Anda di halaman 1dari 2

Ikhlas Adalah Ruh Segala Perbuatan

Oleh, Nurul Hadi

Dikisahkan dalam sejarah, pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik salah satu khalifah bani
Umawiyah tentara Islam terus bergerak ke dataran Asia Kecil menuju Konstantinopel ibu kota
Romawi kala itu. Umat Islam berusaha untuk membuka pintu dakwah Islam di Eropa.

Panglima tentara Islam, Maslamah bin Abdul Malik berhasil mengepung benteng besar Romawi.
Tetapi benteng tersebut terlalu sulit untuk ditembus tentara Islam karena tingginya tembok pagar
dan tertutupnya semua celah masuk benteng. Posisi ini menempatkan tentara Romawi masih unggul
dan mampu memukul mundur tentara Islam dari atas benteng, sehingga menyulitkan tentara Islam
dan memporak-porandakan barisan Islam.

Di malam hari, ada satu orang tentara Islam yang melakukan ide mustahilnya. Dia mengendap dalam
kegelapan malam sendirian hingga sampai pintu benteng, lalu dia terus menerus melubangi pintu
benteng sampai berhasil membuat lubang pada pintu itu. Kemudian dia kembali ke kemah tentara
tanpa memberitahukan keberhasilannya tersebut kepada siapapun.

Keesokan harinya, tentara Islam kembali berangkat untuk berperang seperti biasa. Lalu pahlawan itu
masuk ke dalam benteng melalui lubang yang dia buat dan membuka pintu benteng sehingga
tentara Islam berhasil merangsuk ke dalam dan menaiki pagar benteng. Dalam sekejab tentara Islam
menguasai benteng dan tentara Romawi terkaget-kaget mendengar pekikang Takbir sudah berada di
halaman mereka. Akhirnya kemenangan berhasil diraih tentara Islam.

Setelah peperangan selesai, Panglima Maslamah bin Abdul Malik mengumpulkan seluruh tentaranya
dan berkata dengan suara yang sangat lantang: “Siapa di antara kalian yang telah membuat lubang
di pintu benteng itu? Keluarlah akan kami berikan hadiah... tetapi tidak ada seorang pun yang keluar.
Kemudia dia kembali bertanya dengan keras tetapi lagi-lagi tidak satu pun yang mengaku. Keesokan
harinya sang panglima kembali bertanya tentang pahlawan yang telah membuat lubang itu seperti
kemarin. Tetap saja, tidak ada yang mengaku. Di hari ketiga, sang panglima berdiri dan berkata:
“Saya bersumpah, kepada yang membuat lubang untuk mendatangiku kapan saja di waktu malam
atau pun siang”.

Setelah malam menjelma, di saat panglima duduk dalam tendanya, masuklah seorang laki-laki yang
bercadar. Lalu Maslamah berkata: “Engkaukah pembuat lubang itu?” laki-laki itu berkata: “Yang
membuat lubang ingin membebaskan panglimanya dari sumpah yang telah diucapkan. Tetapi dia
mengajukan tiga persyaratan agar dipenuhi permintaannya: “apa itu?” laki-laki itu berkata: “jangan
tanyakan namanya, jangan engkau buka wajahnya, dan jangan perintahkan untuk memberinya
hadiah”. Maslamah berkata: “baiklah”. Laki-laki itu menghampiri sang panglima dan berkata: “akulah
yang membuat lubang”. Lalu dia segera bergegas pergi dan tersembunyi di balik tenda-tenda tentara
kaum muslimin. Lalu Maslamah bersujug dan berdoa: “Ya Allah kumpulkanlah aku di hari kiamat
bersama laki-laki yang membuat lubang itu”.

Sang pembuat lubang ini telah memperlihatkan kepada kita sebuah contoh nyata dalam kehidupan
akan keikhlasan yang tertinggi dalam perbuatannya hanya semata-mata karena Allah Azza wajalla.
Pahlawan yang sebenarnya adalah dia yang mau berkorban dengan dirinya sendiri untuk orang lain,
dia memberikan model yang paling indah dalam perjuangan. Dia juga memberikan teladan yang riil
tentang pengorbanan dan keberanian bukan karena haus pujian, tidak pula karena tamak kekayaan
duniawi yang fana ini. Dia lakukan itu semua berdasarkan sebuah keyakinan yang kuat dalam
perjuangan karena misi suci dan prinsip-prinsip yang agung, yaitu kekuatan iman kepada Allah swt.
Kejjuran dan keikhlasan selalu bersama Allah swt dalam setiap perbuatan.

Imam Ibnu ‘Athaillah berkata dalam kiban “Al-Hikam”nya:

"‫"األعمال صور قائمة وأرواحها وجود سر اإلخالص فيها‬

“Perbuatan itu banyak bentuknya, sedangkan jiwanya (ruhnya) adalah adanya rahasia ikhlas di
dalamnya”. (terj. Nuha)

Anda mungkin juga menyukai