Anda di halaman 1dari 51

JURNALISTIK

KESEHATAN DAN
KOMUNIKASI
PUBLIK
OVERVIEW UTS
Tidak gampang menulis sesuatu dan kalian telah
memulai menulis dengan Luar Biasa.

Eh tapi Jangan Puas dulu.


Nih Koreksinya .....
Kesalahan yang paling sering
ditemukan
 Melupakan Koma, sementara Kalimat mesti
beristirahat.

Contoh
“ Perkataan ini terbukti benar adanya remaja
penerus bangsa yang diketahui nekat memilih jalan
haram yaitu aborsi lantaran mengalami kehamilan
diluar nikah yang merupakan buah hasil dari
perilaku seks bebas pra nikah dengan kekasihnya ”
Kesalahan yang paling sering
ditemukan
 Lihat, engkau berbicara dengan siapa.
(Penggunaan Bahasa Daerah, Bahasa Berat sukar
dipaham Rakyat Jelata)

Contoh :
“ biyen aku dodol pulsa laris manis sedino entok 500
ewu, saiki sedino 100 ewu wae wes Alhamdullilah.
Wong saiki nek do tuku pulsa mung kanggo perpanjang
masa aktif tok ”
Kesalahan yang paling sering
ditemukan
 Lihat,engkau berbicara dengan siapa.
(Penggunaan Bahasa Daerah, Bahasa Berat sukar dipaham Rakyat
Jelata)

Contoh :
“ Tak hanya itu, dampak berbahaya lainnya juga akan dirasakan
pada tanaman di darat dan biota air. Misalnya, imbuh dia,
mikroplastik yang terkandung di dalam air bisa masuk ke dalam
organ tubuh ikan dan sehingga berbahaya jika dikonsumsi manusia.
Misalnya Bisphenol A (BPA) yang menyebabkan gangguan tubuh
seperti infertilitas atau penurunan kesuburan, Polystirena (PS) yang
memicu timbulnya kanker. Selain itu ada juga bahan lainnya seperti
PVC (Polyvinyl Chlorida)yang sangat berbahaya bagi kesehatan
tubuh. ”
Kesalahan yang paling sering
ditemukan
 Kehadiran Referensi, menguatkan Tulisan

Contoh :
“ Pakar kesehatan menyarankan kita untuk
membatasi konsumsi mie instan hanya sekitar dua
bungkus saja untuk dalam seminggu, jika kita
mengkonsumsinya lebih dari jumlah tersebut, bisa
jadi kita akan mengalami beberapa masalah
kesehatan. Masih banyak kok makanan yang murah
meriah dan bisa kamu pilih di tanggal tua. ”
Kesalahan yang paling sering
ditemukan
 Judul yang belum menarik
Judul adalah Pintu untuk memasuki tulisan.
Jika Pintunya buruk, maka manusia akan memilih untuk tidak
memasuki Rumah (Tulisan) tersebut.

Contoh :
 Tanggal tua, Mie Instan jadi idola para mahasiswa anak kos sejati.
 Narkoba penopang masalaluku.
 Junk Food atau Jajanan ? Sama enaknya tapi bahaya yang mana ?
 Segelas Air melawan Dehidrasiku.
 Kesehatanku apa Kepo ku?
Judul Menarik
 Menyiksa Diri demi sebuah Obsesi.
 Mencintai Internet setulus Jiwa, sampai Sakit
Jiwa.
 Alkohol juga Baik
 Berawal dari Stigma, hingga Kehilangan Nyawa.

Tulisan Berkualitas tidak lahir dari satu kali Percobaan.

Rajin membaca, Semangat menulis.


Selamat berlatih.
KODE ETIK JURNALISTIK
KODE ETIK PROFESI
 Istilah“etik” lebih terkait dengan moral, benar atau
salah dan juga hukum.

 Definisi etik yang paling umum adalah “prinsip-


prinsip yang dipegang teguh” (“rules of conducts”)
dalam bekerja, melaksanakan tugas dan kewajiban.
Oleh karena itu, semua profesi yang terkait dengan
pelayanan masyarakat dan dengan kepentingan umum 
sudah memiliki apa yang disebut “kode etik profesi”.

 Kode etik profesi mengatur tentang apa yang wajib


atau harus dan yang dilarang dilakukan oleh mereka
yang menjalani profesi itu.
KODE ETIK JURNALISTIK
Kode Etik adalah panduan Jurnalis dalam melakukan
suatu profesi. Dalam melakukan tugasnya, jurnalis
juga mempunyai kode etik tersendiri agar tidak
menyalahgunakan profesinya.
KODE ETIK JURNALISTIK
Kode Etik Jurnalistik  (KEJ) ditetapkan Dewan Pers
melalui Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-
DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan
Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang
Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers.
Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap
independen, menghasilkan
berita yang akurat, berimbang,
dan tidak beritikad buruk.
Penafsiran Pasal 1
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai
dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan
intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika


peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja


dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.
Contoh
Jurnalis yang memberitakan tentang
Fenomena Kasus Tb di suatu daerah.
Dalam memberitakan tersebut, untuk
mendapatkan berita yang akurat dan
berimbang, jurnalis harus mendapatkan
keterangan dari Pasien, Ketua RT/Lurah,
Gasurkes, Penanggung Jawab Program TB di
DKK dan Masyarakat di Lokasi Kasus.
Jadi, informasi yang didapatkan tidak berat
sebelah.
Pasal 2
Wartawan Indonesia
menempuh cara-cara yang
profesional dalam
melaksanakan tugas
jurnalistik.
Penafsiran Pasal 2
Cara-cara yang profesional adalah:
a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran
gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang
sumber dan ditampilkan secara berimbang;
f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam
penyajian gambar, foto, suara;
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil
liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan
untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
Contoh
Menghormati Hak Pasien
TB jika memang tidak
berkenan untuk
pengambilan Gambar.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji
informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta
dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
Penafsiran Pasal 3
a. Menguji informasi berarti melakukan check and
recheck tentang kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu
pemberitaan kepada masing-masing pihak secara
proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi
wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif,
yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan
atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak
menghakimi seseorang.
Contoh
walaupun wartawan tersebut
sedang mewawancarai
seseorang yang dikenalnya
dengan baik, ia harus menulis
sesuai dengan fakta yang ada.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak
membuat berita bohong,
fitnah, sadis, dan cabul.
Penafsiran Pasal 4
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja


dengan niat buruk.

c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto,


gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk
membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan


mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.
Contoh
Menambahkan Bumbu-bumbu yang terlalu dramatis
pada kasus yang sedang diangkat.

“ Mengungkapkan bahwa Pasien TB telah


menularkan penyakitnya kepada Pasangan
dikarenakan motif balas dendam akibat perilaku
selingkuh yang telah dilakukan. ”
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak
menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila
dan tidak menyebutkan identitas
anak yang menjadi pelaku
kejahatan.
Penafsiran Pasal 5
a. Identitas adalah semua data dan
informasi yang menyangkut diri
seseorang yang memudahkan orang
lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia


kurang dari 16 tahun dan belum
menikah.
Contoh
Wartawan bisa memberi inisial
nama korban tersebut atau jika
di media televisi, wajah, dan
suaranya bisa disamarkan.
Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak
menyalahgunakan profesi
dan tidak menerima suap.
Penafsiran Pasal 6

a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan


yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi
yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi
tersebut menjadi pengetahuan umum.

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang,


benda atau fasilitas dari pihak lain yang
mempengaruhi independensi.
Contoh
Jika wartawan tersebut tidak bisa menolak “amplop”
dikarenakan dengan kondisi yang ada,  ia bisa
menerimanya terlebih dahulu dan berikan
keatasannya.
Biar atas nama medianya saja yang mengembalikan
kepada pihak yang bersangkutan tersebut.
Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk
melindungi narasumber yang tidak bersedia
diketahui identitas maupun keberadaannya,
menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan “off the record”  sesuai dengan
kesepakatan.
Penafsiran Pasal 7
a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai


dengan permintaan narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari


narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan
narasumbernya.

d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber
yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.
Contoh
Setiap wartawan harus menghormati permintaan
narasumber untuk tidak menyebarkan segala data
tentang dirinya dan keluarganya jika dapat
menganggu keamanan mereka.
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan
berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi
terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras,
warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta
tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin,
sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Penafsiran Pasal 8

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik


mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.

b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.


Contoh
“ Kasus TB di daerah Kranggan disebabkan oleh Etnis
Cina yang masih belum bisa menerapkan Pola Hidup
Bersih dan Sehat”

Tulisan yang melanggar Kode Etik Jurnalistik.


Pasal 9
Wartawan Indonesia
menghormati hak narasumber
tentang kehidupan pribadinya,
kecuali untuk kepentingan
publik.
Penafsiran Pasal 9
a. Menghormati hak narasumber adalah sikap
menahan diri dan berhati-hati.

b. Kehidupan pribadi adalah segala segi


kehidupan seseorang dan keluarganya selain
yang terkait dengan kepentingan publik.
Penafsiran Pasal 9

Masalah atau peristiwa kehidupan pribadi atau


kehidupan privat, yang lazim disebut sebagai privasi
atau privacy, dapat diberitakan karena alasan:
Karena mengandung makna edukatif bagi
kepentingan umum sebagai "pelajaran" untuk diikuti
atau, sebaliknya, dihindari
Contoh
mempertimbangkan harga diri dan kehormatan
subjek berita, dengan tidak memuat foto privat (yang
dibuat di ruang pribadi atau ruang tertutup),
melainkan hanya foto yang dibuat di ruang publik
atau ruang terbuka. Publikasi foto privat hanya dapat
dilakukan dengan seizin subjek berita.

Pemberitaan mengenai kasus peredaran video


pornografis yang dikabarkan dibuat oleh Ariel
Peterpan, pers arus utama di Indonesia tidak memuat
cuplikan dari video itu, melainkan hanya foto Ariel
yang dibuat di ruang terbuka.
Opini Novelis Ayu Utami terhadap Kepentingan Privat
dan Kepentingan Publik
Privasi belum dimengerti penuh oleh masyarakat. Bahkan, masih terjadi tarik menarik
mengenai “ruang privat” dan “ruang komunal”.
Akibatnya, insan pers yang tidak mendapatkan persiapan khusus etika jurnalistik cenderung
mereproduksi saja ketidakmengertian masyarakatnya.
….
Sekarang, pers Indonesia hendak lebih maju dari masyarakatnya atau tetap ber-”mental
kawanan”—membeo praktik-praktik jumud masyarakat?
….
Sering kali pers hanya mereproduksi nilai-nilai masyarakat yang telah jumud (beku, tumpul,
dan telah tak adil).
Masyarakat Indonesia memang belum sepenuhnya terlepas dari ciri komunalisme, yaitu
masyarakat berkawanan, bergerombol. Di dalam komunalisme, hak individu dan privasi tidak
dihargai.
Sementara itu, teknologi dan industri pers adalah buah dari modernitas. Apakah pers, yang
lahir dari modernitas, memilih tunduk pada nilai-nilai masyarakat?
….
Adanya Kode Etik Jurnalistik menunjukkan bahwa pers hendak mengorganisasi diri menjadi
lembaga yang profesional dan beretika.[1][1]
Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut,
meralat, dan memperbaiki berita yang
keliru dan tidak akurat disertai dengan
permintaan maaf kepada pembaca,
pendengar, dan atau pemirsa.
Penafsiran Pasal 10
a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat
mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran
dari pihak luar.

b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan


terkait dengan substansi pokok.
Contoh
Seperti yang dikutip dari The
Washington Times saat memberitakan
bahwa koran harian Florida yang
meminta maaf kepada pembaca karena
tidak cukup objektif saat memberitakan
tentang Donald Trump.
Pasal 11
Wartawan Indonesia
melayani hak jawab dan hak
koreksi secara proporsional.
Penafsiran Pasal 11
a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang
untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap
pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan


kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang
dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu


diperbaiki.
Contoh
 Hak Jawab Hary Tanoe terhadap Tirto melalui Dewan Pimpinan Pusat Lembaga
Bantuan Hukum Perindo terkait tulisan “Investigasi Allan Nairn: Ahok hanyalah
dalih untuk makar” dengan tuduhan melanggar pasal 1 dan 3 Kode Etik
Jurnalistisk karena tidak berimbang, tidak uji informasi dan memuat opini yang
menghakimi”.

 Penyelesaian Kasus Kedua pihak sepakat mengakhiri kasus ini dan tidak
membawa ke jalur hokum, kecuali kesepakatan diatas tidak dilaksanakan.
Sesuai pasal 18 ayat 2 undang-undang no. 40 tahun 1999 tentang pers,
perusahaan pers wajib melayani hak jawab agar tidak terkena pidana denda
paling banyaj Rp 500.000.000.

Sumber :
Artikel "Hak Jawab Hary Tanoesoedibjo", https://tirto.id/cqDR
Artikel “Investigasi Allan Nairn: Ahok hanyalah dalih untuk makar”, https://tirto.id/investigasi-allan-nairn-ahok-hanyalah-
dalih-untuk-makar-cm2X
Penutup
Penilaian akhir atas pelanggaran KEJ dilakukan oleh
Dewan Pers. Sedangkan, sanksi atas pelanggaran
KEJ dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau
perusahaan pers. Biasanya sanksi yang dikenakan
bisa bermacam-macam tergantung seberapa parah
pelanggaran yang diperbuat, dimulai dari hanya
teguran lisan sampai pemecatan yang bisa
berdampak hancurnya kredibilitas seorang jurnalis.
Daftar Pustaka
 Peraturan Dewan Pers Nomor:
6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat
Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006
tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan
Dewan Pers
 https://tirto.id/kode-etik-jurnalistik-8Nb
 Dewan Pers. (2011). Peraturan. Diakses pada
tanggal 5 Januari 2017 dari Dewan Pers: http://
dewanpers.or.id

Anda mungkin juga menyukai