SENI PRAMODERN
‣ sosial-kolektif
SENI PRAMODERN
‣ Kendati simbol-simbol dalam seni pramodern mengandung makna konseptual yang lebih penting adalah “aura”-
nya/the emanation of Being.
‣ Aura = indah + sakral (spiritual intimacy) + berguna.
‣ Seni pramodern berada di antara kontemplasi dan kegunaan.
art-craft
celebration of life/the need to take delight in the thing we see and touch;
berguna tapi tak harus e sien;
super uous tapi bernilai;
kontemplatif tapi tak berarti disinterested;
tidak hendak menciptakan kekekalan (seni murni)
tidak hendak menaklukan masa depan (desain),
melainkan hendak menikmati dinamika kekinian/the sparkling instant;
esta of objects
fi
fl
fi
FAKULTAS FILSAFAT
SENI PRAMODERN
FAKTA
‣ Fakta: facere (latin) = melakukan
‣ factum = hal yang telah dilakukan.
‣ Fakta = peristiwa/perbuatan “aktual “dan dapat disepakati sebagai “objektif”.
‣ realitas “objektif” yang kemudian disepakati dalam sains sebenarnya adalah realitas
yang “abstrak & tipis“ bila dibandingkan dengan “pengalaman konkret”.
fi
KNOWLEDGE, ART, & SCIENCE
▸ Our fundamental participation in the world as knowing bodies;
“Our knowledge of the world is gained through our body’s exploration of the world”
- Maurice Merleau-Ponty
- Soren Kierkegaard
FAKULTAS FILSAFAT
FAKTA
‣ Bila “objektif” dianggap “yang inti & paling real”, seolah yang “subjektif” itu “bukan inti & hanya
ilusi”, maka setelah dikaji ulang, sebetulnya yang paling real adalah pengalaman konkret
setiap individu, alias justru yang “subjektif”. Maka ironis: yang paling “obyektif” justru yang
“subjektif”.
‣ Misal: secara ‘obyektif (ilmiah)’ garam adalah NaCL. Rumus/kode kimiawi itu berguna
untuk memanipulasi garam, tapi itu tidak banyak membantu untuk memahami
kekayaan pengalaman manusia konkret tentang bermacam nuansa “rasa asin” yang
sangat nyata, tebal dan kompleks.
‣ Dari perspektif pengalaman konkret sebetulnya bahkan konsep “subjek/objek” hanyalah alat
ciptaan manusia, atau lensa konseptual abstrak untuk memahami realitas konkret.
FIKSI
FAKULTAS FILSAFAT
FIKSI
‣ Fictio (latin) = membentuk, membuat-buat, bersikap seolah-olah.
‣ Fiksi = realitas karangan. Seperti dalam karya sastra, “ ksi” seolah kebalikan dari “fakta”.
‣ Tapi “ ksi” bisa juga dilihat sebagai karangan yang dibuat-buat dalam rangka
“merenungkan” fakta pengalaman; siasat untuk merogoh dan memerlihatkan hal-hal
yang esensial dari realitas spt: dinamika kehidupan manusia, dilemanya, aspirasinya,
derita dan kebahagiannya, rasa bersalahnya, kerumitan karakternya, kerinduan yang
dihayalkannya, dst.
‣ Fiksi memang cenderung melebih-lebihkan. Tapi itu seperti halnya karikatur: pelebih-
lebihan atau distorsi di sana adalah siasat untuk memperlihatkan “esensi” bentuk/
karakter seseorang.
fi
fi
FAKULTAS FILSAFAT
FIKSI
‣ Seni adalah karya yang muncul dari gerak mondar-mandir antara fakta dan ksi.
‣ Seni hendak menggali dan mengeksplorasi fakta pengalaman, namun sekaligus hendak
memerlihatkan esensi-esensi tersembunyinya secara menyentuh (maka dilebih-
lebihkan).
‣ Maka tak heran bahwa Picasso mengatakan: “art is a lie that enables us to realize the
truth”.
‣ Seni memang cenderung melebih-lebihkan, karena itu menjadi seperti kebohongan, tapi
dengan cara itu ia memerlihatkan ‘kebenaran’ kehidupan sejauh dialami dan dihayati
oleh manusia (bukan kehidupan yang direduksi menjadi abstraksi tipis seperti dalam
sains); kebenaran dunia makna manusia.
fi
FAKULTAS FILSAFAT
FIKSI
‣ Pada dasarnya manusia memang tidak hanya hidup dengan “fakta”, melainkan dengan
“makna”. “Fiksi” dalam arti tertentu adalah cara manusia me’makna’i pengalamannya.
‣ Artinya, peristiwa-peristiwa “faktual” atau “data” hanyalah bahan dasar saja yang
kemudian ditafsirkan dan dimaknai sesuai dengan tumpukan pengalaman, kemampuan
nalar, maupun imajinasi (“ ksi”) dan intuisi pribadinya.
fi