Anda di halaman 1dari 5

DIAM – DIAM SUKA

Oleh : Muhammad Gauza Faliha 9D/20

Derasnya hujan pada sore itu, memaksa para siswa SMP Nusantara untuk menunggu
lebih lama di sekolah agar mereka dapat pulang dengan aman dan selamat. Namun, hujan tak
kunjung reda, sehingga membuat beberapa siswa terpaksa menerobos hujan yang sangat lebat
itu.

Kondisi para siswa di sekolah itu agak panik, karena hujan turun dengan sangat lebat
dan gemuruh halilintar saling bersaut – sautan bagaikan ombak yang menerpa bangunan –
bangunan yang tak berdosa, ditambah lagi sebagian besar siswa tidak ada yang menjemput dan
biasanya mereka berjalan kaki untuk pulang seperti biasa.

Shinta dan temannya Dewi adalah murid kelas IX – A yang kebetulan satu perumahan,
membuat mereka terpaksa harus menerobos hujan dengan berjalan kaki karena mereka tidak
ada yang menjemput (Orang tua mereka sibuk). Namun, ketika Dewi dan Shinta akan pulang,
terdapat laki – laki yang tiba – tiba memanggil mereka dari belakang dengan nada tingginya
yang menanyakan keadaan mereka. “WOI TA…WI…, KALIAN MAU KEMANA HUJAN
LEBAT GINI ?”, ujar lelaki itu.

Kemudian, Dewi membalikkan pandangannya kepada lelaki itu, sedangkan, Shinta


yang kaget dengan hal itu, membuatnya terpeleset dan terjatuh pada genangan air. Ternyata,
yang memanggil mereka itu adalah Rama, yaitu laki – laki paling tampan dan paling pintar
dari kelas IX-D yang sedikit pendiam. Sontak, Rama langsung sigap menolong Shinta yang
terjatuh itu. Setelah Shinta dibantu berdiri oleh Rama, Shinta dan Dewi berkata, “YA MAU
PULANG LAH RAM.” “Kalian naik apa pulangnya emang ?, kalian nggak ada yang jemput
?”, ujar Rama. “Jalan kaki, soale gak ada yang jemput hari ini. Orang tua kita sibuk semua hari
ini, jadi disuruh pulang sendiri dan HP kita kebetulan tertinggal di rumah”, ujar Shinta.

Setelah itu, Rama yang kasihan dan peduli dengan mereka berdua berniat memesankan
taxi online untuk mereka pulang. “Kalian mau tak pesenin taxi online ta ?, Aku yang bayarin
deh”, ujar Rama. “Iya deh ram, kalau kamu maksa”, jawab Dewi cepat. “Eh Wi….”, ujar Shinta
sedikit tidak setuju. “Udah, ikutin aja Rama, toh untuk keamanan dan keselamatan kita juga”,
jawab Dewi. “Iya deh”, ujar Shinta.
Kala rembulan muncul di langit yang gelap gulita, bintang - bintang bertebaran bagaikan
beras yang terjatuh ketanah, dan gemericik air hujan yang telah tak terdengar lagi. Rama yang
sedang membuat teh di dapurnya, mendapatkan notifikasi chat yang muncul dari layar beranda
handphonenya yang ternyata dari Shinta. Intinya Shinta sangat berterimakasih kepada Rama,
karena ia telah membantunya tadi, dengan memesan serta membayarkan taxi online untuk
dirinya dan Dewi pulang.

Kesunyian malam semakin terasa, namun chat mereka berdua tak kunjung usai. Hingga,
Juna (anak kelas IX – B) mengirim pesan kepada Shinta yang isinya ia sangat khawatir dengan
keadaannya. Shinta yang risih dengan chat yang dikirimkan Juna secara terus menerus,
akhirnya memblokir nomornya.

Keesokan harinya dikala senyuman matahari masih terlihat jelas di atas atap sekolah. Juna
yang agak kesal dengan Shinta, langsung mendatangi Shinta dan menanyakan mengapa ia
memblokir nomornya. “YA, KAMU SIH GANGGU AKU TERUS, MANA NGIRIM CHAT
SAYANG – SAYANG LAGI, INGAT KITA ITU MASIH SMP”, jawab Shinta.

Bel sekolah telah berteriak, ini menandakan waktu istirahat. Shinta adalah anak paling rajin
dan paling pintar di kelasnya. Ia selalu jadi bintang kelas di kelasnya dari kelas 7. Bahkan ia
merupakan anak emas hampir dari semua guru, salah satunya guru Bahasa Indonesia di
sekolah. Hari ini, pada saat jam istirahat ia disuruh guru Bahasa Indonesia untuk membawakan
beberapa buku dan kumpulan tugas siswa ke meja guru Bahasa Indonesia tersebut. Pada saat
akan turun lewat tangga, Shinta tidak sengaja bertemu dengan Rama. Dengan sigap, Rama
membantu Shinta untuk mebawakan buku – buku yang ia bawa ke meja guru. Setelah itu,
Shinta berterimakasih kembali kepada Rama. “Ram, makasih ya…udah selalu bantuin aku”,
kata Shinta. “Santai ta…sama – sama”, ujar lelaki paling tampan disekolah itu. Sejak saat itu,
Shinta dan Rama saling memendam rasa antara satu sama lain. Seperti cinta yang tumbuh sejak
pandangan pertama dari mata turun kehati.

Setelah kembali ke kelas IX – A, Shinta langsung menceritakan kejadian yang barusan ia


alami kepada Dewi sahabatnya dan ia tak sadar kalau telah terbesit di pipinya warna merah
marun yang sangat jelas.

Ketika, senja mulai menampakkan dirinya dengan indah dan bel sekolah berteriak untuk
kedua kalinya. Rama yang mendapatkan PR Bahasa Indonesia langsung datang ke kelas IX-A
dan menanyakan soal yang ia tidak bisa kepada Shinta. Kedekatan antara keduanya dan
keakraban itu ternyata tidak sengaja dilihat oleh Juna, yang membuatnya marah dan cemburu
kepada sahabatnya sendiri yaitu Rama dan berniat mencelakai Rama keesokan harinya.

Ketika bulan menggantikan posisi matahari di langit bumi, Juna yang masih kesal dengan
Rama, mengirimkan pesan kepada Rama, bahwa ia memiliki felling tidak enak saat Rama
berangkat ke sekolah besok. Sebenarnya ini merupakan akal – akalan Juna untuk mencelakai
Rama besok, agar ia tak akan pernah bertemu dengan Shinta.

Keesokaan harinya, ketika matahari menyapa pagi, Rama yang sedang menyeberang jalan
ke sekolah, tiba – tiba tertabrak motor dari arah yang berlawanan dengan sangat keras.
DUARRRR. Sayangnya, penabrak yang menabrak Rama tersebut langsung lari tanpa adanya
rasa tanggung jawab. Darah mengucur dari kepala dan tubuh Rama yang tak sadarkan diri di
tengah jalan raya. Kemudian, pengendara yang melihat kejadian itu langsung menelpon polisi
dan menelpon ambulance. Rama dilarikan ke Rumah Sakit Karlos Husada (RSKH) untuk
diberikan pertolongan.

Shinta yang mendapat kabar bahwa Rama dilarikan ke rumah sakit langsung izin tidak
masuk sekolah hari itu. Derai air mata Shinta keluar membasahi pipinya bak banjir bandang
yang tak dapat dibendung lagi, ketika ia melihat Rama terbaring lemah diatas kasur rumah
sakit. Karena kondisi itu, Rama dinyatakan koma oleh dokter.

Saksi mata yang berada disekitar TKP tabrak lari tersebut diinvestigasi oleh polisi. Salah
satu saksi mata yang diinvestigasi oleh polisi adalah Dewi. Dewi tenyata melihat jelas plat
nomor yang digunakan oleh pengendara yang menabrak Rama. Setelah dicek oleh petugas
polisi. Ternyata, yang menabrak Rama adalah motor milik Bapaknya Juna (Rahwana), yang
selalu digunakan Juna untuk berangkat dan pulang sekolah.

Hal itu membuat Dewi semakin kaget dan langsung menelpon Shinta yang isinya ia
memberitahukan kepada Shinta bahwa yang menabrak Rama adalah Juna. Shinta yang
menerima kabar itu sontak terkaget dan langsung menelpon Juna untuk bertemu dengannya
disebuah kafe. Saat itu Juna amatlah senang, karena ia akan bertemu temannya yang ia sukai.
Saat Juna akan duduk dikursi yang dibuat untuk mereka bertemu, Shinta memukul meja dan
menampar Juna serta berkata, “BRENGSEK KAMU, DASAR LAKI – LAKI TAK TAU
DIRI.” Juna sontak terkaget dengan terheran – heran. “Emang aku buat kesalahan apa ?”, ujar
Juna. “Jangan sok gak tau deh, kamu kan yang nabrak Rama tadi pagi ?, INI UDAH
KETERLALUAN YA, KAMU TAU GAK INI UDAH KELEWAT BATAS, AKU UDAH
GAK BISA MAAFIN KAMU LAGI, AKU UDAH GAK HABIS PIKIR SAMA
KELAKUANMU HARI INI” , ujar Shinta dengan nada marah. “Kalau kamu emang peduli
sama aku, gak kayak gini caranya, bukan malah mencelakai orang lain”, ujar Shinta. Juna
terdiam seribu bahasa mendengar kemarahan Shinta. Kemudian, di kafe itu juga, polisi
menangkap dan menahan Juna untuk beberapa waktu ke depan di kantor polisi hingga
pengusutan dan persidangan selesai.

Hari demi hari dilalui Shinta dengan berat tanpa perhatian dan kepedulian dari Rama,
bahkan hingga tak terbesit senyuman sedikit pun pada raut wajah sang anak emas guru – guru
di sekolah itu. Hal itu, membuat Shinta berinisiatif untuk menggalang dana untuk Rama dan
mengadakan pengajian, agar Rama dapat segera sadar dari komanya. Shinta yang kebetulan
merupakan anggota OSIS di SMP Nusantara, meminta bantuan anggota OSIS lainnya agar
dapat menggalang dana bersama pada tiap – tiap kelas untuk Rama yang sedang koma di rumah
sakit.

Kemudian, Shinta juga mengajak anggota OSIS lainnya untuk mengadakan sebuah
pengajian kecil – kecilan untuk Rama di Rumah Shinta pada akhir pekan ini. Hari ahad pun
tiba, teman – teman OSIS Shinta mulai berdatangan satu persatu di Istana Shinta. Pengajian
dimulai dengan ceramah singkat oleh Ustadz Fauzi yang merupakan teman dari Ayah Shinta
yang isinya adalah masing – masing dari mereka harus dapat menjaga diri dan mengontrol
emosi agar tidak berbuat seenaknya apalagi yang melebihi batas, kemudian mereka juga harus
mampu menjadi teladan yang baik bagi kawan – kawannya di sekolah, serta mereka harus
selalu menjunjung tinggi kepedulian, kebersamaan, dan kekeluargaan dalam setiap keadaan
kedepannya.

Hari berlanjut bak waktu yang diputar oleh semesta dengan sangat cepat. Tak terasa telah
terkumpul uang sekitar Rp 4.000.000, 00 sebagai dana bantuan untuk Rama. Telah satu minggu
mereka menunggu Rama sadar dari komanya, Pada Hari Senin sore, Rama sadar dari komanya.
Shinta yang kebetulan selalu menunggu Rama setiap sore di RSKH tak dapat menahan haru
bahagia. Air mata Shinta terus bercucuran membasahi pipinya, tak dapat memandang keajaiban
yang telah diperlihatkan oleh Allah SWT kepadanya hari ini bagaikan satu semut yang dapat
menahan istana yang hampir roboh.

Kemudian, Rama yang baru sadar dari komanya, seakan linglung dan hanya bisa teringat
pada wajah Shinta saja. Kemudian, ia bertanya kepada Shinta, “Ta…aku ini dimana dan
mengapa aku bisa disini ?”, ujar Rama sambil memegangi kepalanya yang sangat pusing.
“Kamu lagi di rumah sakit, satu minggu yang lalu kamu dilarikan ke rumah sakit ini karena
kamu sengaja ditabrak motor dari arah yang berlawanan saat kamu menyeberang ke sekolah
sama orang”, kata Shinta yang masih terharu bahagia. Sontak Rama terkaget “HA….BERARTI
AKU JADI KORBAN TABRAK LARI DAN BERARTI AKU JUGA KOMA UDAH SATU
MINGGU INI”, jawab Rama terkejut seakan tak teringat apa – apa dengan kejadian yang
menimpanya satu minggu yang lalu. “Iya Ram”, ujar Shinta. “Terus, kamu pasti tau kan…
yang nabrak lari aku kemarin siapa ?”, ujar Rama meminta penjelasan. “Eeemmm, gimana
ngomongnya kekamu ya ?”, ujar Shinta kebingungan menjawab. “CEPETAN TA…AKU
MAU TAU”, ujar Rama penasaran. “Eeemmm, sebenarnya yang sengaja nabrak kamu satu
minggu kemarin itu sahabat kamu sendiri “Juna” sekarang dia sedang ditahan di kantor polisi
untuk menunggu persidangan besok”, jawab Shinta. “HA…JUNA !!!, gak percaya aku”, ujar
Rama kaget dan tidak percaya. “Tapi, memang gitu kenyataannya”, ujar Shinta. Rama yang
saat itu masih tidak percaya akan hal itu, membuatnya meneteskan air mata dari kedua buah
matanya.

Singkat cerita, hari demi hari telah dilalui Rama dengan sangat berat, ia mencoba
memaafkan Juna karena kesalahannya, namun tidak bisa. Waktu demi waktu, membuatnya
mencoba melupakan hal itu (move on) dan menatap hari baru dengan semangat dan gembira.

Beberapa hari kemudian, setelah kondisi Rama mulai membaik dan sehat baik secara fisik
maupun mental, ia diizinkan dokter untuk pulang ke rumah dan masuk sekolah kembali. Rama
yang mendengar hal itu sangat senang, karena tak sabar ingin bertemu teman – temannya lagi.

Hari itu pun terjadi, Rama masuk sekolah kembali bagaikan semut yang muncul dari lembah
yang telah tiada. Sontak teman – temannya kaget dan terheran – heran serta takjub dengan
keajaiban yang yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rama.

Bel telah berteriak seakan menjadi bel pertama yang terdengar kembali dalam hidup Rama.
Rama yang sedang menuju ke kantin sekolah melihat Shinta yang sedang membawa dua kardus
besar yang berisi buku – buku sekolah, langsung sigap menolong dan membawakannya hingga
ke kelas IX - A. Sejak saat itu, Shinta dan Rama yang telah menyimpan rasa suka antara satu
sama lain seakan memulai kisahnya kembali. Rama yang diam - diam suka dengan Shinta,
sering salting (salah tingkah) sendiri jika berbicara dan bertemu dengannya, begitu juga Shinta.
Mereka juga sering saling memberi sesuatu seperti coklat atau hadiah, sebagai wujud perhatian
mereka antara satu sama lain. Kebahagian pun terpancar dari keduanya. Sayang, hingga saat
ini mereka tidak ada yang berani mengungkapkan rasa suka yang dimilikinya antara satu sama
lain dengan alasan belum saatnya.

Anda mungkin juga menyukai