MANAGEMENT ARMADA
KAPAL
A. Pengertian Manajemen:
A. Definisi dari Shipboard Management-Alam, 2001
Manajemen sering digunakan dalam berbagai cara yang berbeda, misalnya manajemen
adalah proses yang dilalui para manajer untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen juga
dapat menu jukan suatu kesatuan pengetahuan, dalam konteks ini manajemen merupakan
suatu kumpulan kumulatif informasi yang melengkapi pemikiran untuk mamanajemeni sesuatu.
Manajemen biasanya didefinisikan sebagai proses pencapaian tujuan organisasi dengan
cara bekerja dengan atau melalui orangdan sumber-sumber organisasi yang lain. Jadi kunci
utama manajemen antara lain:
1. Suatu proses atau sejumlah aktifitas yang berkesinambungan dan Sali ng berhubungan.
2. Melibatkan dan berkonsentrasi pada pencapaian tujuan organisasi.
3. Mencapai tujuan dengan cara bekerja dengan dan melalui orang serta sumber-sumber
organisasi lain.
B. Referensi dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia-STIA LAN 2000 sebagai berikut:
Manajemen berasal dari Bahasa Inggris “To Manage” yang artinya mengatur dan mengelola.
Secara teknis manajemen diartikan sebagai kiat (gabungan antara ilmu dan seni) mengatur atau
mengelola semua sumber daya (manusia dan non-manusia) yang dimiliki organisasi, agar tujuan
organisasi dapat tercapai secara efesien. Jadi dapat ditarik 5 kunci utama yaitu:
1. Kiat
2. Mengatur/ mengelola
3. Sumber daya
4. Tujuan organisasi
5. Efisien
c. Kamus Besar Bahasa Indonesia-Balai Pustaka Depdiknas 2002, memberikan definisi yaitu
“Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” dan
“Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi”
Beberapa fungsi manajemen yang membentuk suatu proses manajemen antara lain
adalah perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating), dan
Pengendalian (Controling).
B. Armada
1. Pengertian Armada
Disetiap perusahaan angkutan laut (pelayaran) dikenal istilah armada dan dalam
konteks ini adalah armada kapal-kapal niaga. Manajemen armada adalah salah satu kegiatan
utama dalam bisnis angkutan laut. Tujuan umum manajemen armada pada dasarnya adalah
mendapatkan keuntungan melalui kegiatan dan kemampuan profesional dalam mengelola dan
menjalankan kapal-kapal secara ekonomis dan efesien.
1
2. Sejarah Manajemen Armada
a. Armada Kapal Layar Dan Kapal Uap
Pada masa jayanya kapal-kapal layar dan mulai digunakannya kapal uap dalam
pelayaran niaga, kapal kapal diatur sendiri oleh para Nahkodanya. Waktu itu system komunikasi
masih sangat terbelakang, sehingga pemilik kapal tidak punya pilihan lain kecuali memberikan
kepercayaan kepada para Nahkoda kapalnya ketika kapal-kapal tersebut mulai meninggalkan
pelabuhan induk. Para Nahkoda tersebut membuat keputusan jangka pendek sendiri selama
dilaut, termasuk pengaturan kapal.
b. Manajemen Berpindah Ke Kantor Pusat
Ketika system komunikasi lebih maju, para pemilik kapal dapat memberikan
perintah dan mengatur pengoperasian kapal-kapalnya seperti masalah teknis, perbekalan dan
awak kapal, dengan kata lain manajemen berpindah ke kantor pusat. Dengan perubahan
system primitif kesuatu system desentralisasi, pengambilan keutusan dilakukan oleh pemilik
kapal, metode ini berjalan sampai tahun 60-an.
Kemudian muncul perubahan, dimulai dari perusahaan-perusahaan pelayaan di
Inggris, Eropa Utara, dan Skandinavia yang disebabkan oleh semakin besarnya biaya operasi
sebuah kapal, uang tambang yang semakin rendah, demikian pula bertambahnya kompetitor
dari negara-negara maritime yang baru muncul.
Lalu kesulitan mencari orang yang mau bekerja di kapal menjadi masalah, karena
mereka tidak senang terlalu lama meninggalkan keluarga dan muncul anggapan bahwa profesi
pelaut bukanlah profesi seumur hidup, suatu saat mereka akan beralih profesi ke darat.
c. Upaya Menekan Biaya Operasi
Untuk mengatasi semua hal ini adalah mencoba menekan biaya-biaya
pengoperasian kapal, pemikiran kembali tentang periode kapal harus naik dock, penghematan
bahan bakar, pencegatan lambung, suku cadang serta bagaimana dan dimana pembelian-
pembelian bahan-bahan dilakukan. Langkah ini berpengaruh pada penekanan biaya awak kapal,
walaupun disadari pula dampak dari kenaikan harga bahan bakar dan pelumas.
d. Persyaratan Jumlah Awak Kapal
Perusahaan mulai mengurangi jumlah awak kapal, banyak protes muncul dari
para pelaut maupun serikat kerja pelaut, karena dampaknya terhadap pemeliharaan kapal dan
juga terbatasnya peluang bekerja di kapal. Pergantian awak kapal setiap periode dipandang ikut
menambah beban biaya, karena perlu pelatihan kembali. Menghadapi situasi ini sejumlah
pemilik kapal di Inggris, Eropa Utara dan Skandinavia mencari pemecahan masalah secara
bersama-sama dan menghasilkan solusi sebagai berikut:
a. General Purpose Crew, yaitu suatu system dimana satu orang bisa memiliki lebih dari satu
keahlian, misalnya seorang Mualim merangkap Masinis kapal.
b. Planned Maintenance, merupakan suatu kegiatan pemeliharaan yang terencana dengan
baik, kapan dan bagaimana satu instrument itu harus dirawat atau diperbaiki, melalui jadwal
akurat. Contoh digunakan papan dengan matrik data instrument dan giliran perawatannya.
c. Spare Gear Control And Stock Control Systems, suatu system pengendalian inventarisaso
suku cadang baik jumlah, penempatan dan waktu pemanfaatannya.
2
d. A Team Management, didalam memecahkan masalah dan menghadapi suatu rencana
diperlukan kerjasama antara awak kapal sebagai suatu tim.
Dapat disimpulkan bahwa untuk saat ini ada 2 system manajemen kapal-kapal yaitu:
a. Tradisional dan organisasi yang terpusat, dimana manajemen bisa dilakukan oleh para
Nahkoda kapal atau diambil alih oleh para pemilik kapal.
b. Organisasi terpusat dengan system Multiple Communication, dimana tersedia komunikasi
multiple antara satu bagian perusahaan di atas kapal secara langsung, misalnya pengaturan
muatan, pengoperasian mesin yang dapat dipandu dari darat (Kantor Pusat).
C. Manajemen Kapal Dan Manajemen Armada
1. Sebuah kapal dilihat sebagai suatu system yang terbentuk dari serangkaian sub-system:
a. Sistem adalah kesatuan terpadu dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling
tergantung menuju ke sasaran yang sama.
Suatu system secara luas dikelompok sebagai:
b. Teknologi
c. Manusia
d. Struktur
2. Pada dasarnya manajemen kapal, terdiri dari 3 kelompok pelayanan yaitu:
Technical Management
Crew Management
Commercial Management,
3. Jika manajemen kapal adalah suatu proses memanage sebuah kapal, maka manajemen
armada akan memanage lebih dari satu kapal yang mungkin berbeda tipe, ukuran, muatan,
pelayaran, mesin, peralatan dan lain-lainnya.
Secara eksplisit dapat dijabarkan tugas seorang Direktur/ Manager Armada suatu
perusahaan pelayaran sebagai berikut:
Tipe Kapal
Tipe kapal yang berbeda-beda akan membutuhkan spesialisasi tipe kapal khususnya hal-
hal yang bersifat teknis, sehingga untuk mengawaki kapal tipe baru diperlukan crew
yang ahli atau terlatih dengan baik.
Crew kapal
Menempatkan crew yang tidak terlatih baik disuatu kapal modern akan sangat
berbahaya, sebaliknya menempatkan crew ahli dikapal-kapal tua dengan penanganan
konvensioanal menjadi tidak efektif.
Ketersediaan dana
Dana sering menjadi faktor penghambat dalam mengambil suatu keputusan. Jika
pendapatan kapal dikurangi biaya operasional masih ada laba, maka dana akan tersedia.
Perusahaan pelayaran yang rugi akan terbatas kemampuannya untuk memelihara kapal.
Pengalaman manajemen
4
Pemilik kapal tentu berharap agar dapat mengendalikan kapal dengan baik melalui
manajernya, jika tidak memiliki manajer yang berpengalaman akan sulit diwujudkan.
5
3. Kapal Ikan
Kapal Ikan adalah kapal yang dibuat untuk menangkap ikan dengan berbagai cara, seperti
purse-seining, long-lining, beam trawling dan stern-trawling. Kapal ini sering dilengkapi dengan
pendingin (refrigerator) dan peralatan untuk memproses lebih jauh.
A. Muatan di gabung sedemikian rupa sehingga memilikui kurang lebih bentuk yang sama
dengan tujuan supaya waktu bongkar/muat dipelabuhan dapat dipercepat dan dapat lebih baik
disusunnya dalam kapal.
Dalam hal ini dapat digunakan system pengepakan:
1. Sistem palletized, pre-slinging
2. Container yang merupakan tipe” pembungkus” yang besar dan distandardisir
6
B. Kapal disesuaikan dengan jenis muatan.
Dalam hal ini telah dihasilkan kapal-kapal untuk muatan-muatan khusus, sebagai:
1. Kapal konvensional untuk muatan kering, dengan menggunakan sistem stowage
konvensional.
2. Kapal tipe geladak terbuka untuk memperbaiki pengaturan muatan (stowage)
3. Kapal tipe geladak terbuaka dan kapal yang membongkar dari lambung (side portship)
untuk muatan diatas pallets (palletized cargo), muatan yang diikat ( pre- slung cargo ) atau
muatan dalam container.
4. Kapal khusus container
5. Kapal Roll on Roll of (RoRo) dengan pintu dibelakang
6. Kapal Lift on Lift off (LoLo)
7. Kapal muatan tongkang (Lighters Aboard Ship=Lash/Seabee)
8. Kapal untuk muatan sangat berat dalam kebanyakan hal ini dilengkapi dengan alat-alat
angkut khusus
9. Kapal untuk muatan khusus seperti kendaraan-kendaraan bermotor
10. Kapal khusus penumpang
11. Kapal barang curah kering (Bulk Carriers)
12. Tankers untuk muatan cair
7
Demikian pula sebaliknya, jika pihak shipper yang telah membukukan muatannya dibatalka,
maka pengusaha kapal berhak menurut hukum atas ganti kerugian dari shipper, dan ganti
kerugian ini disebut Dead Freight.
2. Pada umumnya dapat menerima semua jenis muatan.
3. Menawarkan tarif angkutan (fright rate) yang telah ditetapkan dan berlaku namun tarif
tersebut berlaku sampai adanya pemberitahuan mengenai perubahan berikutnya.
Pada pelayaran samudera asing tarif ini ditetapkan oleh Conference artinya ditetapkan melalui
kesepakatan antar sesama anggota bila perusahaan ikut sebagai anggota conference.
4. Pengusaha kapal harus mempunyai peraturan atau sarat-sarat pengankutan yang
dicantumkan pada lembar Bill Of Lading (B/L) atau dimungkinkan adanya perjanjian khusus
antara pengusaha kapal dan shipper.
Dengan adanya perjanjian dan penandatanganan B/L, apabila terjadi kerugian masing-masing
pihak dapat mengajukan claim atau tuntutan hukum melalui pengadilan.
5. Pada pelayaran Liner Service mempunyai keuntungan dan kerugian diantaranya yaitu:
Keuntungan Liner Service:
a. Memenuhi kebutuhan cargo owner yang menginginkan suatu pelayanan yang tetap dan
teratur.
b. Mempunyai pelanggan (Customer) tetap yang akan mendukung perusahaan.
c. Karena sifatnya yang teratur lebih mudah diramalkan dan diadakan perencanaan awal (pre-
planning), sehingga kemungkinan untung/rugi lebih mudah diketahui sebelumnya.
Kerugian dari Liner Service:
a. Liner membutuhkan satu organisasi yang besar dan mahal dimana harus ada unit usaha,
unit armada, keuangan dan administrasi umum dalam jumlah yang sesuai dengan kegiatan
misalnya yaitu PT Jakarta Lloyd memiliki Owners Representative di New York, Hamburg, Tokyo
dan Singapore.
b. Harus balanced trade terutama untuk Liner Container, guna menghindari biaya repositoning
yang tinggi.
c. Untuk dapat memelihara satu frekuensi pelayaran yang baik, harus mempunyai armada
yang besar/layak.
Misalnya: ada salah satu kapal yang dock atau mengalami musibah, harus segera diganti kapal
lain.
b. Pelayaran Tramp (Tramper Service)
1. Merupakan pelayaran bebas yang tidak terikat ketentuan formal, tidak mempunyai jalur
pelayaran tetap dan kapal dapat berlayar dimana saja.
2. Membawa muatan apa saja dan sering mengangkut muatan sejenis.
3. Tidak mempunyai jadwal yang diumumkan sebelumnya.
4. Syarat dan pengangkutan uang tambang (Freight Rate) merupakan hasil kesepakatan kedua
belah pihak.
Adapun keuntungan dan kerugian dari pelayaran Tramper:
a. Keuntungan dari pelayaran Tramper yaitu:
1. Hanya menyinggahi pelabuhan yang mempunyai muatan cukup banyak.
2. Pelabuhan yang disinggahi kurang tetapi muatan yang diangkut banyak, biaya akan rendah
dan pendapatan cukup tinggi.
3. Organisasi perusahaan cukup sederhana, yang penting ada unit armada.
8
b. Kerugian dari Tramper:
4. Tidak mudah untuk mendapatkan muatan karena tidak mempunyai pelanggan (Customer)
yang tetap.
5. Ada kemungkinan berlayar dalam keadaan kosong menuju suatu pelabuhan muat atau tidak
memperoleh muatan balik.
c. Pelayaran Khusus
1. Pelayaran khusus adalah pelayaran yang tidak termasuk dalam Liner atau Tramper dan
mengangkut barang khusus.
2. Yang termasuk pelayaran khusus adalah:
a. Pelayaran lepas pantai (Off Shore).
b. Angkutan minyak atau LNG.
c. Pelayaran wisata laut.
d. Pelayaran khusus mengangkut barang industri seperti pupuk, batubara, semen, log dan lain-
lain.
d. Feeder Service
1. Feeder Sevice adalah suatu pelayaran yang melayani angkutan antara pelabuhan
pedalaman dengan pelabuhan pengumpul (INDUK).
2. Pada umumnya feeder service merupakan Liner yang secara teratur harus melayani mother
vessel (kapal induk).
3. Jenis feeder service adalah:
a. Dedicated Feeder yang kegiatannya hanya melayani mother vessel tertentu atau feeder
tersebut milik mother vessel tertentu.
b. Common Feeder yang kegiatannya tidak terikat pada mother vessel tertentu freight (uang
tambang) dari common feeder merupakan komponen biaya yang terpisah.
3. Berdasarkan jenis muatannya
a. Angkutan general cargo
b. Angkutan full container/semi container
c. Angkutan Ro-Ro
d. Angkutan Lash
e. Angkutan Bulk Cargo
1. Liquid Cargo
2. Dry Cargo
f. Angkutan muatan berat (Heavy Lift)
g. Angkutan barang dingin
h. Angkutan mobil
i. Angkutan penumpang
F. Peranan Awak Kapal
Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau
operator kapal untuk melakukan tugas sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku
sijil.
1. Sistem Pengawakan
Ada dua sistem pengawakan pada suatu perusahaan pelayaran yaitupegawai tetap dan pegawai
dengan sistem kontrak.
a. Pegawai Tetap
9
1. Keuntungan:
- Ada sense of belonging
- Pengaturan untuk dikapal mudah
- Kualitas pegawai terkendali/ terpantau dengan baik
2. Kerugian:
- Biaya relatif besar dalam merekrut pegawai tetap baru
- Saat pegawai di darat, perlu gaji yang besar
b. Pegawai dengan sistem kontrak
1. Keuntungan:
- Tidak perlu biaya rekrut
- Gaji diberikan pada waktu habis kerja di kapal
- Mudah menghentikan pegawai yang konduitenya jelek
2. Kerugian:
- Tidak ada sense of belonging
- Pegawai yang kualitasnya baik bisa pindah (Exodus)
- Dalam keadaan mendadak sulit mencari Nahkoda/awak kapal
2. Kebutuhan Awak Kapal
Suatu perusahaan pelayaran yang memiliki armada kapal cukup banyak, jika pelautnya
adalah pegawai tetap perlu diperhitungkan adanya awak kapal cadangan sebanyak 25-50%,
mengingat proses mutasi naik/turun kapal karena cuti/sakit/pendidikan dan lain-lain. Pada saat
jumlah armada kapal besar dan kebutuhan pelaut tinggi, pada umumnya pemilik memilih
pelaut sebagai pegawai tetap.
Kebutuhan awak kapal pada dasarnya tergantung dari beberapa hal berikut ini:
11