SKRIPSI
Oleh :
DESMAND GERIST SITUMEANG
NRP. 11.6300/N
Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang berarti: "gas minyak bumi yang dicairkan",
adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. LPG
adalah produk dari proses pencairan campuran-campuran hidrokarbon alamiah yang
diperoleh dari minyak bumi. Komposisinya berbeda-beda tiap unsurnya , yaitu 65%
dapat terdiri dari metan, 0% sampai dengan 16% etan, sisanya yang lain adalah
propena, butana, pentana, nitrogen dan karbon dioksida. Dengan menambah tekanan
dan menurunkan suhunya hingga mencapai -420 C, gas dapat berubah menjadi cair.
Komponen utama dari LPG didominasi oleh unsur propana (C3H8) dan unsur butana
(C4H10).
Sebagian besar gas cair adalah hidrokarbon yang menjadi sumber energi utama di
bumi. Akan tetapi, hidrokarbon juga dapat menimbulkan resiko bahaya yang cukup
besar, karena sifatnya yang mudah terbakar. Oleh karena itu, setiap langkah praktis
yang di ambil untuk meminimalisir kebocoran harus dilakukan sesuai prosedur yang
benar dan untuk mencegah setiap sumber nyala api. LPG merupakan produk yang
dapat diperoleh dari pemurnian minyak bumi. Untuk pelaksanaan kegiatan distribusi
eksport LPG ke negara-negara pengimpor maka moda transportasi yang lebih aman
dan efisien adalah sarana transportasi laut, karena dapat mengangkut muatan LPG
dalam kapasitas yang cukup besar.
Sarana transportasi laut yang memenuhi kriteria untuk mengangkut LPG adalah tipe
kapal tanker jenis Gas Carriers yang di desain khusus untuk mengangkut muatan gas
dalam bentuk cair. Kapal MT GAS KOMODO adalah kapal yang khusus dibangun
untuk mengangkut LPG dalam jumlah yang besar, kapasitasnya mencapai 78.000 m3 .
Kapal jenis ini merupakan sarana transportasi yang paling efisien, karena yang
diangkut adalah gas alam yang telah dicairkan, di mana rasio perbandingan antara
volume gas LPG bila menguap dengan gas LPG dalam keadaan cair bervariasi
tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasanya untuk LPG sekitar
250:1. Sehingga dapat dibayangkan bahwa sebuah kapal pengangkut LPG yang
mengangkut gas alam yang telah dicairkan akan sebanding dengan 250 kapal
pengangkut gas yang muatannya masih dalam bentuk gas.
Dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk gas. Volume LPG dalam bentuk cair
lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu LPG
dipasarkan dalam bentuk cair ke dalam tangki atau tabung-tabung logam bertekanan.
Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang
dikandungnya, tabung LPG tidak diisi secara penuh, namun hanya sekitar 80-85% dari
kapasitasnya.
LPG adalah muatan yang sangat berbahaya yang termasuk dalam klasifikasi muatan
berbahaya kelas dua, karena sifatnya yang mudah terbakar. Sehingga diperlukan
pengetahuan dan keterampilan khusus dalam penanganannya baik bagi awak kapal
maupun buruh pelabuhan. Sekarang perusahaan-perusahaan pelayaran yang
mempunyai armada LPG telah memfasilitasi dan memberikan awak kapalnya dengan
training atau familiarisasi tentang LPG, yang biasanya berlangsung selama satu
minggu. PT. BUANA LISTYA TAMA (BLT) adalah salah satu perusahaan yang telah
mempunyai 7 armada kapal tanker jenis gas carrier, salah satunya adalah MT GAS
KOMODO . Kapal ini dibangun pada tahun 1991 dan sering singgah atau
melaksanakan operasi pemuatan di PT Badak Bontang Kalimantan Timur, Tanjung
2
Uban,dan Tanjung Jabung dengan tujuan daerah pembongkaran di Kalbut Situbondo
dan Teluk Semangka.
Kapal MT GAS KOMODO di charter oleh Pertamina untuk di jadikan kapal induk
muatan LPG (mother ship) yang di operasikan di wilayah-wilayah pembongkaran
yang telah disebutkan di atas. Kapal MT GAS KOMODO di gunakan sebagai kapal
induk muatan LPG dengan proses pembongkaran muatan secara Ship To Ship (STS)
dengan kapal lain. Dalam Proses pembongkaran muatan, di atas kapal MT GAS
KOMODO sering terjadi beberapa kendala-kendala, sebagai contoh pada kejadian
pemasangan selang muat (fleksible hose) pada saat pembongkaran LPG ke kapal MT
GAS ARAR pada voyage no 04/14 dan pada saat pemuatan LPG di Pelabuhan
Bontang . Hal ini terjadi karena disebabkan oleh prosedur pemuatan yang tidak
dikerjakan dengan benar dan kurangnya pemahaman awak kapal mengenai prosedur
dan karakteristik muatan LPG tersebut yang menyebabkan kurang lancarnya proses
pembongkaran muatan dan menimbulkan kerugian bagi pihak charter yaitu PT
Pertamina.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini, penulis memaparkan landasan-landasan teori yang dapat
menjadi bahan acuan untuk penelitian masalah yang penulis angkat.
Dalam menjelaskan beberapa masalah yang penulis hadapi dalam pembuatan skripsi
ini penulis membutuhkan beberapa buku sebagai buku pedoman atau acuan guna
membandingkan pengalaman yang penulis hadapi dengan teori yang di terapkan dalam
menyelesaikan naskah tersebut, adapun buku yang menjadi acuan tersebut adalah:
1. STCW 2000 Regulation V/1 paragraph 2.2 dan STCW Code Section A-V/1
paragraph 22-34 halaman 58-59
Perwira-perwira dan bawahan yang diberi tugas dan tanggung jawab khusus yang
berkaitan dengan muatan atau peralatan bongkar muat pada kapal-kapal tangki,
harus telah menyelesaikan suatu kursus pemadam kebakaran di darat selain itu harus
telah menyelesaikan pelatihan yang telah ditetapkan oleh peraturan VI/1, dan harus
menyelesaikan:
a. Paling sedikit 3 bulan tugas berlayar di kapal tangki guna memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang praktek-praktek operasional yang aman
b. Suatu kursus pengenalan kapal tangki (Familiarization Course) yang mencakup
paling sedikit ringkasan pelajaran yang diberikan untuk kursus dalam section A-
V/1 STCW
2. Liquefied Gas Handling Principles On Ships and In Terminal,
a) Hal yang umum dilakukan pada saat kegiatan pemuatan LPG.
1) Memuat adalah proses pemindahan muatan LPG dari tangki darat (terminal)
kedalam tangki kapal ataupun sebaliknya dengan menggunakan sarana
pompa. Beberapa hal yang membedakan kapal tanker pengangkut LPG
dengan kapal tangker pengangkut minyak mentah (crude oil) adalah sebagai
berikut:
2) Pipa muatan dan tangki muatan harus dipersiapkan dengan suhu yang
didinginkan dengan layak untuk muatan yang bersuhu rendah.
3) Uap yang di hasilkan dalam tangki muatan dikembalikan kedarat sebanding
dengan kecepatan pemuatan untuk mencegah naiknya tekanan didalam tanki
muatan.
11
muatan, compressor, katub induk bahan bakar, inert gas generator
(pembangkit gas lembam) secara otomatis untuk mengantisipasi timbulnya
bahaya-bahaya atau ketika timbul ketidak normalan pada cargo system.
6) Gasket adalah suatu alat yang terbuat dari bahan graphit sebagai klep
penghubung loading arms kapal dan darat untuk mencegah kebocoran karena
pengkerutan.
7) Gas Detector System ialah alat yang berfungsi mendeteksi gas yang
mungkin terjadi karena adanya kebocoran gas pada beberapa ruangan
tertentu diatas kapal, misalnya ruang akomodasi dan ruang compressor.
8) H/D Compressor ialah pompa untuk menghisap vapour dari tangki muatan
kapal dan mengirimkan ke tangki-tangki muatan di darat lewat pipa-pipa
muatan diatas kapal.
9) Hidroulic Pump ialah pompa yang digunakan untuk menggerakkan peralatan
muat secara hidrolic.
10) High Level Alarm ialah alarm yang berfungsi sebagai tanda muatan telah
mencapai batas (level) tertinggi pada tangki muatan.
11) Liquid Line ialah pipa yang digunakan untuk mentransfer muatan cair dari
darat ke kapal atau sebaliknya.
12) Liquid Valve ialah katub yang menghubungkan antar pipa-pipa cairan diatas
kapal.
13) Loading arm ialah pipa penyambung dari darat yang berbentuk seperti
lengan dan digerakkan dengan system hidrolik, dan ada juga dengan secara
manual dengan pipa muatan (hoses connection)
14) Loading Pump ialah pompa di darat yang digunakan untuk pemuatan LPG
ke atas kapal.
15) LPG (Liquefied Petroleum Gas) ialah senyawa yang mempunyai unsur
utama yaitu propane dan butane.
16) Manifold ialah tempat dimana loading arm dari darat disambungkan dengan
pipa kapal.
17) Safety Relief Valve ialah katub yang terletak pada tiap – tiap bagian tertentu
dari pipa-pipa muatan yang telah dibuat atau diprogram pada tekanan
12
tertentu yang berfungsi sebagai katub pengamanan pada waktu tekanan pada
pipa atau dalam tangki lebih tinggi dari tekanan yang ditentukan.
18) Spray Line ialah pipa yang digunakan untuk pendinginan tangki muatan
pipa-pipa muatan atau untuk pembuangan sisa liquid dari manifold.
19) Spray Pump ialah pompa yang berada di dalam tangki muatan kapal yang
digunakan untuk pendinginan tangki dan pipa – pipa diatas kapal.
20) Strainner ialah saringan yang berada di dalam loading arms dan pada
manifold liquid line serta vapour line.
21) Temperature and Pressure Gauge ialah alat indicator temperature dan
tekanan pada tangki muatan yang letaknya diatas cargo tank, khususnya
untuk temperature terdapat 3 (tiga) indicator yaitu bagian bawah,tengah,dan
atas dari tangki muatan.
22) Vapour adalah gas yang di hasilkan dari penguapan cairan LPG.
23) Vapour Line ialah pipa yang digunakan untuk mentransfer muatan dalam
bentuk gas dari kapal ke darat atau sebaliknya apabila terjadi High pressure
pada tangki muatan.
24) Vapour Valve ialah katub yang terletak pada pipa-pipa gas di darat dan di
kapal.
3. Familiarisasi Tanker Gas yang disusun oleh Badan Diklat Perhubungan dengan
merefrensi IMO Model Course 1.05 dan memperhatikan silabus yang tertera pada
STCW 2000 amandemen 2010, code A-V/1.1-7, Mengenai Produksi Gas Yang
Dicairkan :
a. Gas-gas yang dicairkan adalah campuran-campuran dari hidrokarbon-
hidrokarbon yang berat molekulnya rendah, ditransportasikan dalam bentuk
cairan curah menggunakan kapal-kapal khusus yang biasanya disebut
pengangkut gas (gas carriers).
13
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Waktu penelitian
Penelitian serta pengamatan yang dilakukan secara langsung yang terkait dengan
masalah yang diangkat dalam penulisan skripsi ini dilakukan saat praktek berlayar
sesuai dengan program belajar penulis pada tahun ketiga (semester V dan semester
VI) yaitu melaksanakan praktek laut, yang kurang lebih satu tahun mulai dari
tanggal 13 Desember 2013 sampai dengan 23 Desember 2014, dan dilanjutkan
penelitian di darat setelah turun dari kapal.
2. Tempat penelitian
A. DESKRIPSI DATA
Menurut buku Tangker Safety Guide Liquefied Gas mengenai informasi muatan,
dijelaskan bahwa :
IMO code mengharuskan setiap kapal harus dilengkapi dengan informasi mengenai
muatannya :
a. Seluruh penjelasan dari sifat fisik dan kimia yang diperlukan untuk upaya
pengendalian kargo yang aman.
b. Tindakan yang akan diambil jika terjadi tumpahan atau kebocoran muatan.
c. Tindakan yang harus dilakukan terhadap kontak langsung dengan muatan yang
tidak disengaja.
29
d. Prosedur memadamkan api dan alat-alat pemadam kebakaran yang digunakan.
e. Prosedur untuk transver kargo, gas freeing, ballasting, tank cleaning dan perubahan
pada muatan.
f. Peralatan khusus yang diperlukan untuk penanganan yang aman dari muatan
tertentu.
g. Suhu minimum pada tangki muatan.
h. Prosedur darurat.
i. Kompatibilitas.
j. Rincian dari batas maksimum yang diizinkan untuk mengisi setiap muatan yang
mungkin dilakukan pada setiap temperatur yang berbeda, referensi dar suhu
maksimum dan tekanan yang diatur untuk setiap katup buang.
Nahkoda harus meminta nama teknis yang benar atas muatan yang akan dimuat
sesegera mungkin sebelum proses tranfer muatan dimulai. Nahkoda harus
mencantumkan karakteristik muatan dan certificate of fitness. Data muatan dalam
bentuk lembaran harus di pampang pada papan. Nahkoda dan semua orang harus
membaca lembar data dan informasi terkait lainnya untuk mengetahui tentang
karakteristik setiap jenis muatan yang akan dimuat. Jika muatan yang akan dimuat
adalah campuran (misalnya LPG), informasi pada komposisi campuran harus
diketahui, termasuk suhu dan tekanan dalam tangki darat dapat digunakan untuk
memverifikasi informasi ini.
LPG merupakan senyawa yang terbentuk dari unsur propane dan butane. Penggunaan
LPG di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor
gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, LPG juga cukup banyak digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
LPG bukan merupakan gas yang beracun akan tetapi salah satu risiko dari penggunaan
LPG adalah terjadinya kebocoran pada instalasi gas sehingga bila terkena percikan api
dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas LPG tidak berbau, tapi bila
demikian akan sulit mendeteksi apabila terjadi kebocoran pada instalasi gas.
Menyadari hal itu, Pertamina selaku penyedia dan distributor LPG menambahkan gas
30
mercaptan yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk
mendeteksi bila terjadi kebocoran pada instalasi gas.
Berikut adalah informasi dari sifat-sifat muatan LPG yang perlu untuk di ketahui
mengenai prosedur darurat, serta efek jika terkena kontak fisik secara langsung dan
muatan LPG.
Hentikan suplay gas, jangan memadamkan api selama suplay dari gas belum
dihentikan. Untuk menghindari kemungkinan bahaya ledakan yang mungkin bisa
terjadi. Padamkan api yang timbul dengan menggunakan pemadam jenis dry-
powder, halon atau CO2. Dinginkan tangki dan area sekitarnya dengan
menggunakan air dalam bentuk spray.
Sesegera mungkin untuk membersihkan mata dengan air bersih, bersihkan mata
dengan posisi mata terbuka. Jangan melakukan kontak fisik dengan mata seperti
mengusap dengan tangan dan lakukan pembersihan setidaknya 15 menit serta
meminta saran dan bantuan medis secepatnya.
c. Cairan di Kulit.
31
LPG dengan air hangat sampai bagian tubuh yang terkena LPG kembali lunak
seperti semula. Meminta bantuan dan saran medis secapatnya.
Efeknya : Rusaknya jaringan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh pembekuan.
Pindahkan korban ke tempat terbuka agar korban mendapatkan udara segar. Apabila
nafas dari korban terhenti atau lemah atau tidak teratur, lakukan pernapasan buatan
atau beri oksigen seperlunya. Meminta bantuan dan saran medis secapatnya.
Antisipasi yang dilakukan untuk mencegah kemungkinan buruk diatas pada saat
menangani muatan LPG adalah mengguna
kan pelindung pada semua bagian tubuh seperti sarung tangan, sepatu, kacamata
pelindung serta perlindungan wajah atau muka.
Proses penanganan muatan LPG mulai dari pemasangan loading arm dan vapor arm
sampai dilepasnya lagi loading arm dan vapor arm tersebut harus terlaksana dengan
baik, artinya seluruh awak kapal harus memahami prosedur-prosedur pemuatan LPG
dan memahami tugas masing-masing.
32
B. ANALISIS DATA
Sesuai dengan voyage order tujuan pelabuhan bongkar yaitu pelabuhan bongkar
Pertamina Kalbut Situbondo, dengan nomor voyage 04/14. Kapal penulis
membongkar muatan dengan cara ship to ship transfer. Dan membongkar jenis
muatan LPG jenis butane (C4H10) dan propane (C3H8).
Dalam hal ini, pihak kapal sudah dalam keadaan siap bongkar (ready to
discharging), karena sebelumnya sudah dilaksanakan persiapan dari tanki itu sendiri
dan tanki sedah siap bongkar dengan sertifikat NOR (notice of rediness). Setelah
kapal sudah selesai memasang tali tambat sesuai dengan mooring arrangement,
berikutnya adalah memasang seluruh perlengkapan peralatan pemasangan fleksible
house(commanced hose) seperti baut, mur, reducer, gasket , kunci torak, botol
sabun termasuk botol pemadam dan selang air untuk water curtain.
Dalam kejadian ini kapal penulis adalah kapal mother ship atau kapal induk. Pada
waktu yang bersamaan diadakan pre-loading meeting antara Mualim Satu MT Gas
Komodo,dan Mualim satu Gas Arar dengan operator terminal (Loading Master).
Yang membahas tentang langkah-langkah pembongkaran diikuti oleh pemeriksaan
tanki muat dan penyerahan ship / shore safety checklist yang di setujui oleh pihak
kapal dan pihak darat dan di tandatangani oleh operator darat dan pihak kapal. Dan
dilanjutkan dengan pemasangan reduccer pada manifold untuk menyambung liquid
33
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut
ini :
1. Naiknya tekanan pada tangki muatan pada awal pemuatan disebabkan oleh prosedur
penanganan muatan yang kurang efektif pada saat melaksanakan proses pemuatan
LPG keatas kapal. Penyebabnya adalah kesalahan dalam prosedur pemuatan LPG
keatas kapal, proses pemasangan pipa di manifold dengan loading arm yang berada
di darat kurang di perhatikan, sehingga menimbulkan kebocoran. Tidak sesuainya
gasket/paking antara penghubung manifold dan loading arm, yang mengakibatkan
kebocoran di karnakan gasket tersebut tidak sesuai dengan prosedur akan
penggunaan untuk jenis muatan LPG.
2. Terjadinya kebocoran pada koneksi pipa-pipa saluran pemuatan pada waktu proses
pemuatan di pelabuhan muat yang dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan awak kapal serta buruh pelabuhan dalam mengoperasikan semua
kegiatan pada saat proses transver muatan dikarenakan pelatihan yang mereka
dapatkan di darat kurang maksimal. Diantaranya belum ada pelatihan praktek
mengenai penanganan muatan LPG khususnya pemasangan loading arms yang
benar pada lembaga pelatihan tesebut.