Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Distosia
Distosia adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencobasalah
satu metode persalinan bahu (Manuaba, 2001). Distosia bahu adalah suatu keadaan
diperlukannya tambahan manuver obstetric oleh karena dengan tarikan bisa kearah belakang
pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi (Prawirohardjo, 2009). Distosia
merupakan kegawat daruratan obstetric karena terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma
janin,dan kompikasi pada ibunya, kejadiannya sulit diperkirakan setelah kepala lahir, kepala
seperti kura-kura dan persalinan bahu mengalami kesulitan (Manuaba, 2001).
Distosia adalah Waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinan yang
terhambat. Persalinan lama memiliki definisi berbeda sesuai fase kehamilan, seperti klasifikasi
berikut ini :
1. Distosia pada kala I fase aktif: grafik pembukaan serviks pada partograf berada di antara
garis waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong garis bertindak.
2. Fase ekspulsi (kala II) memanjang, tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
pada persalinan kala II, dengan batasan waktu:
a. Maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam untuk multipara, atau
b. Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien
menggunakan analgesia epidural
Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kemacetan atau tidak
adanya kemajuan dalam persalinan atau persalinan yang menyimpang dari
persalinan eustasia yang menunjukkan kegagalan.
Remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah
kematangan. Kematangan yang dimaksud bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
kematangan sosial dan psikologis. Menurut BKKBN masa remaja ialah 10-19 tahun.
Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati jalan lahir kepala harus dapat mengatasi
tebalnya segmen bawah rahim dan servik yang masih belum mengalami dilatasi.
Perkembangan otot uterus didaerah fundus uteri dan daya dorong terhadap bagian
terendah janin adalah faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan kala I. setelah dilatasi
servik lengkap, hubungan mekanis antara ukuran dan posisi kepala janin (fotopelvik proporsi)
serta kapasitas panggul dikatakan baik bila desensus janin sudah terjadi akibat regangan uterus
berlebihan dan atau partus macet. Dengan demikian maka persalinan yang tidak berlangsung
secara efektif adalah merupakan tanda akan adanya fotopelvik disproporsi. Jika tidak terjadi pola
aktivitas uterus yang normal, progresi persalinan akan abnormal (biasanya memanjang). Hingga
tahun 1940-an, distosia dianggap disebabkan oleh inersia uteri. Sejak saat itu penelitian
menunjukan bahwa beberapa pola aktivitas uterus mungkin menyebab- kan kelambatan kelahiran
anak. Pola-pola ini disebut aktivitas uterus yang tidak efisien, yang dibagi menjadi aktivitas
uterus hipoaktif dan aktivitas uterus hiperaktif yang tidak terkoordinasi.
Ditosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan
keras/tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul seperti adanya tumor-tumor.
Distosia karena kelainan alat kandungan misalnya atresia vulva (tertutupnya vulva), adanya sekat
dan tumor vagina, sikatriks pada serviks karena infeksi atau operasi.
Panggul disebut sempit bila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran normal. Kesempitan
panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis (ruang tengah
panggul) atau outlet (dasar panggul).

B. Etiologi
Distosia disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Obesitas ibu pertambahan berat badan yang berlebihan.
b. Bayi berukuran besar.
c. Riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu (Hakimi, 2003).
1. Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik), karena
kelainan besar anak, bentuk anak ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak
anak (letak sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir. Kelainan his
dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.
 Inersia Uteri Hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan servik atau mendorong anak keluar.disini kekuatan his lemah dan
frekuensi jarang.sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang
baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion
atau kehamilan kembar atau makrosomia,grandemultipara atau primipara, serta
penderita pada keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan
serviks,fase laten atau fase aktif maupun pada kala pengeluaran.Inersia uteri
hipotonik terbagi dua yaitu:
 Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten, sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat/kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan.Sehingga
sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu
atau belum.
 Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktik kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan atau kelainan.
 Inersia Uteri Hipertonik
adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar kadang sampai melebihi
normal namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah
uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks, dari mendorong bayi
keluar.
2. Distosia karena kelainan letak
a. Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri
dan bokong dibawah cavum uteri. Macam-macam letak sungsang:
1) Letak bokong murni (frank breech), letakbokong dengan kedua tungkai
terangkat keatas.
2) Letak sungsang sempurna (complete breech), kedua kaki ada disamping
bokong danletak bokong kaki sempurna.
3) Letak sungsang tidaksempurna (incomplete breech), selain pantat
sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.
Etiologi letak sungsang :
a. Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada : pada panggul
sempit,hidrocepalus, anencefalus, placenta previa, tumor.
b. Janin mudah bergerak : pada hidramnion, multipara, janin kecil (premature).
c. Gemelii
d. Kelainan uterus : mioma uteri
e. Janin sudah lama mati
f. Sebab yang tidak diketahui
g. Prolaps tali pusat yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin setelah ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat
terdepan.Pada keadaan prolap tali pusat (tali pusat menumbung) timbul bahaya
besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga
menyebabkan asfiksia pada janin.Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada
waktu ketuban pecah bagian terdepan janin masih berada diatas PAPdan tidak
seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada persalinan.
3. Distosia karena jalan lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan karena adanya kelainan
pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak
panggul.Distosia karena kelainan panggul/bagian keras dapat berupa
a. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid misalnya panggul
jenis Naegele, Robert dan lain-lain.
b. Kelainan ukuran panggul. Panggul sempit pelvic contaction panggul
disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang
normal. Kesempitan panggul bias pada: kesempitan atas panggul
dianggap sempit apabila cephalopelvic kurang dari 10 cm atau diameter
transversa kurang dari 12 cm. Diagnosis (CD) maka inlet dianggap sempit
bila CD kurang dari 11,5 cm. Kesempitan indepelvic , Diameter
interspinarum 9 cm. kalau diameter transversa ditambah diameter
sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.kesempitan indepelvic hanya dapat
dipastikan dengan RO- pelvimetri.
Kesempitan outlet , kalau diameter transversa atau diameter sagitalis
posterior kurang dari 15 cm. ukuran rata-rata panggul wanita normal:
1) pintu atas panggul (pelvic inlet), diameter transversa (DTI+13,5 cm,
conjugate vera 12 cm, jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22 cm.
2) pintu tengah panggul distasium spinarum 10,5 cm, diameter anterior
posterior 11 cm, jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20cm.
3) pintu bawah panggul diameter anterior 7,5 cm. distansia intertuberosum
10,5 cm.
4. Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan servik uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada
jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.
C. Tanda Dan Gejala
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu
kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar.Begitu pula
dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak melahirkan bahu.
D. Komplikasi
Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi, baik bagi ibu maupun bagi anak yang
dilahirkan. Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat persalinan lama antara lain adalah :
1. Pada janin
a) Meninggal, Intrapartum atau neonatal
b) Paralisis plexus brachialis
c) Fraktur klavikula
d) Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
e) Fraktura humerus
f) Molase kepala janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut
molase (molding, moulage). Perubahan ini biasanya tidak menimbulkan kerugian
yang nyata. Namun, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat
menyebabkan ribekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin dan perdarahan
intrakranial
pada janin.
2. Pada ibu
a) Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri dalam cairan amnion
menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi akteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat
as[irasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.
Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina ke
dalam uterus.
Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
terjadi persalinan lama.
b) Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius
selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada
mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin
dan panggul semakin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi
penurunan, segmen bawah uterus dapat menjadi sangat teregang kemudian dapat
menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi patologis
yang dapat diraba sebagai sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simfisi dan umbilikus. Apabila dijumpai keadaan ini,
diindikasikan persalinan perabdominam segera. Tipe yang paling sering adalah
cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang
berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat disertai
peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam
ini, cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu identasi abdomen dan menandakan
akan rupturnya seegmen bawah uterus. Pada keadaan ini, kadang-kadang dapat
dilemaskan dengan anestesia umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara
normal, tetapi kadang-kadang seksio sesarea yang dilakukan dengan segera
menghasilkan prognosis yang lebih baik.
c) Pembentukan vistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat pintu atas panggul, tetapi tidak maju
untuk jangka waktu yang cukup lama, jalan lahir yang terletak diantaranya dan
dninding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan
sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah
melahirkan dengan timbulnya fistula vesikovaginal, vesikorektal atau
rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala dua
yang berkepanjangan. Dahulu pada saat tindakan operasi ditunda selama
mungkin, penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini jarang , kecuali di negara-
negara yang belum berkembang.
d) Cedera otot dasar panggul
Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar
panggul atau persarafan atau fasi penghubungnya merupakan konsekuensi yang
tidak terelakkan pada persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya
sulit.saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapatkan tekanan langsung dari
kepala janin dan tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini
meregangkan dan melebarkan dar panggul, sehingga terjadi perubahan anatomik
dan fungsional otot,saraf dan jaringan ikat. Terdapat semakin besar kekhawatiran
bahwa efek-efek pada otot dasar panggul selama melahirkan ini akan
menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
e) Kaput suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnosis yang serius. Kaput
dapat hempir mencapai dasar panggul sementara kepala belum engaged. Dokter
yang kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara prematur dan tidak
bijak untuk melakukan ekstraksi forceps.
E. Faktor Resiko
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu yaitu:
Maternal
a) Kelainan anatomi panggul
b) Diabetes Gestasional
c) Kehamilan postmatur
d) Riwayat distosia bahu
e) Tubuh ibu pendek
f) Ibu obesitasFetal
g) Makrosomia
h) Distosia bahu sebelumnya (chapman,2006)
F. Pencegahan
Upaya pencegahan distosia bahu dan cidera yang dapat ditimbulkannyadapat dilakukan
dengan cara:
1. Tawarkan untuk melakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko
tinggi janin luar biasa besar(>5 kg) janin sangat besar(>4,5 kg) dengan ibu diabetes janin
besar(>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya kala II yang memanjang
dengan janin besar.
2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
3. Selalu bersiap bila waktu-waktu terjadi
4. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin menekan suprapubis atau fundus dan traksi
berpotensi meningkatkan cidera pada janin.
5. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia bahu diketahui, bantuan
diperlukan untuk membuatan posisi Mcrobert,pertolongan persalinan, resusitasi bayi dan
tindakan anestesi (bila perlu).
G. Penangan Distosia
Diperlukan seorang asisten untuk membantu sehingga bersegeralah minta bantuan,
jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah
masuk kepanggul, bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit
dilahirkan tarikan pada kepala, untuk mengendorkan ketegangan yang menyulit bahu posterior
masuk panggul tersebut dapat dilakukan episiotomy yang luas, posisi Mcrobert, atau posisi dada-
lutut, dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena akan semakin menyulit bahu untuk
dilahirkan dan beresiko menimbulkan rupture uteri, disamping perlunya asisiten dan pemahaman
yang baik tentang mekanisme persalinan,keberhasilan pertolongan dengan distosia bahu juga
ditentukan oleh waktu setelah kepala lahir akan terjadi penurunan PH arteri umbilikalis dengan
lalu 0,04 unit/menit. Dengan demikian pada bayi sebelumnya tidak mengalami hipoksia tersedia
waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadi cidera
hipoksik pada otak.Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut
diagnosis :
1. Hentikan fraksi pada kepala, segera memanggil bantuan
2. Manuver Mcrobert, posisi Mcrobert, episiotomy bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan
kepala.
3. Manuver Rubin (posisi tetap Mcrobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik tarikan
kepala)
4. Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau maneuver wood.
5. Langkah-langkah tindakan cara pertolongan distosia bahu antara lain:
a) Langkah pertama : Manuver Mcrobert
Maneuver Mcrobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi Mcrobert
yaitu ibu terlentang memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat
mungkin kedada dan rotasikan kedua kaki kearah luar (abduksi), lakukan
episiotomy yang cukup lebar, gabungan episiotomy dan posisi Mcrobert akan
mempermudah bahu posterior melewati promontorium dan masuk kedalam
panggul, mintalah asisten untuk menekan suprasimfisis kearah posterior
menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior agar mau masuk
dibaeak simfisis sementara itu dilakukan tarikan pada kepala janin kearah postero
kaudal dengan mantap, langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior, hindari
tarikan yang berlebihan karna akan mencederai pleksus brakhialis setelah bahu
anterior dilahirkan.langkah selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan
presentasi kepala maneuver ini cukup sederhana,aman dan dapat mengatasi
sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang (Prawirohardjo,2009).
b) Langkah ke Dua : Manuver Rubin
Oleh karna anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit dari pada diameter
oblik atau tranvernya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah
menjadi posisi oblik atau tranversanya untuk memudahkan melahirkannya tidak
boleh melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu
yang dapat dilakukan adalah memutar bahu secara langsung atau melakukan
tekanan suprapubik kearah dorsal,pada umumnya sulit menjangkau bahu
anterior,sehingga pemutaran lebih mudah dilakukan pada bahu
posteriornya,masih dalam posisi Mcrobert masukkan tangan pada bagian posterior
vagina,tekanlah pada daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi
oblik/tranversa lebih menguntungkan bila pemutaran itu kearah yangmembuat
punggung bayi menghadap kearah anterior (Manuver Rubin anterior) oleh karna
kekuatan tarikan yang diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah dibandingkan
dengan posisi bahu anteros atau punggung bayi menghadap kearah
posterior,ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi punggung janin
anterior akan membuat bahu lebih anduksi sehingga diameternya mengecil,d
engan bantuan tekanan simpra simfisis kearah posterior, lakukan tarikan kepala
kearah postero kaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior
(Prawirohardjo,2009).
c) Langkah ke Tiga : Manuver Wood (Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak)
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu
posisi punggung bayi masukkan tangan penolong yang bersebrangan dengan
punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti
tangan kiri) kevagina temukan bahu posterior, telusuri tangan atas dan buatlah
sendi siku menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti) peganglah
lengan bawah dan buatlah gerakan mengusap kearah dada bayi langkah ini akan
membuat bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu anterior
masuk kebawah simfisis,dengan bantuan tekanan suprasimfisis kearah posterior,
lakukan tarikan kepala kearah postero kaudal dengan mantap untuk melahirkan
bahu anterior. Maneuver Wood: manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi
fleksibilitas sandi sakroiliaka bisa meningkatkan diameter sagital pintu atas
panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior
melewati promontorium pada posisi telentang atau litotomi sandi sakroiliaka
menjadi terbatas mobilitasnya pasien menopang tubuhnya dengan kedua tangan
dan kedua lututnya pada manuverin,bahu posterior dilahirkan terlebih dahulu
dengan melakukan tarikan kepala bahu melalui panggul ternyata tidak dalam
gerak lurus, tetapi berputar sebagai aliran sakrup, berdasarkan hal itu memutar
bahu akan mempermudah melahirkannya, maneuver woods dilakukan dengan
menggunakan 2 jari tangan bersebrangan dengan punggung bayi yang diletakkan
dibagian depan bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada
dibawah akralis pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan
berubah menjadi bahu posterior dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan
mudah dapat dilahirkan.
A. Definisi Premature
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi
belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000 2500 gram atau tua kehamilan antara 28
minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
Persalinan preterm adalah perubahan serviks dan disertai kontraksi uterus yang teratur
sebanyak 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60 menit yang terjadi di usia kehamilan
sebelum 37 minggu.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan erat
lahir kurang dari 2500 gram (Royyan, 2012). Sebagian besar organ tubuh belum berfungsi
dengan baik, karena kelahiran yang masih sangat dini.
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara kehamilan 20 minggu sampai
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah dari 37 minggu atau berat bayi kurang
dari 2.500 gram (Manuaba, 2008). Bayi premature adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Wong, 2008).
B. Faktor resiko premature
1. Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/ Janin)
Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini dengan seksio sesarea karena alasan bahwa bayi
lebih baik dirawat di bangsal anak daripada dibiarkan dalam rahim. Hal ini dilakukan
dengan alasan ibu atau janin dalam keadaan seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi
dalam kehamilan dan terjadi gangguan pertumbuhan intrauterin (Oxorn, 2003).
2. Faktor Maternal
a) Umur ibu
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Pada
kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang,
misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering
menimpa diusia ini (Widyastuti, dkk, 2009). Wanita yang berusia lebih dari 35
tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetri serta morbiditas dan
mortalitas perinatal, seperti masalah hipertensi,diabetes, solusio plasenta,
persalinan prematur, lahir mati dan plasenta previa (Cunningham, 2006).
b) Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah
dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai
umur kehamilan lebih dari 24 minggu (Sumarah, 2008).
 Nulipara, adalah seorang wanita yang belum pernah menyelesaikan kehamilan
melewati gestasi 20 minggu.
 Primipara, yaitu seorang wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang lahir
hidup atau meninggal dengan perkiraan lama gestasi 20 minggu atau lebih.
 Multipara, adalah seorang wanita yang pernah menyelesaikan dua atau lebih
kehamilan hingga 20 minggu atau lebih.
c. Trauma
Terjatuh, setelah berhubungan badan, terpukul pada perut atau
mempunyai luka bekas operasi/ pembedahan seperti bekas luka SC
merupakan trauma fisik pada ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.
Sedangkan trauma psikis yang dapat mempengaruhi kehamilan ibu adalah
stres atau terlalu banyak pikiran sehingga kehamilan ibu terganggu. Ibu
yang mengalami jatuh, terpukul pada perut atau riwayat pembedahan
seperti riwayat SC sebelumnya (Oxorn, 2003).Melakukan hubungan
seksual dapat terjadi trauma kerena menimbulkan rangsangan pada uterus
sehingga terjadi kontraksi uterus (Bobak, 2004).
d. Riwayat Partus Prematurus
Riwayat persalinan prematur sebelumnya merupakan penanda risiko
paling kuat dan ssaling penting. Berdasarkan data Health Technology
Assessment Indonesia tahun 2010 bahwa insiden terjadinya persalinan
prematur selanjutnya setelah 1x persalinan prematur meningkat hingga
14,3% dan setelah 2x persalinan prematur meningkat hingga 28%. Wanita
yang mengalami persalinan prematur memiliki risiko untuk
mengalaminya kembali pada kehamilan selanjutnya.Pemeriksaan dan
perawatan antenatal yang ketat pada ibu hamil yang pernah mengalami
prematur sebelumnya merupakan cara untuk meminimalkan risiko
terjadinya persalinan prematur kembali. Selain itu kesehatan ibu dan janin
dapat dijaga semaksimal mungkin untuk menghindari besarnya persalinan
prematur dapat terulang dan membahayakan kelangsungan bayi yang
dilahirkan.
e. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah
uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta
yang sempurna menutupi os serviks (Varney, 2007). Plasenta yang
menutupi jalan lahir dapat menutupi seluruh osteum uteri internum,
sebagian atau tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum uteri internum
(Wiknjosastro, 2007, p.365).
f. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
24 minggu hingga sebelum kelahiran bayi. Perdarahan antepartum
menyebabkan seperlima bayi lahir dengan prematur dan juga
menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami cerebral palsy. Penyebab
paling sering dari perdarahan antepartum adalah plasenta previa dan
solusio plasenta.
g. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum persalinan,
sedangkan pecahnya kulit ketuban pada usia kehamilan <37 minggu
disebut ketuban pecah dini kehamilan premature. Pecahnya selaput
ketuban yang berfungsi melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan
ruangan dalam rahim pecah dan mengeluarkan air ketuban menyebabkan
hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim yang
memudahkan terjadinya infeksi asenden. Semakin lama periode laten
maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam rahim,persalinan
prematur dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian
ibu dan bayi atau janin dalam rahim.
h. Hidramnion
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2
liter.Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebalum
kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur
dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) pada bayi
(Cunningham, 2006).
i. Inkompetensi serviks
Inkompetensi serviks merupakan kondisi ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba karena efek
fungsional serviks. Inkompetensi serviks ditandai dengan terjadinya
pembukaan serviks tanpa nyeri dan berakhir dengan ketuban pecah dini
saat preterm, sehingga terjadi kelahiran preterm, bahkan lahirnya bayi
sebelum mampu bertahan hidup di luar rahim. Gejala yang terjadi dapat
berupa pengeluaran cairan vagina yang encer, tekanan pada panggul,
perdarahan per vaginam, dan ketuban pecah dini preterm, namun pada
sebagian besar wanita tidak terjadi gejala apapun (Norwitz & Schorge,
2008).
j. Infeksi Bakrterial vaginosis
Vagina yang sehat mengandung berbagai jenis bakteri yang penting
dalam memerangi infeksi. Bakterial Vaginosis (BV) diperkirakan terjadi
pada 40% wanita dan merupakan faktor risiko kuat penyebab prematur.
BV dapat meningkatkan risiko prematur 2 kali lipat terutama jika
dijumpai pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Bakteri BV
menghasilkan enzim mukolitik yang mempermudah bakteri tersebut
menembus barier lendir serviks masuk kedalam traktus genitalis bagian
atas. Selain itu jumlah mikroflora vagina normal yaitu Lactobacillus
fakultatif menurun, maka akan mempengaruhi tingkat keasaman vagina
dan mempermudah pertumbuhan bakteri anaerob.
k. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih/urinary tract infection (UTI) adalah tumbuh
danberkembang biaknya mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna. Pada wanita hamil dikenal 2 keadaan infeksi saluran kemih
yakni:
1. Bakteriuria asimtomatik (asymptomatic bacteriuria, covert bacteriuria) adalah
terdapatnya bakteri dalam saluran kemih tanpa menimbulkan manifestasi klinis.
2. ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan tanda klinik. Lebih dari 30%
penderita bakteriuria simtomatis yang tidak diobati akan menyebabkan berkembangnya
kelahiran bayi prematur dengan berat badan lahir rendah sekitar 1,5 sampai 2 kali
lipat.Faktor risiko meningkatnya infeksi saluran kemih dapat dikarenakan oleh:
1) Perubahan morfologi kehamilan, dimana asal dari traktus genital dan traktus
urinarius adalah sama secara embriologi. Selain itu, letaknya yang sangat
berdekatan, maka adanya perubahan pada salah satu sistem akanmempengaruhi
sistem yang lain. Pada saat hamil dapat terjadi perubahan pada traktus urinarius
berupa:
 Dilatasi pelvis renal dan ureter adanya dilatasi tersebut juga dimungkinkan
akibat dari adanya hormon progesteron yang meningkat disamping efek
penekanan dari uterus yang membesar karena hamil.
 Vesika urinaria terdesak ke anterior dan superior Pembesaran uterus dan
pelebaran di daerah basal vesika urinaria akibat kelemahan otot destrusor
karena pengaruh dari progesteron mengakibatkan sering terjadinya retensi
urin dan memudahkan pertumbuhan bakteri.
 Kebiasaan menahan berkemih Cara terjadinya infeksi saluran kemih
umumnya bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi berasal dari tubuh
penderita sendiri. Ada 3 cara terjadinya infeksi, yaitu:
a. Melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke
bagian saluran kemih
b. Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal dari usus besar ke
buli-buli atau ke ginjal.
c. Migrasi mikroorganisme secara asenden dan urethra wanita yang pendek
memudahkan terjadi kontaminasi yang berasal dari vagina dan rektum.
Pada infeksi dan inflamasi dapat menginduksi kontraksi uterus. Banyak
mikroorganisme yang menghasilkan fosfolipid A2 dan C sehingga
sehingga terjadi kontraksi miometrium uterus.
L. Preeklampsia/Eklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia 20
minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria, sedangkan
eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang dan
atau koma. Preeklampsia-eklampsia dapat mengakibatkan ibu
mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti solusio plasenta,
perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari ibu yang
mengalami preeklampsia-eklampsia meningkatkan risiko
terjadinya kelahiran prematur, terhambatnya pertumbuhan janin
dalam rahim (IUGR), dan hipoksia (Bobak, 2004)
M. Malnutrisi
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin
seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati
maupun kematian neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu
dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat
badan selama hamil (Varney, 2007).Selama kehamilan, tubuh ibu
mengalami mengalami banyak perubahan salah satunya adalah hubungan
antara suplai darah dengan respon tubuh. Total jumlah plasma pada
wanita hamil dan jumlah SDM meningkat dari kebutuhan awal, namun
peningkatan volume plasma lebih besar dibandingkan peningkatan massa
SDM dan menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin, sehingga
mempengaruhi kadar O2 yang masuk ke dalam jaringan. Keadaan ini
dapat menyebabkan hipoksia jaringan yang kemudian akan memproduksi
kortisol dan prostaglandin, yang mencetuskan terjadinya persalinan
prematur pada ibu dengan anemia.
3. Faktor Janin
1. Gemeli
Gemelli/kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih intrauteri.
Kehamilan ganda dianggap mempunyai risiko tinggi karena dapat menyebabkan
komplikasi lebih tinggi untuk mengalami hiperemesis gravidarum, hipertensi dalam
kehamilan, kehamilan dengan hidramnion, persalinan dengan prematuritas, pertumbuhan
janin terhambat.Persalinan pada kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah
seperti resusitasi neonatus, prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi kembar
kedua, atau perlunya seksio sesaria (Varney, 2007).Berat badan kedua janin pada
kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena
pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar
distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering
terjadi persalinan prematur. Kematian bayi pada anak kembar lebih tinggi dari pada anak
kehamilan tunggal dan prematuritas meupakan penyebab utama (Wiknjosastro,
2007).Persalinan pada kehamilan kembar meningkat sesuai dengan bertambahnya jumlah
janin, yaitu lama kehamilan rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal, 37
minggu pada kehamilan kembar dua, 33 minggu pada kehamilan kembar tiga, dan 29
minggu pada kehamilan kembar empat.
2. Janin Mati Dalam Rahim (IUFD)
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam uterus yang beratnya
500 gram atau lebih dan usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih (Saifuddin,
2006).
3. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil. BBLR
dengan kelainan kongenital diperkirakan 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya (Saifuddin, 2009).
4. Faktor Perilaku
 Merokok
Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat mengganggu
pertumbuhan janin dan risiko terjadinya prematuritas sangat tinggi (Sujiyatini,
2009).
 Minum alkohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak baik sehingga
kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu yang mengkonsumsi
minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).
C. Patofisiologi
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada primipara
muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik maupun psikologi menyebabkan
aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan
terjadinya persalinan prematur. Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi
uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan
mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH),
perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix
metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate
(DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal. Mekanisme kedua adalah
decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion.
Keadaan ini merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur.Infeksi intraamnion
akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan
TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA janin dan
menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk sintesis
uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga
berperan dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada
serviks dan pecahnya kulit ketuban. Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan
dengan perdarahan plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan
mengakibatkan kontraksi miometrium.Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan
aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin
menjadi trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi
myometrium Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa
disebabkan oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi berlebih yang disebabkan oleh
kelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8,
prostaglandin, dan COX-2.
D. Klasifikasi
Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, (Krisnadi,
2009) :
1. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
2. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very preterm)
3. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur (extremely preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
1. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)
2. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat
Rendah (BBLSR)
3. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim
Rendah (BBLER)
Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health
Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi
prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia
kehamilan dan bisa dibagi menjadi 3. Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama
setelah siklus menstruasi terakhir (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2005).Bayi prematur
diklasifikasikan dalam tiga golongan, antara lain:
1. Bayi Derajat Prematur di Garis Batas (Border Line Prematur) Berat badan bayi 2500 gr
dengan masa gestasi 37 minggu. Masalah yang sering
muncul pada golongan ini adalah adanya ketidakstabilan tubuh, kesulitan
menyusu,ikterik, respiratory distress syndrome (RDS) mungkin muncul. Lipatan pada
kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak, dan genitalia kurang berkembang.
2. Bayi Prematur Sedang (Moderately Prematur)
Masa gestasi antara 31–36 minggu dengan berat badan 1500–2500 gram. Masalah yang
biasa muncul dalam golongan ini adalah adanya ketidakstabilan tubuh, pengaturan
glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi, kesulitan menyusu. Seperti pada bayi prematur di
garis batas tetapi lebih parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak.
3. Bayi Sangat Prematur (Extremely Prematur)
Masa gestasi antara 24 – 30 minggu dengan berat badan berkisar antara 500-1400 gram.
Hampir semua bayi prematur dalam golongan ini memiliki masalah komplikasi yang
berat. Ukuran kecil dan tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, dan sering kali kedua
matanya masih berdempetan.
E. Tanda dan gejala
Tanda utama dari persalinan premature adalah adanya kontraksi . kontraksi ini harus
dibedakan antar kontraksi sebenarnya atau palsu, kontraksi yang sebenarnya selalu disertai
dengan adanya pembukaan dan penipisan seviks, dan terjasi pada usia kehamilan 37 minggu.
( Cunninghan,2013)
Beberapa tanda persalinan prematu:
1. Kontraksi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam 10 menit
2. Adanya nyeri pada punggung sebelah bawah
3. Perdarahan bercak
4. Perasaan menekan pada daerah seviks
5. Pemeriksaan sevik menunjukkan adanya pembukaan sedikitnya 2 cm
6. Penipisan 50-80%
7. Presentasi janin rendah sampai mencapai sspinal eschiadika
8. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
(kontraksi) atau sebaliknya
9. Terjasi pada usia kehamilan 22-<37 minggu. (Prawirohardjo, 2010)
F. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
Kepentingan tirah baring disesuaikan kebutuhan ibu, namun secara statistic tidak dapat
mengurangi kejadian persalina premature. (Cunninghan, 2013)
2. Hidrasi dan sedasi
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah persalinan premature,
karena sering terjadi hipovolemik pada ibu dengan kontraksi premature, walaupun
mekanisme biologisnya belum jelas. Preparat mirfin dapat digunakan untuk mendapatkan
efek sedasi (tenang/mengurangi ketegangan)
3. Pemberian tokolitik diberikan pada kasus persalinan premature yaitu :
a. Tokolitik: diberikan pada 48 jam pertama. Nifedipin 3 -4 x 10 mg per oral
disesuaikan dengan aktivitas uterus. Dosis maksimal 60 mg/ hari, komplikasi
yang dapat terjadi adalah sakit kepala dan hipotensi.cara pemberian nefedipin 10
mg/oral 2-3 kali/ jam , dilanjutkann tiap 8 jam sampai kontraksi hilang.
b. Progesteron
Progesterone dapat mencegah persalinan premature. Injeksi 1-
alpahydroxprogesteron caproate menurunkan persalinan premature berulang.
Dosis 250 mg (1mL) IM tiap minggu sampai 37 minggu kemudian (Cunninghan,
2013).
c. Atosiban
Atosiban adalah analog oksitosin bekerja pada resptor oksitosin dan vasopressin.
Dosis awal 6.75 mg bolus dalam 1 menit diikuti 18 mg/jam selama 3 jam,
kemudian 6 mg/ jam selama 45 jam. Maksimal dosi 330 mg.
d. Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yang diberikan secara parentral.
Dosisi awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20 menit diikuti 1-4 gr/ jam tergantung
dari produksi urine dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik berikan kalsium
gluconas 1 gram secara IV perlahan – lahan.
4. Antibiotik: Ampisilin: 2 g IV setiap 6 jam atau Klindamisin: 3 x 300 mg PO
5. Kortikosteroid:
a. Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
b. Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
G. Pencegahan persalinan premature
1. Hindari kehamilan pada usia ibu terlalu muda <17 tahun
2. Hindari jarang kehamilan terlalu dekat
3. Menggunakan kesempatan periksa kehamilan dan memperoleh pelayanan antenatal yang
baik
4. Hindari kerja berat dan cukup istirahat
5. Obati penakit yang dapat menyebabkan persalinan premature mengancam
6. Kanali dan obati infeksi yang genetal atau saluran kencing
7. Deteksi dan penanganan factor risiko terhadap persalian premature mengancam.
(prawirihardjo,2010).
H. Komplikasi Bayi Lahir Premature
1. Gangguan Pernafasan
a. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Respiratory distress syndrome (RDS) merupakan sindromgan gguan
pernafasan.Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan
bisamengancam jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah kesulitan
bernapas.Hal ini akibat paru-paru serta seluruh sistem pernapasannya, seperti otot
dada dan pusat pernafasan di otak, serta belum dapat bekerja secara sempurna
atau imatur (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2005).
b. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak bernafas spontan dan teratur, sehingga
dapat menimbulkan gangguan lebih lanjut. Bayi prematur merupakan salah satu
penyebab terjadinya asfiksia (Manuaba, 2008).
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan
hipoksemia,hiperkarbia dan asidosis. Organ pada bayi prematur belum
sepenuhnya berkembang, bayi membutuhkan perawatan khusus hingga organ
pada bayi tersebut dapat berkembang cukup dalam mendukung kehidupan bayi
tanpa dukungan dari alat medis. Pematangan organ mungkin memakan waktu
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Kortikosteroid perlu diberikan 7 hari
sebelum kelahiran hingga paling lambat 24 jam sebelum bayi lahir untuk
meningkatkan maturasi paru fetus. Skor apgar adalah suatu metode sederhana
yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran.
penilaian diberi angka 0/1/2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah
bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6),
asfiksia berat (nilai apgar 0-3).
c. Aspirasi Mekonium
Merupakan penyakit paru yang berat yang ditandai dengan pneumonitis kimiawi
dan obstruksi mekanis jalan nafas. Penyakit ini terjadi akibat inhalasi cairan
amnion yang tercemar mekonium peripartum sehingga terjadi peradangan
jaringan paru dan hipoksia. Pada keadaan yang berat proses patologis berubah
menjadi hipertensi pulmonal peristen, morbiditas lain dan kematian. Bahkan
dengan terapi yang tepat, bayi yang parah sering kali meninggal atau menderita
kerusakan neurologis jangka panjang (Cunningham et al, 2005).
d. Retrolental Fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan. Pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi akan
memberikan vasokonstriksi pembuluh darah retina. Setelah bernafas dengan udara
yang biasa maka pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi pembuluh darah
retina yang diikuti oleh poliferasi kapiler kapiler ke daerah yang iskemi sehingga
terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi, dan parut retina sehingga bayi menjadi buta
(Prawirohardjo, 2006).
2. Gangguan Metabolisme
a. Hipotermia
Bayi prematur akan dengan cepat kehilangan panas tubuh dan menjadi
hipotermia,karena pusat pengaturan panas tubuh belum berfungsi dengan baik.
Kemampuan untuk mempertahankan panas tubuh bayi prematur terbatas karena
pertumbuhan otot- otot yang belum memadai dan lemak subkutan yang sedikit,
belum matangnya system saraf pengatur suhu tubuh (Surasmi, Handayani dan
Kusuma,2003).
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia pada bayi prematur terjadi karena jumlah glukosa yang rendah
karena cadangan glikogen belum mencukupi. Glukosa berfungsi sebagai makanan
otak pada tahun pertama kelahiran pertumbuhan otak sangat cepat sehingga
sebagian besar glukosa dalam darah digunakan untuk metabolisme
(Surasmi,Handayani dan Kusuma, 2003).
3. Gangguan Imunitas
a. Gangguan Imunologi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG. Bayi
prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik (Prawiroharjo, 2006).
b. Ikterus
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir dan berbagai
jaringan karena tingginya zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala
yang sering ditemukan pda bayi baru lahir. Biasanya bersifat fisiologis tetapi
dapat juga patologis karena fungsi hati yang belum matang (imatur) menyebabkan
gangguan pemecahan bilirubin dan menyebabkan hiperbilirubinea. Bayi yang
mengalami ikterus patologis memerlukan tindakan dan penanganan lebih lanjut
(Manuaba,
2009). Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar
bilirubin tidak dikendalikan. Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari
kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai
potensi menjadi kern ikterus. Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai
dasar patologis atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Ikterus pada hari ke-2 sampai hari ke-5 dapat disebabkan
karena ikterus fisiologik, sepsis darah ekstravaskular, polisitemia sferositosis
kongenital, dan bayi prematur karena belum berfungsinya hepar.
c. Sepsis Neonatorum
Bayi prematur sangat rentan untuk terjadinya infeksi dan sepsis. Sepsis
neonatorum merupakan infeksi berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru
lahir dan terjadi pada bayi berusia di bawah 90 hari. Infeksi bakteri 5 kali lebih
sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2
kali lebih sering mengenai bayi laki-laki.58,59 Sejumlah bakteri bisa
menyebabkan terjadinya sepsis
neonatorum, misalnya Eschericia coli, dan Streptococcus strain tertentu. Sepsis
neonatorum onset paling dini terjadi dalam waktu 24 jam lahir, bayi mendapatkan
infeksi dari ibu sebelum atau saat di lahirkan. Pada bayi prematur dengan BBLR
yang dicurigai mengalami sepsis perlu diberikan antibiotik dengan spektrum yang
luas.
4. Gangguan Sistem Predaran Darah
a. Perdarahan intraventricular haemorrhage (IVH)
Perdarahan kecil dalam lapisan germinal ventrikel leteral otak sering dijumpai
pada pemeriksaan ultrasonografi bayi prematur, terutama yang mengalami
asfiksia atau masalah pernapasan yang berat yang mengakibatkan hipoksia,
hipertensi dan hiperkapnia pada bayi. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke
otak bertambah sehingga mudah terjadi perdarahan pada otak (Prawirohardjo,
2006).
b. Anemia
Anemia fisiologik pada bayi prematur disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca
lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah
akibat pertumbuhan yang lebih cepat. Oleh karena itu anemia pada bayi prematur
terjadi lebih dini (Cunningham et al, 2005).
5. Gangguan Kardiovaskuler
Kejadian PDA ( Patent Ductus Arteriosus ) adalah keadaan yang umum pada bayi
prematur. Penutupan ductus arteriosus yang tertunda akan mengakibatkan
penurunan oksigen ke sirkulasi sistemik sehingga menjadikan faktor predisposisi
pada gangguan oksigenasi (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005).
6. Gangguan Otak
Intraventrikular hemorrhage, perdarahan intrakranial pada neonatus.
Penambahanaliran darah ke otak disebabkan karena tidak adanya otoregulasi
cerebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan (Prawirohardjo,
2006).
7. Gangguan Ginjal
Kerja ginjal yang belum matang serta pengaturan pembuangan sisa yang belum
sempurna serta ginjal yang imatur baik keadaan anatomis dan fisiologis. Produksi
urin yang masih sedikit tidak mampu mengurangi kelebihan air tubuh dan
elektrolit daribadan akibatnya terjadi edema dan asidosis metabolik
(Prawirohardjo, 2006).
8. Gangguan Pencernaan dan Nutrisi
Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang. Volume lambung
berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah (Prawirohardjo,
2006). Saluran pencernaan yang belum berfungsi sempurna membuat penyerapan
makanan tidak optimal. Aktifitas otot pencernaan belum sempurna membuat
pengosongan lambung lambat (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005).
9. Gangguan Elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan lingkungan dan
penyakit bayi. Kehilangan cairan melalui tinja dari janin yang tidak mendapatkan
makanan melalui mulut sangat sedikit. Kebutuhan cairan sesuai dengan
kehilangan cairan (Proverawati,2009).
A. Definisi Kelahiran postmatur
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewatwaktu/bulan merupakan
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).
Sedangkan menurut Manuaba (1999), kehamilan lewat waktu merupakankehamilan yang
melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan.Kehamilan umumnya berlangsung 40
minggu atau 280 hari dari hari pertamahaid terakhir.
Post matur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa
usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau
dengan penghitungan tinggi fundus uteri Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah
294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat
bulan(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahamanmengenai lama
kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007).Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwakehamilan postmatur adalah kehamilan lebih dari 40 minggu.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat inimasih belum
diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teoriyang diajukan di antaranya:
a. Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakankejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu prose biomolekuler pada
persalinandan meningkatkan sensitivitas uterusterhadap oksitosin, sehingga
terjadinya kehamilan postterm adalah karenamasih berlangsungnya pengaruh
progresteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercayabahwa
oksitosin secara fisiologis memgang peranan penting dalammenimbulkan
persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibuhamil yang kurang
pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu penyebab kehamilan
postterm.
c. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisolplasma
janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehinggaprosuksi progresteron
berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin.Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus,
hipoplasia adrenal janin, dantidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisoljanin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan
dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih
tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
e. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalamikehamilan
posterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada
kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa bilamanaseorang ibu
mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anakperempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuan akan mengalamikehamilan posterm.
Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor yang
dikemukakan adalah :
a. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
b. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
c. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan
akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
d. Kurangnya air ketuban
e. Insufiensi plasenta.

C. Manifestasi Klinis
a. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara
objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa,2012)
b. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
 Stadium I:Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
 Stadium II :Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
 Stadium III :Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :

 Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)


 Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
 Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
 Verniks kaseosa di bidan kurang
 Kuku-kuku panjang
 Rambut kepala agak tebal
 Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
D. Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan adanya
his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta
tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko
asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 1998).
1. Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulitkeriput, mengelupas
lebar-lebar, badan kurus yang menunjukanpengurasan energi, dan maturitas lanjut karena
bayi tersebut matanyaterbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan
telapakkaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidakmengalami
hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turundibawah persentil ke-10 untuk
usia gestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat
asfiksia lahir dan aspirasimekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami
kerusakan otak.Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi pada sekitar 10
% kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkatmenjadi 33 % pada 44 minggu.
Oligohidramnion yang menyertainyasecara nyata meningkatkan kemungkinan
postmaturitas.
2. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan padakehamilan yang
mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak adaagar skor dan gas darah tali pusat
yang abnormal pada bayi ini, bahwaterjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm.
Janin postermmungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa
beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak
terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut,meskipun kecepatannya lebih
lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38dan 42 minggu.
3. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwadengan diameter tali
pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifatprediktif terhadap gawat janin
intrapartum, terutama bila disertai denganologohidramnion. Penurunan volume cairan
amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga
pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudahberkurang
merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yangterjadi pada sindrom aspirasi
mekonium.
4. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilnayang seharusnya
tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan janin terhambat menyertai
kasus lahir mati pada usia gestasi 42 mingguatau lebih, demikian juga untuk bayi lahir
aterm. Morbiditas dan mortalitasmeningkatkan secara signifikan pada bayi yang
mengalami hambatanpertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi
padakehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatanpertumbuhan yang
jumlahnya relatif kecil ini.
5. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilanmemanjang karena pada
wanita dengan umur kehamilan 41 minggumempunyai serviks yang belum berdilatasi.
Dilatasi serviks adalah indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi
dalam persalinan.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada
trimester pertama. Pada trimester pertama pemeriksaan panjangkepalatunggingn (crown-
rump length/CRL) memberikan ketepatankurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan.
Sedangkan pemeriksaan sesaatsetelah trimester III dapat digunakan untuk menentukan
berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering
berhubungandengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usiakehamilan.
2. Pemeriksaan radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini sekarang jarang
digunakan karena pengenalan pusat penulangan sering kali sulit dan radiologic
mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi meriksaan kadar lesitin/spingomielin,
aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA), sitologicairan amnion, dan sitologi
vagina.
F. Penatalaksaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah monitoring janin
sebaik – baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah
matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
4. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan
bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan disproporsi cephalopelvix
dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin post matur lebih peka terhadap
sedative dan narkosa.
5. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan onsufisiensi
plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum lengkap, partus lama
dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,preeklamsi,
hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilanpostmatur ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulanatau bukan.
Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasidari postmatur ini.
2. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
3. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini memegang
peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur.Sebagian besar kepustakaan
sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun
42 minggu bilamana serviks telah matang.
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu
bila keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes
tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea.
2. Induksi Persalinan.
Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai berlangsung dengan
jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai
proses induksi, yaitu mekanik dankimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk
mengeluarkan zat prostaglandin yang fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim
berkontraksi.
3. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan
metodestripping , vibrator, kateter, serta memecahkan ketuban.
4. Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yangdiberikan dengan cara
diminum, dimasukan ke dalam vagina,diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung.
Biasanya, tak lama etelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan
merasakandatangnya kontraksi
Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :
Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat
diberikan antra lain :
1. Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan bahwa handuk dan
atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telahtersedia. Pertahankan suhu ruang
bersalin pada suhu dengankelembaban relatif 60%-65%.
2. Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan,khususnya yang ada di
kepala, dengan handuk yang telah dihangatkansebelumnya
3. Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
4. Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan bayi ke ibu.
5. Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan selimut yang
hangat.

Anda mungkin juga menyukai