Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat melakukan aktivitas bongkar kargo tidak tertutup

kemungkinan terjadi gesekan/benturan antara logam-logam yang dapat

menimbulkan percikan bunga api. Jika percikan tersebut terjadi dan rongga

udara di atas minyak memiliki kandungan oksigen yang cukup tinggi (21%),

maka percikan bunga api tersebut dapat menyulut bahan bakar sehingga

menimbulkan kebakaran maupun ledakan. Untuk itu diperlukan suatu sistem

yang mengatur kandungan oksigen hingga kandungannya berada di bawah

8%, sesuai Standar for inert gas systems yaitu dengan menggunakan sistem

pembangkit gas lembam (Inert Gas System,IGS,1984:2) berupa CO2 dan gas

lain- lain hasil pembakaran, yang tidak mendukung proses terjadinya

kebakaran. Fungsi gas lembam yang lain adalah untuk menjaga agar tekanan

di atas rongga muatan kapal tetap positif agar isi kargo mudah dipompakan

dan menghindari udara luar masuk ke dalam tangki.

Menyadari dan mengetahui akan pentingnya peranan sistem gas

lembam di kapal-kapal tanker sebagai salah satu sistem keselamatan yang

dapat mengurangi resiko kecelakaan, baik kebakaran maupun ledakan pada

saat pengoperasian, maka dari itu penggunaan sistem ini di tekankan dalam

regulation 62 chapter II-2 dari solas convention 1974, dan peraturan-peraturan

serta kegunaan sistem ini di sempurnakan lagi dalam konvensi international di


2

London mengenai; tanker safety dan pollution prevention (TSPP) protocol

1978. dan sebagai tambahan baru regulation 62 (a) mensyaratkan bahwa inert

gas system (IGS) harus di rencanakan, di bangun dan di test sesuai ketentuan-

ketentuan dan memenuhi peraturan-peraturan IMO. Dalam hal ini pemerintah

adalah (anggota IMO) di mana kapal tersebut diregristasikan (Nationality).

Melihat dari konstruksinya yang didesain sedemikian rupa, dengan

memuat muatan yang mudah menyala bahkan bisa meledak, hal tersebut

disebabkan karena adanya gas yang dihasilkan dari penguapan muatan

tersebut. Dimana penguapan tersebut yang secara terus-menerus dapat

menimbulkan ledakan, maka sistem gas lembam ini adalah sistem yang tepat

untuk mencegah terjadinya ledakan pada tanki muatan.

Berdasarkan pada keadaan itu maka para ilmuwan menciptakan suatu

sistem gas lembam yaitu suatu sistem yang dengan memasukan gas lembam

ke dalam tangki muatan dimana kandungan oksigen yang berada didalam

tangki muatan tersebut dapat dijaga dengan konsentrasi kadar oksigennya

selalu berada dibawah 8% dari volumenya.

Menyadari akan bahaya yang mengancam keselamatan jiwa dan

pencemaran yang di timbulkan dari kapal tanker pada saat beroperasi, maka

waktu yang paling tepat untuk mengoperasikan sistem gas lembam tersebut

adalah pada saat kapal melakukan pemuatan (Loading), pembongkaran

(Discharging) atau pada saat pembersihan tangki (Tank Cleaning).


3

Berdasarkan pemikiran diatas, penulis menyusun KIT mengenai

masalah tersebut dengan mengambil judul: “Pengaruh Gas Lembam Untuk

Mencegah Terjadinya Kebakaran Dalam Penanganan Muatan Di Kapal

MT. Oceania”

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama bekerja di atas kapal

MT. Oceania, berkenaan dengan pengoperasian instalasi gas lembam diatas

kapal sangat penting dan vital keberadaanya dalam meningkatkan keselamatan

jiwa dan mencegah terjadinya kebakaran serta mencegah terjadinya

pencemaran laut, maka masalah yang akan dibahas dalam KIT ini adalah

Bagaimana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kebakaran dalam

penanganan muatan di kapal MT. Oceania

C. Batasan Masalah.

Di dalam pengoperasiannya instalasi gas lembam masih saja terdapat

gangguan-gangguan diantaranya yang akan di ambil sebagai batasan masalah

di atas kapal MT. Oceania adalah tentang : tindakan yang dilakukan untuk

mengatasi kebakaran dalam penanganan muatan di kapal MT. Oceania.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan observasi dalam pengkajian yang hendak dicapai

dari penelitian dan penulisan KIT ini, adalah:


4

Untuk memahami dan mengerti akan pentingnya peranan sistem

gas lembam dalam prosedur penanganan bongkar muat dan perawatan

yang di lakukan pada komponen instalasi gas lembam.

Untuk peningkatan keselamatan dan pencegahan terhadap

kebakaran dan ledakan pada saat pengoperasian kapal.

2. Manfaat dari penulisan KIT ini adalah:

Untuk meningkatkan pengetahuan dan pamahaman tentang jumlah

kandungan oksigen yang diizinkan didalam tanki muatan minyak di kapal

tanker.

Mengerti dan memahami akan pentingnya perawatan terhadap

setiap komponen sistem gas lembam untuk menjamin kelancaran kinerja

gas lembam tersebut.

Penulisan ini diharapkan dapat berguna bagi para pembacanya dan

dapat memberikan gambaran akan pentingnya pemahaman dan perawatan

pada instalasi gas lembam, sehingga kegiatan penanganan muatan dapat

tercapai sesuai harapan.

E. Hipotesis Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan permasalahan yang penulis dapatkan

mengenai ketidakseimbangan angin dan bahan bakar pada saat pembakaran di

dalam furnace boiler dengan cara mengatur ulang air servo dan oil servo.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Faktor Penyebab Kebakaran

Faktor Penyebab Kebakaran Terjadi karena ada 3 unsur/sumber yang

biasa disebut segitiga api, apabila ketiga unsur tidak lengkap,maka

persyaratan dapat terjadinya kebakaran tidak dapat terpenuhi.

Ketiga unsur Penyebab Kebakaran tersebut adalah :

Gambar 1. Segitiga Api

Sumber : Saberindo.co.id

1. Bahan yang mudah terbakar (fuel). Barang padat, cair atau gas ( kayu,

kertas, textil, bensin, minyak,acetelin dll),

2. Panas/suhu (heat). Pada lingkungan yang memiliki suhu tinggi,(sumber

panas dari Sinar Matahari, Listrik (kortsluiting), panas energy mekanik

(gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara.

3. Oksigen (oxygen). Kandungan/kadar O2 ditentukan dengan persentasi (%),

makin besar kadar oksigen maka api akan menyala makin hebat,
6

sedangkan pada kadar oksigen kurang dari 12 % tidak akan terjadi

pembakaran api. Dalam keadaan normal kadar oksigen diudara bebas

berkisar 21 %, maka udara memiliki keaktifan pembakaran yang cukup.

B. Definisi Gas Lembam

Gas Lembam (Inert gas) adalah suatu gas atau campuran bermacam-

macam gas yang dapat mempertahankan kadar oksigen dalam prosentase

rendah sehingga dapat mencegah terjadinya ledakan atau kebakaran. Kondisi

inert artinya suatu kondisi dimana kadar oksigen pada tangki dipertahankan

dalam keadaan 8% atau kurang dibandingkan dengan jumlah volume gas yang

ada pada atmosfer tangki tersebut.Sistem gas inert adalah suatu susunan gas

inert yang terdidri dari pesawat pembuat gasinert beserta sistem distribusinya

dilengkapi dengan peralatan untuk mencegah aliran balik darigas tersebut ke

kamar mesin dilengkapi pula dengan alat pengukur yang tetap maupun dapat

dipindah. Inerting artinya memasukkan gas inert ke dalam tangki agar terjadi

kondisi inert. Purging artinya memasukkan gas inert ke dalam tangki inert

dimana tangki tersebut telah ada dalam kondisi inert agar terjadi pengurangan

kadar oksigen sehingga apabila tangki tersebut kemasukkan udara segar tidak

terjadi peledakan.

Penggunaan sistem gas lembam ini bukanlah suatu konsep baru, sistem

ini pertama-tama digunakan pada kapal-kapal tanker di Amerika-Serikat sejak

tahun 1925, dengan bermacam-macam alasan sistem ini dilupakan atau

ditinggalkan selama beberapa tahun. Perusahaan “Sun oil” di Philadelphia

adalah yang pertama kali menggunakan sistem ini sebagai alat keselamatan
7

pada kapal-kapal tanker mereka pada tahun 1932, karena sebelumnya telah

terjadi ledakan besar pada salah-satu kapalnya. Sistem yang mereka ciptakan

waktu itu begitu sederhana namun terbukti sangat berhasil.

Kemudian British Petrolium atau B.P Tanker menggunakan sistem gas

lembam ini pada kedua kapal steam pengangkut “Crude oil” pada tahun 1961.

kebijakan ini dilanjutkan dan sejak tahun 1963 semua kapal pengangkut

“Crude Oil” dilengkapi dengan sistem ini. Menyusul kemudian penggunaan

sistem ini ditekankan dalam SOLAS Convention 1974 dan peraturan-

peraturan serta penggunaannya disempurnakan lagi dalam konverensi

internasional di London mengenai “Tanker Safety and Pollution Prevention,

atau TSPP 1978”. Kapal tanker “Product Carrier” yangn mengangkut minyak

putih mulai dilengkapi dengan Inert Gas Sistem sejak tahun 1968.

Meninjau dari pengalaman yang telah ada bahwa peranan instalasi gas

lembam sebagai suatu alat keselamatan, yang dengan cara memasukkan gas

lembam ke dalam tangki-tangki muat pada kapal tanker adalah tidak dapat

dipisahkan dari operasional kapal dalam mendukung kelancaran proses

penanganan muatan dan kelancaran pengoperasian kapal. Gangguan-gangguan

yang masih ada dan terjadi pada sistem gas lembam adalah masih terdapatnya

sumber-sumber penyalaan bahan bakar (gas hydrocarbon) dan oksigen yang

cukup untuk itu. Telah diketahui bahwa prinsip dari sistem gas lembam ini

adalah untuk mempertahankan kadar oksigen yang rendah didalam tangki

muat sehingga tidak menimbulkan bahaya kebakaran ataupun ledakan. Tetapi

pada kenyataannya walaupun sudah dilengkapi dengan sistem gas lembam


8

Namun masih saja terjadi kebakaran dan ledakan seperti pada Kapal MT.

BETELGEUSE yang meledak di Irlandia (France Owned Tanker) 8 januari

1979 yang mengakibatkan 50 orang meninggal. Hal ini dikarenakan masih

adanya kadar/kandungan oksigen di dalam tangki muatan yang cukup untuk

terjadinya proses kebakaran maupun ledakan. Dari hal-hal yang terjadi diatas

kita bisa mengetahui dan mengambil pemikiran bahwa terdapat beberapa

faktor yang menyebabkan kadar (kandungan) oksigen yang tinggi akibat

masih kurangnya penanganan dalam hal perawatan dan pemeliharaan oleh

awak kapal, diantaranya:

1. Tidak sempurnanya proses pembakaran yang terjadi pada Inert gas

Generator.

2. Diperlukannya pemahaman mengenai sistem gas lembam, dalam aspek

teori maupun dalam hal perawatan pada sistem instalasi gas lembam.

Maka dari wacana diatas timbul suatu pemecahan masalah, yang dapat

mengurangi bahkan mencegah terjadinya gangguan pada sistem gas

lembam dengan menerapkan beberapa strategi perawatan yang tepat dan

sesuai kebutuhan dimana efektifitas dan efisiensi dari sistem gas lembam

dapat dijaga sehingga dapat memberi dampak yang lebih baik pada

pengoperasian kapal.

Menurut Efisiensi Energi Untuk Industri Asia

www.energyefficiencyasia (2006:13) komposisi bahan bakar dari analisis

laboratorium sebagai berikut:


9

Tabel 1. Komposisi Bahan Bakar dari Analisis Laboratorium

Unsur Berat (%)


Karbon 85,9
Hidrogen 12
Oksigen 0,7
Nitrogen 0,5
Sulfur 0,5
H2O 0,35
Abu 0,05
bahan bakar 10880 kcal/kg
Sumber : www.energyefficiencyasia

Sedangkan data analisis dengan jumlah sampel minyak bakar 100 kg,

maka reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Komposisi Zat Hasil Reaksi Kimia

Unsur Berat Molekul (kg/kg mol)


C 12
O2 32
H2 2
S 32
N2 28
SO2 64
Sumber : www.energyefficiencyasia

C. Sistem Gas Lembam

Secara skematis proses inert gas system dengan menggunakan burner

adalah seperti terlihat pada Gambar berikut:


10

Fresh Air Inlet


Gambar : 1 Skema Aliran Kerja Inert Gas System
Flame Arrestor

Inert Gas Blower Blower Outlet Valve


Boiler
Up Take
Valve P/V Breaker
Pressure Vent Riser
Regulating Main Valve
Valve
Deck Isolating
Breather Valve
Valve
Boiler Fresh Air
Up Take Scrubber Inlet Valve
Unit N/R Valve
Recirculation IG Main drain
Valve
Valve
Tank I.G
Deck Seal Supply Valve
Blower Outlet
Blower Inlet Valve Unit
I.G Supply
Valve
Tank Cleaning Valve
Holes

Cargo Tank
Sumber : Manual Book MT. Oceania

10
11

Keterangan:

a. Blower; Ruang pembakaran adalah ruang tertutup, sehingga diperlukan

suplai udara untuk proses pembakaran. Fungsi dari blower adalah untuk

menyuplai udara pembakaran pada burner

b. Burner; Fungsi burner adalah untuk membakar bahan bakar agar diperoleh

gas lembam

c. Pompa air laut; Untuk memompa air laut yang dipergunakan untuk

menurunkan temperatur gas hasil pembakaran dan untuk mencegah api agar

tidak keluar dari ruang pembakaran.

d. Nozel Penyemprot Air Pendingin; Temperatur yang tinggi pada udara

lembam sangat berbahaya, maka perlu untuk dinginkan. Pendinginan

dilakukan dengan menyemprot udara lembam dengan air melalui nozel.

e. Scrubber; Scrubber (Gambar 2) adalah tangki penghasil gas lembam yang

di dalamnya berisi ruang bakar, alat pembakar/burner, saringan-saringan

untuk menyaring gas hasil pembakaran serta nozel yang memancarkan air

untuk mendinginkan.
12

Gambar 2. Tabung Scrubber

Sumber : www.spray-nozzle.co.uk/spray-nozzle-applications/gas-scrubbing

Menurut Smith (1985:414) analisis berdasarkan volume kondisi unsur-

unsur gas sesudah masuk scrubber adalah sebagai berikut:

f. Filter Demister; Fungsi dari filter ini adalah untuk menghindari kotoran

dari hasil pembakaran masuk ke dalam tangki.


13

g. Pompa Bahan Bakar; Fungsi dari pompa ini adalah untuk memompakan

bahan bakar ke burner agar memiliki tekanan penyemprotan yang sesuai,

sehingga pembakaran dapat terjadi dengan sempurna.

h. Level Switch; Untuk mengatur ketinggian air pada scrubber. Jika ketinggian

air berkurang, maka aliran listrik untuk pompa dialirkan, sehingga pompa

akan berjalan dan air akan mengisi scrubber sampai pada batas ketinggian

yang telah ditetapkan.

i. Katup Cerat (Drain Valve); Fungsinya adalah untuk menguras/

mengeluarkan cairan

j. Pengukur kadar O2 (Analyzer O2); Alat ini berfungsi untuk mengetahui

kandungan Oksigen di dalam tangki. Mengingat pentingnya fungsi alat ini,

maka secara periodic dilakukan kalibrasi

k. Pressure Connection; Fungsi alat ini adalah untuk mengukur tekanan

udara di dalam tangki kargo.

l. Deck Water Seal; Pada tangki ini supplay air akan berlangsung selama inert

gas system beroperasi. Air ini berfungsi mencegah aliran balik dari udara

lembam yang akan dialirkan ke tangki cargo. Pada tanki ini terpasang sebuah

sight glass yang berfungsi mengetahui ketinggian (volume ) air yang ada di

dalam tangki secara periodik agar tidak terjadi kesalahan dalam melihat

tinggi permukaan air, sebab kalau kondisi air kurang maka udara lembam

akan kembali ke ruang pembakaran di inert gas sistem.


14

Menurut Smith (1985:412) bahwa Gas lembam dapat diperoleh dari

berbagai cara, yaitu: (1) Pemanfaatan Gas buang boiler, (2) Nitrogen, (3) Gas

pembakaran burner, (4) Gas buang mesin diesel

Masing-masing gas lembam yang dihasilkan oleh berbagai cara di atas

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kerugian dan keuntungan memperoleh

gas lembam yang diperoleh dari berbagai cara di atas adalah:

1. Gas buang boiler; memiliki sifat yang korosif tetapi tidak perlu

mengeluarkan biaya operasi tambahan untuk dapat memperoleh gas

lembam karena pada kapal tangker selalu dilengkapi boiler

2. Nitrogen; adalah gas yang tidak dapat terbakar, akan tetapi di kapal

jumlahnya sangat terbatas dan harus mengeluarkan biaya untuk

mendapatkannya. Untuk kargo berupa cairan kimia, maka inert gas yang

dipergunakan adalah Nitrogen. Hal tersebut dikarenakan tidak ada carbon/

kotoran gas yang dihasilkan

3. Gas buang mesin diesel; meskipun diperoleh dengan cara memanfaatkan

gas sisa pembakaran akan tetapi kandungan Oksigennya masih cukup

tinggi, yaitu sekitar 12%.

4. Gas hasil pembakaran bahan bakar dengan burner; cara ini diperlukan

biaya tambahan untuk bahan bakar, akan tetapi nilai positifnya adalah

jumlah gas lembam yang dihasilkan dapat diatur dengan mudah.

Dari berbagai cara memperoleh gas lembam di atas, yang paling banyak

dijumpai pada kapal tangker adalah yang menggunakan burner. Hal tersebut
15

dikarenakan fleksibel pengaturannya. Kondisi Gas lembam yang dihasilkan

dari inert gas system dengan menggunakan burner, adalah:

1. CO2 sebesar 13.76% dari volume. Sifatnya inert dan toxid (beracun). Gas

ini juga tidak perlu diragukan karena walaupun beracun, hanya

dimasukkan dalam tangki dan yang penting tidak akan membantu memicu

terjadinya kebakaran dan tidak korosif.

2. H2O sebesar 4.7% dari volume, bersifat Inert dan dapat diterima karena

kadarnya rendah.

3. O2 sebesar 7.8% dari volume. Kadar O2 sebesar 7.5% di bawah upper –

flammable.

4. CO sebesar 0,1% dari volume. CO merupakan toxid tapi kadarnya rendah.

5. Nitrogen sekitar 73.7% Temperatur gas pembakaran dari inert gas berkisar

300 oC sampai 350oC. Temperatur tersebut terlalu tinggi untuk dapat

dipergunakan sebagai gas lembam, sehingga harus didinginkan terlebih

dahulu sebelum digunakan.

D. Komponen-Komponen Inert Gas System

1. Inert Gas (gas lembam)

Inert Gas adalah berarti campuran / campuran gas, seperti gas

buang yang mengandung oksigenyang cukup mendukung untuk terjadinya

pembakaran hidrokarbon.
16

2. Inert Condition (kondisi lembam)

Inert Condition berarti suatu kondisi di mana kadar oksigen di

sekitar tangki telah dikurangi menjadi 8% atau artinya kurang dari jumlah

volume melalui penambahan gas lembam.

Gambar : Distribution

Sumber: MT. Oceania

3. Inert Gas Plant (penghasil gas lembam)

Adalah peralatan khusus yang dipasang yang berguna untuk

memberi, menambah, memantau pengiriman kondisi inert ke sistem tangki

kargo.
17

4. Distribution System (sistem distribusi gas lembam)

Adalah bagian-bagian dari sistem inert gas yang terdiri dari pipa,

tubing, katup valve, fiting – fitting, yang berfungsi untuk mendistribusikan

dari inert gas plant ke tangki kargo, untuk membuang gas ke luar dan

melindungi tangki dari tekanan yang berlebihan atau kondisi vakum yang

berlebihan.

Gambar : Control System

Sumber: MT. Oceania


18

5. Inert Gas System

Adalah sistem yang mencakup antara perangkat penghasil dan

distribusi untuk mencegah aliran balik yang bakal terjadi dari tangki kargo

ke ruang mesin dan ke instrumen lain serta perangkat kontrol pendukung.

6. Inerting

Proses mengkondisikan gas di dalam tangki hingga kondisi

lembam.

7. Gas Freeing (bebas gas)

Memberikan udara segar ke dalam tangki dengan tujuan

membuang gas beracun, gas mudah terbakar, dan inert meningkatkan

jumlah oksigen ke 21 % dari volume.

8. Purging (pembersihan)

Pemberian masukan inert gas ke dalam tangki yang sudah dalam

kondisi lembam dengan tujuan:

a. Mengurangi kandungan oksigen yang ada, dan

b. Mengurangi kandungan gas hidrokarbon yang ada ke tingkat terendah,

sehingga kebakaran tidak akan terjadi di dalam tangki.

9. Topping Up

Memberi masukan gas ke dalam tangki yang sudah dalam kondisi

inert dengan tujuan untuk meningkatkan tekanan tangki dan mencegah

masuknya udara. (expressclass.blogspot.com/2009/02)


BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis

1. Lokasi Kejadian

Seperti yang penulis alami ketika masih melaksanakan tugas di

kapal sebagai 2nd Engineer kurun waktu Januari 2019. Pada saat kaal

beroperasi di Tanjung Pelepas, Malaysia di Kapal MT Oceania milik

perusahaan pelayaran Topaz Maritime Pte.Ltd.

2. Situasi Kondisi

Kapal MT. Oceania yang beroperasi di Tanjung Pelepas dengan

rute Vietnam – Tanjung Pelepas memuat Crude Condensate Oil. Pelayaran

dari Vietnam ke Tanjung Pelepas dapat ditempuh dalam perjalanan 3 hari.

Selama perjalanan cuaca mendukung/ideal untuk pelayaran.

3. Temuan

Pada saat tiba di Pelabuhan Tanjung Pelepas dan akan melakukan

proses bongkar muat, masinis jaga melakukan pengetesan terhadap Boiler

yang akan digunakan untuk memutar COP. Ketika hendak dinyalakan

terjadi ketidak seimbangan antara udara dengan bahan bakar yang di

control oleh oil dan air servo sehingga penyalaan api di dalam furnace

fluctuation. Terjadi fluctuation ini mengakibatkan boiler trip.


20

4. Urutan Kejadian

Pada saat melakukan pelayaran dari Vietnam ke Pelabuhan

Tanjung Pelepas tanggal 15 Januari 2019 sekitar jam 00.12 LT dan akan

ditempuh selama 3 hari dengan membawa muatan Condesate Oil. Setelah

tiba di pelabuhan Tanjung Pelepas tanggal 18 Januari 2019 jam 17.30 dan

langsung sandar/ alongside di SBM A setelah sandar Masinis Jaga

memeriksa boiler sekaligus warming up sebelum melakukan proses

bongkar muat. Ketika hendak dinyalakan terjadi ketidak seimbangan

antara udara dengan bahan bakar yang di control oleh oil dan air servo

sehingga penyalaan api di dalam furnace fluctuation. Terjadi fluctuation

ini mengakibatkan boiler trip. Kemudian Masinis jaga melapor ke Kepala

Kamar Mesin atas masalah tersebut, KKM memerintahkan kepada 2nd

Engineer untuk mengecek penyebab terjadinya ketidak seimbangan angin

dan bahan bakar. Setelah dicek ditemukan oil servo tidak bekerja dengan

semestinya perlu pengaturan kembali sesuai dengan manual book. 2nd

engineer langsung mengatur ulang rack oil servo kemudian melakukan

pengetesan kembali dan boiler sudah menyala dengan normal.

B. Pembahasan

Prinsip kerja dari pemakaian sistem gas lembam ini pada kapal tangker

adalah untuk menjaga agar udara yang berada di dalam rongga tangki

penyimpan minyak memiliki kandungan Oksigen (O2) maksimum 8% dan

memiliki tekanan positip (di atas tekanan atmosfir). Cara untuk menjaga agar

kandungan Oksigen rongga udara di atas minyak rendah, yaitu dengan cara
21

mendorong udara tersebut dengan gas lembam. Kapasitas bongkar kapal

tangker dipengaruhi oleh kapasitas gas lembam yang disuplai ke rongga kargo.

Klasifikasi status kadar karbon di ruang kargo sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Status Normal Kadar Karbon di Ruang Kargo

No Kadar O2 Status

1 11% Max.Oxygen Level

2 8% Max. Oxygen Level Allowed

3 5% Satisfactory Oxygen Level

4 <3% Best Oxygen Level

Sumber : www.energyefficiencyasia

Tabel 4. Klasifikasi Status Abnormal Kadar Karbon di Ruang Kargo

No Kadar O2 Status

1 12% Observation Oxygen Level

2 15% Warning Oxygen Level

3 18% Dangerous Oxygen Level

4 21% Atmosfer Oxygen Level

Sumber : www.energyefficiencyasia

Untuk mengurangi resiko terjadinya suatu kebakaran dan ledakan di

atas kapal tanker maka perlu ditiadakan adanya sumber api dan udara

(atmosfer) yang dapat terbakar yang secara bersamaan, timbul ditempat yang

sama, dan pada waktu yang sama, tidaklah selalu dapat dijamin tidak adanya
22

kedua faktor ini, sehingga tindakan kewaspadaan umum diatas kapal tanker

perlu di laksanakan dengan tujuan meniadakan salah satu dari padanya.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka jelaslah bahwa kebakaran baru bisa

terjadi kalau memenuhi persyaratan dari Segi Tiga Api, dalam bahasan ini

adalah;

1. Source of ignition – asal dari percikan api

2. Fuel - dalam hal ini hydrocarbon yang memenuhi persyaratan

3. Oxygen yang cukup untuk dapat menimbulkan kebakaran.

Kalau salah satu dari 3 unsur ini tidak ada atau tidak terpenuhi

persyaratan jumlah (kadarnya) maka tidak akan terjadi kebakaran.

Perlu diketahui sedikit mengenai sumber penyalaan (source of ignition) yang

pada umumnya ada diatas kapal tanker, beberapa diantaranya :

1. Nyala api terbuka

a. Merokok, pada waktu berlayar dianjurkan pada ruangan yang telah

ditentukan. Nahkoda akan menetapkan dimana merokok

diperbolehkan. Jangan sekali-kali merokok diluar atau pada geladak

terbuka.

b. Korek api gas, korek api gas untuk membakar rokok tidak diijinkan di

bawa ke kapal, jika korek api gas terjatuh diatas dek maka korek api

itu bisa bekerja menimbulkan api.

c. Korek api (geretan), hanya menggunakan korek api dari kayu dan

gunanya yang berlabel safety matches. Macam-macam lain dari korek

api adalah merupakan suatu ancaman diatas kapal.


23

2. Partikel – partikel yang terbang; jelaga dari funnel ketika kapal melakukan

shoot blow (meniupkan jelaga keluar melalui funnel), percikan api dari

pengelasan dan pemotongan bahan.

3. Percikan-percikan api dari sumber-sumber mekanis dan pergesekan (alat-

alat perkakas tangan) Perkakas tangan yang terbuat dari logam dapat

menyebabkan bunga api karena saling berbenturan satu sama lain.

4. Senter (flashlight); lampu-lampu senter (baterry) dapat menyebabkan

bunga api ke uap yang mudah terbakar. Lampu-lampu senter yang

digunakan harus lampu senter terbuat khusus (lampu senter yang aman dan

di akui), lampu senter jenis ini kedap terhadap gas dan air.

5. Perlengkapan domestik; semua peralatan listrik termasuk lampu-lampu

harus diperiksa

6. Antenna radio transmitter; pemakaian pemancar radio dalam frekuensi

tinggi disekitar antenna terdapat gas hydrocarbon, karena gelombang radio

dapat berubah menjadi potensi listrik.

7. Allmunium; jangan sekali-kali menyeret almunium atau metal-metal yang

ringan sepanjang deck/geladak karena gesekan dapat menimbulkan

percikan api.

8. Pakaian sintetik; meskipun tidak menimbulkan elektrostatis, tetapi dalam

pemakaian dalam temperatur tinggi dapat meleleh/terbakar.

9. Petir (halilintar) yang terjadi selama hujan.

10. Listrik statis; prinsip-prinsip dari bahaya elektrostatis menimbulkan

bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan pada waktu penanganan minyak


24

bumi dan operasi kapal tanker dengan tidak ada kekecualian.

Pengalaman telah membuktikan bahwa manusia telah bersusah payah

untuk membatasi source of ignition untuk dihilangkan dari fire triangle

dalam pengoperasian tanker tapi tidak pernah berhasil.

Dalam keadaan inilah peranan dari intalasi gas lembam sangat di perlukan,

sesuai dengan difinisinya Inert gas system adalah: suatu sistem dengan

memasukkan gas lembam dari gas buang hasil dari pembakaran Inert gas

generator ke dalam tangki muatan untuk mendesak udara terutama oxygen

keluar dari dalam tangki muatan sehingga mengurangi kemungkinan

terjadinya kebakaran atau ledakan dalam tangki muat tersebut.

Prinsip dari inert gas system adalah untuk mempertahankan kadar oxygen

yang rendah didalam tangki dengan memanfaatkan gas buang dari hasil

pembakaran Inert gas generator.(sumber:

Adapun gas buang yang digunakan harus memenuhi kualitas

pembakaran yang baik yaitu harus memastikan bahwa kandungan oxygen

pada gas buang selalu kurang dari 8% dari volume, tetapi mungkin juga

untuk mencapai kandungan oxygen 5% dari volume dengan pemasangan

instalasi yang lebih maksimal. Dan alasan utama penggunaan gas buang

dari Inert gas generator ini adalah :

1. Kadar oxygen dalam gas tersebut cukup rendah jika Inert gas generator

terpelihara dengan baik dan pembakaran cukup sempurna sehigga

dapat diatur kurang dari 8%.


25

2. Pemakaian Inert gas pada waktu kapal loading, Discharging dan tank

clening. Dan jika sistem gas lembam sudah bekerja, penambahan gas

lembam hanya sekali-kali saja untuk mempertahankan kondisi tekanan

gas lembam pada tangki muatan dimana pada waktu itu umumnya

kapal berada di pelabuhan.

Sebagai gambaran berikut ini adalah contoh komposisi gas buang

dari Inert gas genertor yang akan digunakan sebagai gas lembam :

1. N2 – 77% by volume dan sifatnya lembam (inert) gas ini tidak

mempengaruhi kondisi atmosfer dalam tangki nanti, jadi tidak perlu

dikhawatirkan.

2. CO2 – 13% by volume sifatnya lembam (inert) dan toxic (beracun) gas

ini tidak akan membantu adanya combustion (pembakaran) gas ini

tidak perlu di ragukan untuk dimasukkan ke dalam tangki walaupun

beracun dan dapat menimbulkan karat.

3. H2O – 5% by volume sifatnya lembam (inert) bisa di terima apabila

kadarnya rendah.

4. O2 – 4% by volume sudah jauh dibawah batas terbakar (flammable),

bisa diterima.

5. SO2 – 0,3% sifatnya dapat menimbulkan karat dan beracun, gas ini

perlu sedapat mungkin dikeluarkan dari gas lembam karena sifatnya

yang dapat menimbulkan karat.

6. Nox – 0,04% by volume, sifatnya beracun bisa diabaikan karena

kadarnya rendah.
26

7. CO – 0,1% by volume, sifatnya beracun bisa diabaikan karena

kadarnya rendah.

8. Kotoran-kotoran dan abu (shoot and ash) ± 150 mg/m³. barang-barang

(zat) ini harus sedapat mungkin dikeluarkan karena kehadiran zat-zat

ini dapat menyumbat sistem, dan menimbulkan endapan-endapan pada

instalasi gas lembam yang mempengaruhi kerja sistem ini.

Jadi yang penting untuk dikeluarkan dari inert gas adalah gas SO2,

Shoot and Ash dan temperatur diturunkan (dinginkan).

Gas Sulphur dioxide (SO2) harus dapat dikeluarkan dari gas lembam

yang terbuat dari hasil pembakaran Inert gas generator, kandungan gas

sulphur dioxide tersebut akan terbawa oleh air pendingin yang

berfungsi sebagai pendingin untuk mendinginkan temperature dari gas

lembam tersebut

Campuran gas hydrocarbon dan udara tidak dapat dinyalakan kalau

komposisinya tidak terletak dalam jangkauan konsentrasi gas dalam udara

yang disebut “flammable range” (jangkauan bakar). Batas bawah dari

jangkauan ini di sebut “lower flammable limit” (batas bakar bawah) adalah

suatu konsentrasi hydrocarbon yang apabila dibawah dari konsentrasi

tersebut hydrocarbon tidak cukup untuk mendukung pembakaran.

Batas atas dari jangkauan yang disebut “upper flammable limit“ (batas

bakar atas) adalah sesuatu konsentrasi hydrocarbon yang apabila diatas

dari konsentrasi tersebut udara tidak cukup untuk mendukung pembakaran

hydrocarbon.
27

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan mengenai gas lembam terjadinya

ketidakseimbangan angin dan bahan bakar disebabkan oleh berubahnya

pengaturan air dan oil servo yang mengatur jumlah angin dan bahan bakar

yang masuk ke dalam boiler sehingga terjadi pembakaran yang tidak

sempurna, dan menyebabkan kadar oksigen melebihi standar yang diinginkan.

B. Saran

Ketidakseimbangan angin dan bahan bakar akan berakibat pada gas

lembam yang dihasilkan memiliki kadar oksigen melebihi standar yang

diinginkan. Untuk itu disarankan kepada pihak terkait untuk selalu melakukan

pengecekan terhadap pengaturan oil servo dan air servo sesuai manual book.

Anda mungkin juga menyukai