KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan izin-Nya sehingga Laporan
Pendahuluan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan ini disusun berdasarkan Surat Perjanjian
Kerja pada pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Ruas Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu Tahun
Anggaran 2023.
Dalam laporan ini disajikan tentang uraian perencanaan secara menyeluruh yang meliputi
jadwal mobilisasi personil dan jadwal kegiatan, gambaran umum pekerjaan, pendekatan teknis dan
metodologi pelaksanaan pekerjaan serta rencana kerja.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan dapat dipakai sebagai pengarah dalam melakukan kegiatan
selanjutnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
3.1. Umum......................................................................................................................22
3.2. Klasifikasi Jalan........................................................................................................23
3.2.1. Klasifikasi jalan menurut fungsi atau peranannya.................................................23
3.2.2. Sistem Jaringan Jalan........................................................................................23
3.2.3. Jalan umum berdasarkan statusnya....................................................................24
3.2.4. Pengaturan Kelas Jalan.....................................................................................24
3.3. Bagian-Bagian Jalan.................................................................................................25
3.4. Perencanaan Geometrik Jalan...................................................................................26
3.4.1. Paramater-Parameter Geometrik Jalan...............................................................26
3.4.2. Alinyemen Jalan................................................................................................34
3.4.2.1. Alinyemen Horisontal.........................................................................................34
3.4.2.2. Alinyemen Horisontal.........................................................................................46
3.4.2.3. Koordinasi Alinyemen........................................................................................51
3.5. Perencanaan Perkerasan Jalan.................................................................................51
3.5.1. Jenis Perkerasan...............................................................................................51
3.5.2. Standar Perencanaan Perkerasan......................................................................52
3.5.3. Perencanaan Perkerasan Jalan Baru..................................................................53
3.5.3.1. Prosedur Perencanaan Perkerasan Jalan............................................................53
3.5.3.2. Umur Rencana..................................................................................................54
3.5.3.3. Pemilihan Struktur Perkerasan...........................................................................54
3.5.3.4. Lalu Lintas........................................................................................................55
3.5.3.4. Drainase Perkerasan.........................................................................................64
3.5.3.5. Desain Fondasi Jalan........................................................................................65
3.5.3.6. Desain Perkerasan............................................................................................72
3.5.4. Rehabilitasi Perkerasan.....................................................................................83
3.5.4.1. Lalu Lintas........................................................................................................83
3.5.4.2. Kondisi Perkerasan Eksisting.............................................................................84
LAPORAN AKHIR 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
8.1. Kesimpulan............................................................................................................141
8.2. Saran-Saran...........................................................................................................142
DAFTAR GAMBAR
LAPORAN AKHIR 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan adanya hal tersebut, maka pemerintah Provinsi Papua Selatan melalui Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PU-TR), melaksanakan Perencanaan Ruas Jalan Kuprik –
Jagebob - Erambu . Sehubungan dengan itu PT. FAYA KUNTURA AGUNG KONSULTINDO
yang dipercayakan untuk menangani ruas tersebut di atas guna menyiapkan dan
menyampaikan Laporan Akhir sebagai salah satu kewajiban yang tertuang dalam kontrak.
a. Survei Pendahuluan
b. Survei Lapangan
c. Analisis Data
1.5. Keluaran
Dalam pelaksanaan kegiatan ini akan dihasilkan keluaran, yang terdiri dari:
1.5.1. Laporan
a. Laporan Pendahuluan
LAPORAN AKHIR 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan,
sasaran, lingkup kegiatan dan lokasi kegiatan serta keluaran yang diharapkan.
Bab II Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi studi yang meliputi kondisi fisik
eksisiting, bangunan-bangunan dan lahan, kondisi sarana dan prasarana, serta kondisi sosial
ekonomi budaya secara umum di Provinsi Papua Selatan.
Bab III Pendekatan Teknis dan Metodologi
Bab ini menguraikan tentang pendekatan teknis dan metodologi yang digunakan
dalam merencanakan geometrik dan struktur perkerasan jalan.
Bab IV Hasil Survey Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang hasil identifikasi awal yang dilakukan dilapangan
Bab IV Rencana Kerja
Bab ini menguraikan susunan personil, tugas dan tanggung jawab personil, jadwal
mobilisasi personil serta rencana kerja beserta jadwal masing-masing kegiatan.
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
LAPORAN AKHIR 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Kabupaten Merauke Provinsi Papua Selatan memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Kabupaten Merauke memiliki ibukota yang terletak di Distrik Merauke. Kabupaten ini
terdiri dari 22 Distrik. Pendekatan geografis menuju daerah perencanaan dapat dilihat pada
peta di bawah ini.
8
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
terlihat sebagian besar daerah merupakan areal dataran yang berada pada ketinggian
antara 0–60 mdpl diatas permukaan laut. Wilayah yang benar-benar datar tersebut berada
sebagian besar pada daerah selatan dan tengah. Daerah tersebut merupakan sentra
penduduk yang memulai usaha pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan
konsentrasi pemukiman penduduk
9
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
curah hujan pertahun antara daerah Merauke Selatan dan bagian utara. Secara umum
terjadi peningkatan curah hujan pertahun dari daerah Merauke Selatan (1000 - 1500)
dibagian Muting, kemudian curah hujan dengan jumlah 1500 – 2000 mm/tahun terdapat di
Kecamatan Okaba dan sebagian Muting, selebihnya semakin menuju ke Utara curah
hujannya semakin tinggi. Perbedaan tersebut juga berlaku pada jumlah bulan basah yaitu
semakin kebagian utara masa basah sangat panjang sedangkan pada bagian selatan
terdapat masa basah yang relatif pendek. Kondisi iklim yang demikian berpeluang untuk dua
kali tanam. Musim hujan yang terjadi merupakan kendala terhadap kondisi jalan – jalan
tanah yang setiap tahun mengalami kerusakan Sementara disisi lain musim kemarau yang
panjang justru mengakibatkan kekurangan air bersih dan air irigasi bagi masyarakat dan
petani.
Berdasarkan data iklim yamg dikeluarkan oleh Kantor Meteorologi dan Geofisika
Merauke menunjukkan bahwa kecepatan angin hampir sama sepanjang tahun; di daerah
pantai bertiup cukup kencang sekitar 4 – 5 m/det dan dipedalaman berkisar 2 m/det.
Penyinaran matahari rata – rata di Merauke adalah 5,5 jam/hari pada bulan Juli dan yang
terbesar 8,43 jam/hari pada bulan September, dengan rata – rata harian selama setahun
sebesar 6,62 jam. Tingkat kelembapan udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh iklim
Tropis Basah, kelembapan rata – rata berkisar antara 78 – 81%..
Tabel 4. Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Merauke, 2022
10
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Tabel 5. Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Merauke, 2022
Sumber/Source: Stasiun Meteorologi Mopah dan Stasiun Klimatologi Tanah Miring/ Mopah
Meteorology Station and Tanah Miring Climatology Statio
2.5. Kependudukan
Tahun 2022 jumlah penduduk Kabupaten Merauke sebanyak 232.357 orang dengan luas
yang mencapai hingga 46.791,63 km2, sehingga kepadatan penduduk di Kabupaten Merauke
sebesar 4,97 orang/km2.
Tabel 6. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Merauke
11
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Sumber: BPS, Peksi Sensus Penduduk (SP) 2020(Juni)/Projection of Population Census 2020 (june)
12
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI) adalah
suatu indikator yang digunakan oleh United Nations Development Programme (UNDP)
untuk mengukur keberhasilan/kinerja pembangunan manusia suatu wilayah. Tiga dimensi
yang diukur yaitu; dimensi kesehatan yang diukur dari angka harapan hidup waktu lahir;
dimensi pendidikan dengan indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah
penduduk berusia 25 tahun ke atas; dan dimensi standar hidup layak atau kesejahteraan
penduduk dengan indicator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita untuk
menggambarkan paritas daya beli masyarakat (purchasing power parity). Pengelompokkan
IPM dilakukan ke dalam 4 (empat) kategori, yaitu:
1) Indeks Kesehatan
13
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
2) Indeks Pendidikan
Fasilitas umum yang terkait langsung dengan pekerjaan ini adalah di bidang fasilitas
jalan. Panjang jalan di Provinsi Papua Selatan dengan sumber data dari BPS Provinsi
Papua Selatan (Provinsi Papua Selatan dalam Angka 2022) dapat dilihat pada table-tabel
berikut :
14
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
15
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
16
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
17
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
18
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
19
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
20
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
21
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
BAB III
PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
3.1. Umum
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka
sebelumnya perlu ditentukan suatu pendekatan teknis yang digunakan agar dapat
dilaksanakan secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu
dan waktu kerja.
Pendekatan Teknis yang digunakan dalam kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut:
No. Dokumen Uraian
1 UU No. 38 Tahun 2004 Undang Undang tentang Jalan
2 UU No. 22 Tahun 2009 Undang Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3 PP No. 34 Tahun 2006 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Jalan
4 NSPM No. 010 / PW / 2004 Pedoman Pengukuran Topografi untuk Pekerjaan
Jalan dan Jembatan Buku 1 s/d Buku 4
5 MKJI 1997 Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
6 Pd.T-02-2006-B Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan
7 SE No. 04/SE/M/2010 Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum tentang
Pemberlakuan Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio
(CBR) dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
8 Permen PU No. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Persyaratan
19/PRT/M/2011 Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
9 MDP Revisi 2017 Manual Desain Perekerasan Jalan Edisi Revisi 2017 sesuai
No. 02/M/BM/2017 SE Dirjen Bina Marga No. 04/SE/Db/2017
10 SE Dirjen Bina Marga No. SE Dirjen Bina Marga tentang Spesifikasi Umum 2018
16.1/SE/Db/2020 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
11 Permen PUPR No. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
28/PRT/M/2016 Rakyat tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Bidang Pekerjaan Umum
12 Permen PUPR Nomor 14 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Tahun 2020 Rakyat tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi Melalui Penyedia
13 Surat Edaran No 18 / SE / Suplemen Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
Db / 2020
14 Surat Edaran No 20 / SE / Pedoman Desain Geometrik Jalan
Db / 2021
15 Pd T – 14 2003 Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
16 Pd T-10-2005-B. Pedoman penganganan tanah ekspansif untuk konstruksi
jalan
17 Standar Gorong-Gorong Persegi Beton Bertulang (Box
Culvert) Tipe Single, Tipe Double dan Tipe Triple
22
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Sesuai dengan peruntukkannya maka jalan terbagi atas jalan umum, dimana
peruntukkannya untuk lalu-lintas umum dan jalan khusus dimana peruntukkannya bukan
melayani lalu-lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
a) Jalan Arteri, jalan yang melayani angkutan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
b) Jalan Kolektor, jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c) Jalan Lokal, jalan yang melayani angkutan setempat/local dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d) Jalan Lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri jarak perjalanan dekat dan kecepatan rendah.
a) Sistem Jaringan Primer, merupakan system jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
23
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
a) Jalan Nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
b) Jalan Propinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/ kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c) Jalan Kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal,
serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten.Jalan Kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
d) Jalan Desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
24
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
a) Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan MST kurang/sama dengan 10 ton.
b) Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, local dan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan MST 8 Ton dengan lebar kendaraan kurang dari 2500
mm.
c) Jalan Kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan MST 8 Ton dengan lebar kendaraan kurang dari 2100
mm.
d) Jalan Kelas Khusus, yaitu Jalan Arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan
MST lebih dari 10 ton.
Ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan
ambang pengamannya.
Ruang milik jalan sebagaimana dimaksud meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar ruang manfaat jalan.
Ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang tertentu
di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
25
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Untuk penentuan lebar jalur dan lebar bahu jalan, dapat dilihat pada table berikut :
1) Memberikan Keamanan dan kenyamanan, seperti jarak pandang, ruang yang cukup bagi
manuver kendaraan dan koefisien gesek permukaan jalan yang cukup.
2) Menjamin suatu perencanaan yang ekonomis.
3) Memberikan suatu keseragaman geometri jalan sehubung dengan jenis medan.
1) Kendaraan Rencana
Kendaraan bermotor yang melalui jalan raya terdiri dari beragam jenis bentuk, dimensi
dan dayanya yang pada dasarnya dapat dikelompokkan atas kelompok Kendaraan Bermotor
dan kendaraan tidak bermotor.
26
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Kendaraan bermotor dapat dikelompokkan atas mobil penumpang, bis, angkutan barang,
dan lain-lain.
Ragam jenis ukuran, dimensi, bentuk kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak
bermotor, untuk memudahkan melakukan desain geometrik jalan, maka perlu ditentukan satu
jenis kendaraan rencana yang kemudian akan mendasari desain geometrik jalan.
Sifat dan karakteristik dari semua jenis kendaraan ini, akan diwakili oleh kendaraan rencana
pada waktu desainer menetapkan bagian-bagian jalan, lebar lajur kendaraan, jari-tikungan,
kelandaian geometrik serta lebar median apabila diperlukan tempat untuk memutar (U-Turn).
Volume yang umumnya dilakukan pada desain kapasitas ruas jalan adalah sebagai
berikut :
Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume Ialu lintas harian pada
akhir tahun rencana Ialu lintas dinyatakan dalam SMP/hari.
27
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
VJR adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan
dalam smp/jam, dihitung dengan rumus :
…………………………………………………(1)
VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang
diperlukan.
Tabel 15. Penentuan Faktor K dan Faktor F berdasarkan Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata
Tabel 16. Kecepatan Rencana, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan
28
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
4) Jarak Pandang
“Jarak Pandang” adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seseorang pengemudi pada
saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untk menghindari bahaya
tersebut dengan aman.
(3) Elemen Jh
Jh terdiri atas dua elemen jarak, yakni :
(a) Jarak Tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempatkan oleh kendaraan sejak
pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai
saat pengemudi menginjak rem, dan
(b) Jarak Pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan brhenti.
(4) Rumus yang digunakan, dapat dihitung dengan rumus :
Jh dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :
29
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Jh = ………………………………… (3)
30
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
70 105 105
80 130 120 130
90 160 160
100 185 175 185
110 220
120 250 250
130 285
b) Jarak Pandang Mendahului (Jd)
(1) Jarak
Jd adalah jarak yang memungkikan kendaraan mendahului kendaraan lain di
depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula (lihat
gambar di bawah ini)
Gambar 4. Ilustrasi Jarak Pandang Mendahuli
A B A
C C
d1 d2 d3 d4
d
m
G
A = Kendaraan yang mendahului
B = Kendaraan yang didahului kendaraan A
C = Kendaraan yang berlawanan arah
Jd = d1 + d2 + d3 + d4……………………………………….. (6)
31
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m)
d3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah
berlawanan setelah proses mendahului selesai
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan.
(4) Jarak Pandang Mendahului (Jd) sesuai ketentuan Bina Marga, 1997 sesuai tabel berikut:
Tabel 19. Jarak Pandang Mendahului Sesuai Ketentuan Bina Marga, 1997
VR 120 100 80 60 50 40 30 20
(Km/Jam
32
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
(5) Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum 30%
dari panjang total ruas jalan tersebut.
5) Kapasitas Jalan
Kapasitas Jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu
penampang bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil penumpang per jam.
Ratio volume/kapasitas disebut RVK adalah perbandingan antara volume lalulintas dengan kapasitas
jalan. Kapasitas rencana adalah kapasitas ideal dikalikan dengan faktor kondisi jalan yang
direncanakan (seperti terdapat dalam manual kapasitas jalan Indonesia, MKJI 1997). Sesuai dengan
Permen PU No 19/PRT/M/2011 nilai RVK ditentukan sesuai dengan fungsi jalan, yaitu :
1) Level of Service (LOS) ditentukan oleh : Volume, kapasitas, dan kecepatan lalu lintas.
2) Tingkat Pelayanan Jalan merupakan kondisi gabungan dari rasio volume dan
kapasitas (V/C) dan kecepatan. Rasio V/C juga disebut Derajat Kejenuhan (MKJI
1997).
Tabel 20. Tipe dan deskripsi tingkat pelayanan jalan (sumber : HCM, 1995)
Tipe Deskripsi Kondisi Jalan % Free Flow Derajat Kejenuhan
Speed (Q/C)
A Arus lalulintas bebas tanpa hambatan. 0,35
90
Volume dan kepadatan lalulintas rendah.
Kecepatan kendaraan merupakan pilihan
pengemudi.
33
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Alinyemen horizontal adalah kumpulan titik-titik yang membentuk garis (lurus dan
lengkung) sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang horizontal. Rencana Alinyemen
horizontal pada peta perencanaan juga dikenal sebagai Trase jalan.
1. Gaya sentrifugal.
3. Bentuk-bentuk tikungan.
4. Diagram Superelevasi.
34
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Pada perencanaan alinyemen horisontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian
jalan, yaitu : bagian lurus, dan bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari
tiga jenis tikungan yang digunakan, yaitu :
1) Bagian Lurus
Panjang maksimum bagian lurus, harus dapat ditempuh dalam waktu ≤ 2,5 menit
(sesuai VR) dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat dari kelelahan.
2) Tikungan
(1) Jari-Jari Minimum
Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V) akan menerima gaya
sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal
tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan yang disebut
superelevasi (e).
Pada saat kendaraan melalui daerah superelevasi, akan terjadi gesekan arah
melintang jalan antara ban kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya
gesekan melintang. Permukaan gaya gesekan melintang dengan gaya normal disebut
koefisien melintang (f).
35
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
R= ……………………………………… (10)
D= ……………………………………... (11)
D = derajat lengkung
36
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Jika bagian-bagian lurus dari jalan tersebut akan memotong titik yang diberi nama PI
(Point of Intersection). Sudut yang dibentuk dari kedua garis lurus tersebut, dinamakan “sudut
perpotongan”, bersimbol . Jarak antara TC – PI diberi symbol Tc. Ketajaman lengkung
dinyatakan oleh radius Rc. Jika lengkung yang dibuat simetris, maka garis O – PI merupakan
garis bagi sudut TC – O – CT. Jarak antara titik PI dan busur lingkaran dinamakan Ec. Lc
adalah panjang busur lingkaran.
Tc = Rc tg ½
37
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Ec = = Tc tg ½
Lc = ( / 180) Rc = 0.01745 Rc
Guna membuat ruangan untuk spiral sehingga lengkung peralihan dapat ditempatkan
di ujung lengkung spiral, maka lengkung lingkaran tersebut digeser ke dalam pada posisi FF’,
dimana HF = H’F’ = p terletak sejauh k awal lengkung peralihan (gambar 6).
x = L (1 – L2 / 40R2) y = L+2+ / 6R
38
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
s = = radian
s = = derajat
= - 2 s
Es = (Rc + p) sec ½ - Rc
Ts = (Rc + p) tg ½ + k
Lc = /180 Rc
Lc untuk lengkung s-c-s ini sebaiknya ≥ 20 m, hal ini sangat dipengaruhi oleh
besarnya sudut . Jadi terdapat radius minimum yang dapat dipergunakan untuk
perencanaan lengkung berbentuk spiral-lingkaran-spiral sehubungan dengan besarnya sudut
, kecepatan rencana dan batasan superelevasi maksimum yang dipilih.
39
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Ls = ……………………………. Ls ≥ Ls min
p = p* Ls
k = k* Ls
L = 2Ls
Ts = (Rc + p) tg ½ + k
Es = (Rc + p) sec ½ = Rc
3) Pencapaian Superelevasi
● Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada bagian
jalan yang harus sampai ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian lengkung.
40
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
● Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear diawali dari bentuk
normal sampai awal lengkung peralihan (Ts) pada bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan
sampai superelevasi penuh pada akhir bagian lengkung peralihan (SC).
● Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linier (lihat gambar – 3.8)
diawal dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran penuh
sepanjang 1/3 Ls.
● Pada tikungan S-S, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian spiral.
● Superelevasi tidak diperlukan jika radius (R) cukup besar, untuk itu cukup lereng luar
diputar sebesar lereng normal (LP), atau bahkan tetap lereng normal (LN).
Tabel 23. Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi
yang diperlukan, untuk emak = 10% dan fmak = 0,153.
VR = 60 km/jam
D R E (LS Panjang Lengkung peralihan (m)
(°) (M) 1 2 3 Pembulatan
0.25 5730 LN 50 0 38 50
0.50 2865 LN 50 1 38 50
0.75 1910 LP 50 1 38 50
1.00 11432 LP 50 2 38 50
1.25 1146 LP 50 3 38 50
1.50 955 0.023 50 3 38 50
1.75 819 0.026 50 4 38 50
2.00 716 0.029 50 5 38 50
2.50 573 0.039 50 6 38 50
3.00 477 0.042 50 8 38 50
3.50 407 0.048 50 9 38 50
4.00 358 0.0554 50 11 38 50
4.50 318 0.059 50 13 38 50
5.00 286 0.064 50 15 38 50
6.00 239 0.072 50 20 38 50
7.00 205 0.080 50 25 38 50
8.00 179 0.086 50 31 38 50
9.00 159 0.091 50 37 38 60
10.00 143 0.095 50 44 38 60
11.00 130 0.098 50 51 38 60
12.00 119 0.099 50 59 3 60
41
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
4) Landai Relatif
Kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan diantara tepi
perkerasan luar dan sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan disebut landai relatif.
Persentase kelandaian ini disesuaikan dengan kecepatan rencana dan jumlah jalur yang ada.
Untuk praktis, dapat digunakan besaran pada tabel 21, atau dihitung dengan rumus :
5) Diagram Superelevasi
(1) Metode
Metode untuk melakukan superelevasi yaitu merubah lereng potongan melintang,
dilakukan dengan bentuk profil dari tepi perkerasan yang dibundarkan, tetapi disarankan
cukup untuk mengambil garis lurus saja.
42
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
(2) Diagram
Pembuatan diagram superelevasi antara cara AASHTO dan cara Bina Marga dan
sedikit perbedaan, yaitu :
a. Cara AASHTO, penampang melintang sudah mulai berubah pada titik TS.
b. Cara Bina Marga, penampang melintang pada titik TS masih berupa penampang
melintang normal seperti pada gambar-gambar berikut :
Gambar 8. Diagram Superelevasi Full Circle
43
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
1. pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda depan, sehingga
lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan belakang
kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan lintasan roda depan dan
roda belakang kendaraan.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya tetap
pada lajur jalannya terutama pada tikungan-tikungan yang tajam atau pada kecepatan-
kecepatan yang tinggi.
Untuk menghindari hal tersebut diatas maka pada tikungan-tikungan yang tajam
perlu perkerasan jalan diperlebar. Pelebaran perkerasan ini merupakan factor dari jari-jari
lengkung, kecepatan kendaraan, jenis dan ukuran kendaraan rencana yang dipergunakan
sebagai dasar perencanaan. Pada umumnya truk tunggal merupakan jenis kendaraan yang
dipergunakan sebagai dasar penentuan tambahan lebar perkerasan yang dibutuhkan. Tetapi
pada jalan-jalan dimana banyak dilewati kendaraan berat, jenis kendaraan semitrailer
merupakan kendaraan yang cocok dipilih untuk kendaraan rencana. Tentu saja pemilihan
jenis kendaraan rencana ini sangat mempengaruhi kebutuhan akan pelebaran perkerasan
dan biaya pelaksanaan jalan tersebut.
44
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 3.9a yang berdasarkan kendaraan rencana truk
tunggal.
Rw = Radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal untuk
lajur sebelah dalam yang besarnya dipengaruhi oleh tonjolan depan kendaraan
dan sudut belokan roda depan ().
Ri = Radius lengkung terdalam dari lintasan kndaraan pada lengkung horizontal untuk
lajur sebelah dalam yang besarnya dipengaruhi oleh jarak gandar kendaraan (p).
45
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Z = 0,105 V/R
Dimana :
R = Radius lengkung, m
Kebebasan samping di kiri dan kanan jalan tetap harus dipertahankan demi
keamanan dan tingkat pelayanan jalan. Kebebasan samping sebesar 0,5 m, 1 m, dan 1,25
m cukup memadai untuk jalan dengan lebar lajur 6,00 m, 7,00 m dan 7.50 m.
Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan perlahan-lahan dari awal lengkung ke
bentuk lengkung penuh dan sebaliknya, hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk lintasan
yang baik bagi kendaraan yang hendak memasuki lengkung atau meninggalkannya.
Alinyemen vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang
ditinjau, berupa profil memanjang.
Pada perencanaan alinyemen vertikal akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan
kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dan
lengkung cekung. Disamping kedua lengkung tersebut ditemui pula kelandaian = 0 (datar).
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keadaan topografi yang dilalui route jalan rencana.
Kondisi topografi tidak saja berpengaruh pada perencanaan alinyemen horisontal tetapi juga
mempengaruhi perencanaan vertikal.
1) Kelandaian
Untuk menghitung dan merencanakan lengkung vertikal, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
(1) Karakteristik Kendaraan pada Kelandaian
Hampir seluruh kendaraan penumpang dapat berjalan baik dengan kelandaian 7 – 8
% tanpa ada perbedaan dibandingkan pada bagian datar.
Pengamatan menunjukkan bahwa untuk mobil penumpang pada kelandaian 3% hanya
sedikit sekali pengaruhnya dibandingkan dengan jalan datar sedangkan untuk truk,
kelandaian akan lebih besar pengaruhnya.
46
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Kelandaian
3 3 4 5 8 9 10 10
Maksimum (%)
47
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
bawah VR, sedangkan kendaraan lain masih dapat bergerak dengan VR, sebaiknya
dipertimbangan untuk dibuat lajur tambahan pada bagian kiri dengan ketentuan untuk jalan
baru menurut MKJI didasarkan pada BSH (Biaya siklus Hidup).
- Lengkung Cembung
- Lengkung Cekung
Rumus yang digunakan :
x = (3.9a)
y = (3.9b)
48
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
dimana :
y = Perbedaan elevasi antara titik P dan titik yang ditinjau pada Sta (m)
Ev = (3.10)
Untuk : x = ½ L, y = Ev
49
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
● Kenyamanan pengemudi
● Ketentuan drainase
50
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
L= (3.13)
3.4.2.3. Koordinasi Alinyemen
Beberapa ketentuan atau syarat sebagai panduan yang dapat digunakan untuk
proses alinyemen, sebagai berikut :
● Alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal terletak pada satu pahse, dimana alinyemen
horisontal sedikit lebih panjang dari alinyemen vertikal, demikian pula tikungan horisontal harus
satu phase dengan tanjakan vertikal.
● Tikungan tajam yang terletak di atas lengkung vertikal cembung atau di bawah lengkung
vertikal cekung harus dihindarkan, karena hal ini akan menghalangi pandangan mata
pengemudi pada saat memasuki tikungan pertama dan juga jalan terkesan putus.
● Pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang, sebaiknya tidak dibuat lengkung vertikal
cekung, karena pandangan pengemudi akan terhalang oleh puncak alinyemen vertikal,
sehingga sulit untuk memperkirakan alinyemen di balik puncak tersebut.
● Tikungan tajam yang terletak di antara bagian jalan yang lurus dan panjang, harus dihindarkan.
51
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Standar yang digunakan dalam perencanaan atau desai perkerasan jalan telah mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Standar yang digunakan tersebut berupa pedoman dan
manual. Berikut ini adalah acuan standar perencanaan perkerasan jalan :
1) Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen SKBI 2.3.26.1987 (No. SNI 1732-1989-F).
2) Pedoman Pd T-01-2002-B Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Metoda Empiris).
3) Pedoman Pd T-14-2003 Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen.
4) Pedoman Pd T-05-2005-B Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur
dengan Metode Lendutan.
52
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
53
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
8) Menentukan detail desain yang meliputi dimensi pelat beton, penulangan pelat,
posisi dowel dan tie bar, ketentuan sambungan dan sebagainya sesuai Pd T-14-
2003
9) Menetapkan kebutuhan daya dukung tepi perkerasan
Umur rencana perkerasan baru dinyatakanpada Tabel 2.8 pada buku pedoman manual
desain perkerasan berikut ini.
Tabel 28. Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru (UR)
Pemilihan jenis perkerasan akan bervariasi berdasarkan volume lalu lintas, umur
rencana, dan kondisi fondasi jalan. Batasan pada Tabel 29 tidak mutlak, perencana harus
mempertimbangkan biaya terendah selama umur rencana, keterbatasan dan kepraktisan
pelaksanaan. Pemilihan alternatif desain berdasarkan manual ini harus didasarkan pada
discounted life cycle cost terendah.
54
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Parameter yang penting dalam analisis struktur perkerasan adalah data lalu lintas yang
diperlukan untuk menghitung beban lalu lintas rencana yang dipikul oleh perkerasan selama umur
rencana. Beban dihitung dari volume lalu lintas pada tahun survei yang selanjutnya diproyeksikan ke
depan sepanjang umur rencana.
Volume tahun pertama adalah volume lalu lintas sepanjang tahun pertama setelah
perkerasan diperkirakan selesai dibangun atau direhabilitasi.
Elemen utama beban lalu lintas dalam desain adalah:
55
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Analisis volume lalu lintas didasarkan pada survei yang diperoleh dari:
1. Survei lalu lintas, dengan durasi minimal 7 x 24 jam. Survei dapat dilakukan secara
manual mengacu pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas (Pd T-19-2004-B)
atau menggunakan peralatan dengan pendekatan yang sama.
2. Hasil – hasil survei lalu lintas sebelumnya.
3. Nilai perkiraan dari butir 4.10 untuk jalan dengan lalu lintas rendah.
Dalam analisis lalu lintas, penentuan volume lalu lintas pada jam sibuk dan lalu lintas harian
rata – rata tahunan (LHRT) mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Penentuan nilai
LHRT didasarkan pada data survei volume lalu lintas dengan mempertimbangkan faktor k. Perkiraan
volume lalu lintas harus dilaksanakan secara realistis. Rekayasa data lalu lintas untuk meningkatkan
justifikasi ekonomi tidak boleh dilakukan untuk kepentingan apapun. Jika terdapat keraguan terhadap
data lalu lintas maka perencana harus membuat survei cepat secara independen untuk memverifikasi
data tersebut.
Akurasi data lalu lintas penting untuk menghasilkan desain perkerasan yang efektif. Data
harus harus meliputi semua jenis kendaraan komersial. Apabila diketahui atau diduga
terdapat kesalahan data, harus dilakukan penghitungan lalu lintas khusus sebelum
perencanaan akhir dilakukan.
c) Jenis Kendaraan
Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan dalam Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas
(PdT-19-2004-B). Beban gandar kendaraan penumpang dan kendaraan ringan sampai
sedang cukup kecil sehingga tidak berpotensi menimbulkan kerusakan struktural pada
perkerasan. Hanya kendaraan niaga dengan jumlah roda enam atau lebih yang perlu
diperhitungkan dalam analisis.
d) Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
Faktor pertumbuhan lalu lintas berdasarkan data–data pertumbuhan series (historical
growth data) atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lain yang berlaku. Jika
tidak tersedia data maka Tabel 30 dapat digunakan (2015 – 2035).
Tabel 30. Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas (i) (%)
56
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Lajur rencana adalah salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan yang menampung lalu
lintas kendaraan niaga (truk dan bus) paling besar. Beban lalu lintas pada lajur rencana
dinyatakan dalam kumulatif beban gandar standar (ESA) dengan memperhitungkan factor
distribusi arah (DD) dan faktor distribusi lajur kendaraan niaga (DL).
Untuk jalan dua arah, faktor distribusi arah (DD) umumnya diambil 0,50 kecuali pada
lokasi-lokasi yang jumlah kendaraan niaga cenderung lebih tinggi pada satu arah tertentu.
Faktor distribusi lajur digunakan untuk menyesuaikan beban kumulatif (ESA) pada jalan
dengan dua lajur atau lebih dalam satu arah. Pada jalan yang demikian, walaupun
57
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
sebagian besar kendaraan niaga akan menggunakan lajur luar, sebagian lainnya akan
menggunakan lajur-lajur dalam. Faktor distribusi jalan yang ditunjukkan pada Tabel 31.
Beban desain pada setiap lajur tidak boleh melampaui kapasitas lajur selama umur
rencana. Kapasitas lajur mengacu Permen PU No.19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan berkaitan rasio antara volume dan
kapasitas jalan yang harus dipenuhi.
Dalam desain perkerasan, beban lalu lintas dikonversi ke beban standar (ESA) dengan
menggunakan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor). Analisis struktur
perkerasan dilakukan berdasarkan jumlah kumulatif ESA pada lajur rencana sepanjang
umur rencana.
Desain yang akurat memerlukan perhitungan beban lalu lintas yang akurat pula. Studi atau
survei beban gandar yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik merupakan dasar
perhitungan ESA yang andal. Oleh sebab itu, survei beban gandar harus dilakukan apabila
dimungkinkan.
58
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Timbangan survei beban gandar yang menggunakan sistem statis harus mempunyai
kapasitas beban roda (tunggal atau ganda) minimum 18 ton atau kapasitas beban sumbu
tunggal minimum 35 ton.
Jika survei beban gandar tidak mungkin dilakukan oleh perencana dan data survei beban
gandar sebelumnya tidak tersedia, maka nilai VDF pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 dapat
digunakan untuk menghitung ESA.
Tabel 33. menunjukkan nilai VDF regional masing-masing jenis kendaraan niaga yang
diolah dari data studi WIM yang dilakukan Ditjen Bina Marga pada tahun 2012 – 2013.
Data tersebut perlu diperbarui secara berkala sekurang-kurangnya setiap 5 tahun.
Apabila survei lalu lintas dapat mengidentifikasi jenis dan muatan kendaraan niaga, dapat
digunakan data VDF masing-masing jenis kendaraan menurut tabel 34.
Untuk periode beban faktual (sampai tahun 2020), digunakan nilai VDF beban nyata.
Untuk periode beban normal (terkendali) digunakan VDF dengan muatan sumbu terberat
12 ton.
59
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Perkiraan beban gandar kawasan dengan lalu lintas rendah dapat mengacu Tabel 33.
60
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
61
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
62
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Berdasarkan pedoman desain perkerasan kaku (Pd T-14-2003), beban lalu lintas desain
didasarkan pada distribusi kelompok sumbu kendaraan niaga (heavy vehicle axle group,
HVAG) dan bukan pada nilai ESA. Karakteristik proporsi sumbu dan proporsi beban setiap
kelompok sumbu dapat menggunakan data hasil survei jembatan timbang atau mengacu
pada Lampiran D.
Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESAL)
merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur desain selama
umur rencana, yang ditentukan sebagai berikut:
Pada daerah dengan lalu lintas rendah, jika data lalu lintas tidak tersedia atau diperkirakan
terlalu rendah maka Tabel 35. dapat digunakan:
63
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Tabel 35. Perkiraan Lalu Lintas Untuk Jalan Lalu Lintas Rendah
64
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
● Seluruh lapis fondasi bawah (subbase) harus dapat mengalirkan air atau cukup
permeable.
● Desain pelebaran perkerasan harus memastikan bahwa air dari lapis granular terbawah
● Lintasan drainase yang kurang dari 500 mm dari tepi luar lapis granular ke tepi verge
● French drains dalam arah melintang pada setiap titik terendah arah memanjang dan
● Jika lapis fondasi bawah lebih rendah dari ketinggian tanah disekitarnya, maka harus
dipasang subdrain (apabila memungkinkan hindari kondisi seperti ini dengan membuat
desain geometrik yang baik).
● Jika subdrain tidak tersedia, atau jika muka air tanah lebih tinggi dari 600 mm di bawah
tanah dasar, maka sesuaikan tebal lapisan berbutir dengan menggunakan nilai factor
“m” sesuai dengan klausul 2.4.1 dari AASHTO Pavement Design Guide 1993 dan Tabel
5.2.
● Subdrain harus dibuat berdekatan dengan saluran U atau struktur lain yang berpotensi
menghalangi aliran air dari setiap lapisan fondasi bawah. Sulingan pada dinding
saluran tepi tidak dapat diandalkan untuk berfungsi sebagai subdrain.
● Subdrain harus dipasang dengan kemiringan seragam tidak kurang dari 0.5% untuk
memastikan bahwa air dapat bebas mengalir melalui subdrain ke titik-titik pembuangan.
Selain itu, harus disediakan akses untuk memudahkan pembersihan subdrain pada
interval jarak tidak lebih dari 60 m. Level inlet dan outlet subdrain harus lebih tinggi dari
level banjir
65
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
● Untuk jalan dengan median pemisah, sistim subdrain pada median harus dibuat jika
66
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Dalam semua kasus, selain yang diuraikan untuk lapis penopang, tingkat
kepadatan yang disyaratkan pada timbunan dan tanah dasar harus dicapai.
Umur rencana fondasi untuk jalan baru dan pelebaran minimum 40 tahun dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a) Fondasi perkerasan tidak dapat ditingkatkan selama masa pelayanan, kecuali
dengan cara rekonstruksi menyeluruh.
b) Perkerasan lentur dengan desain fondasi di bawah standar mungkin memerlukan
perkuatan dengan lapisan aspal tambahan berulangkali selama masa
pelayanannya sehingga biaya total perkerasan (lifecycle cost) menjadi lebih
mahal dibandingkan dengan perkerasan yang didesain dengan baik.
c) Perkerasan kaku di atas tanah lunak dengan desain fondasi di bawah standar
(under design) cenderung mengalami keretakan dini yang dalam kasus terburuk
mungkin memerlukan penggantian pelat beton.
3.5.3.6.4. Penurunan
Batasan penurunan timbunan di atas tanah lunak untuk mencegah timbulnya masalah
pada perkerasan diuraikan pada Tabel 38 . Batasan tersebut tidak boleh dilampaui
terutama pada perkerasan kaku.
67
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Tabel 37. Batasan Penurunan (settlement) pada Timbunandi atas Tanah Lunak Setelah Pelaksanaan Perkerasan
68
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
● f = 1,645 (probabilitas 95%), untuk jalan tol atau jalan bebas hambatan.
● Koefisien variasi (CV) maksimum dari data CBR untuk suatu segmen tidak
lebih besar dari 25%. Koefisien variasi sampai dengan 30% masih boleh
digunakan.
Apabila jumlah data per segmen kurang dari 10 maka nilai CBR terkecil dapat
mewakili sebagai CBR segmen.
b) Metode persentil
Metode persentil menggunakan distribusi data nilai CBR pada segmen seragam
yang dianggap terdistribusi secara normal. Nilai persentil ke “x” dari suatu
kumpulan data membagi kumpulan data tersebut dalam dua bagian, yaitu bagian
yang mengandung “x” persen data dan bagian yang mengandung (100 – x) persen
data.
Nilai CBR yang dipilih adalah adalah nilai persentil ke 10 (10 th percentile) yang
berarti 10% data segmen yang bersangkutan lebih kecil atau sama dengan nilai
CBR pada persentil tersebut. Atau: 90% dari data CBR pada segmen seragam
tersebut lebih besar atau sama dengan nilai CBR pada persentil tersebut.
Prosedur perhitungan untuk presentil ke – 10 adalah sebagai berikut:
i. Susun data CBR secara berurutan dari nilai terkecil hingga terbesar.
ii. Hitung jumlah total data nilai CBR (n).
69
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
iii. Hitung 10% dari (n), nilai yang diperoleh disebut sebagai indeks.
iv. ika indeks yang diperoleh dari langkah (iii) merupakan bilangan pecahan,
lakukan pembulatan ke bilangan terdekat dan lanjutkan ke langkah v(a).
Jika indeks yang dihasilkan berupa bilangan bulat, lanjutkan ke langkah
v(b).
v. (a) Dari kumpulan data yang sudah diurutkan (langkah 1), hitung mulai
dari data terkecil hingga mencapai data diurutan yang diperoleh dari
langkah 3. Nilai CBR pada urutan tersebut adalah nilai CBR persentil ke –
10.
v. (b) Dari kumpulan data yang sudah diurutkan (langkah 1), hitung mulai
dari data terkecil hingga mencapai data diurutan yang diperoleh dari
langkah 3. Nilai CBR persentil ke – 10 adalah nilai rata-rata dari dua nilai
CBR yaitu CBR pada urutan tersebut dan urutan berikutnya.
Tanah ekspansif adalah tanah dengan potensi mengembang (swelling) lebih dari 5%
(diukur dengan pengujian CBR rendaman SNI No. 03-1774-1989 pada kadar air optimum dan
kepadatan kering 100%). Pada umumnya tanah dengan IP > 70% bersifat ekspansif.
● Variasi kadar air tanah dasar harus sekecil mungkin. Alterntaif pengendaliannya
antara lain dengan menutup bahu jalan (sealed shoulder), saluran samping
diperkeras, pembuatan saluran melintang (cut-off drain) dan pencegah aliran
(flow inhibitors) seperti pemasangan lembar plastik secara vertikal pada tanah
dasar.
70
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Bagan Desain - 2 menunjukkan tebal minimum lapis penopang untuk mencapai CBR
desain 6% yang digunakan untuk pengembangan Katalog Desain tebal perkerasan. Apabila
lapis penopang akan digunakan untuk kendaraan konstruksi mungkin diperlukan lapis
penopang yang lebih tebal.
71
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Jika tanah asli jenuh atau cenderung akan jenuh pada masa pelayanan, geotekstil
sebagai pemisah harus dipasang di antara lapis penopang dan tanah asli. Material
lapis penopang yang terletak langsung di atas geotekstil harus material berbutir.
72
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
73
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Tanah dasar yang akan dijadikan dasar perletakan struktur fondasi perkerasan lentur
dapat berupa tanah dasar normal, tanah lunak, tanah alluvial kering, atau tanah gambut.
Setiap jenis tanah dasar tersebut memiliki perlakuan tersendiri untuk perbaikannya, terutama
untuk tanah dasar selain tanah dasar normal. Perbaikan tanah dasar pada setiap jenis tanah
dasar dapat dilihat pada Bagan Desain – 2 di atas.
Ketentuan berikut ini membahas tanah dasar di bawah perkerasan kaku selain tanah
lunak atau gambut yang telah dibahas sebelumnya. Pedoman perencanaan Pd T-14-2003
mensyaratkan nilai CBR ekivalen tanah dasar normal ditentukan sebagai berikut:
Apabila fondasi perkerasan terdiri dari beberapa lapis atau apabila tanah dasar asli
terdiri dari beberapa lapis dengan kekuatan tertinggi terletak pada lapis paling atas
maka CBR tanah dasar ditentukan sesuai formula berikut:
CBR efektif tanah dasar hendaknya tidak kurang dari 6%. Gunakan stabilisasi apabila
diperlukan (lihat ketentuan 6.6.2 mengenai CBR rencana stabilisasi tanah dasar).
74
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Solusi lain dapat dipilih untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat. Namun
demikian, disarankan untuk tetap menggunakan bagan tersebut di atas sebagai
langkah awal untuk semua desain.
3.5.3.6.2. Metode Desain Perkerasan Lentur dengan Lapis Beraspal
Basis dari prosedur desain perkerasan lentur dengan campuran beraspal yang
digunakan pada manual ini adalah karakteristik mekanik material dan analisis struktur
perkerasan secara mekanistik. Metode ini menghubungkan masukan berupa beban
roda, struktur perkerasan dan sifat mekanik material, dengan keluaran berupa respons
perkerasan terhadap beban roda seperti tegangan, regangan atau lendutan.
Tipikal system perkerasan lentur berdasarkan pendekatan mekanistik dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 11. Typikal Sistem Perkerasan
75
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Prosedur desain perkerasan lentur menggunakan pendekatan mekanistik dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 12. Prosedur Desain Perkerasan Lentur menggunakan pendekatan mekanistik
3.5.3.6.3. Metode Desain Perkerasan Jalan Kerikil atau Perkerasan dengan Penutup Tipis
76
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Metode desain perkerasan secara empiris berlaku untuk perkerasan dengan lapis
agregat (unbounded) tanpa lapis penutup, atau dengan lapis penutup berupa laburan (burtu
atau burda), atau dengan penutup berupa lapisan beraspal degan tebal kurang dari 40 mm.
Bagan desain dikembangkan secara empiris atas dasar daya dukung tanah dasar dan tebal
perlu perkerasan untuk melindungi tanah dasar terhadap beban lalu lintas untuk mencegah
alur dan perubahan bentuk permanen.
Walaupun metode mekanistik dapat diterapkan untuk jalan kerikil akan tetapi
keandalan pendekatan tersebut untuk perkerasan dengan aspal tipis masih dipertanyakan.
Asumsi yang digunakan pada metode mekanistik yang ada dianggap belum memadai antara
lain adalah:
● Asumsi bahwa lapis penutup terikat sepenuhnya (fully bounded) dengan lapis
agregat.
● Beban horizontal yang terjadi akibat efek mengerem, percepatan, membelok dan
mendaki diabaikan.
● Lapis yang tipis di atas lapis agregat dianggap seragam walaupun pada
kenyataannya keseragaman sulit dicapai antara lain karena tipisnya lapisan aspal
dan suhu campuran yang cepat menurun.
3.5.3.6.4. Perkerasan Kaku
Bagan Desain perkerasan lentur dan perkerasan kaku dapat dilihat dibawah ini.
77
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
78
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
79
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
80
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
81
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
82
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
83
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
84
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Umur rencana untuk berbagai jenis penanganan ditunjukkan pada Tabel 39.
Ketentuan lain mengenai analisis lalu lintas, penentuan nilai VDF dan lain-lain, mengacu pada
Bagian 1 Struktur Perkerasan Baru.
85
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Prosedur penentuan nilai CBR untuk rehabilitasi sama dengan prosedur penentuan
nilai CBR tanah dasar untuk penanganan tanah dasar termasuk untuk tanah ekspansif dan
tanah lunak pada jalan baru. Akan tetapi Prosedur yang sama juga berlaku untuk pekerjaan
rehabilitasi jalan. Akan tetapi, pada pekerjaan rehabilitasi adanya lapis perkerasan eksisting
membuat penanganan lebih lanjut pada tanah dasar tidak diperlukan, kecuali untuk lokasi
yang memerlukan rekonstruksi dan heavy patching. Daya dukung tanah dasar diukur dengan
menggunakan:
Tanah dasar dan ketebalan perkerasan eksisting sangat beragam, sehingga harus dibagi
dalam segmen-segmen yang homogen. Nilai karakteristik yang digunakan dalam perencanaan sesuai
prinsip-prinsip yang sama seperti untuk analisis tanah dasar perkerasan baru, sebagai berikut:
a) Koefisien variasi segmen yang homogen = (standar deviasi CBR)/(CBR rata-rata), dan
tidak boleh melebihi 0,3.
b) CBR karakteristik = CBR rata-rata – 1,28 x standar deviasi.
c) Ketebalan sisa perkerasan eksisting sesudah penanganan yang lain = ketebalan sisa
rata-rata – 1,28 x standar deviasi.
86
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
diperbaiki terlebih dahulu sebelum pelapisan. Sering terjadi kerusakan overlay terjadi akibat
tidak diperbaikinya kerusakan perkerasan eksisting sebelum overlay.
Dari segi biaya, perencana perlu mempertimbangkan untung rugi (trade-off) antara
biaya perbaikan sebelum pelapisan dengan jenis perkerasan overlay. Apabila kerusakan
perkerasan eksisting cukup berat dan meluas, pelapisan dengan perkerasan kaku mungkin
memerlukan biaya pre-overlay yang lebih rendah tetapi memerlukan biaya pelapisan yang
lebih tinggi, dan sebaliknya dengan perkerasan lentur.
Kerusakan perkerasan yang memerlukan tindakan rehabilitasi tidak selalu dipicu oleh
kerusakan yang secara langsung terkait dengan beban lalu lintas dan daya dukung struktur
perkerasan. Kerusakan perkerasan lentur maupun kaku sering disebabkan oleh air yang
masuk kedalam struktur perkerasan.
Pada kawasan tropis dengan curah hujan yang tinggi sering dijumpai kasus
perkerasan yang awalnya mempunyai kinerja yang baik selama musim kemarau, mengalami
kerusakan berat secara drastis setelah memasuki musim hujan. Dalam kasus seperti ini,
selama air sebagai penyebab utama tidak ditangani, potensi kerusakan akan berulang cukup
besar apapun bentuk penanganan struktur perkerasan yang dilakukan. Oleh sebab itu, di
dalam perencanaan rehabilitasi perencana harus menyelidiki apakah diperlukan perbaikan
system drainase untuk mengoreksi penurunan kinerja perkerasan.
Tingkat kerusakan perkerasan akibat air menentukan tingkat penyelidikan yang perlu
dilakukan untuk mengevaluasi kondisi drainase. Namun demikian, rendahnya tingkat
kerusakan perkerasan akibat air tidak berarti bahwa perkerasan bersangkutan bebas dari
masalah kerusakan akibat air, karena mungkin saja ada potensi terjadinya kerusakan akibat
air.
87
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
mencegah kerusakan akibat air, perencana harus memahami mekanisme kerusakan atau
percepatan kerusakan perkerasan akibat air.
Pemilihan perkerasan bervariasi tergantung pada lalu lintas dan umur rencana, serta
jenis penanganan seperti ditunjukkan pada Tabel 40.
1) Biaya selama masa pelayanan (discounted lifecycle cost) terendah dan praktis untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu, biaya setiap opsi harus dihitung dan pilih solusi dengan
biaya yang paling murah.
2) Umur rencana overlay perkerasan lentur adalah 10 tahun.
3) Jika tebal overlay yang dibutuhkan lebih dari 100 mm (untuk jalan dengan lalu lintas
sampai dengan 4x106 ESA5) atau melebihi 150 mm – 210 mm (untuk jalan dengan lalu
lintas lebih dari 4x106 ESA5), dan pada semua kasus perkerasan eksisting dalam
kondisi rusak berat (heavy patching dibutuhkan > 30% area perkerasan),
pertimbangkan opsi rekonstruksi penuh daripada overlay.
4) Bahan pengikat modifikasi memberikan manfaat yang signifikan namun membutuhkan
sumber daya kontraktor dan keahlian yang sering kali tidak tersedia. Aspal modifikasi
hanya bisa digunakan jika sumber daya dan keahlian yang dibutuhkan tersedia. Aspal
modifikasi dapat memperlebar rentang volume beban lalu lintas untuk penggunaan
overlay aspal tipis dan lapis aus dengan lalu lintas berat.
5) Perkerasan kaku dapat menjadi solusi yang tepat untuk jalan yang rusak berat dengan
beban lalu lintas 20 tahun > 30x106 ESA4, namun demikian perbandingan desain dan
analisis biaya perlu dilakukan.
6) Daur ulang (recycling) membutuhkan peralatan dan kontraktor dengan keahlian khusus.
88
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Prosedur perencanaan tebal overlay berdasarkan beban lalu lintas sebagai berikut :
89
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Penjelasan lebih rinci mengenai lengkung lendutan dan ilustrasi penggunaan kedua
grafik desain tersebut diuraikan pada butir 6.5.
3) Lalu Lintas lebih besar 10x106 ESA4 atau 20x106 ESA5
Untuk pekerjaan rehabilitasi dengan beban lalu lintas lebih besar daripada 10x10 6 ESA4
atau lebih besar daripada 20x106 ESA5 harus digunakan prosedur mekanistik empiris
atau metode metode Pt T-01-2002-B atau metode AASHTO 1993.
Pada prosedur mekanistik empiris, data lendutan permukaan dan tebal perkerasan
eksisting digunakan untuk perhitungan-balik (back calculation) nilai modulus lapisan
perkerasan. Selanjutnya nilai modulus ini digunakan untuk menentukan solusi desain
rekonstruksi atau overlay dengan program analisis perkerasan multi-layer. Garis besar
prosedur mekanistik empiris diuraikan pada Bab 7 Manual Bagian 1.
Pada prosedur pelapisan tambah perkerasan lentur berdasarkan lendutan permukaan
AASHTO 1993 atau Pt T-01-2002-B temperatur standar untuk lendutan maksimum (D0)
yang digunakan adalah 68° F atau 20° C. Dengan demikian, lendutan maksimum pada
temperatur saat pengukuran harus distandarkan ke temperatur 20° C.
Lapisan overlay harus lebih besar atau sama dengan tebal minimum. Permukaan
yang tidak rata memerlukan lapis aspal yang lebih tebal untuk mencapai level kerataan yang
dikehendaki. Idealnya, permukaan yang sangat kasar dikoreksi dengan pelaksanaan dalam
dua lapisan, dan tidak mengandalkan satu lapisan untuk mencapai IRI yang diharapkan.
Pengupasan (milling) perlu dipertimbangkan untuk memperbaiki ketidakrataan permukaan.
90
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Untuk lalu lintas dengan beban >100.000 ESA4, desain tebal menggunakan Gambar
13 tersebut harus digunakan bersamaan dengan Gambar 14 dan Gambar 15. untuk
mengantisipasi retak lelah. Dalam penggunaannya dibutuhkan justifikasi teknis, jika tidak ada
indikasi potensi kegagalan tanah dasar, solusi berdasarkan lengkung lendutan sudah cukup
memadai. Untuk menentukan tebal overlay berdasarkan lendutan balik maksimum (yang
diukur dengan alat Benkelman Beam). Hitung dan masukkan nilai lendutan karakteristik dan
beban lalu lintas desain (ESA4) pada Gambar 13, serta dapatkan tebal overlay pada sumbu
vertikal. Apabila pengukuran lendutan dilakukan dengan menggunakan alat Falling Weight
Deflectometer (FWD), gunakan faktor penyesuaian lendutan Tabel 52
Gambar 13. Solusi Overlay Berdasarkan Lendutan Balik Bengkelman Beam Untk WMAPT 41 c
berlaku untuk beban rencana sampai dengan 10x106 ESA4
91
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Lengkung lendutan digunakan untuk perkerasan dengan beban lalu lintas desain
lebih besar dari 100.000 ESA4. Apabila hasil pengujian lendutan menunjukkan bahwa hanya
diperlukan lapis HRS yang tipis, maka pengecekan persyaratan lengkungan lendutan tidak
diperlukan karena ketahanan terhadap fatigue lapis HRS-WC cukup tinggi. Langkah–langkah
penentuan overlay berdasarkan lengkung lendutan adalah sebagai berikut:
92
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
CF = D0 - D200
dengan:
D0 = Lendutan maksimum pada suatu titik uji (mm);
D200 = Lendutan yang terjadi pada titik yang berjarak 200 mm dari titik uji
tersebut (mm).
Gambar 14. Fungsi Lengkun Lendutan
Gambar 15. Tebal Overlay Aspal Konvensional Untuk Mencegah Retak akibat Lelah
93
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
94
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
95
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Tabel 42. Faktor Koreksi Temperatur Lengkung Lendutan (D0 – D200) untuk FWD*
96
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Tabel 44. Faktor Koreksi Temperatur Lengkung Lendutan (D0-D200) untuk Benkelman Beam*
97
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam rehabilitasi perkerasan yaitu mengenai Pemicu
Penanganan. Nilai Pemicu didefinisikan sebagai nilai batas yang menyatakan kapan
penanganan perlu atau layak dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 46. Umur Rencana, Hubungan Nilai Pemicu Penanganan dan Jenis Pelapisan Perkerasan
98
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
99
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Tabel 48. Pemilihan jenis penanganan perkerasan lentur eksisting dengan beban lalu lintas 10 th<1
juta ESA4
Tabel 49. Pemilihan jenis penanganan perkerasan lentur eksisting dengan beban lalulintas 10 tahun
1 – 30 juta ESA4
100
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Tabel 50. Pemilihan jenis penanganan untuk perkerasan lentur eksisting dan beban lalu lintas 10 th>
30 jutsa ESA4
101
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
102
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
BAB IV
HASIL SURVEY PENDAHULUAN
3.6. Identifikasi kondisi perkerasan
Pada tahapan ini melakukan identifikasi awal kondisi secara umum mengenai ruas
jalan yang akan direncanakan bersama dengan pihak dinas Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang Provinsi Papua Selatan tentang rencana jalan yang ditinjau beserta rencana
penanganan yang diperlukan pada perkerasan eksisting sepanjang jalan rencana mulai awal
titik perencanaan sampai denga akhir titik perencanaan. Identifikasi kondisi perkerasaan ini
untuk mengetahui titik lokasi beserta batas-batas lokasi yang akan direncanakan beserta
untuk menentukan jumlah segmen, panjang segmen, jenis perkerasaan eksisting dan kondisi
perkerasaan eksisting. Dari data identisfikasi perkerasan ini dapat didapatkan informasi-
informasi untuk nantinya dilakukan survey perencanaan dan analisis lebiih lanjut terkait
penanganan yang akan diberikan terhadap jalan yang akan direncanakan. Berikut Tabel
identifikasi kondisi perkerasan :
Dari identifikasi awal ruas jalan yang ditinjau bersama dengan pihak dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Papua Selatan didapatkan informasi bahwasanya
pada ruas jalan Provinsi Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu yang berlokasi di kabupaten
Merauke memiliki panjang ruas 85 + 300 km dan ruas jalan tersebut melintasi kecamatan
Merauke, Semangga, Tanah Miring, Elikobel dan terhubung ke jalan nasional. Selain
meninjau titik lokasi perencanaan, identifikasi awal ini juga berfung untuk melihat kondisi
103
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
perkerasan eksisting jalan yang direncanakan untuk memetakan tingkat kerusakan dan
membagi menjadi beberapa segmentasi agar memudahkan dalam perencanaan dan
pelaksanaan natinya. Berikut titik lokasi ruas jalan Provinsi Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu
pada peta jaringan jalan.
Gambar 17. Peta Jaringan Jalan Ruas Kuprik – Jagebob - Erambu
Gambar 18. Dokuementasi Idenstifikasi lapangan Ruas Jalan Ruas Kuprik – Jagebob - Erambu
104
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
105
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
106
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Pada tahapan ini dilakukan segmentasi pada titik lokasi Jalan Kuprik – Jagebob –
Erambu Untuk memudahkan dalam perencanaan mengindetifikasi masalah pada ruas jalan
yang direncanakan dan memudahkan pada proses pelaksanaan.
Menurut MKJI 1997, segmen jalan didefinisikan sebagai panjang jalan yang
mempunyai karakteristik yang hampir sama. Titik dimana karakteristik jalan berubah secara
berarti menjadi batas segmen. Setiap segmen dianalisa secara terpisah. Jika beberapa
alternatif ( keadaan ) geometrik sedang diamati untuk suatu segmen, masing-masing diberi
kode khusus dan dicatat dalam formulir data masukan yang terpisah ( UR-1 dan UR-2 ).
Formulir analisa terpisah ( UR-3 ) juga digunakan untuk masing-masing keadaan. Jika periode
waktu terpisah akan dianalisa, maka nomor kode yang khusus harus diberikan untuk masing-
masing keadaan, dan formulir data masukan serta analisa yang terpisah harus digunakan.
107
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Segmen 1
Gambar 19. Rencana Lokasi Segmen 1 Ruas Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu
Gambar 20. Gambar Eksisting Penampang Melintang Segmen 1 Ruas Jalan Kuprik – Jagebob -
Erambu
108
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Segmen 2
Gambar 21. Rencana Lokasi Segmen 2 Ruas Jalan Kuprik – Jagebob – Erambu
Gambar 22. Gambar Eksisting Penampang Melintang Segmen 2 Ruas Jalan Kuprik – Jagebob –
Erambu
109
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Segmen 3
Gambar 23. Rencana Lokasi Segmen 3 Ruas Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu
Gambar 24. Gambar Eksisting Penampang Melintang Segmen 3 Ruas Jalan Kuprik – Jagebob –
Erambu
110
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Data hujan harian maksimum tahunan selama 5 tahun terakhir yang didapatkan dari
beberapa stasiun di Kabupaten Merauke. Berikut adalah data curah hujan di stasiun
diwilayah Kabupaten Merauke. Untuk Data Curah Hujan lainnya dapat dilihat pada
Lampiran.
Tabel 54. Data Curah Hujan
111
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Data lalu lintas digunakan dalam perhitungan kapasitas jalan dan tebal perkerasan.
Data yang diperoleh adalah rekapitulasi hasil survey pada tahun 2022. Data tersebut tercatat
pada tabel
112
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
113
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
BAB V
RENCANA KERJA
4.1 Tahapan Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, konsultan merancang tahapan pelaksanaan
pekerjaan sebagai berikut :
114
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah
disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey dilapangan yang meliputi kegiatan :
a) Pengumpulan Informasi
Pada tahapan ini Tim dituntut untuk mendapatkan informasi – informasi menyangkut
ruas jalan dan bangunan struktur yang ada, termasuk data sekunder dari berbagai
sumber yang relevan, hal ini dilakukan guna menetapkan survey detail yang akan
dilakukan selanjutnya.
b) Koordinasi Dengan Instansi terkait
Tim melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait / unsur – unsur terkait pada
daerah perencanaan sehubungan dengan dilaksanakannya survey pendahuluan.
c) Diskusi perencanaan lapangan
Tim bersama – sama melaksanakan survey dan mendiskusikannya dan membuat
usul perencanaan di lapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang
keahliannya masing – masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan – catatan
dan kalau perlu membuat tanda di lapangan berupa patok serta dilengkapi foto –
foto penting dan identitasnya masing - masing yang akan difinalkan di kantor
sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali.
d) Mengidentifikasi kondisi perkerasan
Tim melakukan perkiraan secara umum tentang penanganan yang diperlukan pada
perkerasan eksisting sepanjang jalan rencana.
e) Mengidentifikasi Ruang Milik Jalan
Tim melakukan identifikasi terhadap lebar ruang milik jalan, dan perkiraan
kebutuhan pembebasan lahan.
f) Mengidentifikasi lokasi - lokasi yang memerlukan penanganan khusus.
Tim mengidentifikasi dari awal sampai akhir proyek bila mana terdapat lokasi -
lokasi yang memerlukan penanganan khusus guna peningkatan keselamatan jalan.
4) Laporan Pendahuluan
a) Pendahuluan
b) Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
c) Pendekatan Teknis Dan Metodologi
d) Hasil Survey Pendahuluan
115
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
e) Rencana Kerja
5) Survey Lapangan
a) Survey topografi
Pengukuran topografi dilakukan sepanjang sumbu (as jalan) rencana jalan dan
jembatan dan jalan masuk / keluar serta daerah-daerah sekitarnya yang diperlukan
dalam pembuatan rencana detail, meliputi lebar daerah milik jalan ditambah dengan
daerah sebelah kiri dan kanan dari daerah pengawasan jalan, sesuai dengan
kebutuhan untuk perencanaan teknis.
Adapun Tata cara usaha pengukuran topografi menggunakan buku panduan dari
Direktorat Jenderal bina Marga yang berlaku.
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi :
b. Titik ikat BM harus dijadikan sebagai titik poligon. Sisi poligon atau jarak antara titik poligon
maksimum 100 meter, diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun
elektronis.
c. Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu, sedangkan untuk patok-patok titik
ikat adalah patok terbuat dari beton.
2. Titik Pengukuran situasi, penampang memanjang dan penampang melintang.
a. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi akan dilakukan secara cermat, semua data
lapangan/bangunan permanen diukur misalnya : bangunan gedung, rumah
permanen, pinggir bahu jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong serta
dimensinya, tiang-tiang telepon serta bangunan-bangunan lain yang dianggap
perlu. Pada awal proyek dilakukan pengukuran situasi sekitarnya yang meliputi
geometrik yang sudah ada dan diberi Patok–patok tanda cat kuning dengan
tulisan merah yang diletakan disebelah kiri ke arah jalannya pengukuran.
116
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
3.Pengukuran Pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai atau jalan
(khusus) meliputi :
a. Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing–masing minimum 200 m
dari perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai (hulu/hilir) yang
masih berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran
penampang melintang sungai sebesar 25 meter.
b. Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing–masing
minimum 100 m dari garis tepi sungai/jalan atau sampai pada garis pertemuan
antara oprit jembatan dengan jalan dengan garis interval pengukuran
penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter.
c. Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang melintang dan
memanjang baik terhadap sungai maupun jalan sebesar 10 m, 15 m dan 25 m.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam
maupun manusia disekitar persilangan tersebut.
4.Pemasangan Patok–patok
a. Patok beton dibuat dengan ukuran 20x20x75 cm dan harus dipasang pada
awal/akhir 2 (dua) buah, 1 patok antara dan berpotongan rencana jalan dengan
sungai 2 buah seberang– menyeberang.
b. Patok beton tersebut harus ditanam kedalam tanah sepanjang kurang Iebih
5 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 50 cm).
117
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
118
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Survey Penyelidikan tanah dengan beberapa metode yaitu Test Pit Per Segmen
Penanganan, Pengambilan Contoh Tanah, Pengujian Laboratorium (Indeks
Properties Tanah, Kompaksi, CBR Lab), DCP (per 100 m.
Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP (Dynamic Cone
Penetrometer). Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
1.Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran yang
ada.
3.Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan lapisan tanah
dasar.
4.Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti
lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.
119
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
7 tahun untuk jalan kolektor, 5 tahunan untuk jalan lokal dan 50 tahunan jembatan
dengan metode yang sesuai.
4.Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk memberikan masukan
dalam proses perencanaan yang aman.
5.Menghitung dimensi dan jenis bangunan pengaman yang diperlukan
6.Menentukan rencana elevasi aman untuk jalan/ jembatan termasuk
pengaruhnya akibat adanya bangunan air (aflux).
7.Merencanakan bangunan pengaman jalan/ jembatan terhadap gerusan samping
atau horisontal dan vertikal.
e) Survey Lingkungan
1.Mengidentifikasi komponen kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
terhadap lingkungan.
2.Mengidentifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak
sebagai akibat adanya proyek peningkatan/pembangunan jalan.
3.Memprediksi dan mengevaluasi besarnya dampak lingkungan yang terjadi.
4.Merumuskan saran tindak lanjut (pengelolaan dan pemantauan) yang dapat
dilaksanakan oleh proyek atau instansi lain yang terkait guna mengurangi dampak
negatif atau meningkatkan dampak positif. Ketentuan mengenai identifikasi
dampak lingkungan yang ditindak lanjuti dengan penyusunan dokumen
lingkungan baik berupa AMDAL, UPL-UKL maupun SPPL harus mengacu pada
peraturan perundangundangan yang berlaku.
6) Analisis Data
a) Pengolahan data drone dan topografi
b) Pengolahan geologi dan geoteknik
c) Pengolahan data lalu lintas
d) Pengolahan data hidrologi dan drainase
e) Pengolahan data lingkungan
f) Pengolahan data kondisi eksisting dan utilitas
g) Pengolahan data harga setempat
h) Pengolahan data kondisi eksisting dan utilitas
i) Pengolahan data pendukung lainnya
120
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
121
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
122
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
123
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Team Leader adalah Pimpinan Tim Konsultan atau Wakil perusahaan yang
bertanggungjawab langsung kepada pimpinan perusahaan dan kepada
Pemberi Tugas/Pemilik Pekerjaan). Kualifikasi Team Leader yaitu seorang Sarjana
Teknik Sipil (S1) dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun sejak lulus S1 dan
memiliki SKA Ahli Teknik Jalan. Tugas-tugasnya dan tanggung jawabnya mencakup
seperti tersebut dibawah ini :
124
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
125
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
126
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
127
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
128
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
BAB VI
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
a) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ETS (Electronic Total Station) Merk
Nikon dan juga menggunakan alat RTK (Real Time Kinematic) Merk Nikon
b) Pendekatan koordinat dengan proyeksi UTM posisi patok Bench Mark (BM) dengan
menggunakan aplikasi GPS.
c) Secara umum, kondisi topografi Ruas Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu ini berbukit,
dengan kemiringan 12% - 17%.
d) Trase jalan eksisting dilaksanakan mengikuti kondisi topografi sehingga potensi
longsoran baik di bagian lereng maupun di bagian jurang.
e) Hasil pengukuran topografi yang dilakukan menghasilkan data koordinat dan elevasi
dapat dilihat pada lampiran.
a) Ruas Jalan Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu dipersiapkan dan akan dideskripsikan
sebagai jalan kolektor, dari data lalu lintas yang telah dikumpulkan, diperoleh besarnya
nilai LHR = ±36 kendaraan/ hari.
129
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
1) Memindahkan/transfer data pengukuran yang berada pada alat ukur Electronic Total
Station (ETS) ke Laptop.
2) Data pengukuran kemudian diolah menggunakan aplikasi/program Microsoft Excel
untuk memisahkan parameter pengukuran berupa Koordinat {Easting (X), Northing (Y)},
Elevasi (Z) dan Deskripsi.
130
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Sesuai dengan hasil pengolahan data lalu lintas, diperoleh VLHR sebesar <3000
Kendaraan/ hari, maka Ruas Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu akan kami golongkan
sebagai jalan kolektor.
a) Data hasil inventarisasi kondisi eksisting jalan ini tidak dilakukan pengolahan khusus.
b) Data ini akan dijadikan data pendukung untuk penanganan yang akan dilakukan pada
ruas jalan ini, sehingga juga berpengaruh pada proses penggambaran.
131
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
a) Pengolahan data penyelidikan tanah dilakukan sesuai Surat Edaran Menteri Pekerjaan
Umum Nomor No. 04/SE/M/2010 tentang Pemberlakuan Pedoman Cara Uji California
Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
b) Hasil pengolahan data penelidikan tanah ini kami golongkan dalam 3 segmen yang
dapat dapat dibaca pada tabel dan grafik segmentasi di bawah ini.
132
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
BAB VII
HASIL DESAIN
133
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Sesuai dengan bagan-bagan tersebut, maka kebutuhan Struktur Perkerasan yang utuh
atau lengkap sebagai berikut :
Lapis Fondasi Agregat : 300 mm
Lapis Aspal AC – WC : 40 mm
Dari hasil diskusi dengan Pemberi Tugas, diambil keputusan bersama penanganan
yang dikerjakan untuk perencanaan ini sebagai berikut :
Dengan berpedoman pada Manual Desain Perkerasan (MDP) 2017 dan Suplemen
MDP 2017 Tahun 2020 serta Pd T-14 Tahun 2003, ,maka diputuskan untuk
mengaplikasikan :
- Fondasi : Lapis Agregat Berbutir = 300 mm.
- Perkerasan Aspal AC – WC = 40 mm
134
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Bahu jalan menggunakan beton Fc’ =15 MPa. Pemilihan bahu jalan ini disarankan
untuk medan berbukit dengan kemiringan >4%, untuk mengurangi dampak akibat
gerusan air.
Drainase direncanakan di kaki lereng galian, untuk mengantisipasi aliran air
menggerus badan jalan.
8. Pelebaran pada tikungan dibutuhkan pada daerah tikungan dengan jarakn pandang
minim.
9. Dibutuhkan rambu peringatan pada ruas jalan.
135
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Akhir perencanaan
Awal perencanaan
136
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
137
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Gambar 21. Tipikal Melintang Jalan Type 1 ( Trase Digeser Di Sisi Jalan Eksisting)
138
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
139
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Gambar 22. Tipikal Melintang Jalan Type 2 ( Trase Digeser Menjauhi Sisi Jalan Eksisting)
140
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
141
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
1) Standar Harga Satuan Bahan dan Upah ( Basic Price) tahun 2023 di lingkup Kabupaten
Merauke, berbasis di Kota Merauke (bukan harga on site)
2) Hasil desain perkerasan jalan yang terkait item pekerjaan dan volume masing-masing
item pekerjaan.
Setelah dilakukan perhitungan, Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau Harga Perkiraan
Perencana (HPP) untuk pelaksanaan fisik Pembangunan Jalan Kuprik – Jagebob - Erambu
Rp. 39.349.670.000,00- (Tiga puluh Sembilan Milyar Tiga Ratus Empat Puluh Sembilan Juta
Enam Ratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah. -) dimana anggaran tersebut digunakan untuk
peningkatan jalan sepanjang ruas yang direncanakan. Detail Rencana Anggran Biaya dapat
dilihat pada lampiran.
142
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
BAB VIII
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah melaksanaan seluruh pekerjaan Perencanaan Teknis Perencanaan Jalan Kuprik –
Jagebob - Erambu ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Kondisi jalan eksisting yang telah dilaksanakan sebelumnya telah mengalami kerusakan
pada sepanjang badan jalan.
2) Hampir sepanjang segmen yang direncanakan berpotensi longsor baik dari sisi lereng
maupun dari sisi jurang.
3) Terdapat 2 (dua) rencana penanganan yang dilakukan pada ruas ini yaitu
Rencana perkerasan jalan Aspal dengan lapisan fondasi agregat berbutir; bahu
jalan dan drainase, dan alih trase pada beberapa titik.
Lebar Badan Jalan Total sebesar 6,50 m dengan rincian sebagai berikut :
1. Badan Jalan : 6,00 m (Aspal AC – WC)
2. Bahu Jalan Kiri : 1,00 m (Beton F’c= 15 MPa.)
3. Bahu Jalan Kanan : 1,00 m (Beton F’c= 15 MPa.)
4. Drainase galian tanah
5. Galian tanah biasa
Struktur Perkerasan Jalan yang lengkap atau utuh sesuai dengan MDP Revisi 2017 yang
diselaraskan dengan Suplemen MDP 2017 Tahun 2020 dengan tipe perkerasan yang
telah terbangun untuk ruas jalan ini yaitu :
- Perkerasan Aspal AC-WC : 40 mm
- Lapis Fondasi Agregat : 300 mm
- Timbunan Pilihan : 150 mm (Perbaikan tanah dasar)
Rencana perkerasan jalan dengan material timbunan pilihan; bahu jalan dan
drainase, dan alih trase pada beberapa titik.
1. Badan Jalan : 4,50 m (Timbunan Pilihan berupa Sirtu)
2. Bahu Jalan Kiri : 1,25 m (Timbunan Pilihan berupa Sirtu)
3. Bahu Jalan Kanan : 1,25 m (Timbunan Pilihan berupa Sirtu)
4. Drainase galian tanah
143
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
Struktur Perkerasan Jalan yang lengkap atau utuh sesuai dengan MDP Revisi 2017 yang
diselaraskan dengan Suplemen MDP 2017 Tahun 2020 dengan tipe perkerasan yang
telah terbangun untuk ruas jalan ini yaitu :
- Perkerasan timbunan Pilihan : 350 mm
4) Tebing direncanakan dengan kemiringan (m) sebesar 1 : 3 , untuk meminimalisir potensi
longsoran pada sisi badan jalan.
6.2. Saran-Saran
Setelah melakukan pengolahan data perencanaan dan diskusi dengan pihak-pihak terkait,
berikut saran-saran yang kami rekomendasikan :
1) Karena lokasi jalan bersinggungan dengan hutan lindung, maka diharapkan untuk
berkoordinasi dengan instansi terkait (Kementerian Kehutanan) dan aparat hukum
sebelum dan selama proses pembangunan untuk mendapatkan solusi terkait
permasalahan lahan tersebut. Hal ini untuk mencegah dan atau meminimalisir potensi
masalah di masa yang akan datang.
2) Kami menyarankan agar dalam melaksanakan program pembangunan atau peningkatan
jalan, sebaiknya direncanakan untuk melakukan pembangunan/peningkatan jalan dengan
struktur perkerasan yang utuh sesuai kebutuhan dan umur rencana yang ditetapkan oleh
standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari penurunan pelayanan
jalan akibat kerusakan struktural atau kerusakan fungsional jalan yang terjadi dalam waktu
singkat.
3) Agar selalu melakukan pemeliharaan secara berkala, terutama terhadap kapasitas
drainase, mengingat potensi longsoran maupun guguran tanah dari tebing di kedua sisi
badan jalan cukup besar.
4) Agar terus menggalakkan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga
kelestarian hutan, karena salah satu fungsi hutan adalah sebagai penampung kelebihan
air saat musim hujan. Hal ini sangat berdampak pada lokasi perencanaan, mengingat
kondisi eksisting jalan hasil tinjauan kami mengalami gerusan yang menyebabkan alur
yang cukup lebar pada sisi jalan bahkan badan jalan eksisting.
5) Selain saran dan rekomendasi ini, kami selaku Konsultan Perencana yang dipercayakan
untuk melaksanakan kegiatan ini mengucapkan terimakasih atas dukungan data dan
144
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
diskusi yang sangat membantu dalam pengumpulan data sebagai salah satu parameter
yang digunakan dalam perencanaan ini.
145
LAPORAN PENDAHULUAN 2023
PERENCANAAN RUAS JALAN KUPRIK – JAGEBOB – ERAMBU
PROVINSI PAPUA SELATAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
146