Anda di halaman 1dari 7

Resume Materi

Hukum Media Massa

Dosen Pengampu : Dr. Dedi Sahputra, M.A

Kelompok 2 :

1. Zeflyn Olivia 20830168


2. Nada Almadiah Irawan 208530017
3. Jodi Setiawan 208530029
4. Vivit Tio Dora Siagian 208530043
5. Andriy Sheva Ramadhan 208530134
6. Aqilla SyafInaz 208530113
7. Leni Herlina Lahagu 208530014

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Medan Area

T.A 2021/2022
Kode Etik Jurnalistik

Kode etik jurnalistik adalah seperangkat prinsip moral yang


mencerminkan aturan yang harus dipatuhi oleh semua jurnalis.

Kode etik jurnalistik diterbitkan di Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006


oleh Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor:
6/peraturan-DP/V/2008 tentang Pengesahan Keputusan Dewan Pers Nomor
03/SK-DP/III/2006 Tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan
Pers.

Dewan Pers sendiri merupakan sebuah lembaga yang dibentuk oleh


bermacam macam organisasi pers yang disepakati bersama sebagai payung
yang memayungi seluruh wartawan yang tergabung didalam organisasi
kewartawanan.

Sanksi dan Putusan Akhir

Sanksi itu dilaksanakan oleh organisasi wartawan atau perusahaan


wartawan. Putusan terakhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan
oleh dewan pers, bukan pihak yang lain.

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersifat independen, menghasilkan berita yang


akurat, berimbang, dan tidak memiliki niat buruk.

Penafsiran:

Independen berarti bahwa wartawan ketika melaksanakan tugasnya


melaporkan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa
campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain, termasuk pemilik
perusahaan pers.

Akurat artinya diyakini kebenarannya sesuai dengan keadaan objektif pada


saat peristiwa itu terjadi.
Seimbang artinya semua pihak memiliki kesempatan yang sama.

Tidak memiliki niat buruk berarti tidak ada niat dengan sengaja dan semata-
mata untuk merugikan pihak lain

Pasal 2

Jurnalis Indonesia menempuh cara-cara profesional dalam


menjalankan tugas jurnalistiknya.

Penafsiran

Cara profesional adalah: menunjukkan identitas kepada informan;


menghormati hak atas privasi;

jangan menyuap; menghasilkan berita yang faktual dan sumber yang jelas;
rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara
yang dilengkapi dengan informasi tentang sumbernya dan ditampilkan
secara berimbang; menghargai pengalaman traumatis informan dalam
menyajikan gambar, foto, suara; tidak melakukan plagiarisme, termasuk
menyatakan hasil laporan wartawan lain sebagai karya sendiri; penggunaan
metode tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi
untuk kepentingan umum.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara


berimbang, tidak mencampuradukkan fakta dan opini yang menghakimi,
serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran:

A. Menguji informasi berarti memeriksa dan mengecek kembali kebenaran


informasi tersebut.
B. Seimbang adalah memberikan ruang atau waktu untuk pelaporan kepada
masing-masing pihak secara proporsional.

C. Opini hakim adalah opini pribadi seorang jurnalis. Hal ini berbeda
dengan opini interpretif, yaitu opini berupa interpretasi jurnalis terhadap
fakta.

D. Asas praduga tak bersalah adalah asas untuk tidak menghakimi seseorang

Pasal 4

. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan


cabul.

Penafsiran:

Kebohongan berarti sesuatu yang diketahui wartawan sebelumnya tidak


sesuai dengan fakta yang terjadi

Fitnah berarti tuduhan tidak berdasar yang dibuat dengan sengaja dengan
maksud yang tidak baik.

Sadis berarti kejam dan tak kenal lelah.

Cabul berarti penggambaran erotis perilaku dengan foto, gambar, suara,


grafik atau tulisan semata-mata untuk membangkitkan nafsu.

Dalam menyiarkan gambar dan suara dari arsip, wartawan menyertakan


waktu pengambilan gambar dan suara.

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebut dan menyiarkan identitas


korban tindak pidana asusila dan tidak menyebut identitas anak pelaku
tindak pidana.

Penafsiran:
Identitas adalah semua data dan informasi mengenai seseorang yang
memudahkan orang lain untuk melacaknya.

Anak adalah seseorang yang berumur kurang dari 16 tahun dan belum
kawin

Pasal 6

. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesinya dan tidak


menerima suap.

Penafsiran:

Penyalahgunaan profesi adalah setiap tindakan yang mengambil keuntungan


pribadi dari informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi
tersebut menjadi pengetahuan umum.

Suap adalah semua pemberian berupa uang, benda atau fasilitas dari pihak
lain yang mempengaruhi independensi.

Pasal 7

Wartawan Indonesia berhak menolak untuk melindungi narasumber


yang tidak diketahui identitas atau keberadaannya, menghormati ketentuan
embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan
kesepakatan.

Penafsiran:

Hak untuk menolak adalah hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan pelapor demi keselamatan pelapor dan keluarganya.

Embargo adalah keterlambatan memuat atau menyiarkan berita sesuai


permintaan sumber.

Informasi latar belakang adalah semua informasi atau data dari sumber yang
disiarkan atau dilaporkan tanpa menyebutkan sumbernya.
Off the record adalah setiap informasi atau data dari sumber yang tidak
boleh disiarkan atau dilaporkan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita


berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar
perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta
tidak merendahkan yang lemah, miskin, sakit, cacat mental, atau cacat fisik.

Penafsiran:

Prasangka adalah asumsi yang tidak menguntungkan tentang sesuatu


sebelum mengetahuinya dengan jelas.

Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menghormati hak nara sumber mengenai


kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan umum.

Penafsiran:

Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan kehati-hatian.

Kehidupan pribadi adalah segala aspek kehidupan seseorang dan


keluarganya selain yang berkaitan dengan kepentingan umum.

Pasal 10

Wartawan Indonesia segera mencabut, membetulkan, dan


mengoreksi berita bohong dan tidak benar disertai permintaan maaf kepada
pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Penafsiran:
Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada atau
tidak ada peringatan dari pihak luar.

Permintaan maaf itu disampaikan ketika kesalahan terkait dengan substansi


utama.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara


proporsional.

Penafsiran:

Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan
tanggapan atau sanggahan terhadap suatu berita berupa fakta yang
merugikan nama baiknya.

Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi informasi yang salah
yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya sendiri maupun tentang
orang lain.

Proporsional artinya setara dengan rubrik berita yang perlu diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai