Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang wilayahnya sangat


luas dikenal dengan Negara Maritim karena perairannya yang luas dan
mendominasi sehingga Negara Indonesia membutuhkan sarana transportasi laut
yang sangat besar. Hal itu digunakan untuk pendistribusian kebutuhan pokok
maupun bahan bakar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam pendistribusian bahan
bakar di seluruh Negara Indonesia dibutuhkan kapal khusus memuat bahan cair
dan gas yaitu kapal tanker.
Menurut Engkos Kosasih, M.Mar.E, S.E, MM. dan Prof. Capt. Hananto
Soewedo, M.Mar, S.E, MM, Ph.D. Kapal Tanker adalah Kapal untuk mengangkut
muatan cair. Karena muatan cair bisa bebas bergerak ke belakang/ depan, kiri/
kanan yang membahayakan stabilitas kapal, maka ruangan kapal dibagi dalam
beberapa compartement vertikal yang berupa tangki-tangki. (2007:15)
Tanker adalah konsep dibidang pelayaran yang relatif baru, dan di
kembangkan di tahun-tahun terakhir abad 19. Berbagai macam muatan atau cargo
produk yang dibawa oleh kapal tanker, termasuk: hidrokarbon produk seperti:
minyak, bahan bakar gas cair (LPG= Liquefied Petrolium Gas), dan gas alam cair
(LNG= Liquefied Natural Gas) dan produk bahan kimia, seperti : amoniak, klorin,
serta hasil turunan produk cair seperti; styrene monomer. Sebelum ini, teknologi
di bidang pelayaran yang ada belum mendukung gagasan untuk membawa muatan
cairan dalam jumlah massal. Muatan berbentuk cair yang di angkut oleh kapal dan
yang umum di perdagangkan seperti anggur dan muatan yang lainnya masih di
produksi dalam jumlah yang terbatas, demikian juga halnya dengan hasil kilang
minyak. Cairan atau muatan dalam bentuk cair biasanya dimuat dalam tong,
sehingga kemudian timbullah istilah tonase , yang mengacu pada volume dalam
hal berapa banyak Tons atau tong anggur dapat dimuat atau di angkut. Bahkan

1
untuk air minum, yang vital bagi kelangsungan hidup awak kapal selama dalam
pelayaran masih disimpan dalam tong.
Tanker pertama kali digunakan oleh industri minyak untuk mengangkut
bahan cair dalam jumlah lebih kecil. Mengangkut minyak dengan kapal tanker
lebih efisien karena dapat membawa cairan lebih banyak, juga lebih murah, dan
dapat mengangkut dalam jumlah yang banyak. Dengan melihat frekwensi kapal
tanker yang semakin banyak keluar masuk pelabuhan, maka disini perlu memilih
jenis kapal tanker apa dan bagaimana yang dapat dioperasikan untuk
pengangkutan minyak dan gas bumi secara tepat dan berdaya guna dalam
mencapai tujuan yang diharapkan demi keselamatan pelayaran dan keselamatan
bongkar muat serta keselamatan Anak Buah Kapal (ABK). Seiring dengan
moderenisasi zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan serta tekhnologi
maritim saat ini maka pada kapal-kapal tanker juga mengalami perkembangan di
berbagai unit peralatannya sehingga dalam hal ini pelaksanaan tugas-tugas dalam
pengoperasian kapal tanker termasuk pengoperasian peralatan bongkar muat dan
pendukung lainnya semakin rumit dan komplek, regulasi dan peraturan di bidang
maritim juga terus berkembang.
Saat ini pelaut adalah motor penggerak dan pelaksana yang di tuntut untuk
bisa mengaplikasikan semua perkembangan tekhnologi maritim dengan aman dan
mencegah kerusakan pada lingkungan. Masalah-masalah yang umumnya terjadi di
kapal kapal tanker yang mengangkut muatan minyak, baik minyak mentah
maupun muatan oil product yaitu masih di temukannya ketidaksesuaian dalam
memenuhi persyaratan tentang kebersihan tangki muatan yang dapat
menyebabkan terlambatnya pelaksanaan pemuatan, karena harus di cuci ulang,
adanya komplain dari pemilik muatan dan kerugian waktu maupun biaya yang
harus di keluarkan oleh pihak Perusahaan Pelayaran.
Kegiatan pemuatan kapal tanker harus mempersiapkan kondisi tanki muat
yang sesuai dengan minyak yang akan dimuat, karena jenis minyak mempunyai
karakter yang berbeda-beda dari jenis minyak satu dengan minyak yang lainnya.
Seorang Mualim I di atas kapal tanker minyak harus mengetahui cara pemuatan
dengan mempelajari jenis minyak terakhir yang dibongkar terhadap minyak yang

2
akan dimuat. Data-data mengenai jenis minyak dapat diketahui dari cargo data
sheet. Sedangkan apabila ada perubahan muatan dari cargo yang dibongkar
berbeda dengan cargo yang dimuat diperlukan pencucian tanki (tank cleaning).
Pelaksanaan tank cleaning harus dilakukan sesuai dengan prosedur tank cleaning
guide agar dalam pemuatan tidak berpengaruh terhadap muatan yang akan
dimuati. Karena apabila tidak dilakukan pencucian tangki dengan benar maka
minyak yang dimuat dalam tangki dapat mengalami kerusakan sehingga dapat
menyebabkan kerugian yang sangat besar terhadap pemilik muatannya.
Berdasarkan pemikiran pemikiran di atas maka dengan ketetapan hati penulis
memilih judul: “ PROSEDUR TANK CLEANING PADA MT. PELUMIN SATU
DI PT. PELUMIN SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PERSIAPAN RUANG
MUAT”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah


1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah
dalam penelitian ini dapat di identifikasikan menjadi suatu fokus masalah
dalam kasus - kasus satu persatu yang sangat erat hubungannya antara satu
dengan yang lain sehingga dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1.1 Kurang optimalnya persiapan ruang muat dan pencucian tanki


muatan.

1.2.1.2 Pembersihan ruang muat yang tidak sesuai dengan prosedur yang
ada diatas kapal.

1.2.1.3 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan Anak Buah Kapal


(ABK) terhadap pembersihan ruang muat (tank cleaning).

3
1.2.2 Batasan Masalah

Melihat obyek yang dibahas demikian luas dan waktu penelitian yang
sangat terbatas, maka pembatasan masalah yang akan dibahas dalam karya
tulis ini sangat diperlukan. Agar pembahasan lebih terfokus pada pokok
permasalahan penulis membatasi masalah pada : “ Prosedur Tank
Cleaning pada MT. Pelumin Satu”

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penulisan


1.3.1 Tujuan dari penulisan karya tulis ini :
1.3.1.1 Mengetahui dan menganalisis penyebab kurang optimalnya
persiapan ruang muat di MT. Pelumin Satu.
1.3.1.2 Mengetahui prosedur tank cleaning yang benar sesuai Tank
Cleaning Guide.
1.3.1.3 Menemukan pemecahan masalah dalam peningkatan mutu, kualitas
serta keterampilan para awak kapal dalam melakukan tank
cleaning di atas kapal.

1.3.2 Dari penulisan karya tulis ini diharapkan bermanfaat bagi :

1.3.2.1 Perusahaan

Dapat dijadikan bahan masukan untuk memahami berbagai


persiapan penyediaan ruang muat sehingga mengantisipasi adanya
claim dari pihak pencharter dan pentingnya ABK yang terampil
untuk menjaga kelancaran pelayaran kapal.

1.3.2.2 Awak kapal

Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan


pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tank cleaning.

4
1.3.2.3 Manfaat bagi dunia akademis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai


masalah-masalah yang berkaitan dengan pemuatan diatas kapal
tanker khususnya tanker oil product.

1.3.2.4 Manfaat bagi dunia praktisi

Untuk memberikan suatu pemikiran kepada pembaca akan


pentingnya dari prosedur yang benar dalam melakukan tank
cleaning untuk keselamatan awak kapal, muatan, kapal itu sendiri
dan perusahaan pelayaran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Di dalam bab ini Penulis memaparkan tentang istilah - istilah dan teori -
teori yang mendukung dan berhubungan dengan pembahasan karya tulis ini, yang
bersumber dari referensi buku - buku dan juga observasi selama Penulis
melaksanakan praktek di kapal.

2.1.1 Unsur Kimia Premium dan Solar

2.1.1.1 Unsur Senyawa Premium

Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang


dimaksudkan untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga, dan empat.
Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai
dari C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin
terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang
terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai.
Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah,
maka akan dihasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Setiap kg bensin
mengandung 42.4 MJ. Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan
berwarna hitam yang dipompa dari perut bumi dan biasa disebut
dengan petroleum. Cairan ini mengandung hidrokarbon; atom-atom
karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang berbeda-
beda. Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan
memiliki sifat yang berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul
paling ringan; bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan
membuatnya semakin berat. Empat molekul pertama hidrokarbon
adalah metana, etana, propana, dan butana. Dalam temperatur dan

6
tekanan kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik didih masing-
masing -107, -67, -43 dan -18 derajat Celcius. Berikutnya, dari C5
sampai dengan C18 berwujud cair, dan mulai dari C19 ke atas
berwujud padat. Dengan bertambah panjangnya rantai hidrokarbon
akan menaikkan titik didihnya, sehingga pemisahan hidrokarbon ini
dilakukan dengan cara distilasi. Prinsip inilah yang diterapkan di
pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi hidrokarbon
dari minyak mentah.

2.1.1.2 Unsur Senyawa Solar


Bahan bakar solar merupakan salah satu jenis bahan bakar
yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi. Bahan bakar solar
memiliki warna jernih dari kuning dan cokelat. Mesin yang biasa
menggunakan bahan bakar jenis ini adalah mesin diesel yang memiliki
daya putaran yang tinggi yaitu putaran di atas 1000 rpm (revolutions
per minute) . Ada beberapa kandungan kimia pada bahan bakar solar
begitu juga dengan kandungan-kandungan lainnya. Selain untuk
kepentingan mesin diesel dengan putaran di atas 1000 rpm, bahan
bakar solar juga bisa menjadi bahan bakr untuk pembakaran langsung
di dapur rumah, penggunaan bahan bakar solar akan menghasilkan
pembakaran yang sifatnya bersih. Zat-zat yang terkandung di dalam
bahan bakar solar di antaranya senyawa hydrokarbon dan senyawa
non-hydrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang terkandung di antaranya
Naftenik, Olefin, Parafinik, dan juga Aromatik. Senyawa non-
hidrokarbon yang terkandung di dalam bahan bakar solar di antaranya
O, N, dan S (yang termasuk senyawa bukan logam) dan nikel,
vanadium, dan besi (yang termasuk senyawa logam). Sedangkan jenis
bahan bakar solar dibagi menjadi dua yaitu Industrial Diesel Oil
(disebut juga minyak diesel, merupakan jenis yang digunakan untuk
mesin diesel dengan putaran kurang atau sampai pada 1000 rpm dan
digunakan pada mesin-mesin industri) dan Automotive Diesel Oil

7
(disebut sebagai bahan bakar diesel, digunakan pada mesin diesel yang
memiliki kecepatan putaran di atas 1000 rpm. Biasanya digunakan
oleh kendaraan bermotor yang memiliki putaran di atas 1000 rpm).
Sedangkan sifat-sifat dari solar ini diantaranya tidak berwarna, hanya
sedikit warna kekuningan, memiliki titik nyala tinggi, memiliki
kemampuan menimbulkan panas yang tinggi atau besar, dapat terbakar
secara tiba-tiba jika suhu mencapai 350 derajat, bersifat encer dan
termasuk jenis bahan bakar yang tidak mudah menguap dalam suhu
yang normal, dan kandungan sulfur di dalam solar lebih banyak
daripada kandungan sulfur di dalam bensin. Uraian mengenai solar dan
kandungan kimia pada bahan bakar solar di atas diharapkan bisa
memberikan sedikit informasi dan cukup membantu. Hal yang paling
penting mengenai bahan bakar solar ini sama dengan jenis bahan bakar
lainnya adalah menghemat bahan bakar sebaik mungkin.

2.1.2 Penerapan di Atas Kapal


Berdasarkan buku panduan pada Sandart Training and Certification
of Watchkeeping (STCW) Code B Bab-V Section B - V/I, menjelaskan
bahwa semua personil kapal tanker harus menjalani pelatihan di kapal dan
jika sesuai juga melaksanakan pelatihan didarat untuk memenuhi syarat dan
pengalaman dalam penanganan serta pengetahuan tentang sifat-sifat muatan
minyak, prosedur prosedur pemuatan dan persiapan ruang muat. (1996: 352)

2.1.3 Kapal dan Muatannya


Menurut Capt.Istopo dalam buku Kapal dan Muatannya Menjelaskan
bahwa penataan atau stowage dalam istilah kepelautan merupakan salah satu
bagian yang penting dari ilmu kecakapan pelaut (seamanship). Stowage
muatan kapal berupa menyusun dan menata muatan sehubungan dengan
pelaksanaan, penempatan dan kemasannya dari komoditi itu di dalam kapal.
Ada 5(lima) prinsip dalam pemuatan yaitu :
2.1.3.1 Melindungi kapal (membagi muatan secara tegak dan membujur).

8
2.1.3.2 Melindungi muatan agar tidak rusak saat dimuat selama berada di
kapal dan selama pelayaran hingga kapal tiba di pelabuhan tujuan.
2.1.3.3 Melindungi Anak Buah Kapal (ABK) dan buruh dari bahaya muatan.
2.1.3.4 Menjaga agar pemuatan dilaksanakan secara teratur dan sistematis
untuk menghindari terjadinya long hatch dan over stowage sehingga
biayanya sekecil mungkin dan muat dilakukan dengan cepat dan
aman.
2.1.3.5 Stowage harus dilakukan sedemikian rupa hingga broken stowage
sekecil mungkin. Sebelum melakukan perlindungan pada muatan,
Perwira kapal harus mengetahui dua hal yaitu; mengenal kapalnya
dan mengenal muatannya. Setelah para Perwira memahami dan
mengenal kedua hal tersebut di atas, maka sebagai bahan
pengetahuan para Perwira terutama para Mualim di haruskan
mengenal jenis-jenis muatannya dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya antara lain ;
2.1.3.5.1 Bentuk dan sifatnya yang berbeda-beda.
2.1.3.5.2 Jenis muatan yang berbeda-beda dalam struktur maupun beratnya.
2.1.3.5.3 Jauh dekatnya pelabuhan tujuan
2.1.3.5.4 Banyaknnya pelabuhan muat.
2.1.3.5.5 Daerah pelayaran yang akan dilalui, sehubungan dengan cuaca
yang berlainan dan berubah-ubah. (1989:1)

2.1.4 Pedoman dalam Melaksanakan Pencucian Tanki


International Safety Guide For Oil Tankers and Terminals
(ISGOTT), dalam buku panduan ISGOTT tentang Pedoman dalam
pelaksanaan pencucian tangki muat (tank cleaning) dijelaskan bahwa dalam
pembersihan ruang muat terdapat beberapa tindakan pencegahan yang harus
di ikuti, yaitu:
2.1.4.1 Sebelum membersihkan dasar tangki (tank bottom) maka terlebih
dahulu tangki di bilas dengan air laut dan di pompa hingga kering,
sistem pipa termasuk pipa-pipa muatan, jalur jalur pergantian harus

9
pula di siram dengan air yang di salurkan ke ruang muat untuk
mengeluarkan air kotor, untuk memastikan sistem pipa sudah
bersih,disamping itu berguna mengurangi konsetrasi gas ditangki.
Sebelum mencuci ruang muat haruslah diberi ventilasi untuk
mengurangi konsentrasi gas atmosfer menjadi atau kurang dari batas
minimal pembakaran.
2.1.4.2 Jika tangki memiliki sistem pergantian udara yang sudah biasa pada
tangki yang lain, tangki haruslah di isolasi untuk mencegah (inert)
gas masuk dari tangki yang lain. Jika mesin pencuci sedang
digunakan semua penghubung pompa-pompa haruslah dipasang dan
ditest sebagai lanjutan dari arus listrik sebelum mesin pencuci
masuk kedalam tangki.
2.1.4.3 Selama tes pada ruang muat harus dibuat pada level yang berbeda-
beda. Pertimbangan haruslah diberikan pada kemungkinan efek atau
air pada efisiensi dari peralatan pengukur gas pada rung muat.
2.1.4.4 Tangki haruslah tetap dialiri air selama proses pencucian. Pencucian
tangki dapat di berhentikan untuk membebaskan pertambahan air
cucian.
2.1.4.5 Air cucian yang telah digunakan ulang jangan digunakan untuk
pencucian tangki.
2.1.4.6 Uap gas janganlah dialirkan kedalam tangki.
2.1.4.7 Tindakan tindakan pencegahan yang sama yang berhubungan dengan
pengenalan akan peralatan peralatan lain yang serupa haruslah
dilakukan ketika mencuci yang atmosfer yang tidak terkontrol.
2.1.4.8 Bahan bahan kimia tambahan mungkin digunakan dari temperature
pencucian air yang tidak melebihi sampai 600C jika temperature
cucian berada di atas 600C pencucian janganlah dilanjutkan jika
konsentrasi gas sampai 35 % dari lower flammable limit, untuk
menghindari nyala api. Pembersihan tangki (tank cleaning)
dilakukan dikarenakan ganti muatan dan juga bila akan diadakan

10
inspeksi oleh surveyor sebelum di lakukan pelaksanaan pemuatan
cargo. (Chapter 9, 2000: 91-95)

Hal hal yang harus dipahami pada saat pelaksanaan persiapan ruang
muat tersebut sebagai berikut; Tank Cleaning Guide Menurut Verwey
tahapan-tahapan prosedur dalam melaksanakan tank cleaning:
1. Pre-cleaning (pembersihan awal) Biasanya dilakukan dengan
menggunakan air laut atau air tawar, dilakukan untuk membersihkan
sisa minyak dari dasar tangki ini dilakukan sesegera mungkin setelah
tangki selesai di bersihkan atau kapal telah kosong yang berguna untuk
memudahkan sisa minyak cepat bersih.
2. Cleaning (pembersihan) Cleaning dapat dilakukan mengguakan air atau
dengan campuran air dan detergen menggunakan air laut atau air tawar
serta mesin butterworth.
3. Rinsing (pencucian) Kegiatan pembilasan tangki menggunakan air panas
atau air dingin dilakukan agar dapat menghilangkan sisa air laut yang
masih terdapat di dalam tangki. Pembilasan tangki ini biasanya
dilakukan dengan waktu yang lebih singkat dari penyemprotan dengan
air laut.
4. Flushing (pembilasan) Langkah ini sangat penting dilakukan untuk
menghilangkan sisa muatan dari dalam tangki dengan menyemprotkan
air kedalam tangki dengan menggunakan butterworth.
5. Steaming (penguapan) Kegiatan penguapan tangki yang bertujuan
menghilangkan bau dari muatan sebelumnya. Uap yang digunakan
harus cukup panas dan biasanya sampai suhu 600C.
6. Draining (pengurasan) Tangki pipa dan pompa dikeringkan dengan hati
hati. Udara dari compressor dapat dipergunakan untuk membantu
mengeringkan.
7. Drying (pengeringan) Dilakukan pengeringan yang bertujuan memberikan
keadaan yang bersih dalam ruang muat sebelum pemuatan dilakukan.
(1998 : 3-7)

11
2.1.5 MARPOL 73/78 Annex I (Mineral Oil)
Menurut buku panduan Maritime Pollution (MARPOL) 73/78
Aturan tambahan I berlaku untuk kapal-kapal yang terkena aturan
pemberlakuan yang di tentukan dan sangat di larang di daerah tertentu.
Semua kapal diminta untuk memenuhi perangkat-perangkat tertentu dan
standar bangunan kapal yang memadai dan memiliki dan
menyelenggarakan Buku Catatan Minyak (Oil Record Book). Dengan
pengecualian pada kapal-kapal kecil, suatu survey mesti diadakan dan
untuk kapal yang berlayar di wilayah internasional, sertifikat dengan format
yang ditentukan, amat diperlukan.

2.1.5.1 Buku Catatan Minyak


Setiap kapal tanker dengan GRT (Gross Register Ton) 500 tons
atau lebih dan setiap kapal lainnya dengan GRT 400 tons atau lebih, untuk
kapal tanker harus di lengkapi dengan Oil Record Book I (Operasi Kamar
Mesin) dan setiap kapal tanker dengan GRT 500 ton atau lebih harus di
lengkapi dengan Oil Record Book II (Muatan / operasi ballast). Buku
catatan minyak tersebut mensyaratkan pada administrasi dan perwira kapal
untuk mencatat semua kegiatan yang berkaitan dengan segala aktivitas
terhadap muatan cair, baik operasi bongkar muat maupun transfer cargo
dan kegiatan lainnya seperti, tank cleaning dan cara pembuangan sisa-sisa
minyak, lokasi dan kecepatan kapal dan kualitas maupun kuantitasnya. (Oil
record book Reg.20). Annex I MARPOL 73/78 yang memuat peraturan
untuk mencegah pencemaran oleh tumpahan minyak dari kapal sampai 6
Juli 1993 sudah terdiri dari 23 Regulation. Peraturan dalam Annex I
menjelaskan mengenai konstruksi dan kelengkapan kapal untuk mencegah
pencemaran oleh minyak yang bersumber dari kapal, dan kalau terjadi juga
tumpahan minyak bagaimana cara supaya tumpahan bisa dibatasi dan
bagaimana usaha terbaik untuk menanggulanginya. Untuk menjamin agar
usaha mencegah pencemaran minyak telah dilaksanakan dengan
sebaikbaiknya oleh awak kapal, maka kapal-kapal diwajibkan untuk

12
mengisi buku laporan (Oil Record Book) yang sudah disediakan
menjelaskan bagaimana cara awak kapal menangani muatan minyak, bahan
bakar minyak, kotoran minyak dan campuran sisa-sisa minyak dengan
cairan lain seperti air, sebagai bahan laporan dan pemeriksaan yang
berwajib melakukan kontrol pencegahan pencemaran laut.
2.1.5.1.1 Kewajiban untuk mengisi Oil Record Book dijelaskan di dalam
Reg. 20. Appendix I Daftar dari jenis minyak (List of Oil) sesuai
yang dimaksud dalam MARPOL 73/78 yang akan mencemari
apabila tumpahan ke laut.
2.1.5.1.2 Appendix II, Bentuk sertifikat pencegahan pencemaran oleh
minyak atau “IOPP Certificate” dan suplemen mengenai data
konstruksi dan kelengkapan kapal tanker dan kapal selain tanker.
2.1.5.1.3 Sertifikat ini membuktikan bahwa kapal telah diperiksa dan
memenuhi peraturan dalam reg.
2.1.5.1.4 Survey and inspection dimana struktur dan konstruksi kapal,
kelengkapannya serta kondisinya memenuhi semua ketentuan
dalam Annex I MARPOL 73/78. Appendix III, Bentuk Oil
Record Book untuk bagian mesin dan bagian dek yang wajib diisi
oleh awak kapal sebagai kelengkapan laporan dan bahan
pemeriksaan oleh pihak yang berwajib di Pelabuhan.

2.1.5.2 Usaha Mencegah Dan Menanggulangi Pencemaran Laut


Pada permulaan tahun 1970-an cara pendekatan yang dilakukan
oleh IMO (Internasional Maritime Organisation) dalam membuat
peraturan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran laut pada
dasarnya sama dengan yang dilakukan sekarang, yakni melakukan kontrol
yang ketat pada struktur kapal untuk mencegah jangan sampai terjadi
tumpahan minyak atau pembuangan campuran minyak ke laut. Dengan
pendekatan demikian MARPOL 73/78 memuat peraturan untuk mencegah
seminimum mungkin minyak yang mencemari laut. Tetapi kemudian pada
tahun 1984 dilakukan perubahan penekanan dengan menitik beratkan

13
pencegahan pencemaran pada kegiatan operasi kapal seperti yang dimuat
didalam Annex I terutama keharusan kapal untuk dilengkapi dengan Oily
Water Separating Equipment dan Oil Discharge Monitoring Systems.
Karena itu MARPOL 73/78 Consolidated Edition 1997 dibagi dalam 3
(tiga) kategori dengan garis besarnya sebagai berikut :
2.1.5.2.1 Peraturan untuk mencegah terjadinya Pencemaran. Kapal
dibangun, dilengkapi dengan konstruksi dan peralatan
berdasarkan peraturan yang diyakini akan dapat mencegah
pencemaran terjadi dari muatan yang diangkut, bahan bakar yang
digunakan maupun hasil kegiatan operasi lainnya di atas kapal
seperti sampah-sampah dan segala bentuk kotoran.
2.1.5.2.2 Peraturan untuk menanggulangi pencemaran yang terjadi Kalau
sampai terjadi juga pencemaran akibat kecelakaan atau
kecerobohan maka diperlukan peraturan untuk usaha mengurangi
sekecil mungkin dampak pencemaran, mulai dari penyempurnaan
konstruksi dan kelengkapan kapal guna mencegah dan
membatasi tumpahan sampai kepada prosedur dari petunjuk yang
harus dilaksanakan oleh semua pihak dalam menaggulangi
pencemaran yang telah terjadi.
2.1.5.2.3 Peraturan untuk melaksanakan peraturan tersebut di atas.
Peraturan prosedur dan petunjuk yang sudah dikeluarkan dan
sudah menjadi peraturan Nasional negara anggota wajib ditaati
dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam
membangun, memelihara dan mengoperasikan kapal.
Pelanggaran terhadap peraturan, prosedur dan petunjuk tersebut
harus mendapat hukuman atau denda sesuai peraturan yang
berlaku. Khusus bahan pencemaram minyak bumi, pencegahan
dan penanggulanganya secara garis besar dibahas sebagai
berikut:
2.1.5.2.3.1 Peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh
minyak. Untuk mencegah pencemaran oleh minyak bumi yang

14
berasal dari kapal terutama tanker dalam Annex I dimuat
peraturan pencegahan dengan penekanan sebagai berikut :
Regulation 13, Segregated Ballast Tanks (SBT) , Dedicated
Clean Ballast Tanks (CBT) and Crude Oil Washing (COW).
Menurut hasil evaluasi IMO cara terbaik untuk mengurangi
sesedikit mungkin pembuangan minyak karena kegiatan operasi
adalah melengkapi tanker yang paling tidak salah satu dari ketiga
system pencegahan : Segregated Ballast Tanks (SBT) Tanki
khusus air balas yang sama sekali terpisah dari tanki muatan
minyak maupun tanki bahan bakar minyak. Sistem pipa juga
harus terpisah, pipa air balas tidak boleh melewati tanki muatan
minyak. Dedicated Clean Ballast Tanks (CBT) Tanki bekas
muatan dibersihkan untuk diisi dengan air balas. Air balas dari
tanki tersebut, bila dibuang ke laut tidak akan tampak bekas
minyak di atas permukaan air dan apabila dibuang melalui alat
pengontrol minyak (Oil Discharge Monitoring), minyak dalam
air tidak boleh lebih dari 13 ppm. Crude Oil Washing (COW)
Muatan minyak mentah (Crude Oil) yang disirkulasikan kembali
sebagai media pencuci tanki yang sedang dibongkar muatnnya
untuk mengurangi endapan minyak tersisa dalam tanki.

2.1.5.2.3.2 Pembatasan Pembuangan Minyak MARPOL 73/78


juga masih melanjutkan ketentuan hasil Konvensi 1954 mengenai
Oil Pollution 1954 dengan memperluas pengertian minyak dalam
semua bentuk termasuk minyak mentah, minyak hasil olahan,
sludge atau campuran minyak dengan kotoran lain dan fuel oil,
tetapi tidak termasuk produk petrokimia (Annex II).

2.1.5.2.3.3 Ketentuan Annex I Reg.9. Control Discharge of Oil


menyebutkan bahwa pembuangan minyak atau campuran minyak
hanya dibolehkan apabila, Tidak di dalam Special Area seperti

15
Laut Mediteranean, Laut Baltic, Laut Hitam, Laut Merah dan
daerah Teluk. Lokasi pembuangan lebih dari 50 mil laut dari
daratan, Pembuangan dilakukan waktu kapal sedang berlayar,
Tidak membuang minyak lebih dari 30 liter /nautical mile, Tidak
membuang minyak lebih besar dari 1 : 30.000 dari jumlah
muatan.

2.1.5.2.3.4 Monitoring dan Kontrol Pembuangan Minyak Kapal


tanker dengan ukuran 150 gross ton atau lebih harus dilengkapi
dengan slop tank dan kapal tanker ukuran 70.000 tons dead
weight (DWT) atau lebih paling kurang dilengkapi “slop tank”
tempat menampung campuran dan sisa-sisa minyak di atas kapal.
Untuk mengontrol buangan sisa minyak ke laut maka kapal
harusdilengkapi dengan alat kontrol Oil Dischange Monitoring
and Control System yang disetujui oleh pemerintah, berdasarkan
petunjuk yang ditetapkan oleh IMO. Sistem tersebut dilengkapi
dengan alat untuk mencatat berapa banyak minyak yang ikut
terbuang ke laut.Catatan data tersebut harus disertai dengan
tanggal dan waktu pencatatan. Monitor pembuangan minyak
harus dengan otomatis menghentikan aliran buangan ke laut
apabila jumlah minyak yang ikut terbuang sudah melebihi
amabang batas sesuai peraturan Reg. 9 (1a) “Control of
Discharge of Oil”.

2.1.5.2.3.5 Pengumpulan sisa-sisa minyak Reg. 17 mengenai


“Tanks for Oil Residues (Sludge)” ditetapkan bahwa untuk kapal
ukuran 400 gross ton atau lebih harus dilengkapi dengan tanki
penampungan dimana ukurannya disesuaikan dengan tipe mesin
yang digunakan dan jarak pelayaran yang ditempuh kapal untuk
menampungsisa minyak yang tidak boleh dibuang ke laut seperti
hasil pemurnian bunker, minyak pelumas dan bocoran minyak

16
dimakar mesin. Tangki-tangki penampungan dimaksud
disediakan di tempat-tempat seperti:
2.1.5.2.3.5.1 Pelabuhan dan terminal dimana minyak
mentah dimuat. Semua pelabuhan dan terminal dimana
minyak selain minyak mentah dimuat lebih dari 100 ton per
hari. Semua daerah pelabuhan yang memiliki fasilitas
galangan kapal dan pembersih tanki.Semua pelabuhan yang
bertugas menerima dan memproses sisa minyak dari kapal.

2.1.5.2.3.5.2 Peraturan untuk menanggulangi pencemaran


oleh minyak Sesuai Reg. 26 “Shipboard Oil Pollution
Emergency Plan” untuk menanggulangi pencemaran yng
mungkinterjadi maka tanker ukuran 150 gross ton atau
lebih dan kapal selain tanker 400 gross ton atau lebih, harus
membuat rencana darurat pananggulangan pencemaran di
atas kapal.

2.1.5.2.3.5.3 Peraturan pelaksanan dan ketentuan


pencegahan dan penanggulangan pencemaran oleh minyak.
Pencegahan dan penaggulangan pencemaran yang
datangnya dari kapal tanker, perlu dikontrol melalui
pemeriksaan dokumen sebagai bukti bahwa pihak
perusahaan pelayaran dan kapal sudah melaksanakannya
dengan semestinya. Definisi bahan bahan bahan pencemar
yang di maksud berdasarkan MARPOL 73/78 adalah
sebagai berikut ; Minyak adalah semua jenis minyak bumi
seperti minyak tanah (crude oil),bahan bakar (fuel oil),
kotoran minyak (sludge) dan minyak hasil penyulingan
(refined product).Minyak cair beracun adalah barang cair
yang beracun dan berbahaya hasil produk kimia yang di
angkut dengan kapal tanker khusus kimia (chemical

17
tanker). Kategori untuk bahan cair beracun (noxious liquid
substances) bukan lagi dengan istilah A,B,C,D akan tetapi
dengan istilah X,Y,Z, dan OS (other substances).

2.2 Gambaran Umum Objek Penelitian

MT. Pelumin Satu merupakan kapal berjenis tanker oil product, salah satu
kapal milik PT. Pelayaran Umum Indonesia (PELUMIN). Dengan panjang
keseluruhan 70,9 meter. Gross register tonnage 1415 Tons, dengan kekuatan
mesin penggerak utama 3062 kw.

Penelitian dilaksanakan saat Penulis melaksanakan proyek laut, tanggal 20


Januari 2015 sampai dengan tanggal 30 Januari 2016 di MT.Pelumin Satu.
Kondisi MT. Pelumin Satu tergolong cukup baik diantara kapal - kapal lain milik
PT. Pelayaran Umum Indonesia, dari segi operasional kapal ini terbilang lancar.

Kapal ini berhome base di Tanjung Uban tepatnya di Terminal Minyak


Bahan Bakar Tanjung Uban beroperasi dengan trayek Kijang , Tembilahan dan
Batam.

Selama Penulis melaksanakan praktek, banyak sekali ditemukan kasus -


kasus pemuatan yang kurang optimal yang disebabkan oleh kebersihan tanki
muatan dan pump room, oleh sebab itu dalam kesempatan ini dan melalui karya
tulis ini akan Penulis bahas tentang upaya penanggulangan claim dan kerusakan
muatan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan awak
kapal dalam menangani pencucian dan kebersihan tanki muatan di MT. Pelumin
Satu, dengan berbagai kasus kerusakan muatan yang penulis temukan selama
praktek.

18
Adapun yang menjadi kasus - kasus kerusakan muatan di atas kapal adalah:

2.2.1 Banyaknya awak kapal yang kurang memahami familiarization diatas kapal
sehingga kurangnya pengetahuan serta keterampilan awak kapal dalam
persiapan memuat dengan beda jenis dan karakter muatan.

2.2.2 Adanya kerusakan muatan atau terkontaminasinya muatan yang disebabkan


kurangnya penerapan prosedur yang tepat dalam melakukan gas free.

2.2.3 Ditemukannya air pada muatan saat selesai memuat.

2.2.4 Tidak optimalnya kerja Pompa saat bongkar karena kotornya filter pompa.

Akibat yang mungkin saja muncul karena rusaknya muatan ini berupa
kerugian bagi semua pihak, baik bagi awak kapal itu sendiri maupun bagi
perusahaan. Khususnya bagi awak kapal, kurangnya memahami prosedur tank
cleaning yang tepat dalam persiapan memuat akan menyita waktu istirahat awak
kapal karna harus melakukan kerja berulang kali dan terlebih membahayakan dan
dapat menyebabkan kematian bagi awak kapal yang tidak mengerti akan prosedur
penanganan tanki yang benar.
Hal – hal seperti ini harus diperhatikan karena menyangkut nyawa awak
kapal sendiri, maka dari itu Penulis akan menguraikan upaya - upaya untuk
mengoptimalkan persiapan ruang muat dan pencucian tanki, sehingga sedapat
mungkin kerugian tersebut diminimalkan atau bahkan dapat dihindari oleh para
awak kapal, pencharter dan perusahaan.

19
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data


3.1.1 Data primer
Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau tidak melalui perantara.

Data primer dalam penelitian ini berupa pengamatan terhadap


pelaksanaan tank cleaning yang dilaksanakan di atas kapal MT. Pelumin
Satu tempat dimana Penulis melaksanakan praktek berlayar. Sedangkan
wawancara dilakukan dengan interview secara lansung kepada Nakhoda,
Mualim I, Mualim II, Bosun, Juru mudi, dan Kelasi.

3.1.2 Data sekunder

Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak


langsung atau melalui media perantara.

Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen yang


berhubungan dengan Tank Cleaning. Selain itu data sekunder juga Penulis
peroleh ialah dari buku Basic Training for Oil and Chemical Tanker serta
buku Kadetski Handbook, terkait dalam penyusunan karya tulis ini.

20
3.2 Metode dan Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang objektif, sebagai usaha untuk menyelesaikan
penulisan karya tulis ilmiah ini Penulis menggunakan berbagai cara dalam
pengumpulan data, adapun cara - cara yang gunakan adalah sebagai berikut :

3.2.1 Metode Pengamatan ( Observation )

Observation diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara


sisitematik terhadap gejala yang tampak pada objek pengamatan langsung.
Pengamatan dilakukan terkait mengenai persiapan ruang muat dan
pembersihan tanki di MT. Pelumin Satu.

Sebelum dilakukan observasi, terlebih dahulu harus dipersiapkan


pengetahuan mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatan yang berlaku
dalam lingkungan yang menjadi objek penelitian. Dan karena sasaran
pengamatan adalah manusia yang mempunyai pikiran dimana pikiran
tersebut ternyata mempunyai hubungan timbal balik dengan sikap, tingkah
laku dan perbuatan maka observasi juga harus menjaga agar pikiran atau
perasaannya berjalan dengan wajar sehingga sikap, tingkah laku dan
perbuatannya juga wajar.Tiap pengamatan juga harus selalu dikaitkan
dengan dua hal yaitu informasi (misalnya apa yang terjadi) dan konteks
(hal-hal yang berkaitan dengannya). Oleh karena itu dalam observasi tidak
hanya mencatat suatu kejadian, akan tetapi juga sesuatu atau sebanyak
mungkin hal - hal yang diduga ada kaitannya. Itu sebabnya pengamatan
harus seluas mungkin dan catatan hasil observasi harus selengkap
mungkin.

3.2.2 Metode Wawancara ( Interviewing )

Metode ini menghendaki adanya komunikasi langsung antara


penulis dengan berbagai narasumber. Hal ini dilaksanakan Penulis dalam
berbagai kesempatan.

21
Dalam penelitian ini wawancara dilaksanakan setelah melakukan
observasi. Wawancara dilakukan oleh Penulis, dalam hal ini yang
diwawancarai yaitu:

3.2.2.1 Nakhoda dan Mualim I, sehubungan dengan pelaksanaan


dan sosialisasi serta peran perwira sebagai penanggung
jawab di atas kapal.

3.2.2.2 Bosun, Juru mudi, dan Kelasi, pertanyaan mengenai peran


Nakhoda dan Perwira kapal dalam rangka pelasanaan Tank
Cleaning di kapal.

3.2.3 Metode Kepustakaan ( Library Research )

Yaitu tehnik pengumpulan data dengan mengadakan studi


penelaahan terhadap buku - buku, seperti catatan - catatan dan laporan -
laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
Dalam penulisan karya tulis ini Penulis juga mengambil informasi terkait
hal keselamatan dari beberapa buah buku terkait dengan pembahasan pada
karya tulis ilmiah ini.

3.3 Analisis Data


Analisis data adalah menyusun data agar dapat ditafsirkan dan diketahui
maknanya. Analisa dikerjakan sejak mengumpulkan data dan dilakukan secara
intensif setelah pengumpulan data selesai.

Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisa data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan
perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, diperas

22
sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab
masalah.

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan analisa data sebagai berikut


yaitu:

3.3.1 Reduksi data

Reduksi dapat didefinisikan sebagai proses pemilihan, pemusatan


perhatian serta penyederhanaan dari data kasar yang muncul dari
catatan tertulis di lapangan.
3.3.2 Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun
secara terpadu dan mudah dipahami yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.
3.3.3 Menarik simpulan
Menarik simpulan merupakan kemampuan seorang peneliti dalam
menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses
penelitian berlangsung.

Dari data - data yang diperoleh dari pengamatan yang telah dilakukan
sebelumnya. Penulis menganalisa data tersebut sehingga dapat diperoleh
pembahasan mengenai masalah - masalah yang didapat, kemudian dari
pembahasan masalah tersebut dapat diambil kesimpulannya dan sehingga Penulis
dapat meyampaikan saran - saran yang diperlukan.

23
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Penjelasan Umum Kapal tanker

Kapal tanker merupakan alat transportasi yang dispesifikasikan untuk


mengangkut muatan minyak, tidak hanya dari tempat pengeboran menuju
darat, namun tanker juga digunakan untuk sarana angkut perdagangan minyak
antar pelabuhan atau antar negara.  Kapal tanker memiliki karakteristik khusus
yang berbeda dengan kapal lainnya.

4.1.1.1 Kecenderungan dari kapal tanker adalah :


4.1.1.1.1 Ukuran besar, khususnya untuk daerah pelayaran antar
negara
4.1.1.1.2 Memiliki coeffisien block yang besar
4.1.1.1.3 Memiliki daerah paralell middle body yang panjang,
hingga lebih dari panjang kapal keseluruhan
4.1.1.1.4 Lokasi kamar mesin umumnya di belakang,
Adapun alasan pemilihan kamar mesin di belakang kapal
adalah :
4.1.1.1.4.1 Ruang muat kapal tanker memerlukan
kapasitas yang lebih besar.

4.1.1.1.4.2 Safety (keselamatan), yaitu untuk menghindari


adanya kebakaran; Berkaitan dengan arah pembuangan
gas mesin (asap panas) yang selalu menuju kebelakang.
Apabila mesin dan cerobong asap berada di tengah dan di
belakangnya terdapat tanki muat minyak, probabilitas
terjadinya kebakaran sangat tinggi ketika gas buang
melewati atas tangki. Lima sistem bongkar muat lebih
sederhana, Mesin di belakang cukup memerlukan satu

24
sistem pompa dan satu pipeline yang menyeluruh dari
tangki muat depan hingga paling belakang. Mesin di
tengah memerlukan dua set sistem bongkar muat, karena
terpisah dengan kamar mesin.Dan yang terakhir  poros
propeller pendek. 

4.1.1.2 Tipe Kapal Tanker


Tipe dari kapal tanker dibedakan menjadi :
4.1.1.2.1 Crude oil carriers, tanker pengangkut minyak mentah deri
tempat pengeboran
4.1.1.2.2 Product oil carriers, dibedakan menjadi : Clean Product
(minyak putih), contohnya : bensin dan aftur, Dirty
Product (minyak hitam), contohnya : aspal dan oli.
4.1.1.2.3 Lightening vessels dan shuttle vessels, tanker pada daerah
terpencil
4.1.1.2.4 Coastal tanker, tanker penyusur pantai
4.1.1.2.5 Tank barges, tangki yang ditarik kapal tunda.

4.1.1.3 Stabilitas kapal Tanker


Stabilitas kapal tanker menjadi pertimbangan tersendiri dalam
perencanaannya, salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas
kapal tanker adaah adanya permukaan bebas muatan minyak di
dalam tanki kapal. Ketika kapal oleng, muatan cair di dalamnya
akan ikut bergerak mengikuti arah oleng kapal, hal ini akan
berpengaruh buruk apabila perhitungan angka stabilitas tidak tepat.

4.1.2 Definisi Umum Pemuatan dan Kebersihan Tanki Muatan


Dalam pemuatannya, kapal tanker juaga memiliki prinsip pemuatan
seperti kapal- kapal lainnya.

25
Adapun prinsip- prinsip pemuatannya antara lain :
4.1.2.1 Melindungi kapal
Pembagian muatan secara vertical (tegak), Apabila muatan
dipusatkan diatas, stabilitas kapal akan kecil mengakibatkan kapal langsar
(tender ). Apabila muatan dipusatkan dibawah, stabilitas kapal besar dan
mengakibatkan kapal kaku ( Stiff).
Pembagian muatan secara longitudinal (membujur), Menyangkut
masalah Trim (perbedaan sarat / draft depan dan belakang). Mencegah
terjadinya hogging, apabila muatan dipusatkan pada ujung – ujung kapal
(palka). Pembagian muatan secara transversal (melintang), Mencegah
kemiringan kapal. Apabila muatan banyak dilambung kanan, kapal akan
miring ke kanan dan sebaliknya.

4.1.2.2 Melindungi Muatan


Melindungi muatan dari :
4.1.2.2.1 Penanganan muatan
4.1.2.2.2 Pengaruh keringat kapal
4.1.2.2.3 Pengaruh muatan lain
4.1.2.2.4 Pengaruh gesekan dengan kulit kapal
4.1.2.2.5 Pengaruh gesekan dengan muatan lain
4.1.2.2.6 Pengaruh kebocoran muatan
4.1.2.2.7 Pencurian
4.1.2.2.8 Untuk dapat melindungi muatan dengan sebaik mungkin,
dilakukan dengan Pemisah muatan yang sempurna.
Penerapan (dunage ) yang tepat sesuai dengan jenis
muatannya.

4.1.2.3 Melindungi ABK dan buruh


Melindungi ABK dan buruh dapat dilakukan dengan melengkapi
alat – alat bongkar muat yang sesuai dengan standard an sesuai dengan

26
jenis muatan yang dibongkar / dimuat serta melengkapi ABK dan buruh
dengan alat keselamatan.

4.1.2.4 Pemanfaatan ruang muat secara maksimal / full and down


Dengan memuat secara maksimal sesuai kapasitas ruang muat
adalah untuk membuat Broken Strowage yang sekecil mungkin.
Perencanaan ruang muatan yang tepat, pemilihan ruang muat sesuai dengan
muatannya.
Sesuai dengan sifat dan keadaannya suatu muatan oil product
dalam hal ini adalah bahan bakar minyak yang menghendaki kemurnian
dan kualitas yang tetap terjaga. Karena mudahnya muatan ini bereaksi
terhadap zat asing menyebabkan muatan ini mudah mengalami
kontaminasi. Bilamana kontaminasi terjadi, muatan akan mengalami
penurunan kualitas atau bahkan akan mengalami perubahan sifat.
Kontaminasi muatan tidak hanya bisa terjadi pada saat pemuatan tetapi juga
selama kegiatan pengangkutan maupun pada saat pembongkaran.
Kontaminasi pada saat pemuatan biasanya terjadi karena tangki muatan
kurang bersih sebagai akibat dari proses tank cleaning yang kurang
sempurna. Karena itu di perlukan keterampilan para perwira dan awak
kapal untuk dapat melaksanakan proses pembersihan tangki sesuai petunjuk
pembersihan tangki (Tank Cleaning Guide). Untuk menghindari
permasalahan yang timbul pada penanganan pembersihan tangki ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu, bahan tank cleaning,
peralatan tank cleaning, personel yang mendukung dan metode tank
cleaning yang sistematis dan benar dalam penerapannya. Metode tank
cleaning yang sistematis dan benar dalam penerapannya meliputi
perencanaan dan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap awal
perencanaan meliputi pengumpulan informasi mengenai muatan yang
terakhir dimuat dan muatan yang akan dimuat selanjutnya beserta metode
tank cleaning yang sesuai, termasuk juga jadwal yang dimiliki oleh kapal
selama proses pelaksanaan tank cleaning. Tahap persiapan meliputi

27
penyiapan bahan tank cleaning , peralatan tank cleaning dan personel
pendukung yang memadai. Tahap pelaksanaan meliputi pelaksanaan
pencucian dan pembersihan tangki dengan menggunakan bahan tank
cleaning, peralatan tank cleaning oleh personel pelaksana tank cleaning
dengan menggunakan metode tank cleaning yang sesuai dengan
memperhatikan prosedur keselamatan yang ada. Tahap evaluasi adalah
tahap pengujian tangki untuk meyakinkan bahwa tangki telah benar - benar
bersih dan siap untuk menerima muatan berikutnya. Bila semua tahap telah
dilalui dengan baik maka hampir bisa dipastikan bahwa tangki muatan akan
lulus tes yang dilakukan oleh cargo surveyor . Bila tangki muatan kurang
bersih maka kapal akan diperintahkan melakukan pembersihan tangki
tambahan dan proses pemuatan akan tertunda serta mengakibatkan
keterlambatan operasi kapal. Bila hal ini terjadi maka kapal tidak bisa
memperoleh sertifikat kering dan bersih (Dry and Clean Sertificate) dari
cargo surveyor .

4.2 Analisa dan Pembahasan

4.2.1 Persiapan Tangki untuk Memuat dan Pencucian Tangki

Dalam mempersiapkan ruang muat di MT. Pelumin Satu sebelumnya


kegiatan pemuatan yang perlu diperhatikan adalah muatan terakhir yang telah
dimuat dan muatan berikutnya yang akan dimuat dikapal. Dengan demikian awak
kapal dapat menentukan cara yang dipakai dalam melaksanakan pembersihan
ruang muatan (tank cleaning). Agar pekerjaan pembersihan ruang muatan dapat
berjalan seperti yang di inginkan, maka diadakan pertemuan-pertemuan rutin
(safety meeting) sebelum melaksanakan pembersihan ruang muatan tersebut yang
di pimpin oleh Chief Officer. Dalam setiap pertemuan rutin di atas kapal akan
dipaparkan dan di bahaslah tahapan-tahapan dan prosedur kerja sesuai dengan
istilah POAC (planning, organise, acting, controling) dan paparan tersebut
dijelaskan kepada semua peserta dengan demikian pekerjaan yang akan dihadapi
dapat terukur, serta dapat tercapai sesuai yang di harapkan. Dari hal tersebut

28
dapat di uraikan tugas masing-masing kelompok serta dapat di persiapkan
peralatan-peralatan yang di perlukan dalam pekerjaan tersebut, juga untuk dapat
di capai sebuah team work yang padu untuk mencapai hasil yang maksimum.
Timbul pertanyaan penting dalam pelaksanaan tank cleaning yaitu, “apa perlunya
pembersihan ruang muatan?”
4.2.1.1 Alasan-alasan diadakannya pelaksanaan pembersihan ruang muatan
adalah sebagai berikut; ganti muatan, pekerjaaan di dalam tangki atau
inspeksi dalam tangki, sludge yang tertimbun di dasar tangki sudah
banyak, persiapan untuk ballast yang bersih, persiapan untuk kapal
dock.
4.2.1.2 Hal-hal lain yang perlu kita ketahui bahwa pembersihan ruang muat
dapat di bedakan sebagai berikut :
4.2.1.2.1 Pembersihan ruangan muat untuk mengangkut muatan yang
sama.
Pembersihan ruang muat tidak terlalu banyak mengalami
kesulitan, setelah ruang muat yang kering dibuat bebas gas ( gas free )
maka ruang muatannya disemprot dengan mengunakan selang dek
memakai air laut ,setelah itu air laut dipompa keluar atau di simpan si
slop tank. Setelah itu (sludge) kotoran atau karat nya dikeluarkan dari
tangki. Waktu pembersihan ruang muat ini harus di gunakan sikat sikat
yang terbuat dari kuningan. Setelah itu tangkinya diisikan dengan air
laut, kemudian dibuang lagi airnya sampai kering. Setelah itu semua
pipa pipa muat dan pipa pipa lainnya di buka dan di periksa.
Saringannya dibersihkan dan di keringkan begitu juga dengan kran
harus dicoba dan di periksa.

4.2.1.3 Pembersihan untuk mengangkut jenis muatan yang sifatnya


berbeda dengan muatan yang sebelumnya.
Dimana dengan pencampuran yang sedikit saja akan
menimbulkan kerusakan pada mutunya. Proses yang dilakukan tetap
sama seperti dengan yang di atas hanya harus di lakukan dengan lebih

29
bersih dan berulang ulang. Jika perlu di lakukan penyemprotan dengan
menggunakan air hangat dan tekanan yang tinggi agar sisa sisa muatan
baik di dinding maupun di atas dasar tangki dapat terurai. Setelah itu
baru kemudian dilakukan pengeringan tangki dan tangki harus terus di
berikan peranginan, dan kemudian dilanjutkan dengan pengelapan di
dalam tangki hingga tangki benar- benar kering dan bersih. Secara
teknik managerial pembersihan ruang muat harus sesuai dengan
prosedur: Perencanaan (plan) Untuk itu perlu mengetahui jenis
muatan yang akan di muat, sifat dari muatan, kondisi dari muatan,
perlengkapan peralatan sehubungan dengan muatan, misalnya alat
yang tersedia, spare part (suku cadang) dan yang lainnya. Pelaksanaan
(organize) Yang perlu diperhatikan saat pencucian ruang muat adalah
mengusahakan tutup-tutup ruang muat sedapat mungkin ditutup,
jangan memasukan barang-barang logam ke dalam ruang muat selain
darimesin pencuci tangki, selang selang pencuci ruang muat jangan
sampe lepas dari hydrantnya sebelumnya alat tersebut dikeluarkan dari
tangki. Apabila masih terdapat kotoran atau belum bersih maka dapat
dilaksanakan pembersihan ulang selama dalam pelayaran hingga
dipastikan tangki benar benar bersih dan kapal siap untuk menerima
muatan.
Seperti halnya pekerjaan lainnya di atas kapal tanker maka
pencucian tangki harus di rencanakan dengan sebaik baiknya dan
dilaksanakan dengan hati hati. Selain pelaksanaan dan pembersihan
ruang muatan dengan cara manual diatas juga perlu di perhatikan
tahapan tahapan yang perlu dilaksanakan pada persiapan ruang muat
jika melalui pengunaan butterworth, yang merupakan alat untuk
membersihkan tangki dengan menggunakan air laut. Alat ini tidak
dipasang secara permanen didalam tangki, maka dalam
penangannnnya banyak menggunakan tenaga. Mulai diangkat dari
tempat penyimpanan sampai tempat pemasangan dan juga
menggunakannya sangat hati-hati, kemudian alat ini diturunkan dalam

30
tangki. Sebelum alat-alat ini diturunkan kedalam tangki, selang selang
harus dipasang dengan baik dan benar dan harus betul tepat
pemasangannya banyak menggunakan banyak tenaga. Pemasangan
mesin pencuci tersebut terpasang dengan kuat pada deck sell kapal.
Untuk menaikkan dan menurunkan mesin pencuci ini digunakan tali
pengaman (Safety Line). Mesin pencuci ini diturunkan kedalam tangki
setinggi separuh dari tinggi tangki, bila tangki tingginya 7 meter maka
alat ini ditaruh setinggi 3.5 meter. Untuk mengetahui berapa meter
yang telah dipasang bisa dilihat pada setiap 1 meter ditandai pada
selang dengan tanda setrip, kemudian ditulis 1 meter dan seterusnya.
Alat ini dijalankan dengan menggunakan ait laut selama 2 jam atau
lebih tergantung dari bekas muatan yang di dengan muatan yang
dimuat. Misalnya muatan yang baru di adalah grade Marine Diesel oil
(MDO) sedangkan yang dimuat adalah grade premium atau grade
avtur maka lamanya mesin cuci ini dipakai adalah 3 jam lebih agar
sisa-sisa muatan dalam tangki dapat terurai dan bersih. Butterworth ini
digunakan untuk mencuci tangki dengan air laut yang dipanaskan.

4.2.1.4 Inert Gas


Inert Gas System (IGS) yaitu system gas lembam yang
disalurkan dalam tangki agar kadar oksigen dibawah 5%. Tujuannya
adalah mencegah terjadinya Explosion pada tangki yang tentu saja
sangat berbahaya. Inert gas sangat penting terutama pada Product
Tanker yang membawa muatan yang mudah terbakar.

4.2.2 Prosedur Tank Cleaning Sesuai Tank Cleaning Guide


Dari buku Tank Cleaning Guide karangan DR.Verweys, yang telah
ditentukan mengenai pekerjaan tank cleaning yang baik, diharapkan langkah
pekerjaan dalam melakukan tank cleaning dengan baik yang dapat berjalan

31
dengan aman dan tidak mengalami kendala pada saat pemuatan muatan yang akan
dimuat nantinya.
Adapun prosedur tank cleaning yang baik dan benar yang dimaksud dari
buku tersebut adalah :
4.2.2.1 Pre-Cleaning (pembersihan awal)
Biasanya dilakukan dengan menggunakan air laut atau air tawar,
dilakukan untuk membersihkan sisa minyak dari dasar tangki ini dilakukan
sesegera mungkin setelah tangki selesai di bersihkan atau kapal telah kosong
yang berguna untuk memudahkan sisa minyak cepat bersih.

4.2.2.2 Cleaning (pembersihan)


Cleaning dapat dilakukan mengguakan air atau dengan campuran air
dan detergen menggunakan air laut atau air tawar serta mesin butterworth.
Jika menggunakan detergen, detergen yang dipakai adalah detergen yang
bersifat bio-natural dan pembersihan dilakukan pada area khusus dengan
perijinan dan port authority dengan tujuan agar proses pembersihan tangki,
limbahnya tidak mengganggu lingkungan.

4.2.2.3 Rinsing (pencucian)


Kegiatan pembilasan tangki menggunakan air panas atau air dingin
dilakukan agar dapat menghilangkan sisa air laut yang masih terdapat di
dalam tangki. Pembilasan tangki ini biasanya dilakukan dengan waktu yang
lebih singkat dari penyemprotan dengan air laut.

4.2.2.4 Flushing (pembilasan)


Langkah ini sangat penting dilakukan untuk menghilangkan sisa
muatan dari dalam tangki dengan menyemprotkan air kedalam tangki
dengan menggunakan butterworth.

32
4.2.2.5 Steaming (penguapan)
Kegiatan penguapan tangki yang bertujuan menghilangkan bau dari
muatan sebelumnya. Uap yang digunakan harus cukup panas dan biasanya
sampai suhu 600C.

4.2.2.6 Draining (pengurasan)


Tangki pipa dan pompa dikeringkan dengan hati hati. Udara dari
compressor dapat dipergunakan untuk membantu mengeringkan.

4.2.2.7 Drying (pengeringan)


Dilakukan pengeringan yang bertujuan memberikan keadaan yang
bersih dalam ruang muat sebelum pemuatan dilakukan.

Dari prosedur diatas, yang harus diperhatikan dalam tank cleaning


adalah sarana yang digunakan dalam pengerjaan tank cleaning, diantaranya :
4.2.2.8 Butterworth merupakan alat yang utama untuk melakukan pekerjaan
tank cleaning. Karena butterworth merupakan sarana yang utama
dalam melakukan tank cleaning dimulai. Alat ini dimasukkan ke
dalam tangki yang dihubungkan menggunakan selang yang tahan
terhadap tekanan air yang akan digunakan untuk tersebut. Selang
yang digunakan untuk melakukan pekerjaan butterworth merupakan
selang yang mempunyai ketahanan terhadap penggunaan air panas
dan tahan terhadap tekanan yang dialirkan di dalam selang tersebut.
Setelah butterworth disambungkan dengan selang menggunakan
connection serta telah di kunci (di pasang dengan menggunakan
baut) maka selang dapat di aliri air yang dialirkan dari pompa
general service yang ada di kamar mesin. Untuk menghindari
kerusakan dari lapisan coating yang ada didalam tangki melalui
lubang yang ada diatas tangki. Jadi untuk mempermudah
menentukan kedalaman tank maka pada selang yang digunakan
untuk tank cleaning diberikan tanda untuk setiap meter,dengan

33
demikian maka dapat ditentukan berapa meter selang telah masuk
kedalam tangki. Akan tetapi pada saat pekerjaan tank cleaning
tersebut hendaknya harus diperhatikan apakah nozzle dari
butterworth tersebut dapat berputar dan menjangkau dengan baik
dinding tangki. Karena apabila butterworth tidak dapat berputar
dengan baik maka akan mengakibatkan tidak berhasilnya tank
cleaning. Dengan berputarnya butterworth maka semua minyak
yang menempel pada dinding dan gading- gading kapal yang ada
didalam tangki akan mengalir kebawah tangki dikarenakan tangki
dikarenakan oleh tekanan air dialirkan dari butterworth tersebut.

4.2.2.9 Selain butterworth ada hal yang merupakan harus diperhatikan


adalah pompa-pompa yang akan digunakan untuk memompa sisa
tank cleaning dari tangki yang dibersihkan dan dialirkan kedalam
slop tank. Maka semua valve, power pompa yang digunakan harus
disiapkan. Valve merupakn hal yang utama sebagai sarana
penghubung antara line pipa yang ada di dalam tangki ataupun line
pipa diatas tangki muatan serta line pipa yang ada di kamar pompa.
Karena media utama yang digunakan untuk tank cleaning kapal
tanker oil product merupakan air laut maka valve yang digunakan
untuk menghubungkan air laut dengan pipa tank cleaning harus
dapat beroperasi dengan baik. Adapun valve penghubung dengan air
laut untuk tank cleaning terletak di kamar mesin karena pompa tank
cleaning terletak di kamar mesin. Maka valve tersebut harus dapat
dipergunakan sewaktu-waktu. Sedangkan pompa yang digunakan
untuk menghisap tank cleaning adalah cargo pump. Karena cargo
pump selain digunakan untuk pembongkaran muatan dapat
digunakan untuk menghisap ( membongkar tank cleaning ) dari
tangki yang telah dilakukan tank cleaning. Adapun crew yang
mengoperasikan pompa harus crew yang telah familier dan
berpengalaman mengenai line beserta pompa yang akan digunakan.

34
Karena apabila salah dalam mengoperasikan pompa beserta line
akan dapat menyebabkan kesalahan yang fatal dan dapat
menyebabkan kerusakan pompa beserta line pipa. Maka dalam
pengoperasian ditentukan oleh mualim 1 crew yang
mengoperasikan adalah mualim jaga atau pada saat kapal sedang
berlayar mualim yang sedang tidak bertugas jaga dan telah mengerti
dan memahami mengenai line beserta valve dan pompa yang akan
digunakan. Karena pompa bekerja berdasarkan putaran dari
elektrometer yang ada di kamar mesin maka harus dilakukan
perawatan mechanical pompa secara baik dan benar, karena apabila
tidak dilakukan perawatan dengan baik maka dapat menyebabkan
kerusakan pompa tersebut. Karena cargo pump bekerja setiap pada
pembongkaran muatan di pelabuhan bongkar, jadi harus
diperhatikan dalam penggunaannya, maka pada saat dipergunakan
cargo pump harus diberikan pendinginan menggunakan air
pendingin agar pompa tidak panas pada saat dipergunakan. Karena
pompa terdiri dari beberapa bearing dan as pompa apabila tidak
dilakukan pendinginan maka akan menyebabkan panas dan dapat
merusak bearing pompa serta menyebabkan kerusakan pada pompa.
Selain itu dibutuhkan kerja sama antara crew yang mengoperasikan
pompa cargo serta crew yang bekerja diatas deck dengan
menggunakan handy talky,dengan demikian pekerjaan tank cleaning
dapat dikerjakan dan tidak mengalami hambatan yang diakibatkan
karena pompa belum siap.

4.2.2.10 Fan yang digunakan untuk gas free tangki harus disiapkan apabila
akan digunakan, selain itu sarana bantu selang yang akan digunakan
untuk menggerakkan fan yaitu selang harus disiapkan pada saat
tangki sedang di lakukan tank cleaning. Adapun fungsi dari fan
adalah sebagai alat untuk memasukkan udara ke dalam tangki .
Penggerak utama dari fan ini adalah tekanan air. Karena media air

35
merupakan tenaga penggerak yang paling aman untuk digunakan
diatas kapal tanker. Fan diletakkan di atas main hole tangki sesuai
dengan jumlah main hole yang ada pada masing-masing tangki. Fan
ini dioperasikan setelah semua tangki selesai dilakukan proses
pekerjaan pencucian tangki. Karena fan merupakan alat yang utama
untuk membebaskan gas yang ada di dalam tangki maka fan harus
diberikan perawatan dengan baik agar fan dapat berfungsi dengan
baik. Karena fan digerakkan menggunakan media air laut maka fan
dapat terjadi karat ataupun penumpukkan garam pada gigi
mekanikal fan tersebut. Dari pengalaman yang kami alami maka
perawatan yang baik untuk fan adalah apabila setelah dipergunakan
maka fan hendaknya dilakukan pencucian dengan menggunakan air
tawar untuk menghilangkan garam baik yang ada di dalam fan
ataupun pada body fan tersebut. Dengan dibersihkan dengan
menggunakan air tawar maka diharapkan karat yang disebabkan
oleh garam dari air laut dapat dikurangi.

4.2.2.11 Setelah dilakukan pembebasan gas dalam tangki menggunakan fan


maka setiap saat secar berkala dilakukan pengetesan kadar
hydrocarbon yang ada di dalam tangki seberapa besar yang ada
didalam tangki. Pengetesan itu menggunakan alat hydrocarbon test.
Karena gas premium dapat merusak muatan seperti kerosene
ataupun avtur apabila akan dimuati. Selain dilakukan test kadar
hydrocarbon maka juga harus dilakukan test kadar oksigen yang
ada didalam tangki,maksud dari pengukuran gas oksigen adalah
memastikan berapa besar kadar oksigen yang ada didalam tangki
maka dapt dipastikan aman tidaknya untuk crew yang akan
melakukan pekerjaan di dalam tangki. Dengan dilakukan
pengukuran gas maka dapat ditekan kecelakaan kerja yang
diakibatkan oleh gas beracun yang ada didalam tangki. Maka hal
yang perlu dipahami adalah perawatan alat-alat yang digunakan

36
untuk pengukuran gas hydrocarbon dan kadar oksigen yang ada
didalam tanki,adapun alat tersebut adalah oksigen tester beserta
hydrocarbon tester. Perawatan yang layak dilakukan diatas kapal
adalah dilakukan penggantian battery yang digunakan sebagai
sumber tenaga untuk alat tersebut. Dengan dilakukan penggantian
battery secara terjadwal di harapkan alat dapat dipergunakan setiap
saat. Agar diberikan pengukuran yang akurat maka hendaknya
dilakukan kalibrasi oleh perusahaan yang ditunjuk oleh kantor pusat
untuk kalibrasi. Dengan dilakukan kalibrasi maka diharapkan
pengukuran gas di dapatkan hasil yang sebenarnya sesuai dengan
kadar gas yang sebenarnya yang ada di dalam tangki tersebut.
Untuk menggunakan peralatan ini crew kapal yang harus mengerti
cara pengoperasiannya peralatan ini crew kapal yang harus mengerti
cara pengioperasiannya adalah khususnya mualim yang ada di atas
kapal begitu juga terhadap perawatan terhadap alat tersebut.

4.2.2.12 Untuk sisa dari tank cleaning di tampung kedalam slop tank.
Karena pelayaran yang sangat dekat dengan pulau dan jarak yang
dekat maka sisa tank cleaning yang merupakan minyak kotor dan
air laut dibuatkan sertifikat slop yang nantinya harus dibongkar di
pelabuhan muat ditampung di tangki slop pelabuhan muat. Karena
sisa tank cleaning merupakan campuran dari air laut serta minyak
yang tersisa dari tangki muatan maka tidak boleh dibuang langsung
ke laut karena dapat terjadi pencemaran terhadap laut. Setelah
pekerjaan tank cleaning selesai dan air sisa dari tank cleaning telah
ditampung kedalam slop tank maka harus dihitung berapa jumlah
sisa tank cleaning yang ada di dalam slop tank. Adapun sisa dari
tank cleaning tersebut harus dipompa ke tangki penampungan darat,
karena tidak dapat dilakukan pembuangan dilaut karena jarak
pelayaran yang dekat pada saat penulis berlayar diatas kapal MT.
Pelumin Satu. Maka saat kapal sandar dilakukan pemuatan kepada

37
loading master untuk dapat menerima sisa air tank cleaning yang
ada diatas kapal. Apabila pihak darat selakupenerima sisa tank
cleaning kedarat, tetapi sebelum dilakukan pemompaan harus
dilakukan perhitungan berapa jumlah sisa air tank cleaning yang
akan di pompa ke tangki penerima di darat. Setelah dilakukan
pemompaan maka dibuatkan sertifikat pembuangan air sisa tank
cleaning yang diterima oleh pihak darat.

4.2.2.13 Setelah dilakukan tank cleaning maka dilakukan pengeringan


semua line pipa dengan cara membuka semua valve berhubungan
dengan kamar pompa serta lubang penutup strainer pompa harus
dibuka. Dengan demikian maka semua cairan yang ada di line pipa
akan mengalir kedalam strainer pompa dengan demikian maka line
akan bersih dari sisa cairan dari sisa tank cleaning. Maka air sisa
tank cleaning akan mengalir ke dalam kamar pompa dengan
demikian maka kamr pompa akan dipenuhi dengan genangan sisa
air tank cleaning. Sisa air tank cleaning yang ada di got kamar
pompa hendaknya di pompa ke dalam slop tank sehingga kamar
pompa menjadi kering, karena setelah selesai dari pekerjaan tank
cleaning maka line pipa menuju ke kamar pompa. Pemompaan air
dari sisa tangki tank cleaning dipompa dan ditampung di dalam slop
tank. Maka setelah kering dari sisa air tank cleaning. Karena sisa
dari air tank cleaning mengandung sisa minyak yang ada didalam
line pipa tersebut sehingga mengeluarkan gas yang berbahaya bagi
orang yang akan memasuki kamar pompa apabila kadar gas beracun
didalam kamar pompa tersebut tinggi. Untuk crew yang baru naik di
atas kapal diberikan familiarisasi mengenai tata cara memasuki
kamar pompa yang aman dan harus mematuhi peraturan yang ada di
atas kapal. Karena ruangan kamar pompa merupakan ruangan yan
berhubungan langsung dengan minyak sehingga rentan terhadap gas
beracun yang dikeluarkan oleh minyak yang diangkut oleh kapal.

38
Maka hendaknya crew yang baru naik diatas kapal dan berhubungan
langsung bekerja di dalam kamar pompa hendaknya mengerti betul
mengenai tata cara memasuki dan bekerja yang aman didalam
kamar pompa sehingga dapat ditekan kecelakaan kerja yan
diakibatkan oleh gas beracun yang ada di dalam kamar pompa.

4.2.2.14 Adapun pekerjaan yang lain yang tidak dapat ditinggalkan dalam
tank cleaning adalah pekerjaan pengeringan tangki dan pembersihan
tangki dari kotoran beserta karat yang ada di dalam tangki. Hal ini
dibutuhkan untuk beberapa karakter jenis minyak tertentu sebagai
contoh adalah minyak jenis avtur. Pembersihan tangki ini dilakukan
dengan cara crew langsung masuk kedalam tangki untuk langsung
membersihkan tangki tersebut. Akan tetapi untuk memasuki tangki
harus dilakukan beberapa prosedur yang dibuat oleh perusahaan
untuk menghindari keracunan gas berbahaya yang ada di dalam
tangki. Tindakan awal perlu dilakukan setelah dilakukan
pembebasan gas maka sebelum memasuki tangki perlu dilakukan
enclose space permit check list,dari check list ini dilakukan
beberapa tahap mengenai tindakan yang perlu dilakukan sebelum
memasuki tangki ruang tertutup. Setelah dilakukan check list dan
telah sesuai dengan standar yang aman untuk memasuki ruangan
tertutup dan minim gas beracun serta kadar oksigen yang aman buat
manusia maka crew dapat di ijinkan memasuki tangki dan harus ada
orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut serta
harus dilakukan komunikasi dengan cara salah satu orang di atas
mainhole tangki yang dimasuki tersebut. Maka setelah benar-benar
aman untuk dimasuki orang maka crew yang akan masuk kedalam
tangki dapat masuk ke dalam tangki tersebut. Pekerjaan yang utama
adalah pembersihan kotoran beserta karat yan ada di dalam tangki
serta tangki dikeringkan dari sisa air yang ada di dalam tangki.
Maka hendaknya semua valve yang masuk didalam tangki yang

39
disebut dengan valve pipa isap dan valve pipa yang akan digunakan
untuk memuat muatan harus dalam keadaan terbuka dengan
demikian di harapkan semua air yang tersisa di dalam lile akan jatuh
mengalir ke dalam tangki . Air yang ada didalam kotak pipa isap
dikeringkan dengan menggunakan bantuan pompa wilden pump.
Hal ini perlu dilakukan adalah pembersihan tangki muatan dengan
cara di sapu dan dikeringkan dari sisa air yang menempel pada
dinding tangki muatan serta dasar tangki muatan. Maka seharusnya
pekerjaan pembersihan tangki dilakukan dengan baik sehingga
mencegah kecelakaan terhadap pengguna avtur tersebut. Untuk
pembersihan kotoran yang ada didalam tangki dilakukan hanya
untuk tangki yang akan dimuati avtur. Bila tangki lain akan dimuati
muatan selain avtur, pembersihannya bila ada cukup waktu
sehingga tangki dapat terawat dengan baik dan menekan meluasnya
karat yang ada didalam tangki muatan.

4.2.3 Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan ABK Terhadap Prosedur Tank


Cleaning.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan para Anak Buah Kapal
(ABK) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan bagi Anak Buah Kapal
(ABK) dalam mempersiapkan ruang muat menyebabkan para Anak Buah
Kapal (ABK) tersebut melepas tanggung jawab mereka dalam persiapan ruang
muat. Rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas merupakan hal ini yang
penting karena tanpa rasa tanggung jawab dapat menimbulkan kelalaian dan
kemalasan dalam bertindak. Dalam mengatasi berbagai masalah di atas kapal
sangat tergantung pula dari pengetahuan, keterampilan dan tasa tanggung
jawab selama melaksanakan tugas yang diberikan. Untuk itu perlu diantisipasi
lebih dini dalam hal pemilihan Anak Buah Kapal (ABK).
Adapun hal-hal yang dapat meningkatkan ketrampilan anak buah
kapal diatas kapal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

40
4.2.3.1 Diberikan familiarisasi dan pemahaman mengenai prosedur tank
cleaning pada kapal tanker.
Bagi awak kapal yang belum berpengalaman sebaiknya sebelum
bekerja di kapal hendaknya diberikan sosialisasi tentang pentingnya
prosedur yang tepat dalam tank cleaning diatas kapal, setelah awak kapal
tersebut naik diatas kapal diberikan penjelasan dan familirisasi mengenai
segala sesuatunya mengenai kapal tersebut, tugas dan bahaya - bahaya
yang akan dihadapinya dalam melakukan pekerjaan. Hal ini untuk
menghindari kecelakaan dalam bekerja di kapal serta kerusakan muatan
yang dimuat. Familiarisasi hendaknya dilaksanakan bukan hanya
sebagai formalitas atau hanya sebagai data tertulis. Sedangkan dalam hal
sosialisasi, dapat dilakukan pada saat safety meeting atau pada
kesempatan yang telah disepakati dan wajib di hadiri oleh seluruh awak
kapal. Petunjuk tentang prosedur tank cleaning dan keselamatan kerja
harus diberikan dan wajib dilaksanakan oleh semua orang yang bekerja
di kapal serta perlunya kerjasama antar awak kapal yang lain agar
tercipta lingkungan kerja yang harmonis.
Menurut Capt. Arso Martopo, SP1, M.Mar, Familiarisasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara,antara lain :
1.Orientasi di kapal
2. Program familiarisasi
3. Handing over
4. Training Video
5. Menggunakan safety manual dan booklet. (2008: 51)

4.2.3.2 Dilakukan training dikantor mengenai prosedur tank cleaning yang


benar.
Peningkatan ketrampilan terhadap anak buah kapal dapat
dilakukan dengan berbagai cara,hal yang utama dalam meningkatkan
ketrampilan anak buah kapal dapat dilakukan training mengenai

41
prosedur tank cleaning pada kapal tersebut,sebelum sign on atau
sebelum abk akan bekerja diatas kapal.
Menurut pendapat Capt. Arso Martopo, SP1, M.Mar. perusahaan
harus mengidentifikasi kebutuhan training dan memberikan training
kepada karyawan darat dan kapal. Pelaksanaan training dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Menggunakan institusi training.
2.Menggunakan trainer specialist.
3. On the job training.
4.Shore-based training. (2008:52)

Pada kapal MT. Pelumin Satu berbagai upaya telah dilakukan dalam
proses peningkatan pengetahuan kepada awak kapal. Kerjasama antara perwira
dan Anak Buah Kapal sangat dibutuhkan dimana seorang perwira diatas kapal
harus mampu membantu ABK dalam meningkatan keterampilannya di atas
kapal dan begitu pula sebaliknya, Anak Buah Kapal harus memiliki tanggung
jawab dan kedisiplinan penuh terhadap kapal sehingga Anak buah Kapal
(ABK) bekerja dengan optimal sesuai prosedur yang ada diatas kapal.

42
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan memperhatikan permasalahan yang telah diuraikan terlebih


dahulu, maka penulis dapat menyimpulkan faktor - faktor yang menyebabkan
kurang optimalnya ruang muat diatas kapal MT. PELUMIN SATU adalah :

5.1.1 Kurang optimalnya tank cleaning dan gas free yang dilakukan pada MT.
Pelumin Satu sehingga terjadinya kontaminasi muatan dan sering
ditemukannya air pada muatan minyak saat dilakukan sounding muatan.

5.1.2 Kerusakan muatan yang terjadi pada muatan di MT. Pelumin Satu
disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya pengalaman awak
kapal dalam bekerja diatas kapal tanker , kurangnya kedisiplinan dan
pemahaman akan penerapan prosedur tank cleaning, kurang optimalnya
kerja dari sarana- sarana dalam pelaksanaan tank cleaning.

5.1.3 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan Anak Buah Kapal terhadap


prosedur tank cleaning disebabkan oleh beberapa faktor seperti,
kurangnya familiarisasi oleh perusahaan dan diatas kapal tentang tank
cleaning bagi Anak Buah Kapal yang baru Sign On, kurangnya tanggung
jawab bagi seluruh ABK terhadap kapal dan muatan.

43
5.2 Saran - Saran

Penulis menyampaikan beberapa saran sebagai upaya yang dapat


direalisasikan dalam usaha penerapan prosedur tank cleaning untuk mengurangi
masalah yang terjadi dalam proses pemuatan di pelabuhan muat yaitu :

5.2.1 Pihak perusahaan sebaiknya membantu Nakhoda dan seluruh perwira di atas
kapal untuk melakukan training khusus kepada Anak Buah kapal yang akan
Sign On, memberikan training khusus secara berkala kepada awak kapal
sehingga menanggulangi adanya claim dari pencharter, memilih tenaga
kerja yang memiliki kecakapan dan pengalaman yang baik pada kapal
tangker

5.2.2 Seyogyanya Nahkoda dan seluruh perwira yang bertanggung jawab dalam
persiapan dan pelaksanaan (JSA : Job’s Safety Analisis) berupa safety
meeting sebelum melaksanakan tank cleaning di atas kapal, memberikan
pengawasan yang optimal dan setelah dilakukannya tank cleaning perwira
dan Anak Buah Kapal harus melakukan pengecekan yang maksimal
sehingga dapat dipastikan air sudah terbuang dan tidak ada air sedikitpun
didalam tanki maupun pipa-pipa yang ada di atas kapal.

5.2.3 Sebaiknya seluruh awak kapal seharusnya memiliki tanggung jawab yang
besar terhadap keselamatan awak kapal, sarana bongkar muat, dan muatan
kapal, menjaga dan melakukan perawatan secara berkala terhadap sarana-
sarana tank cleaning yang ada diatas kapal, selaku Nakhoda di
MT. Pelumin Satu seharusnya lebih mendisiplinkan Anak Buah Kapal yang
kurang disiplin sehingga tidak menimbulkan kerugian kapal yang di
sebabkan oleh kerusakan muatan.

5.2.4 Kepada para pembaca yang telah menyempatkan diri untuk membaca karya
tulis ini, agar memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penulisan dikemudian hari.

44
DAFTAR PUSTAKA

Kosasih, Engkos. dan Hananto Soewedo.2007. Suatu Pendekatan Praktis Dalam


Usaha Pelayaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Martopo,Arso. (Eds) .2008. International Safety Management (ISM) Code. 2002.


Jakarta:Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan Laut.

Marpol 73/78 Consolidated.2006. IMO:London

Rahardjo,D.T. 2014. Kadetski Handbook. Semarang

Tim Pertamina.2015. Basic Training For Oil and Chemical Tanker.


Jakarta:Pertamina Training Center

Tim Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.2015. Basic Training For Oil and
Chemical Tanker. Semarang:Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

Verweys.2007. Tank Cleaning Guide,(Fourth Ed). London: International Maritime


Organization.

45
LAMPIRAN - LAMPIRAN

46
LAMPIRAN TABEL

47
RUMUS
ATOM NAMA RUMUS BANGUN
C MOLEKUL

1 Metana CH 4 CH 4

2 Etana C2 H6 CH 3−CH 3

3 Propana C3 H8 CH 3−CH 2−CH 3

4 Butana C 4 H 10 CH 3−CH 2−CH 2−CH 3

5 Pentana C 5 H 12 CH 3−CH 2−CH 2−CH 2−CH 3

6 Heksana C 6 H 14 CH 3−CH 2−CH 2−CH 2−CH 2 −CH 3

7 Heptana C 7 H 16 CH 3−CH 2−CH 2−CH 2−CH 2 −CH 2 −CH 2

8 Oktana C 8 H 18 CH 3−CH 2−CH 2−CH 2−CH 2 −CH 2 −CH 2−CH 3

9 Nonana C 9 H 20 CH 3−CH 2−CH 2−CH 2−CH 2 −CH 2 −CH 2−CH 2−CH

10 Dekana C 10 H 22 CH 3−CH 2−CH 2−CH 2−CH 2 −CH 2 −CH 2−CH 2−CH

11 Undekana C 11 H 24 CH 3−CH 2−CH 2−CH 2−CH 2 −CH 2 −CH 2−CH 2−CH

Tabel 1. Tabel Senyawa Hidrokarbon

Gas Symbol Percentage

48
(by vol)
Nitrogen N 83%
2
Carbondioxide CO 12-14%
2
Oxygen O 2-4%
2
Sulphur Dioxide SO 50 ppm

Carbon Monoxide CO Trace

Nitrogen Oxide NO X 200 ppm

Water Vapour H 2O Trace (high if not dried)

Ash & Soot (C) Trace

Density 1.044

Tabel 2. Tabel Kandungan Gas Inert

49
LAMPIRAN GAMBAR

50
Gambar 1. Wilden Pump

51
Gambar 2. Oxygen Detector Portable

52
Gambar 3. Gas Detector Portable

53
Gambar 4. Multi Gas Monitor

54
Gambar 5. Fix Combustible Gas Detector

55
Gambar 6. Span Gas

56
Gambar 7. Gas Free di MT. Pelumin Satu

57
Gambar 8. Fan yang digunakan untuk Gas Free

58
Gambar 9. Tangki – tangki pada MT. Pelumin Satu

59
LAMPIRAN

DATA KAPAL

60
PT.PELUMIN
MT.PELUMIN SATU

SHIPS PARTICULAR

1. NAME OF VESSEL. : MT.PELUMIN SATU


2. CALL SING. : YHWU
3. NAME OF OWNER. : PT.PELUMIN
4. IMO NO. : 9082128
5. TYPE OF VESSEL. : OIL TANKER
6. PORT OF REGISTER. : JAKARTA
7. DELIVERED. : 30 DESEMBER 1992
8. BUILDER : HANG YANG SHIPYARD KOREA
9. GROSS TONNAGE. : 1415 TONS
10.DEAD WEIGHT. : 2.500 TONS
11.LOA. : 70,9 METERS
12.L B P. : 65,7 METERS
13.BREADTH. : 12,0 METERS
14.DEPTH. : 6,0 METERS
15.DRAFT. ; 5,4 METERS
16.NO.OF TANKS : 8 PLUS SLOP TANK
NO.1-P&S : 609,2 M3
NO.2-P&S : 751,1 M3
NO.3-P&S : 762,1 M3
NO.4-P&S : 737,92 M3
SLOP TANK : 110,42 M3
17.FUEL OIL TANK CAPACITY. : 96 TONS

61
18.WATER BALLAST TANK. : 172 TONS
19.FRESH WATER : 64 TONS
20.BUNKER CONSUMPTION PER DAY :
MAIN ENGINE : 6240Ltrs / Day.260 Ltrs/ Hrs
DIESEL GENERATOR I : 720 Ltrs/ Day. 30 Ltrs/ Hrs
DIESEL GENERATOR II : 480 Ltrs/ Day. 20 Ltrs/ Hrs
CARGO ENGINE : 1296 Ltrs/Day. 54 Ltrs/ Hrs
MAIN ENGINE : SANGYONG MAN B&W
TYPE : 8L28/32-VF
POWER : 2285 PS (3062 Kw)
SPEED (MAX) : 14 KNOTS
21.AUXILIARY ENGINE
1X DAEWOO : 170 PS (227,8 kW) 445 Volt
1X DAEWOO : 298 PS (400 kW) 445 Volt
1X YANMAR (Cargo engine) : 450 PS (603 Kw)
22.CARGO PUMPS
2X TAIKO.CWLS-500M : 500 m3 / H
DISCHARGING LINE : 12 INCHI

62

Anda mungkin juga menyukai