Anda di halaman 1dari 14

FAKULTAS FILSAFAT

SENI PRAMODERN

SENI = ungkapan mitos dan ritus, bagian dari religi


‣ transpersonal, sakral, auratik

‣ festif, decoratif, ikonogra s

‣ event, bukan artefak

‣ sosial-kolektif

‣ metakognitif, merekayasa persepsi sosial


fi
FAKULTAS FILSAFAT

SENI PRAMODERN
‣ Kendati simbol-simbol dalam seni pramodern mengandung makna konseptual yang lebih penting adalah “aura”-
nya/the emanation of Being.
‣ Aura = indah + sakral (spiritual intimacy) + berguna.
‣ Seni pramodern berada di antara kontemplasi dan kegunaan.

art-craft
celebration of life/the need to take delight in the thing we see and touch;
berguna tapi tak harus e sien;
super uous tapi bernilai;
kontemplatif tapi tak berarti disinterested;
tidak hendak menciptakan kekekalan (seni murni)
tidak hendak menaklukan masa depan (desain),
melainkan hendak menikmati dinamika kekinian/the sparkling instant;
esta of objects
fi
fl
fi
FAKULTAS FILSAFAT

SENI PRAMODERN

‣ Cli ord Geertz:


‣ Seni adalah bagian dari sistem imajinasi-simbolik yg khas, produk sejarah sosial yang unik,
bersifat “deklamatoris” (ekspresif)
‣ Seni adalah cara mitos menjalankan internalisasi nilai, re eksi atas peristiwa-peristiwa, dan
meng-evolusikan persepsi imajinatif masyarakat.
‣ Seni bukanlah sekedar benda/artefak, melainkan :
‣ PERISTIWA/event
‣ E. Cassirer:
‣ pola persepsi seni pra-modern adalah FISIOGNOMIS-PARTISIPATIF.
‣ Saya bagian dari semua; semua bagian dari saya.
ff
fl
ESTETIKA

FAKTA – FIKSI |PENGALAMAN


FAKULTAS FILSAFAT

FAKTA
‣ Fakta: facere (latin) = melakukan
‣ factum = hal yang telah dilakukan.
‣ Fakta = peristiwa/perbuatan “aktual “dan dapat disepakati sebagai “objektif”.

‣ Tapi ada pandangan lsafat kontemporer (Fenomenologi):

‣ realitas “objektif” yang kemudian disepakati dalam sains sebenarnya adalah realitas
yang “abstrak & tipis“ bila dibandingkan dengan “pengalaman konkret”.
fi
KNOWLEDGE, ART, & SCIENCE
▸ Our fundamental participation in the world as knowing bodies;

▸ The perspectival nature of our interpretations of the world;

▸ And the particular ways in which we achieve coherence and integration


through the making of art.
PENGETAHUAN & PERSEPSI

“Our knowledge of the world is gained through our body’s exploration of the world”

- Maurice Merleau-Ponty

“All knowledge is breathing”

- Soren Kierkegaard
FAKULTAS FILSAFAT

FAKTA
‣ Bila “objektif” dianggap “yang inti & paling real”, seolah yang “subjektif” itu “bukan inti & hanya
ilusi”, maka setelah dikaji ulang, sebetulnya yang paling real adalah pengalaman konkret
setiap individu, alias justru yang “subjektif”. Maka ironis: yang paling “obyektif” justru yang
“subjektif”.
‣ Misal: secara ‘obyektif (ilmiah)’ garam adalah NaCL. Rumus/kode kimiawi itu berguna
untuk memanipulasi garam, tapi itu tidak banyak membantu untuk memahami
kekayaan pengalaman manusia konkret tentang bermacam nuansa “rasa asin” yang
sangat nyata, tebal dan kompleks.
‣ Dari perspektif pengalaman konkret sebetulnya bahkan konsep “subjek/objek” hanyalah alat
ciptaan manusia, atau lensa konseptual abstrak untuk memahami realitas konkret.
FIKSI
FAKULTAS FILSAFAT

FIKSI
‣ Fictio (latin) = membentuk, membuat-buat, bersikap seolah-olah.
‣ Fiksi = realitas karangan. Seperti dalam karya sastra, “ ksi” seolah kebalikan dari “fakta”.

‣ Tapi “ ksi” bisa juga dilihat sebagai karangan yang dibuat-buat dalam rangka
“merenungkan” fakta pengalaman; siasat untuk merogoh dan memerlihatkan hal-hal
yang esensial dari realitas spt: dinamika kehidupan manusia, dilemanya, aspirasinya,
derita dan kebahagiannya, rasa bersalahnya, kerumitan karakternya, kerinduan yang
dihayalkannya, dst.
‣ Fiksi memang cenderung melebih-lebihkan. Tapi itu seperti halnya karikatur: pelebih-
lebihan atau distorsi di sana adalah siasat untuk memperlihatkan “esensi” bentuk/
karakter seseorang.
fi
fi
FAKULTAS FILSAFAT

FIKSI
‣ Seni adalah karya yang muncul dari gerak mondar-mandir antara fakta dan ksi.
‣ Seni hendak menggali dan mengeksplorasi fakta pengalaman, namun sekaligus hendak
memerlihatkan esensi-esensi tersembunyinya secara menyentuh (maka dilebih-
lebihkan).
‣ Maka tak heran bahwa Picasso mengatakan: “art is a lie that enables us to realize the
truth”.
‣ Seni memang cenderung melebih-lebihkan, karena itu menjadi seperti kebohongan, tapi
dengan cara itu ia memerlihatkan ‘kebenaran’ kehidupan sejauh dialami dan dihayati
oleh manusia (bukan kehidupan yang direduksi menjadi abstraksi tipis seperti dalam
sains); kebenaran dunia makna manusia.

fi
FAKULTAS FILSAFAT

FIKSI
‣ Pada dasarnya manusia memang tidak hanya hidup dengan “fakta”, melainkan dengan
“makna”. “Fiksi” dalam arti tertentu adalah cara manusia me’makna’i pengalamannya.
‣ Artinya, peristiwa-peristiwa “faktual” atau “data” hanyalah bahan dasar saja yang
kemudian ditafsirkan dan dimaknai sesuai dengan tumpukan pengalaman, kemampuan
nalar, maupun imajinasi (“ ksi”) dan intuisi pribadinya.
fi

Anda mungkin juga menyukai