan “Mengelola Krisis dan Prilaku Manusia” didesain khusus
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan team manajemen
kapal dalam penerapan pengendalian situasi darurat, bila dalam
teknisnya atau fungsi organisasi kapalnya terbatas, lemah atau
keseluruhannya tidak berfungsi.
Dengan mengikuti kursus ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan team manajemen kapal untuk meyakinkan keselamatan
para penumpang, pencegahan pencemaran dan keselamatan kapal
serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam mengalami
keadaan darurat.

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 2
BAB II
MENGORGANISIR PROSEDUR DARURAT KAPAL

1. Prosedur-prosedur darurat kapal


Keberhasilan dalam penanganan situasi darurat tergantung 5 faktor
utama yaitu:
- Teknologi
Peralatannya yang sesuai harus didesain untuk hal yang
dimaksud dan dapat dipergunakan oleh operator serta dicoba
guna diyakini peralatan tersebut bisa dioperasikan.
- Prosedur-prosedur
Prosedur tanggap darurat (emergency response procedures)
harus realistis, cocok dengan teknologi dikapal dan secara rutin di
evaluasi serta diperiksa.
- Karakteristik Personil
Kemampuan dalam mengatasi masalah dan berdasarkan
pengalaman-pengalaman terdahulu yang berkaitan dengan
situasi-situasi darurat akan mempunyai efek yang nyata agi awak
kapal dalam menaggapi (merespon) keadaan-keadaan kritis.
- Kepatuhan
Tingkat persahabatan, loyalitas dan pengertian diantara “anggota
team mengelola krisis (crisis management) sama baiknya dengan
tingkat loyalitas maupun menghargai pada pimpinan kapal akan
berefek dalam merespon kedaruratan.
- Pelatihan
Personil dan team-team yang telah membuktikan performance
terbaiknya dalam menganalisa kecelakaan mempunyai kaitan
dengan telah mengikuti pelatihan tingkat lanjutan dan pengalaman
mengatakan bahwa pelatihan akan menjadikan anggota tim lebih
kompak.
Berlatih dan latihan-latihan yang diadakan utamanya haruslah
relevan dengan situasi di kapal.

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 3
2. Maritime Safety Committee / Circulation 760
a. Tujuan
Publikasi dari The Maritime Safety Committee (MSC) / Circ. 760
“Guide lines For a Structure of an Integrated System of Contigency
Planning for Shipboard Emergencies” membantu pihak kapal dalam
mengembangkan dan memperbaiki sistem pengembalian keputusan
darurat yang sebenarnya. Maritime Safety Committee (MSC)
bermaskud untuk membantu dalam pengembangan “contingency plan”
yang selaras dimana dapat diterima oleh personil kapal dan oleh sebab
itu hal ini dapat diterapkan dalam situasi kedaruratan

b. Pertimbangan-pertimbangan
Prosedur-prosedur harus diadakan untuk merepon potensia
situasi kedaruratan di kapal. Pengembangan prosedur individu untuk
setiap kejadian dapat dipertimbangkan mengarah pada duplikasi.
Pemisahan pada tindakan awal dan respon berikutnya diusulkan dalam
upaya untuk melengkapi keperluan pedoman pengambilan keputusan
guna menghindari duplikasi yang tidak diperlukan.

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 4
BAB III
OPTIMALISASI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

1. Keterbatasan sumber daya dalam kedaruratan Personel


Dalam mengatasi beberapa situasi darurat ketidak cukupan awak
kapal mungkin saja dirasakan. Awak kapal kemungkinan tidak mampu
merespon dengan baik suatu “Krisis” karena beberapa hal :
- Banyaknya tuntutan-tuntutan dari kejadian yang dihadapi
- Reaksi-reaksi manusia menghadapi situasi krisis, menurunkan
kemampuan awak kapal dalam menjalankan fungsi tugasnya
- Adanya anggota yang terluka
Ketidak Cakapan awak kapal,atas keseluruhan responnya itu akan
merugikan mereka sendiri ; Untuk mengatasi hal ini adalah penting
menugaskan mereka sesuai peraturan SOLAS.
Menempatkan personal kunci dan meyakinkan mereka untuk dilatih
dengan posisi yang berbeda-beda.

a. Eksternal
Sangat memungkinkan mendapat bantuan sumber daya dari
Organisasi pihak luar seperti organisasi darurat penguasa pelabuhan,
kapal-kapal lain ataupun pihak Pemerintah lainnya . Tentunya
tergantung pada lokasi kapal dimana dia mengalami Krisis, namun
bantuan dari pihak luarpun boleh jadi terbatas kemampuannya atau
sama sekali tidak ada. Bahkan bila kecelakaan terjadi dalam radius
bantuan, hal itupun perlu dipertimbangkan waktunya, apakah
pertolongan memungkinkan atau dapat berhasil. Dalam banyak hal
kejadian darurat, manajeman kapal harus menyadari dan
mempercayakan sumber daya internalnya untuk merespon, paling
tidak melakukan reaksi awal yang baik.

b. Delegasi
Permasalahan-permasalahan serius dan hal-hal lain yang terkait
dalam situasi krisis dapat menjadikan suatu bencana. Komunikasi yang
menyeluruh sangat dituntut dan banyaknya keputusan-keputusan akan

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 5
cenderung membuat manajemen gagal, dalam situasi ini delegasi
menjadi sangat penting.
Beberapa Nahkoda dan para perwira mendapatkan kesulitan untuk
mendelegasikan tugasnya kepada orang lain dikarenakan keduanya
menganggap mereka tidak mengerti maupun tidak menaruh perhatian
sesungguhnya, termasuk:
- Kualitas : saya lebih baik melakukannya sendiri, saya dapat
melakukannya lebih baik
- Waktu : saya dapat melakukan itu lebih cepat
- Kepuasan : jika saya melakukan sendiri, saya tahu hal itu akan
dapat terselesaikan
- Risiko : dia kemungkinan dapat melakukan kesalahan,
lebih baik saya melakukannya sendiri.
Ini suatu hal yang vital dalam mengatasi permasalahan dan
boleh mendelegasikan tanpa menambah ketegangan pada batas yang
terkait dalam suatu keadaan darurat. Program pelatihan yang baik
akan menghasilkan penambahan rasa percaya diri pada awak kapal
sehingga membuat hal tersebut lebih mudah untuk didelegasikan.

2. Latihan-latihan
a. Persyaratan-persyaratan latihan
Persyaratan-persyaratan minimum dalam latihan dispesifikasikan
dalam peralatan Solas. Persyaratan lebih detail umumnya dimasukan
didalam “Company Safety Management System (CSMS)”.

b. Tujuan Latihan
Latihan-latihan utamanya dimasukan untuk meningkatkan
keterampilan dan kekompakkan. Pelatihan yang realities dapat dipakai
untuk mengevaluasi persiapan menghadapi situasi darurat dan
menentukan perkiraan waktu yang diperlukan untuk merespon
tindakan-tindakan mengikuti pelatihan yang dipersyratkan dapat
dikembangkan dengan menggunakan evaluasi latihan-latihan yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Latihan-latihan sebaliknya dapat
dipakai pula untuk merangksang awak kapal dan mencegah ketidak
puasan.
Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 6
Pelatihan, idealnya dimaksudkan untuk memeriksa apakah 5 faktor
utama dalam menangani kedaruratan telah dipraktekan dan hasilnya
sesuai dengan harapan:
- Teknologi
Mencoba berfungsinya peralatan, apakah peralatan tersebut dapat
dioperasikan ? apakah sesuai dengan harapan ? apakah letaknya
strategis ?
- Prosedur-prosedur
Apakah prosedur-prosedur tersebut cocok diterapkan pada
tempatnya dan sesuai degan sumber daya yang tersedia ? apakah
informasi selama berlangsungnya latihan berjalan efektif dan efisien
? adakah penugasan-penugasan yang perlu ditinjau kembali atau
sejauh kembali atau sejauh ini perlu didelegasikan ?
- Karakteristik personil
Apakah awak kapal terlihat mampu menghadapi scenario yang
direncanakan ? apakah tingkatan stress mengurangi kemampuan
untuk pelaksanaan tugasnya ?
- Kepatuhan
Apakah awak kapal patuh mengikuti keputusan pimpinanya ?
apakah mereka memperlihatkan keinginan untuk menolong
sesamnya ?
- Pelatihan
Apkah ada jarak antara kecakapan yang ada dengan kemampuan
yang diharapkan ? pelatihan apa yang dapat memperbaiki untuk
menghilangkan jarak (gap) tersebut ?.

c. Perencanaan Pelatihan
Factor yang nyata dalam menentukan hasil suatu latihan atau
secara menyeluruh latihan tersebut dinilai baik, tergantung pada upaya
perencanaan pelatihan itu sendiri, apakah dilaksanakan ?
Perencanaan yang baik dalam latihan akan waktu dan efektivitas
hasil yang dilaksanakan awak kapalnya. Hasil yang dilaksanakan awak
kapalnya. Perencanaannya harus rinci. Secara formal rencana latihan
harus meliputi :

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 7
- Tujuan
Siapa yang dilatih dan dievaluasi ? peralatan apa yang digunakan
dan dicoba ? apakah ada pemberitahuan sebelumnya dan hal-hal
lain yang perlu dikoreksi ?
- Referensi
Sistim apa yang dipakai atau kebijakan yang diaplikasikan ?
- Perhatian keselamatan
Perhatian apa yang akan diambil untuk meminimalkan resiko
keselamatan sehubungan dengan latihan yang akan dilaksanakan ?
- Pengharapan
Siapa yang diharap untuk melakukan apa dan kapan ?
- Kemungkinan masalah-masalah timbul
Boleh jadi operasional rutin akan terganggu, apakah ada sejumlah
awak kapal baru yang mungkin saja belum familiar dengan kapal
atau penugasan-penugasanya ?

d. Penjelasan Latihan
Melalui penjelasan ringkas dalam latihan sangat diperlukan untuk
memeksimalkan hasil yang ingin dicapai. Persiapan rinci untuk
mempresentasikan penjelasan ringkas suatu latihan akan menambah
kebaikan dari latihan itu sendiri.
Kesempurnaan kesiapan akan terliputi dalam :
- Tinjauan ulang laporan latihan terdahulu
Catatan kerusakan peralatan yang dilaporkan dan evaluasi
procedural atau personil yang bertugas
- Penetapan tujuan yang spesifik
Setiap orang sebaiknya mengerti focus utamanya dalam latihan.
- Jadwal waktu dan lokasi
Yakinkan ruangan-ruangan tersedia untuk latihan tanpa terinterupsi
- Pengarahan langkah keselamatan
Yakinkan ruangan-ruangan dan peralatan yang digunakan dalam
kondisi yang aman untuk dioperasikan.

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 8
BAB IV
PENGENDALIAN TANGGAP DARURAT

1. Penilaian awal dan respon kedaruratan


a. 4 tahapan
Ada 4 tahapan dalam penilaian awal dan keefektifan merespon suatu
keadaan darurat :
- Permasalahan diketahui dan dipahami
- Informasi dapat diterima dan dievaluasi
- Solusi dikebangkan dan dinilai
- Penerapan solusi

b. Kemungkinan reaksi awal


Pada pemahaman masalah dan menyadari situasi yang terjadi,
pemimpin akan cenderung bereaksi dalam beberapa cara :
- Penolakan
Menyeluruh atau sebagian menolak permasalahan atau keseriusan
masalah yang terjadi “ini tidak mungkin terjadi” atau “situasi ini tidak
terlalu parah” atau kemampuan untuk memecahkan masalah boleh
jadi akan ditolak. “kami tidak dapat menangani masalah ini, jadi kami
tidak akan melakukan sesuatu”.
- Penghindaran
Bahaya terlihat dengan nyata namun dianggap begitu mengancam
sehingga si pemimpin tidak berani menghadapinya. Focus akan
teralih ke masalah lain dan tanggung jawab sehubungan dengan
bahaya yang mengancam akan didelegasikan
- Kebingungan
Pemimpin menjadi apatis ataupun ekstrim bereaksi namun lemah
dalam mengambil keputusan. Hal ini mendekati situasi “panic”
- Proposional
Kejadian dan bahaya yang terkait dapat jelas diketahui serta
persiapan untuk mengontrol dan menormalkan situasi darurat mulai
dilakukan.
Catatan:

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 9
Kemampuan dalam merespon secara proposional dapat ditingkatkan
dengan cara mengikuti pelatihan.

2. Kepemimpinan
a. Definisi :
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan
membimbing anak buahnya (team), serta merangsang personil untuk
bekerja bersama-sama dan memberikan umpan balik (feed back)
sebuai dengan perintahnya.

b. Kepemimpinan dalam situasi darurat


Situasi-situasi darurat menurut hal-hal yang lebih dari seorang
pemimpin diluar hal yang rutin dalam operasional sehari-harinya.
Seorang pemimpin kapal berdasarkan kewenangannya harus berhasil
menciptakan atmosfir sesuai situasi yang berkembang serta member
rasa percaya diri (antara anak buah dan penumpang) dan
memfasilitasikan jalan keluar dari permasalahan.

c. Tipe tipe pemimpin


Uapaya merespon akan dimonitor dan diarahkan oleh pimpinan-
pimpinan yang ditunjuk dan pimpinan-pimpinan fungsional.

d. Pimpinan-pimpinan yang ditunjuk


Pimpinan-pimpinan yang ditunjuk secara formal ditugasi pada posisi
yang spesifik untuk memimpin dengan kewenangan yang lebih besar.
Peran kritis formalnya ditentukan pimpinan untuk meyakinkan
perhatian situasional, seperti fungsi-fungsi yang mengharuskan
menjaga jarak dari team tanggap darurat, memonitor prilaku dan
mendeteksi serta mengkoreksi kesalahan-kesalahan.

e. Pimpinan-pimpinan fungsional
Kepemimpinan fungsional didasarkan atas pengetahuan khusus atau
kemahiran mereka berkaitan dalam penaggulangan situasi.
Pimpinan-pimpinan fungsional adalah:
- Situasional dan sementara, tidak menggantikan struktur
komando.

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 10
- Memperkirakan bila dengan pengetahuan spesifik atau
keterampilannya menjadi kritis untuk merespon aksi aksinya
- Tidak memerlukan penunjukkan
- Tidak diteruskan bila situasinya menjadi kritis

f. Pengangkatan pimpinan fungsional


Bila pimpinan-pimpinan yang ditunjuk tidak dapat berada disuatu
tempat setiap saat, adalah hal yang baik untuk mengusahakan tempat
setiap saat, adalah hal yang baik untuk mengusahakan
penggantiannya dengan pimpinan fungsional
Pimpinan-pimpinan fungsional dapat berhasil dalam member semangat
anggota team dengan menaanggung opini, melengkapi informasi dan
mengambil tindakan bila diperlukan.
Pimpinan fungsional mempunyai beberapa kelebihan, termasuk:
- Memperbolehkan penyimpangan sesuai perkembangan situasi
- Mendorong kualitas terbaik untuk mengambil peran mengarahkan
situasi
- Meningkatkan team work dalam situasi komoleks, sehingga lebih
cepat menguasai situasi
- Mempromosi kelancaran terpeliharanya personil junipr dalam
menigkatkan tanggung jawab.

g. Keterampilan dalam memimpin


Penerapan keterampilan yang baik dalam memimpin adalah kunci
untuk mengatasi dan menampung kesulitan-kesulitan dalam suatu
kedaruratan.
Efektifitas keterampilan memimpin memrlukan hal, seperti:
- Tugas-tugas yang spesifik
- Mengkoordinasikan aliran informasi
- Memotivasi individu dan team
- Meminta masukan yang relevan
- Mengkoreksi kesalahan-kesalahan dalam hal positif
- Memfokuskan team tanggap darurat pada tugasnya
- Menyediakan status dalam langkah-langkah yang dilakukan
- Memonitor team atas potensial kerja yang berlebih
Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 11
- Menyediakan feed back

h. Tugas spesifik
Memahami keseluruhan dari tujuan, pemimpin harus melaksanakan
tugasnya dengan baik menggunakan sumber daya yang ada guna
merespon tindakan tindakan yang spesifik.

i. Mengkoordinasi aliran informasi


Keberhasilan dalam merespon situasi darurat tergatung akurasi dan
ketepatan informasi yang diterima sekaligus pendistribusiannya.
Pimpinan harus siaga untuk memcahkan masalah-masalah yang
terkumpul dan mampu berkomunikasi serta menyampaikan informasi
yang vital.

j. Memotivasi
Pengetahuan dan penguasaan situasi yang baik akan member hasil
yang efektif. Memotivasi berulang-ulang juga akan member tekanan
yang baik bertalian dengan aktifitas tanggap darurat.

k. Meminta masukan yang relevan


Individu boleh jadi mempunyai informasi yang relevan : pemimpin
harus dengan aktif meminta masukan dari anggota team. Jika
memungkinkan untuk didekati, anggota team akan menyediakan
informasi penting terbaru dari tempat kejadian.

l. Mengkoreksi kesalahan kesalahan


Kesalahan manusia harus dideteksi dan ditandai untuk memperkecil
dampak negative. Agar efektif pimpinan akan membuat koreksi tanpa
menghilangkan respek terhadap anggota team yang membuat
kesalahan, “tarp error, not people”.

m. Focus pada team tanggap darurat pada tugasnya


Pemimpin seharusnya tidak membingungkan atau membuat ragu
upaya tim tanggap darurat. Renungkan terlebih dahulu dengan prioritas
kejadian yang rendah atau ketidak pedulian atas tugasnya harus
diminimalkan.
n. Penyediaan status laporan-laporan

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 12
Tetap menjaga agar anggota tim selalu member informasi-informasi
situasional dan hal tersebut dapat member kesempatan untuk
mengarahkan tindakan-tindakan. Jika terjadi perbedaan informasi,
maka dapat mengakibatkan konflik sesamanya
Mencegah beban kerja yang berlebihanpemimpin harus tetap menjaga
kewaspadaan danmemonitor beban kerja, mengetahui serta mengatur
keseimbangan diantara anggota tim. Tindakan ini akan menurunkan
potensi kesalahan manusia (human error).

o. Memberi umpan balik


Memberikan umpan balik selama operasional harus dilaksanakan
secara rutin. Umpan balik yang positif menimbulkan performance
tindakan-tindakan yang diinginkan dan sebaliknya umpan balik yang
negative akan merubah keinginan awal semulanya.
Bila tindakan-tindakan pemimpin dijelaskan pastikan anggota team
mengerti gambaran keseluruhan dan dapat mengantisipasi arahan
kemudian. Umpan balik sebaiknya
- Terurai, tidak megevaluasi
- Seimbang, tidak sepihak aja
- Berniat baik, tidak menyalahkan atau merugikan
- Spesifik, tidak umum / bias/ samara- samara / meragukan
- Waktu tepat, tidak terlambat

3. Mengelola stress
a. Pengertian
Stress atau ketegangan timbul sebagai hasil ketidak seimbangan
antara persepsi orang itu terhadap tuntutan yang dihadapinya dan
mengenai kemampuannya untuk menaggulanggi tuntutan tersebut.
Stress timbul setiap kali terjadi perubahan dalam keseimbangan
sebuah kompleks manuasia-peralatan –lingkungan.
Beberapa peneliti (terutama Lazarus, 1967) menyatakan bahwa stress
hanya berhubungan dengan kejadian kejadian disekitar lingkungan
yang merupakan bahaya atau ancaman dan bahwa perasaan

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 13
perasaan yang terutama relevan encakup rasa takut, cemas, rasa
bersalah, sedih, putus asa dan bosan.
Dari sudut pandangan psikologis, Cox dan Machay (1977)
menegaskan bahwa stress adalah sebuah gejala yang individual.
Stress adalah hasil penafsiran seorang mengenai keterlibatan dalam
lingkungannya, baik secara fisik maupun secara fisiologi yang
disalurkan melalui susunan saraf endokrin. Setiap individu mempunyai
kemampuan genetis unutk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan mempunyai pola prilaku tertentu untuk menanggulangi lingkungan
itu.
Factor-faktor ini akan menentukan tanggapannya terhadap stress yang
disebabkan oelh gabungan penyebab stress psikososial dan psikofisis
(panas, suasana gaduh, dan sebgainya).

b. Pengaruh stress terhadap fisik


Ketegangan dapat mencapai taraf tinggi, rendah atau mengakibatkan
gangguan seperti pada :
- kerusakan pada fungsi urat nadi jantung.
- susunan saraf,
- perut,
- kandungan kemih,
- pernafasan,
- tulang dan susunan saraf lainnya,
- dan lain-lain yang tentu juga tergantung dari factor-faktor
keturunan.
Hal-hal diatas dapat dianggap sebagai pemula dari penyakit kronis.
Pada saat Stress, phisik secara alami akan merespon kejadian-
kejadian dengan mempersiapkan tubuh untuk melawan phenomena
tersebut.
Tahap-tahapan stress dapat terlihat dibawah ini :
- Tahap peringatan / dini.
Pada tahap ini, stress akan menyebabkan tubuh mengeluarkan
hormone untuk melawan penyebab stress sementara, kemudian

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 14
fungsi-fungsi tubuh akan mengadaptasi guna menguatkan tenaga
dan memerangi permulaan stress tersebut. Gejala-gejala dapat
berupa sakit kepala, capek, nyeri otot, nafas pendek dan
kehilanagan tenaga.
- Tahap resisten
Tubuh memerangi sumber penyebab stress dan gejala-gejala yang
dialami tahap ini secara bertahap tidak terlihat. Tenaga melemah
sementara tubuh mempertahankan kondisi normal.
- Tahap kelelahan
Sumber daya tubuh akhirnya melemah. Jika sumber stress tidak
berkurang, kesehatan akan terancam dan akhirnya dapat
mengakibatkan pingsan.

c. Pengaruh Stress pada Performance ( Kemampuan )


Stress mempunyai pengaruh terhadap kemampuan :
- Semangat, menambahkan kemampuan
- Tidak bergairah, mengurangi kemampuan
Setiap orang mempunyai batas kekebalan stress yang dapat
berpengaruh pada puncak kemampuannya.

d. Task performance curve

High

Q
U
A Performance
L Curve
I
T Depends on
Y our “coping
ability”
P
E
R
Energizing Interfering
F
Depends
O
R on our
M “adaptive
A energy”
N
Low High
C LEVEL OF STRESS
Balai Besar Pendidikan
E Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 15
e. Faktor-faktor stress
Fator-faktor stress berpengaruh terhadap reaksi yang berkaitan
dengan stress. Kebanyakan factor-faktor stress secara nyata terlihat
seperti pada saat kita mengalami suatu keadaan yang mengancam,
merasakan cepatnya suatu perubahan yang terjadi, desakan waktu,
gagal mengontrol situasi, kurang rasa kebersamaan atau kurang
koordinasi dengan tim tanggap darurat, sedikit atau tidak ada sama
sekali informasi, informasi yang tidak menentu ataupun terlalu banyak
informasi.

f. Kemampuan individual
Kemampuan individual dalam mengalami stress yang berlebihan akan
menyimpangkan perilaku normal atau standar
Beberapa gejalanya :
- Menyimpang dari prosedur
- Standar-standar yang rendah dalam pelaksanaan tugas
- Kurang disiplin
- Monitoring tidak berjalan atau tidak ada cross check terhadap anak
buah
- Tidak merespon hal-hal yang diperlukan
- Banyak / kerap membuat kesalahan-kesalahan kecil
- Kelelahan sangat / berat
- Tidak biasanya mudah tersinggung
- Timbul masalah masalah fisik
-
g. Kemampuan team
Prilaku dan kemampuan team operasi (tim tanggap darurat) dapat
terpengaruh dibawah tekanan stress
Ketidak efektifan tim dapat terasa, seperti:
- Tingkat kesalahan meningkat
- Kurang komonikasikurang berbagi informasi diantara anggota

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 16
- Menjadi terlalu percaya pada pemimpin dalam memcahkan
masalah
- Menjadi mudah terpengaruh pada pemikiran kelompok, keputusan
tim tidak sebaik keputusan-keputusan dari tindakan anggota sendiri.

h. Menurunkan tingkat stress


Pengaruh stress pada erformance selama situasi darurat dapat
diturunkan dengan cara:
- Kesadaran, sadar akan situasinya dan menerapkan tindakan yang
benar
- Istirahat yang cukup, kurang tidur adalah factor yang paling penting
penurunan kemampuan untuk melawan stress berat
- Latihan-latihan, meningkatkan rasa percaya diri setiap personil dan
kecakapan tim
RESPONS TERHADAP KEADAAN DARURAT
 Nakhoda harus kompeten untuk mengidentifikasi berbagai situasi
darurat dan untuk memberitahu otoritas pelabuhan
 Team Sar Nasional.
 DPA (Designated Person Asort ) perusahaan
 Sesuai prosedur perusahaan komunikasi dalam kondisi keadaan
darurat
 Nomor telepon darurat yang akan ditampilkan secara jelas
PENGENDALIAN TANGGAPAN TERHADAP KEADAAN DARURAT
 Menunjuk Pemimpin Zona darurat
 Mudah diidentifikasi oleh penumpang (warna pakaian yang akan
mengisyaratkan kepada semua penumpang dalam video
keselamatan)
 Membuat contoh selama situasi darurat
 Ambil kontrol langsung
 Tetap tenang
 Saling Menghormati anggota Team, Sehingga menjadi suatu Team
Work yang kompak.
PENGENDALIAN TANGGAPAN TERHADAP KEADAAN DARURAT

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 17
 Nakhoda dalam Mengambil Keputusan Fokus
 Tindakan yang cepat sangat penting dalam masa darurat
 Mendengarkan informasi dari Komandan Team yang berada di
tempat kejadian
 Menilai situasi
 mengalokasikan tugas
 Rencana untuk peralatan dan personil tambahan
 Menyesuaikan rencana sesuai kondisi Darurat.
 Gaya kepemimpinan yang tepat yang dibutuhkan (Otokratis, diktator,
direktif)
 Konsultasi tidak sesuai dalam krisis
PENGENDALIAN TANGGAPAN TERHADAP KEADAAN DARURAT
Nakhoda dan kru harus dapat:
 Memotivasi
 Mendorong
 Meyakinkan
 Semua penumpang dan personil lainnya
PENGENDALIAN TANGGAPAN TERHADAP KEADAAN DARURAT
 Motivasi penumpang dan personil lainnya:
 Merangsang minat
 Memberikan dukungan kepada tim
 Antusias
 Energi yang ditampilkan akan menyebar ke orang lain
 Selalu profesional dalam pengembangan situasi dan semanagat.
 Sampaikan kepada orang lain supaya terpadu , pekerjaan yang
efektif sedang dilakukan
 Selalu positif
PENGENDALIAN TANGGAPAN TERHADAP KEADAAN DARURAT
 Ketegangan
 Perkembangan gejala:
 Pikiran mendeteksi perubahan dalam lingkungan dan menafsirkan
ancaman yang bisa terjadi.

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 18
 Komandan Team bertugas untuk memimpin meninggalkan kapal dan
berhadapan dengan masalah
 Jantung berdetak lebih cepat
 Keringat lebih dari biasanya
PENGENDALIAN TANGGAPAN TERHADAP KEADAAN DARURAT
 Pengaruh stres
 Stres yang dihasilkan oleh situasi darurat dapat mempengaruhi
kinerja dan kemampuan untuk bertindak atas instruksi dan ikuti
prosedur

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 19
BAB V
PENGENDALIAN PENUMPANG DAN PERSONEL LAINNYA SELAMA
SITUASI DARURAT

1. Respon manusia terhadap kedaruratan


Kemungkinan bentuk reaksi para penumpang
Umumnya orang cenderung lambat bereaksi dalam situasi darurat,
mereka salah dalam menyadari bahaya yang segera akan terjadi,
ketika pemberitahuan “darurat” diumumkan, mereka masih menunggu
informasi lebih lanjut untuk bereaksi atau mungkin mereka mengetahui
adanya bahaya tetapi tetap merasa optimistis masalahnya akan
teratasi. Bila mereka beraksi, para penumpang kemungkinan mengikuti
satu dari 3 pola dasar sebagai berikut:
- Aktif
Antara 10 s/d 30% akan melakukan beraksi dan melakukan
sesuatu. Orang-orang ini dapat dimanfaatkan sebagai penolong
(helper)
- Pasif
Antara 10 s/d 75% akan menunggu informasi, kemana akan pergi
dan apa yang harus dilakukan. Mereka akan menunggu awak kapal
membantu dan mengarahkannya
- Panik
Antara 1 s/d 3% akan masuk kedalam situasi panic berat,
ketakutan, berteriak dan berlarian tak tentu arah. Perilaku mereka
didasarkan atas ketakutan, mereka berasa bahaya segera dating
dan kesempatan untuk menyelamatkan diri terbatas.
Kemungkinan tindakan para penumpang yang merugikan
Dalam pengamatan kebanyakan para penumpang melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan diri mereka sendiri selama terjadi
kedaruratan di kapal seperti :

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 20
- Mencari saudara atau teman dan tidak mengikuti petunjuk awak
kapal
- Menaruh perhatian untuk mengambil kembali barang-barang
milikinya
- Panikan
- Mencari penyelamatan masuk kedalam kabin
- Bergerak kearah berlawanan kemiringan kapal
Guna mencegah tindakan-tindakan yang merugikan tersebut, maka
sangat diperlukan menerapkan teknik pengendalian masa dengan
tetap memberI perintah / petunjuk-petunjuk kepada para penumpang.
Prioritas utama diberikan sebaiknya yang tidak memisahkan mereka
dengan keluarga / saudaranya, menuntun mereka yang panic atau
bingung mencari tempat perlindungan.
Hal lain yang diperlukan dalam melakukan tindakan dalam
mengendalikan kekacauan masa, yaitu seperti :
- Member informasi nyata pada situasi yang dihadapi untuk
mencegah rumor yang negative
- Mencegah tindakan dramatis, tunjukan sikap yang tenang
- Memanfaatkan penumpang yang aktif, namun jangan
memberiarkan mereka bertindak semaunya
- Menjaga rasa persaudaraan bersama
- Menitipkan anak-anak kecil yang tidak dikenali identitasya kepada
para penolong dewasa

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 21
BAB VI
KOMUNIKASI-KOMUNIKASI YANG EFETIF

1. Umum
Kemampuan untuk memberitahukan dengan jelas dan mengarahkan
secara singkat melalui informasi yang tepat sesungguhnya hal yang baik
dalam pengelolaan krisis. Komunikasi yang baik harus diyakini berfungsi
efektif dengan menggunakan sumber daya yang tersendiri dalam
merespon kedaruratan. Perintah dan informasi sebaiknya diberikan dalam
bentuk yang sederhana bila mana memungkinkan. Para penumpang dan
awak kapal dalam situasi krisis kemampuannya dapat menurun untuk
menerima dan memahami pesan yang kompleks, oleh karena itu
gunakanlah standar yang baku dari IMO Standard Marine Communication
Pharases (MSc / Circ. 794) guna menurunkan resiko salah pengertian
dari pengarahan atau informasi. Komunikasi dalam tindakan team tanggap
darurat harus disesuaikan dengan bahasa kapal yang dimengerti. Bahasa
inggris merupakan hal yang wajib bila awak kapalnya multinasional
2. perintah utama
Instruksi-instruksi dan laporan-laporan sebaliknya didasarkan atas
keperluan informasi, disebabkan dalam kenyataan dapat menurunkan
tingkatan situasi krisis
Dibawah ini 5 perintah utama yang dapat diterapkan untuk menganalisa
informasi apa yang diperlukan:
- Situasi
Jelaskan situasi terakhir pada personil yang relevan, hindari
penjelasan detail yang tidak diperlukan. Sistem kode dapat dipakai
penjelasan detail yang tidak diperlukan. Sistem kode dapat dipakai
untuk menghindari kepanikan penumpang dan mengurangi
pengiriman dan penerimaan pesan yang terlalu panjang
- Penugasan

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 22
Jelaskan tindakan aksi apa yang diperlukan secara spesifik pada
awak kapal. Jika standar pro,sedur diterapkan, minimal instruksi
akan diperlukan. Hindari penugasan yang detail, ijinkan personil
merespon akan focus tugasnya tanpa terganggu (terhalangi)
- Eksekusi
Bila diperlukan, jelaskan bagaimana menjelaskan standard
prosedur eksekusi yang diterapkan
- Administrasi (penguasa pelabuhan)
Prosedur prosedur apa yang diterapkan dalam situasi genting ini ?
apakah pendukungnya tersedia
- Kepemimpinan dan komunikasi
Siapa yang bertugas dibeberapa lokasi yang mana tindakan-
tindakan yang tanggap sedang berjalan ? model komunikasi apa
yang digunakan ?
3. Model komunikasi
Informasi adalah peyampaian kata-kata, dengan nada suara dan bahasa
tubuh. Penelitian mengindikasikan bahwa berkomunikasi:
- Dengan kata-kata saja dapat diterima 7 %
- Dengan suara yang keras dapat diterima 35%
- Bahasa tubuh dapat diterima 55%
Dibawah ini adalah model komunikasi yang menunjukan kompliksitas
prosesnya:
Model komunikasi

Rintangan dalam komunikasi

Maksud Persepsi

Pengirim Pesan Pendengar

Umpan balik
Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 23
4. Pengirim
Proses komunikasi awalnyadimulai dari pengirim, keinginan disampaikan
melalui informasi. Tanggungjawab pengirim meyakinkan penerima
memahami maksudnya (pesan-pesan). Pengirim harus proaktif,
meyakinkan apa yang dikatakannya didengar dengan akurat. Pengirim
harus:
- Mengemukakan hal yang terkandung dalam pikirannya pada saat
itu.
- Mengemukakan pemikiran secara jelas dan sederhana
- Menerangkan secara layak
- Mendorong adanya umpan balik
5. Berita atau pesan
Berita terdiri dari informasi yang diinginkan pengirim melalui penerima
untuk mengurangi masalah dalam komunikasi, berita / pesan harus:
- Menggunakan terminology yang tepat dan ungkapan standar
- Mengirimnya bila penerima dapat mendengar
- Menggunakan nada suara yang sesuai dengan si penerima, sesuai
keperluan
- Terukur, isi segala sesuatu yang diinginkan penerima dapat
dipahami pinnya oleh pengirim
6. Penerima
Penerima berita atau pesan harus memberikan respon terhadap berita
yang diterima. Penerima menginginkan informasi dalam bentuk
penegasan (tugas)
7. Umpan balik
Dengan tanggapan yang diberikan oleh penerima, maka pengirim dapat
mengetahui apakah berita yang dikirim itu sampai dan dimengerti atau
tidak oleh menerima. Diterimanya respon ini berarti adanya umpan balik.
Bentuk umpan balik yaitu :
- Memberitahukan (membalas)

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 24
Diterimanya suatu pesan dengan baik apabila si penerima pesan
melakukan apa yang diinginkan si penerima. Pemahaman bukan
jaminan yang diperlukan
- Meniru (mengangguk)
Mengulangi kembali gerakan si pengirim mengartikan pesan sudah
diterima. Sekali lagi dalam hal ini penerima telah menjamin bahwa
peasan dipahami
- Member keterangan
Mengungkapkan kembali penjelasan isi dari pesan/berita keduanya
(penjamin dan penerima) ini sebagai pengontrol bahwa si penerima
memahami pesan dan si pengirim mempunyai kesepakatan pula
untuk mengkoreksi jika ada kesalahan dalam komunikasi tersebut.
8. Hambatan-hambatan (Barrier) komunikasi
Komunikasi tidak selamnya berjalan mulus dan lancer seperti yang
diharapkan. Banyak factor yang menjadi penghalang atau penghambat
dalam komunikasi. Beberapa hambatan, yaitu:
- Perilaku yang tidak bersahabat
- Otoriter
- Pemarah atau frustasi
- Personil bias
- Perbedaan pandangan (team)
- Kurangnya rasa percya diri
- Tidak memprioritaskan yang seharusnya
- Struktur organisasi
- Membingungkan
- Egosentris
- Tersendat-tersendat / terbata-bata
- Jarak
9. Komunikasi dengan para penumpang
Semua informasi yang diberikan ke penumpang selama keadaan darurat
sebaiknya factual. Penggunaan kata-kata peringatan seperti :
Krisis, darurat atau bencana sebaiknya dihindari. Informasi kepenumpang
sebaiknya terstruktur, sebagai berikut:

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 25
- Situasi
Terangkan situasi dengan fakta, jelas dan yakinkan kembali
penjelasan detail dihindari
- Penugasan
Terangkan apa yang harus penumpang lakukan jika ada
- Eksekusi
Terangkan bagaimana penugasan harusa dilakukan, jika ada
Pesan pada penumpang harus diulang secara regular dengan interval
tertentu dan yakinkan setiap orang memahami maksud dari pesan yang
disampaikan. Latihan ini akan cenderung menciptakan kesan
pengendalian dan perintah yang baik.

10. PERILAKU MANUSIA DAN PENANGGULANGAN


 Penumpang Response
 Orang mengambil beberapa waktu sebelum menerima kenyataan
bahwa situasi darurat ada
 Perhatian untuk pengumuman, instruksi dan sosialisasi
disampaikan dengan bahasa Inggris dan bahasa setempat
 "Bencana tidak akan pernah terjadi pada saya" bersikap tenang.
 Abaikan bahkan tanda-tanda paling jelas dari bahaya
 Takut dicap sebagai "bodoh" saat bereaksi terhadap bahaya yang
tidak jelas
 Terus-menerus bunyi alarm tidak di respon
 Penumpang enggan menyampaikan himbauan karena takut
membuat kepanikan
 Cobalah untuk menemukan cara mengkonfirmasikan bahwa
peringatan tersebut adalah benar, untuk merencanakan
meninggalkan Kapal.
11. PERILAKU MANUSIA DAN PENANGGULANGAN
 Penumpang Response
 Orang mungkin panik dan bersikap tidak rasional dan mungkin tidak
dapat memahami / menanggapi instruksi
 Panik melibatkan kecemasan dan ketakutan

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 26
 Takut tidak irasional dapat melakukan tindakan yang
membahayakan.
 Persepsi bahwa tindakan harus dilakukan segera dan orang-orang
bergerak secepat mungkin untuk menuju jalan keluar
 Hal ini juga dapat mengakibatkan melarikan diri tanpa kepedulian
terhadap orang lain
 Panic dapat terjadi ketika orang membuat keputusan pada
informasi yang tidak benar.
 Pikiran difokuskan hanya untuk melarikan diri - arah tidak jelas
dengan personil lain dan siaran informasi diabaikan
12. PERILAKU MANUSIA DAN PENANGGULANGAN
 Penumpang Response
 Penumpang dapat mencari kerabat, teman dan / atau mereka yang
tergabung sebagai reaksi firt ketika sesuatu berjalan salah
 reaksi naluriah
 Kelompok keluarga memiliki kepentingan yang berbeda
 Sebuah kelompok dapat asily menyebar ke seluruh kerajinan
 Perwira Kapal harus dapat meyakinkan kelompok keluarga bahwa
sedang di upaya kan untuk mencari anggota keluarga yang hilang.
 Pengumuman dilakukan melalui PA, Communication antara daerah
yang berbeda harus dilakukan.
 Personil yang dikirim ke daerah yang lain untuk mencari anggota
yang hilang dan mengantarkan mereka kembali ke kelompok nya.
 Setelah berkumpul, penumpang seharusnya tidak diperbolehkan
untuk meninggalkan kelompoknya.
 Jaminan terus-menerus untuk semua penumpang bahwa organisasi
kapal dirancang untuk menyelesaikan masalah
13. PERILAKU MANUSIA DAN PENANGGULANGAN
 Penumpang Response
 Penumpang dapat mencari keamanan dalam akomodasi atau
tempat-tempat lain di mana mereka pikir mereka bisa menghindari
bahaya

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 27
 Benar-benar dicari kesemua tempat (termasuk toilet) dan
memastikan evakuasi ke Embargasi Station selesai
 Ikuti prosedur Penanggulangan darurat kemampuan Anda untuk
memastikan semua area telah dicari baik oleh pesan langsung ke
Pusat Komando , sehingga tidak ada waktu yang terbuang dalam
rangka pencarian penumpang yang hilang.
 Sesuaikan / Cocokan dengan Fassenger List yang ada dan
cocokan dengan daftar penumpang.

14. PERILAKU MANUSIA DAN PENANGGULANGAN


Penumpang Response
Penumpang cenderung bergerak ke sisi atas keramaian.
Arahkan yang efektif penumpang untuk ke lefeboat / stasiun liferaft
mereka
Penumpang dapat pergi ke sisi yang tinggi - beberapa LSA
mungkin tidak dapat untuk memulai karena daftar tidak sesuai
Kemungkinan panik yang disebabkan dari keluarga yang terpisah.
Anggota keluarga akan peduli untuk keselamatan kelompok mereka
Pemimpin kelompok dapat pergi ke daerah-daerah yang berbahaya
untuk mencari kelompok keluarga yang terpisah.
Perintah dari personil diabaikan, karena kondisi panik.
Pesanan harus tenang, jelas, informatif, dan meyakinkan
Menetapkan anggota kru khusus untuk menenangkan mereka yang
peduli dan menjelaskan prosedur kapal
15. MEMBANGUN DAN MENJAGA KOMUNIKASI EFEKTIF
 Kemampuan untuk memberikan instruksi yang jelas dan ringkas
dalam bahasa kebangsaan dari para penumpang dan Bahasa
Inggris pada rute tertentu
 Pengumuman multibahasa diumumkan melalui PA ,sesuai
dengan dimana kapal berada.
 Petugas dapat mengidentifikasi orang lain yang dapat
berkomunikasi dalam bahasa yang sama.
 Tempat strategis personil adalah di tempat berkumpul.

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 28
 Gunakan informasi bergambar atau video

16. MEMBANGUN DAN MENJAGA KOMUNIKASI EFEKTIF


 Selain itu,
 Melatih personil untuk menggunakan frase dasar
 Mengidentifikasi penumpang yang dapat menerjemahkan dan
menyampaikan informasi
 Dalam keadaan tertentu pengumuman PA dapat dibuat untuk
mencari orang dengan keahlian itu
17. MEMBANGUN DAN MENJAGA KOMUNIKASI EFEKTIF
 Pengetahuan tentang kebutuhan, dan kemampuan, untuk
berkomunikasi dengan cara alternatif, selain komunikasi lisan,
dalam keadaan darurat, misalnya: tangan-sinyal, demonstrasi dll
 Terlihat, menggunakan sinyal lengan dengan jelas mengarahkan
rute
 Memahami semua tanda-tanda di atas kapal dan membawa
penumpang perhatian kepada mereka seperti yang diperlukan
 Obor berguna dan akan menarik perhatian tidak hanya untuk Anda
tetapi juga untuk penyimpanan dari LSA dan evakuasi
18. MEMBANGUN DAN MENJAGA KOMUNIKASI EFEKTIF
 Memahami kebutuhan untuk memilih bahasa yang paling tepat
dimana pengumuman darurat dapat disiarkan dalam keadaan
darurat atau untuk menyampaikan petunjuk penting untuk
penumpang dan untuk memfasilitasi anggota kru dalam membantu
penumpang
 Pengumuman dengan bahasa dimana kapal berada dan mungkin
multigual sangat penting
 Perusahaan harus mempertimbangkan pelatihan personil tambahan
dalam bahasa yang dibutuhkan oleh rute pelayaran.
19. MEMBANGUN DAN MENJAGA KOMUNIKASI EFEKTIF
Stres akan berkurang jika penumpang dapat memahami informasi
dengan baik atau memiliki pertanyaannya dipahami dan
meyakinkan didalam menjawab

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 29
20. Tindakan Meninggalkan Kapal (Abandon Ship)
1. Tindakan meniggalkan kapal (Abandon Ship) dapat dilaksanakan
apabila:
a. Semua usaha penyelamatan kapal setelah diperhitungkan secara
cermat (sesuai kecakapan pelaut yang baik) tidak berhasil.
b. Berada diatas kapal akan lebih membahayakan jiwa
c. Kapal sudah tidak mungkin lagi diselamatkan
d. Instruksi Nahkoda
2. Tekan tombol general alarm (7 pendek dan 1 panjang) secara terus
menerus dan umumkan melalui Public Addressor (PA).
3. Nahkoda melaksankan langkah-langkah tindakan keadaan darurat dan
dibantu oleh
a. KKM melanjutkan perintah untuk meninggalkan kamar mesin dan
menyelamatkan Dokumen Mesin
b. Mualim III Sr mencatat semua kegiatan dan menyalamatkan Buku
Harian Kapal dan Dokumen Kapal lainnya dibantu Kerani
c. Perwira radio I menyelenggarakan komunikasi via HT dengan
komando sekoci dan komunikasi marabahaya sesuai perintah
nahkoda :
Gunakan perangkat komunikasi:
1) VHF :
- Pilih format distress dan nature of distress “abandoning” pilih
chanel 70, tekan distress/start
- Pindah ke chanel 16 untuk berkomunikasi
2) MF/HF :
- Pilih format distress dan nature of distress “abandoning” pilih
salah satu freq bahaya untuk DSc MF/HF tekan distress/start
- Pidah ke freq 2182Khz atau 6215Khz untuk berkomunikasi
3) INMARSAT “B”
- Format jenis berita bahaya selanjutnya tekan tombol distress
- Untuk berkomunikasi dengan voice INMARSAT

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 30
4) INMARSAT “C”
- Format jenis berita bahaya selanjutnya tekan tombol distress
- Untuk berkomunikasi
4. Bila nahkoda memrintahkan perwira radio meninggalkan kapal
a. Memastikan switch EPIRB pada posisi auto, mengaktifkan atas
perintah nahkoda
b. Membawa HT Two way Communication dan membagikannya
kepada komandan sekoci luput maut (rescue boat)
c. Membawa perangkat SART
d. Menyelamatkan dokumen radio
5. Masinis I Sr/Yr. memastikan bahwa:
a. Mesin mati, semua katup-katup cepat bahan bakar/minyak pelumas
telah tertutup
b. Tidak seorang ABK mesinpun yang berada di ruang mesin
c. Masinis II telah menyelamatkan dokumen dokumen Bagian Mesin
d. Tutup semua pintu pintu kedap air
6. Mualim I memimpin pelaksanaan langakah-langkah tindakan darurat
sesuai Muster List:
a. Pastikan awak kapal berpakaian baik dan memakai life jacket
dengan benar
b. Komandan sekoci lapor kepada Mualim I skoci diturunkan
c. Mualim II Sr memimpin regu penolong
1) Memberikan arahan kepada penumpang menuju sekoci
penolong masing-masing sesuai nomer yang tertera pada life
jacket dan pemakaian yang benar
2) Membagikan baju penolong (life jacket) bagi yang belum
memakainya’
3) Membagikan selimut dan bila waktu memungkinkan tambah
selimut cadangan air minum dan makanan
4) Mengatur naiknya penumpang ke sekoci : utamakan wanita
hamil, orang cacat (handy cap), anak-anak, orang tua kemudian
pelayar lainnya

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 31
5) Mualim II Yr. menyiapkan dan meluncurkan rakit otomatis
(inflatable Life Raft)
7. Mualim I melaporkan kepada Nahkoda bahwa pelaksanaan
meninggalkan kapal siap untuk dilaksanakan
8. Komando turunkan rescue boat / sekoci komando dan ILR
dilaksanakan
9. Langkah-langkah selanjutnya yang harus dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Tidak menjauh dari lokasi kejadian tapi bebas dari isapan kapal
tenggelam
b. Buat kumpulan/kelompok rakit otomatis dengan cara mengikat satu
dengan lainnya untuk memudahkan tim SAR dalam mencari
c. Gunakan Phyroteknik (Parachute Signal, Red Hand Flare, Bouyant
Smoke) untuk menarik perhatian tim SAR
d. Aktifkan SART untuk memudahkan tim SAR mendeteksi
21. Kesiapan Bertahan hidup di Laut
Untuk semua tipe kapal
1. Apabila dengan terpaksa anak buah kapal dan penumpang harus
meniggalkan kapal atas perintah Nahkoda/Abandon Ship, maka semua
orang harus mengerti cara bertahan hidup di laut
2. Untuk dapat bertahan hidup maksimal di laut sampai pertolongan dating
maka harus di pahami 10 (sepuluh) prinsip-prinsip untuk dapat bertahan
hidup yaitu :
a. Pengetahuan mengenai peralatan yang dimiliki dan kemauan hidup
adalah modal utama
b. Jangan panic, jangan buang waktu, sehera lengkapi pakaian dan
alat-alat penyelamat yang ada
c. Lakukan dengan tertib petunjuk pimpinan penyelamatan
d. Jangan melompat kelaut bila tidak perlu atau tanpa perintah
pimpinan
e. Jangan melompat dari ketinggian 4,5 meter bila menggunakan baju
penolong

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 32
f. Jangan meloncat kedalam perahu/rakit penolong (ILR) atau pada
pusaran air
g. Hemat tenaga bila terapung
h. Gunakan peralatan survival dikapal yang anda temukan
i. Jangan minum air laut, berhemat dan atur pemakaian makanan
darurat (Food Ration) dan air tawar (Dringking Water), jangan
makan dan minum bahan-bahan yang mengandung protein (mie
atau susu) karena menambah kebutuhan air
j. Gunakan peralatan isyarat bahaya seefektif mungkin sesuai
kebutuhan

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 33
Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 34
Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 35
Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 36
Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran
Crisis Management and Human Behaviour Training 37
CLASS WORKSHOP – 1
 Api breakout setelah 1 jam keberangkatan di malam hari
 Penumpang - 300 nos
 Total crew - 7 termasuk master
 Kebangsaan - 10% Jepang / Arab
 Tidak bisa berbahasa Inggris / penumpang berbahasa Indonesia
CLASS WORKSHOP – 2
 Kapal mengambil dalam air, tenggelam 30 menit
 ETA, 45 menit
 Wanita yang lebih tua dalam gaun panjang
 Orang pemabuk
SITUASI DARURAT
 Pengendalian Kerusakan
 Untuk menentukan tingkat air yang masuk.
 Untuk menentukan tingkat pemompaan
 Untuk menilai apakah tingkat memompa lebih dari tingkat banjir atau
sebaliknya
 Untuk mengontrol polusi jika terjadi terhadap lingkungan laut
SITUASI DARURAT
 Komandan Team Darurat menentukan status cadangan daya apung
untuk kapal
 Apabila daya apung tidak ada lagi kapal akan tenggelam
 Komandan Team melaporkan kepada Nakhoda sesuai aturan.
 Dengan Pertimbangan Tehnis Kapal tidak bisa diselamatkan lagi , maka
Nakhoda memberikan perintah lisan untuk meninggalkan Kapal
DARURAT TABRAKAN DAN MENENGGELAMKAN
 Semua penumpang akan dikumpulkan pada titik-titik tertentu,
diintruksikan menggunakan Life jaket .
 Semua sekoci siap untuk diturunkan dan diberangkatkan, orang tua
jompo, perempuan dan anak-anak prioritas utama.

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 38
 Setelah sekoci diturunkan melanjutkan ke daerah yang aman, jauh dari
kapal tenggelam.
OPERASIONAL - TINGGALKAN KAPAL
 Perintah lisan oleh Nakhoda ( Order by Master )
 Pertimbangkan untuk membawa:
 peralatan GMDSS
 SART (Search and Rescue Transponder) harus dilakukan
 2 cara telepon radio harus dilakukan
KEBAKARAN
 Station Pantai
 Perintah Nakhoda
 Untuk memanggil pihak darurat Nakhoda menginformasikan RCC
menggunakan DSC sesuai (Digital Panggilan Selektif) frekuensi
 Team Penanggulangan kebakaran.
 Komandan Team bertanggung jawab atas operasi darurat Kebakaran.
KEBAKARAN
 Team pemadam kebakaran menggunakan baju Tahan api dan
menggunakan selang kebakaran mengatasi kebakaran
 Alat pemadam kebakaran ditambahan untuk membantu pemadaman
kebakaran
 Chief engineer / crew Engine membantu dalam pendinginan untuk
mencegah penyebaran api
 Team Hotel Departemen memandu penumpang ke tempat yang aman
dan siap untuk Menunggu instruksi selanjut nya.
KEBAKARAN
 Pihak Pangontrol / Nakhoda.
 Komandan Team Darurat menginformasikan kondisi situasi
darurat.kepada Nakhoda.
 Jika bantuan dari pantai diperlukan , Nakhoda melaksanakan
RCC minta bantuan dari pantai .

KEBAKARAN
 Posisi kapal harus dilaporkan

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 39
 Jenis bantuan yang diperlukan Untuk menunjukkan apakah bantuan
medis diperlukan
 Untuk menyiarkan pesan keselamatan bagi semua kapal di sekitarnya
 Nakhoda memerlukan bantuan, Nakhoda dapat memanggil bantuan dari
kapal-kapal di sekitarnya
JAWABAN KE DUA
 Ketua Team akan bertanggung jawab, ketika Nakhoda tidak mampu
untuk mengambil alih komando
 Chief engineer yang akan menggantikan menjawab pihak darurat

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 40
CROWD CRISIS MANAGEMENT PRACTICE

1. Dalam pelayaran di laut Masalembo terjadi kebakaran diatas kapal,


akibat dari bahan-bahan yang tumpah dari mobil muatan di Car deck
yang menyiram accu
2. Kebakaran tidak bisa diatasi, kapal Roro passanger membawa
penumpang 1500 orang dan mobil 500 unit
3. Nahkoda membunyikan isyarat untuk meninggalkan kapal (abandon
ship) ……. _ 3x berturut turut
4. Semua komandan sekoci menuju ke deck sekoci. Team darurat standby
menunggu perintah dari anjungan
5. Komandan 2 sekoci dan team darurat mengabsen anggotanya
6. Komandan sekoci dan team darurat melaporkan anggotanya ke bridge
(nahkoda) tentang anggotanya
7. Nahkoda mengintruksikan (order by master) kepada semua team darurat
untuk ; mengarahkan penumpang sesuai master list (tugas lokasi)
menuju master station
8. Komandan team menugaskan anggotanya untuk;
- Mengarahkan penumpang ke tempat berkumpul
- Membantu penumpang dalam pemakaian life jacket (membetulkan
pemakaian yang salah)
- Memberikan briefing kepada penumpang di master station
- Memeriksa gang-gang kamar penumpang, kalau ada penumpang
yang tertinggal. Perintah dari nahkoda
9. Nahkoda memrintahkan (by walker tolky / ny PA) semua penumpang dan
ABK menuju ke deck embarkasi (embargation station)
10. Semua komandan sekoci dan life rafe mengabsen semua penumpang &
ABK yang menjadi tanggung jawabnya
11. Laporan komandan sekoci dan life rafe kepada nahkoda dan siap
menunggu perintah selanjutnya

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 41
12. Perintah nahkoda supaya penumpang naik sekoci dengan
memperhatikan skala prioritas
- Orang cacat, anak-anak, orang tua, perempuan dan penumpang
lainnya
13. Komandan sekoci mengecek penumpangnya (passsanger list) dan anak
buahnya, ternyata di sekoci no.1 dan no.2 ada penumpang yang kurang
14. Nahkoda memerintahkan komandan sekoci, kemudian komandan sekoci
menyeruh anak buahnya untuk mencari penumpang yang kurang
15. Penumpang yang kurang sudah didaptkan, komandan sekoci lapor
kepada nahkoda
16. Nahkoda memerintahkan semua ABK dan penumpang untuk
meniggalkan kapal, karena kapal tidak bisa diselamatkan

Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran


Crisis Management and Human Behaviour Training 42

Anda mungkin juga menyukai