PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber daya alam yang kita miliki dan merupakan hasil tambang mineral utama
negara adalah pertambangan minyak bumi dan gas yang menjadikan sumber
pendapatan devisa bagi Negara pada khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
Bisa di lihat di awal tahun 80-an, hasil pengolahan minyak bumi antara lain minyak
mentah dan minyak suling menyumbang sekitar 75% dari keseluruhan ekspor
negara. Sejak tahun 1995, jumlah tersebut turun menjadi kurang dari 20% dan
indonesia mulai mengimport minyak di karenakan hampir seluruh sektor baik itu
sektor industri, pengguna jasa angkutan, rumah tangga dan lain-lain menjadikan
BBM dan gas bumi sebagai kebutuhan utamanya sedangkan cadangan minyak
Melihat wilayah Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas
lebih dari 13.500 pulau besar dan kecil, dan lebih dari 6000 pulau
batu pijakan antara daratan Asia dan benua Australia. Ini menjadikan
1
transportasi laut yaitu kapal tanker ke setiap pulau di Indonesia. Ada 2 (Dua) tahap
minyak adalah proses pemuatan minyak jadi (Product) dari kapal penampung ke
product di lepas pantai tidak lepas dari peran aktif oleh kedua belah pihak kapal
mengenai sistem perencanaan dan pelaksanaan bongkar muat yang tepat. Penulis
menjalani praktek berlayar selama 2 bulan di kapal MT. Griya Asmat yang
“Efisiensi bongkar muat minyak product secara Ship To Ship Transfer (STS)”.
masalah yang terjadi di atas kapal tanker product yang sedang Ship to Ship
transfer. Masalah utama tersebut adalah kurang mampunya anak buah kapal
2
(mualim I dan bawahannya) dalam merencanakan pemuatan minyak product,
ketidaksiapan peralatan yang digunakan dan kelalaian ABK kapal dalam berdinas
Tujuan penulisan ini adalah agar semua awak kapal dapat mengetahui dan
menguasai dengan baik segala sesuatu tentang keadaan perairan, persiapan alat-
alat bongkar muat, mengatasi pencemaran tumpahan minyak akibat kelalaian ABK
kapal yang menyebabkan tank over flow, serta memahami dan menguasai
bagaimana sistem pemuatan yang tepat. Segala sesuatu yang di bahas di dalam
penulisan skripsi ini di usahakan nantinya berguna bagi orang-orang yang turut
andil khususnya anak buah kapal dalam hal pemuatan minyak product pada saat
C. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang ada pada pelaksanaan pemuatan minyak product pada saat
kapal ship to ship sangat banyak dan luas, mengingat hal itu maka permasalahan
3
terhadap peralatan yang digunakan dan ketidakdisiplinan ABK kapal dalam
berdinas jaga.
D. PEMBATASAN MASALAH
Pengalaman yang penulis dapat dalam PRALA (Praktek Laut) mengenai masalah
yang di hadapi dalam proses memuat di lepas pantai sangat banyak. Maka dari itu
mungkin agar proses pemuatan dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan
efisiensi waktu yang baik, mencegah tumpahan minyak ke laut agar tidak terjadi
pencemaran laut yang dapat merusak ekosistem di laut mengingat besar sekali
manfaat laut dalam kehidupan manusia dan yang terakhir bagaimana pelaksanaan
sistem pemuatan yang cepat dan tepat. Pembatasan masalah di sini yang di
angkat menjadi sebuah judul dari skripsi penulis adalah bagaimana proses
bongkar muat minyak product secara Ship To Ship yang baik dan benar agar
4
E. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Dalam membaca skripsi ini pembaca harus memahami isi skripsi ini dengan
BAB I PENDAHULUAN
pustaka dari beberapa buku yang pernah penulis baca dan juga
Dalam bab ini di jelaskan deskripsi dan analisis data dan bagaimana
BAB V PENUTUP
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Sesuai dari penelitian yang di lakukan di atas kapal, hasil penelitian yang berkaitan
dengan terlambatnya proses bongkar muat kapal tanker pada waktu (STS) ada
Yang paling utama yang harus di perhatikan oleh seorang perwira dek kapal tanker
terutama yang baru mulai bertugas ialah mengenal ”Cargo piping line”
6
Dan hasil penelitian yang penulis lakukan di atas kapal yang berkaitan dengan
Inilah beberapa hal yang penulis ketahui dalam melakukan penelitian dan
pengamatan selama praktek berlayar di atas kapal agar dapat di mengerti dan di
pahami oleh anak buah kapal agar dapat tercapai waktu bongkar muat yang
B. TINJAUAN PUSTAKA
skripsi ini penulis membutuhkan beberapa buku sebagai buku pedoman atau
buku : Tanker Safety Perwira, Diklat PERTAMINA hal 81, 152,172 dan
173
7
2. Teori reducer, fender dan hoses dari buku : Ship To Ship transfer guide
4. Teori sistim penataan pipa dari buku : Kapal dan muatannya, Capt.
4, 5, 14, 15 dan 16
Bridgestone
Dari beberapa buku di atas yang digunakan sebagai daftar pustaka pembuatan
Orang yang bertugas menyandarkan dan melepaskan kapal dari lokasi STS
2. Manifold
8
3. Reducer
Jalur pipa muatan yang berguna untuk di mana tangki-tangki di bagi dalam
kelompok-kelompok
5. Fender
Alat ini sering di sebut juga dapra-dapra yang berfungsi sebagai penahan
7. Shutle
8. Sounding
dalam tangki
9
9. Rate
10. Stripping
Tahap operasi pada akhir pemuatan pada suatu tangki untuk memperoleh
laut
10
15.Multiplan
16.Singleplan
C. KERANGKA PEMIKIRAN
pada saat proses bongkar muat di atas kapal tanker, penulis mengetahui bahwa
Dengan adanya persiapan yang tepat untuk peralatan atau perlengkapan yang di
operasikan maupun penataan rencana pada saat pemuatan atau loading plan di
pemikiran yang penulis angkat dan sajikan dalam skripsi ini adalah: ”Kurangnya
(loading plan)”
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
cara bernavigasi yang benar pada saat kapal berlayar, teknik olah gerak pada
waktu kapal sandar di dermaga, CBM ataupun Ship To Ship transfer (STS)
dengan aman, sistematis dan efisien. Dalam masa praktek juga penulis
mendapatkan pengalaman tentang bagaimana cara bongkar muat yang baik dan
benar agar mendapatkan efisien waktu pengoperasian kapal pada saat kapal STS
dapat dalam masa praktek berlayar yang penulis tidak sebutkan satu persatu.
Teknik bongkar muat pada saat kapal STS diperoleh oleh penulis waktu kapal
berada di Kalbut, Situbondo Jawa-Timur dari akhir bulan November 2004 sampai
awal bulan September 2005. Pada saat sekarang banyak kapal tanker di dunia ini
menggunakan STS sebagai salah satu bagian dari proses bongkar muatnya dan
12
pemuatannya hal ini tergantung dari kebutuhannya. Sistem STS di pilih karena
banyak keuntungannya dari segi efisiensi waktu. Proses bongkar muatnya lebih
cepat dan relatip lebih mudah dalam proses sandar dan lepas sandarnya, ini di
karenakan tidak begitu memperhatikan pasang surut airnya karena berada di laut
lepas yang mudah di jangkau oleh kapal tanker, baik kapal yang besar maupun
yang kecil.
karena mengingat kondisi kapal yang sudah tua yakni buatan tahun 1979 dan
memiliki kecepatan kapal yang lambat jadi kapal ini di pilih untuk banyak
di pilih agar mencapai target operasi yang di inginkan oleh perusahaan karena
jarak pelayaran yang dekat jadi di pilih kapal-kapal yang sudah tua dan lambat.
Rute ini penulis jalanin hampir 9 bulan dan selebihnya proses bongkar muat di
dan Balikpapan.
pengalaman di dapat oleh penulis. Pengalaman yang di dapat di atas kapal selalu
berhubungan dengan sesuatu yang di dapat oleh penulis selama menjadi taruna di
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Akan tetapi implementasi dari ilmu yang di
13
dapat ada yang mengalami perkembangan sesuai dengan jenis kapal di mana
ilmu yang di berikan oleh dosen memuat hanya mencakup mengenai bagaimana
perhitungan muatan yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
atas kapal tanker. Seperti mengatur Trim yang benar agar kapal dapat berlayar
dengan aman, tata cara memuat yang baik dalam tangki agar sesuai dengan
Selama praktek di atas kapal penulis mendapatkan teknik bongkar muat yang baik
bagian depan, tengah maupun di bagian belakang. Untuk mendapatkan hal ini
yang ada di atas kapal tersebut. Prosedur pemuatan tangki yang penulis dapat
selama penulis menjadi taruna hanyalah sebatas efisiensi pemuatan tangki sesuai
bahwa tidak hanya hal itu saja yang di perhatikan dalam proses memuat tapi juga
proses pemuatan berikutnya apabila kapal ingin memuat dengan muatan yang
muatan, hal ini dapat di hindari dengan proses pembongkaran muatan yang benar-
efisien dan dapat di pertanggungjawabkan agar dapat di olah dan di sajikan dalam
14
pemaparan gambar-gambar dan pandangan yang benar. Ada beberapa teknik
1. Observasi
langsung pada objek yang di teliti. Ini di lakukan pada saat penulis menjalankan
praktek berlayar selama 1 tahun di kapal tanker. Pengamatan ini di lakukan pada
persediaan peralatan dan perlengkapan pada saat kapal ship to ship transfer yang
Loading Arm
2. fender (dapra-dapra) yang sudah tidak layak pakai. Hal ini terjadi karena
pemasangan fender yang tidak sesuai dengan besar atau ukuran kapalnya
yang mengakibatkan fender cepat rusak. Jadi apabila kapal yang ingin STS
harus menunggu fender cadangan dari darat yang di bawa oleh kapal tunda
akibat fender rusak pada saat kapal sedang menjalani proses bongkar
muat.
15
3. Pemasangan slang yang tidak benar pada manifold (pipa bermulut banyak)
pada saat kapal bergerak naik turun akibat alur dan ombak di sekitar lokasi,
muat kapal pada waktu STS hal tersebut harus selalu di perhatikan
pemasangannya yang benar dan baik oleh perwira yang berdinas jaga.
alami banyak terjadi pada waktu STS kapal tidak mempunyai reducer yang
cocok akibat tidak lengkapnya ukuran reducer yang di miliki oleh kapal. Ini
satu penunjang dalam bongkar muat kapal tanker, mengingat pentingnya itu
maka kapal harus memiliki ukuran reducer yang lengkap agar tidak terjadi
lagi hal yang serupa. Di sini mualim I harus berperan aktif dengan
2. Wawancara
Dalam teknik pengumpulan data ini penulis melakukan tanya jawab dengan
perwira dan anak buah kapal guna mengetahui persoalan-persoalan yang sering
terjadi dalam proses bongkar muat selama di STS. Selain itu juga penulis bertanya
tentang cara perawatan kapal yang baik, cara bongkar muat yang baik, cara
jawab ini penulis tidak menghadapi kesulitan dalam berkomunikasi, ini karena
16
seluruh kru di kapal MT.PENDOPO/P.1020 berkewarganegaraan Indonesia dan
setiap pertannyaan yang penulis tanyakan selalu di jawab dengan senang hati.
Pada sesi tanya jawab ini penulis melakukan dengan orang-orang yang
Mualim II, Mualim III, Bosun, Juru mudi dan Kelasi. Mereka adalah yang
Sebagai contoh :
Mualim I menjawab :
pompa yang tidak benar seperti waktu pengeringan pompa, pompa sering
sebagai mana mestinya adalah karena mesin pompa yang sudah tua.
17
2. Penulis menanyakan tentang pengoperasian kran-kran :
“Bagaimana cara pengoperasian kran-kran yang baik dan benar agar dapat
Mualim I menjawab :
berada pada ujung yang menyongsong aliran minyak (downstream end) dari
suatu sistim pipa muatan harus sebagaimana yang diatur dalam peraturan
umum, tidak boleh di tutup selama cairan masih mengalir ke arahnya, kecuali
Dan penulis juga banyak menanyakan kepada Mualim II & III yang tidak di jelaskan
satu per satu di sini mengingat tugas dari perwira tersebut berbeda dalam
“Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan winch roll tidak dapat berputar
dengan cepat?”
Bosun menjawab :
Faktor-faktor yang menyebabkan winch roll tidak dapat berputar dengan cepat
adalah karena jalur pipa untuk steam winches banyak yang bocor akibatnya
uap air yang di gunakan untuk winch banyak terbuang di jalur pipa steam hal ini
18
Kepada juru mudi dan kelasi penulis menanyakan tentang berdinas jaga yang baik
masuk ke tangki pada saat muat atau yang keluar pada saat bongkar.
Penulis juga menanyakan persiapan alat-alat apa saja yang perlu di siapkan waktu
kapal ingin bongkar muat dan masih banyak lagi tanya jawab yang penulis lakukan
3. Dokumentasi
Pada teknik ini pengumpulan data di gunakan sebagai bukti otentik agar semua hal
yang berkenaan dengan bongkar muat dapat terkoordinir dengan baik. Karena
pada saat bongkar muat semua kegiatan harus di catat di dokumen pengapalan
tentang apa saja yang terjadi, kenapa bisa terjadi dan kapan waktu terjadinya.
Tujuannya agar tidak adanya salah pengertian antara kapal yang membongkar
muatan dan yang memuat muatan. Adapun dokumen pengapalan itu antara lain :
Mate’s receipts (Resi mualim), Bill of lading (Kontrak angkutan barang melalui
laut), Manifest (Daftar muatan), Ship condition (Keadaan kapal), Tanker time sheet
19
a. Mate’s receipts adalah suatu tanda terima muatan yang di muat di atas
kapal yang di tanda tangani oleh mualim I. Dalam resi ini tercantum
Macam muatan
Merek
Jumlah
saat kapal berada di pelabuhan baik pada saat bongkar ataupun muat.
e. Tanker time sheet adalah surat yang menyatakan bahwa muatan yang
telah di bongkar kapal telah di terima di oleh darat (ship yard) ataupun
muatan yang telah di muat di atas kapal telah di terima nakhoda yang di
20
f. Notice of readiness adalah surat yang menyatakan kesiapan orang
pada saat bongkar, surat ini untuk menyatakan bahwa pada saat muat
4. Studi pustaka
permasalahan yang ada di atas kapal yang di hadapi dengan berbagai macam
buku-buku referensi tersebut yang relevan dengan objek penelitian guna dapat di
proses dan di tampilkan menjadi gambaran dan pandangan yang benar. Adapun
buku referensi tersebut yang penulis baca sebagai acuan dalam penulisan skripsi
ini adalah:
Buku ini merupakan revisi dari manual book mengingat manual book
sebagai buku asli dari pembuat sistem bongkar muat tersebut sudah tidak
21
c. Safety Of Life At Sea (SOLAS), International Safety Management
Buku-buku tersebut wajib di baca oleh seluruh perwira kapal karena buku
hak dan kewajiban, persyaratan dan peraturan yang harus di miliki oleh
dan sampel penelitian adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi
kru kapal berbeda-beda tentang sistem bongkar muat di lepas pantai. Hal ini
menarik perhatian penulis untuk lebih jauh meneliti sistem bongkar muat yang baik
D. TEKNIK ANALISIS
Pada teknik ini penulis menganalisis suatu masalah dengan metode deskriptif.
Karena keterbatasan data yang penulis dapatkan, waktu penelitian yang terlalu
singkat dan kurangnya pemahaman penulis tentang proses bongkar muat sistem
STS. Maka dalam penulisan skripsi ini penulis hanya memaparkan tentang apa
saja yang telah penulis dapatkan selama praktek berlayar di atas kapal
MT.PENDOPO/P.1020.
22
BAB IV
A.DESKRIPSI DATA
sangat berharga mengenai proses bongkar muat pada Ship To Ship transfer (STS)
mestinya
merembes
23
Kurang tepatnya perencanaan pembongkaran
(discharging plan)
Pada bab ini penulis ingin mengungkapkan beberapa fakta-fakta yang terjadi yang
product sewaktu kapal STS di lepas pantai yang sebelumnya sudah di singgung
setiap tanki. Sisa muatan sekitar 100m 3 , pihak pencharter kapal maupun
Sucofindo tetap menhendaki sisa muatan tersebut di bongkar habis, hal ini
pada saat selesai bongkar tanki-tanki muatan yang di bongkar harus dalam
24
jawab terhadap keadaan kapal di lakukan oleh para perwira (mualim) jaga.
Hal ini menyebabkan keadaan kapal khususnya stabilitas kapal tidak sesuai
sebelumnya.
Pada tanggal 15 April 2005 pada saat kapal MT.Pendopo sedang berolah
transfer minyak, salah satu fender di laporkan rusak dan tidak berfungsi
dengan fender yang kondisinya baik. Sebelum kapal berolah gerak sandar
salah satu dari fender kapal storage rusak dan tidak dapat berfungsi
sebabkan oleh banyaknya benturan dan gesekan antara dua kapal, ini
alunnya waktu itu sangat tinggi. Atas kejadian di atas, proses penyandaran
25
terlambat sekitar tiga jam. Hal ini mengakibatkan proses pengangkutan
pada sambungan selang dengan manifold. Hal lain yang terjadi juga
terdapat rembesan minyak yang berasal dari selang. Kebocoran ini terjadi
bar sementara tekanan maksimal yang di sepakati adalah 2.5 bar dan
adalah :
terdapat sisa muatan dan persiapan memilih slang muatan yang baru
26
di dek tidak tertutup rapat atau kedap walaupun sudah di tutup dengan
penampung dalam hal ini pihak pencharter atau pihak pemilik muatan
biasanya di lakukan oleh mooring gang (regu pengepil) yang ada di kapal
penampung yang bekerja sama dengan kru kapal pengangkut antara lain
oil boom.Di sini perwira yang berdinas jaga sudah mempercayakan kepada
27
mengimbangi beban-beban dinamis yang terjadi. Untuk menghindari itu
slang bongkar sering diikat direling kapal namun karena besarnya alun
putus.
Pada tanggal 20 Mei 2005 jam 01.00 WIB, waktu itu kapal sedang memuat
Kerosene (minyak tanah) terjadi tank over flow (minyak luber dari tangki)
akibat perencanaan pemuatan perwira jaga saat itu yang kurang baik. Hal
ini terjadi karena perwira jaga banyak membuka kran muatan yang
hampir bersamaan. Regu yang berdinas jaga sewaktu itu tidak mampu
menutup kran dengan cepat dan juga jumlah kran yang akan di tutup cukup
orang hal tersebut tidak dapat di hindarkan. Untuk di ketahui bahwa kapal
muatnya seperti kran muatannya terdapat di dek lain halnya dengan kapal-
cargo control room. Akibat dari tank over flow ini terjadi pencemaran di laut
yang tidak dapat di hindarkan, regu yang berdinas jaga waktu itu akhirnya
28
5. Kurangnya pengetahuan tentang penggoperasian pompa-pompa dan
Center pompa muatan meraung pada Cargo Oil Pump (COP) no.2 selama
tidak dapat di gunakan lagi, ini menyebabkan COP no.2 di ganti dengan
lebih 2 jam. Hal ini terjadi karena pompa makan banyak tenaga akibat
kurangnya pengawasan terhadap Rpm dan rate pompa oleh regu yang
B.ANALISA DATA
Dalam proses bongkar muat minyak product disini pihak kapal harus
dalam hal ini khususnya para perwira harus merencanakan semua pelaksanaan
bongkar muat demi menunjang kelancaran proses pemuatan itu sendiri. Para
29
perwira harus berpedoman pada buku panduan ship to ship transfer guidance
A. FENDER
Fender adalah suatu alat yang berfungsi sebagai penahan atau bantalan untuk
alat tersebut maka sudah tentu alat ini harus mendapat penanganan yang baik
Jika alat tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau rusak maka
akan menyebabkan benturan antara kedua badan kapal atau lambung kapal yang
dapat merusak konstruksi kapal itu sendiri yang lebih berbahaya lagi jika dari
Tetapi keadaan di lapangan seperti yang penulis uraian pada fakta sebelumnya
30
Fender sering terkena benturan-benturan yang terjadi
pada saat kapal olah gerak sandar maupun lepas sandar pada kondisi laut
Di samping kegunaan fender itu sendiri fender juga di lengkapi dengan alat-alat
seperti rantai yang berfungsi sebagai pengikat fender, wire yang berfungsi sebagai
penahan fender terhadap lambung kapal dan segel untuk menyambung wire
dengan rantai fender.Alat-alat tersebut harus di rawat dan di pelihara agar tidak
rusak dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jika salah satu dari alat
perlengkapan fender itu rusak maka fender tidak dapat di gunakan, seperti contoh:
umurnya yang sudah tua dan fender yang sudah tidak layak pakai lagi.
Umur wire yang sudah tua dan lama tidak di ganti akan
mungkin saja terjadi. Jika hal ini di biarkan dan tidak di adakan perawatan dan
31
pemeliharaan dengan baik seperti di bersihkan secara rutin akan mengakibatkan
sering di abaikan oleh para awak kapal terutama para perwira kapal. Sudah
banyak contoh yang penulis uraikan pada fakta sebelumnya yaitu lepasnya fender
karena rantai fender yang sudah berkarat atau di makan teritip sehingga mudah
cadangan peralatan ( Spare part ) fender itu sendiri. Jadi jika di ketemukan bagian
dari perlengkapan fender yang rusak awak kapal tidak dapat menggantinya. Ini yg
B. SLANG
Slang yang biasanya di gunakan pada minyak mentah atau minyak jadi sebaiknya
Proses pemuatan minyak product hanya bisa terjadi jika kondisi slang dalam
keadaan baik. Ada beberapa penyebab kondisi slang tidak dalam keadaan baik
atau siap pakai, seperti kebocoran pada slang yang di akibatkan oleh :
1. Banyak di dapat beberapa baut yang sudah longgar dan sudah tidak dapat
sambungan slang dengan manifold. Jadi apabila hal ini di biarkan maka
laut.
32
2. Umur slang yang sudah tua jadi sudah tidak mampu menahan tekanan dan
dan benar sesuai prosedur yang terdapat dalam STS transfer guide /
beban dinamis yang di akibatkan gerakan naik turun akibat alun dan ombak
tergantung dari rate dan tekanan slang yang di gunakan sehingga dapat mengatasi
kenaikan tekanan dalam selang secara tiba-tiba yang mungkin terjadi yang tidak
kita kehendaki.
A. UKURAN SLANG
Slang yang diameternya berukuran lebih besar dari 12 inch makin lebih sulit
kerusakan dari kekusutan dan kekakuan. Panjang slang seharusnya cukup mampu
untuk mengatasi perbedaan tinggi dari kedua manifold muatan, penjajaran depan
B. PENANGANAN SLANG
33
Slang yang di gunakan seharusnya di periksa secara teratur untuk
a. Lecet-lecet ( abrasion )
secara betul-betul seperti packing yang dalam kondisi baik, baut yang akan
kebocoran dan kelengkapan ukuran reducer harus di miliki oleh pihak kapal.
Pemeriksaan juga harus di lakukan pada ujung slang yang biasanya terbuat
kedap dan rapat agar tidak terjadi rembesan sewaktu proses bongkar muat
berjalan.
34
Pengetesan secara teratur terhadap slang biasanya di lakukan sesuai
2. Perubahan tekanan
Perubahan tekanan sering tidak terkontrol oleh regu yang berdinas jaga.
Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan tank over flow atau muatan
Hal ini terjadi karena pihak storage tidak mengikuti rekomendasi dari
penerima.
C. REDUCER
slang muatan dengan manifold di karenakan tidak samanya ukuran manifold kedua
kapal, biasanya alat ini terbuat dari besi baja namun ada juga reducer yang terbuat
daribesi baja yang terbungkus oleh karet. Alat ini memiliki beberapa ukuran sesuai
penggunaanya ada yang (10” x 8”), (12” x 8”), (12” x 10”), (16” x 10”), (16” x 12”),
(20” x 12”), (20” x 16”), (24” x 16”) dan (24” x 20”) apabila kapal STS dengan kapal
super tanker MT.Hua San biasanya kapal menggunakan reducer yang berukuran
16” x 10 “ atau kalau kapal STS dengan kapal large tanker milik PERTAMINA MT.
35
Keberadaan reducer di kapal tidak begitu lengkap jadi apabila kapal STS dengan
kapal tanker lain sering terlambat akibat pihak kapal harus menunggu reducer
yang di bawa oleh tug boat dari pelabuhan khusus PERTAMINA setempat.
Kebocoran minyak/muatan pada reducer di akibatkan oleh mur dan baut yang
sudah haus jadi tidak bisa menghubungkan slang muatan dengan manifold dengan
kedap. Di samping itu kadang karena keterbatasan mur dan baut jadi sering di
pakai mur dan baut yang tidak sesuai dengan ukuran sebenarnya yang harus di
pasang pada reducer. Hal ini mengakibatkan rumah-rumah tempat mur yang ada
Fungsi dari Cargo Oil Pump adalah untuk membongkar muatan, membongkar sisa
muatan dan untuk Tank washing, ballast dan deballasting. Adapun kapasitas
berlangsung adalah :
Penyebabnya :
36
Pompa belum dicerat
Penyebabnya :
Rpm rendah
Penyebabnya :
37
Penyebabnya :
As bengkok
Penyebabnya :
hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam laut oleh kegiatan manusia
atau proses alam sehingga menyebabkan lingkungan laut menjadi kurang atau
adalah salah satu dari penyebab umum pencemaran di laut di mana dari operasi
tanker minyak terbuang kelaut sebagai akibat dari (Pollution prepention hal 4-5):
38
A. Pembersihan tangki atau pembuangan air ballast.
Sesuai dengan konvensi MARPOL 73/78 annex 1 semua kapal tanker minyak
minyak di laut.
Ada 2 penyebab jika di lihat dari terjadinya tumpahan minyak dari kapal tanker,
b. Kurang pengetahuan/pengalaman
d. Kurang pengawasan
39
Proses transfer muatan antara kapal tanker turut andil dalam pencemaran di laut.
Ini bisa di lihat dari kerusakan mekanis seperti kerusakan pada slang-slang
muatan yang mengakibatkan muatan dapat bocor atau merembes dari slang
muatan dan jika tidak di tangani secara cepat dan tepat maka minyak akan
terbuang ke laut.
Salah satu alat yang paling penting di siapkan di kapal tanker adalah oil boom. Alat
ini di pasang mengelilingi area lokasi STS yang berfungsi untuk mencegah
meluasnya minyak yang tumpah ke laut. Jadi alat ini berfungsi sebagai
penghalang.
laut akibat tumpahan minyak adalah masih kurangnya perhatian dari personil kapal
di laut.
Untuk mengatasi pencemaran di laut yang lebih luas maka di perlukan tindakan-
a. Oil dispersant
1. Polyethylene
40
2. Polystyrene
3. Polypropylene
4. Poliurethane
c. Serbuk gergaji
e. Sapu lidi
f. Ember plastik
g. Kantong plastik
berlangsung dan para personil dari setiap kapal harus memahami tentang
MT.PENDOPO terjadi tank over flow ( Minyak luber dari tangki ) akibat
perencanaan pemuatan perwira jaga saat itu yang kurang baik. Akibat dari tank
over flow ini terjadi pencemaran di laut yang tidak dapat di hindarkan. Untuk
menghindari kejadian tersebut terulang kembali maka ada beberapa tahap yang
harus di perhatikan dalam Loading of cargo / Pemuatan, yaitu(Tanker safety hal 81-82) :
41
1. Mulainya pemuatan
Sebelum memulai pemuatan, semua kran-kran yang perlu baik di atas kapal
pihak kapal carrier dan kecepatannya tidak boleh di naikan sampai kecepatan
penuh masing-masing tangki, harus di cek juga dari waktu ke waktu tinggi-
42
Kebanyakan pihak kapal storage meminta untuk di beri waktu ”siaga / Stand
selama waktu ”siaga / Stand by harus di atur sedemikian rupa agar kran-kran
pengontrol di kapal storage di tutup tepat saat di minta oleh pihak kapal
pemuatan.
watch ) pihak kapal pengangkut dengan ruang kontrol muatan / pompa pihak kapal
43
penampung juga menyebabkan kesalahan dalam pengaturan pemuatan yang baik
dan benar.
Dalam merencanakan discharging plan ada beberapa hal penting yang harus di
a. Stabilitas kapal
Yang penting dalam hal stabilitas kapal ini adalah masalah trim dan
listing. Pada umumnya isapan (suction) pada tiap tanki berada di bagian
belakang, sehubungan dengan keadaan ini maka, jika pada saat proses
sisa muatan karena trim belakang pada saat yang tersebut sangat kecil.
44
Hal menyebabkan katup penghisap (suction) tidak mampu lagi karena
tanki dengan pompa. Semakin jauh daya isap pompa juga semakin
berkurang.
b. Penggunaan pompa-pompa
muatan, maka cairan akan sukar untuk untuk di isap / di kuras. Hal ini di
kuras sisa sedikit, akibatnya udara akan mengisi pipa / saluran bongkar.
45
Adapun akibat-akibat yang di alami oleh pihak kapal apabila terdapat
Sucofindo.
1. Fenders.
Fender atau dapra-dapra adalah suatu alat yang tidak lepas memberikan
baik. Nakhoda kapal penampung dan mooring master harus memastikan keadaan
46
fender dalam kondisi baik sebelum di gunakan dan menjamin keamanan
kapal. Ini untuk menghindari tekanan-tekanan yang terjadi pada saat kapal
Agar supaya fender dapat digunakan dalam proses pemuatan dengan keadaan
A. PERSIAPAN
1. Badan fender harus terikat kuat dengan rantai yang mana rantai tersebut
berfungsi sebagai penahan badan fender agar supaya tidak lepas dari
credelnya
naik turunnya badan kapal akibat pengaruh alun atau ombak dan tegangan
47
3. Bagian pada ujung fender harus di ikat kuat pada suatu tempat di atas deck
4. Harus diadakan pemeriksaan terhadap segel dan kalau perlu di ganti apabila
panjang kapal maupun bobot kapalnya. Hal ini untuk mencegah kerusakan
fender saja
dan quarter dari kapal shuttle. Secondary fender harus di tempatkan pada
8. Keahlian mooring master sangat di butuhkan di sini dalam olah gerak kapal
yang baik dan benar untuk menghindari kerusakan fender akibat benturan
B. PERAWATAN
48
1. Fender yang tidak di gunakan dalam waktu yang cukup lama maka fender
harus di simpan dalam tempat yang aman dan terhindar dari sinar matahari
kebocoran
4. Pada fender yang sudah tua keelastisan karetnya sudah berkurang maka
5. Di sarankan pada segel yang sudah berkarat harus segera di ganti oleh
menghindari korosi
2. SLANG
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan sehubungan dengan keadaan slang.
5. Perawatan
49
1. PEMERIKSAAN SEBELUM DI PAKAI
lubang (Bore) atau penutup bagian luar / kulit luar misalnya : kulit slang yang
lanjut
Guide for the Handling, Storage, Inspection and Testing Hoses in Field)”
50
c. Harus di lakukan perlindungan pada setiap tempat di mana dapat terjadi
e. Tidak boleh mengangkat / menghibob slang pada satu tempat saja sambil
g. Jika slang tergantung terlalu tinggi (Over hang) atau kran kapal terletak di
h. Suatu plat atau bagian dari pipa yang datar dan melengkung harus di
51
Untuk menghindari tekanan yang melebihi batas (Over pressure) yang dapat
a. Tekanan yang di berikan tidak melebihi batas tekanan sesuai pada waktu
ke perwira jaga
sambungan, dan manifold kapal serta untuk menjamin bahwa lekukan dari slang-
5. PERAWATAN
(Grease)
slang
52
d. Slang-slang yang sudah tua harus segera di ganti
artinya terhindar dari panas yang tinggi, hujan dan air laut
3. REDUCER
kelayakan dari alat tersebut karena apabila tidak di lakukan pengecekan terlebih
tersebut. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan sehubungan dengan keadaan
2. Perawatan
Pemeriksaan sebelum di pakai adalah salah satu hal yang harus di perhatikan
dalam penggunaan reducer karena di lihat dari fungsi alat ini adalah sebagai
rembesnya minyak. Pemeriksaan dilakukan pada lubang mur dan baut, lubang mur
dan baut yang baik adalah apabila ulir-ulir dari lubang tersebut masih ada jika ulir
tersebut sudah tidak ada maka lubang mur tersebut di katakan sudah dol. Hal ini
karena pemakaian mur yang tidak pas/sesuai ukurannya dengan lubang murnya.
peralatan yang kurang dan di laporkan ke mualim I agar mualim I mengetahui dan
53
peralatan. Jadi apabila alat-alat yang akan di gunakan untuk bongkar muat seperti
mur tidak akan kekurangan atau tidak pas ukurannya jika akan di gunakan pada
reducer. Jadi tidak ada lagi pemakaian mur ke lubangnya yang tidak sesuai
2. PERAWATAN
A. Reducer yang sudah tidak di gunakan lagi di simpan di dalam ruangan yang
B. Lubang mur, mur dan baut harus selalu di beri grease/gemuk agar alat-alat
kerusakan/trouble pada pompa (cargo oil pump). Hal yang sudah di singgung
dalam fakta sebelumnya pompa meraung, pompa tidak dapat mengalirkan muatan,
pompa mengalirkan muatan tidak banyak dan pompa banyak makan tenaga.
Untuk mencegah hal ini terulang kembali, maka ada beberapa hal yang harus di
bearing.
54
2. Tutup kerangan discharge dan buka penuh kerangan isap :
Bila level cairan muatan berada diatas pompa, maka cairan akan
pump, pada kondisi ini air vent valve harus selalu tertutup
b. Kalau menjalankan pompa, selalu di jaga agar rumah pompa harus terisi
B. Menjalankan pompa
55
4. Periksa kebocoran-kebocoran dan temperature/panas dari
mechanical seal
putaran pompa.
Tetapi apabila salah satu pompa drop (misalnya karena tanki yang di
D. Menghentikan pompa
kemungkinannya sangat besar. Mengingat hal itu maka tiap personel kapal baik itu
yang teliti terhadap bocornya slang. Semua kru kapal harus menjalankan fungsi-
fungsi dan tugas organisasi dari Ship Board Oil Pollution Emergency Plan /
SOPEP yang ada di kapal dengan baik dan benar. Apabila terjadi kebocoran pada
56
ketahui dan perbaikan dilaksanakan. Pengalaman-pengalaman menunjukan
dalam daerah yang kecil dapat di isolir dengan lebih mudah di bandingkan dengan
A. Ship Board Oil Pollution Emergency Plan / SOPEP(Pollution prevention hal 102-103) :
ukuran 150 GRT atau lebih dan kapal jenis lain ukuran 400 GRT atau lebih harus
merupakan petunjuk bagi Nakhoda dan para awak kapal tentang tindakan yang
57
pengumpul terbuang dan berkomunikasi dengan pemancar
minyak yang / penerima.
terbuang Membentangkan oilboom dan
menyebarkan bahan penyerap minyak.
Mengumpulkan minyak yang terbuang.
Mengolah gerak sekoci.
Kelompok mesin C/E Memimpin kelompok mesin.
Mengoperasikan pompo-pompa.
Berkomunikasi dengan anjungan dan
membuat catatan.
Kelompok C/R Berkomunikasi dengan anjungan.
komunikasi
prioritas pelaksanaan serta jenis alat yang di gunakan dalam (Pollution prevention hal 14):
Menetralisir pencemaran.
Ada beberapa tahap dalam penerapan contigency plan yaitu(SAR dan prosedur darurat):
c. Denah/lokasi kecelakaan
58
e. Kebutuhan bahan pertolongan
h. Cara penanggulangan
2. Perencanaan / plan
b. Persiapan personil
e. Kebutuhan waktu
4. Action/record
6. Aproval / controlling
Ada beberapa cara dalam pembersihan tumpahan minyak (Pollution prevention hal 14-16) :
Memakai boom atau barrier akan baik pada laut yang tidak berombak dan yang
arusnya tidak kuat (Maksimum satu knot). Juga di pakai untuk tebal yang tidak
melampaui tinggi boom. Posisi boom di buat menyudut minyak akan terkumpul
mampu menghisap sampai pada ketebalan minyak sebesar ¼ inchi. Air yang
59
2. Absorbents
angkut yang berarti minyak akan turut terangkat bersamanya. Umumnya zat
Sekarang banyak juga zat peng-absorb di buat secara sintesis, yaitu dari
3. Menenggelamkan minyak
minyak.
dasar laut tersebut. Cara ini masih di pertentangkan karena di anggap akan
merusakan kehidupan. Tetapi untuk laut-laut yang dalam, hal ini tidak akan
memberikan efek.
4. Dispersant
Fungsi dispersant adalah guna bercampur dengan 2 komponen yang lain dan
60
menjaga emulsi tadi tidak pecah. Dispersant ini akan menenggelamkan minyak
Keuntungan cara ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan air
akan berguna pada daerah pesisir karena adanya unsur timbal yang terlarut.
pelarut yang lebih beracun untuk kehidupan laut. Guna mengurangi daya
5. Pembakaran
Membakar minyak di laut lepes umumnya sedikit sekali dapat berhasil, karena
minyak ringan yang terkandung telah menguap secara cepat. Juga panas yang
di butuhkan guna menahan tetap berjalan, cepat sekali di serap oleh air
yang nantinya berfungsi untuk menambah api dengan air. Teknik pembakaran
oleh perwira kapal yang bertanggung jawab dan wakil terminal yang meliputi hal-
memperhitungkan :
61
Penggantian/pemindahan tanki, baik di kapal pengangkut maupun di kapal
pembongkar.
Beda pada sarat muka belakang (Limiting stresses and trim of the tanker).
akhir pengisian tanki dan waktu yang di butuhkan untuk menghentikan operasi
Pengaturan dan kapasitas pipa-pipa muatan kapal dan sistem ventilasi gas.
Kecepatan pemuatan.
Kondisi-kondisi atmosfir.
procedure).
62
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada dua hal yang dapat menyebabkan ketidaklancaran pada proses pemuatan
63
a. Pemeliharaan, perawatan dan pengetesan terhadap peralatan yang di
sempurna.
terpaksa di gunakan.
Hal ini penting agar setiap ABK kapal dan setiap mualim yang sedang berdinas
jaga mengerti tahap-tahap dari pemuatan agar tidak terjadi kesalahan menutup
tank over flow yang apabila lubang-lubang yang berhubungan langsung ke laut
tidak di tutup dengan scupper maka minyak tersebut tumpah ke laut dan
agar setiap ABK kapal dan setiap mualim mengetahui kecepatan muat
64
tanki, mengetahui ciri-ciri muatan yang akan di muati dan mengetahui prosedur
B. SARAN-SARAN
dan slang-slang muat. Hal ini berhubungan erat dengan pengadaan spare parts
di atas kapal, sehingga apabila terjadi kerusakan dapat di atasi dengan cepat.
2. Dalam hal ini mualim I sebagai penanggung jawab terhadap muatan perlu
dengan baik.
di atas kapal MT. PENDOPO/P.1020, dalam hal ini mengatur sistem pemuatan.
65
DAFTAR PUSTAKA
abatement.
66
6. OCIMF Recommendations for oil tanker manifolds and associated
67