K ATA L O G
30
K ATA L O G
AGUGN
Bandung, 1985
Karya ini merupakan sebagian pasti, misi perdamaian akan Bagi saya hal tersebut
dari keseluruhan sebuah karya tercapai. sangatlah relevan dan adel
instalasi ruangan yang coba gambarkan di dalam
berjudul “Is there anything 3 karya 2 dimensi di dalam karya ini dengan
worth more than peace and bingkai kayu ini terinspirasi dari menggunakan komposisi
love on the planet earth? part salah satu penggalan ruangan-ruangan berwarna
2” yang terpicu oleh karya perkataan John Lennon dalam warni dengan
Tisna Sanjaya yang berjudul wawancara : John Lennon 1969 kesemrawutan marbling di
“special prayer for the dead”, Interview I Met the Walrus, belakangnya dan terdapat
2003. Adel tertarik untuk yaitu: sosok manusia yg tenang
menyuarakan perdamaian juga disertai untaian
dalam berkarya seni karena …there's many ways of bermotif seperti ular
bagi adel tidak ada yang lebih promoting peace, do masuk-keluar ruangan-
penting untuk manusia / everything for peace: pee for ruangan itu.
kemanusiaan di dunia ini peace or smile for peace or go
selain damai dan cinta kasih. to school for peace or don't go
Adel percaya jika makin to school for peace, whatever
banyak orang yang you do just do it for peace…
menyuarakan damai dan
cinta, maka perlahan tapi
32
K ATA L O G
Agus Putu Suyadnya perupa lulusan Lukisan”, Indonesia Institute of The Art,
Institut Seni Indonesia Yogyakarta Yogyakarta.
(2010). Ia pernah mendapat
penghargaan sebagai Finalist, “UOB Serta beberapa pameran kelompok 3
Painting of The Year 2015, Jakarta tahun terakhir yang pernah ia ikuti
(2015), Best Project, “BIOartNERGY#2 antara lain; “Tulang Rusuk” MJK Art
Bioscience and Art Synergy”, Jogja Community, Bentara Budaya Jakarta,
National Museum, Yogyakarta (2013), Jakarta (2017), “Body-Scape”,
Finalist, “Contemporaneity” Indonesia Ruangdalam Art Huouse, Yogyakarta
Art Award 2010, Jakarta (2010), Finalist, (2017), “Mask at the Opera”
“Warna-Warni Jakarta”,Jakarta Art International Mask Festival 17, Museum
Awards 2008, Jakarta (2008). The Best Ullen Sentalu Kaliurang, Yogyakarta
Five Finalist, Radar Bali Art Award 2008, (2017), “Whart Now?” Artxchange
Bali (2008), dan Special Award, “Kisi-kisi Gallery, Galeri Prima, Malaysia (2016),
Jakarta” Jakarta Art Awards 2006, “You;Conversation” Bentara Budaya
Jakarta (2006). Jakarta, Jakarta (2016), “Singapore
Contemporary a World of Art”, Suntec
Ia juga terbilang aktif berpameran. Singapore Convention & Exhibition
Pada tahun (2014) Agus Center, Singapore (2016), “Violent Bali”,
menyelenggarakan pameran tunggal Tonyraka Art Gallery, Bali (2015), “UOB
“Suburb Stories”, Lestari Grill & Pasta Painting Of The Year 2015”, UOB Plaza,
and Art Space Seminyak, Bali dan pada Jakarta (2015), “Lahir Dari Api” 15
tahun (2011) “Karakteristik Wayang perupa muda Bali, Jogja Gallery,
Sebagai Sumber Inspirasi Dalam Yogyakarta (2015).
33
M U LT I P O L A R
M A N I F E S T O 6 . 0
Pada dasarnya karya ini berangkat dari penyebab rusaknya alam. Manusia modern
sebuah kegelisahan tentang hubungan yang destruktif semakin larut dalam
disharmoni, antara manusia dengan alam. pusaran hawa nafsunya (desire), dan alam
Alam adalah segala sesuatu yang ada di menjadi objek pemuasan hasrat mereka.
langit dan di bumi, dimana antara satu Perlu diingat dan disadari kembali, alam
dengan lainnya saling terkait. Hingga kini memiliki kekuatan misterius yang sekali
alam masih sangatlah misterius, banyak waktu akan hadir sebagai wujud eksistensi
hal didalamnya yang terkadang sulit dan penolakan mereka. Bencana alam,
dipecahkan dengan akal sehat manusia. wabah hama, hewan hutan masuk
Alam mampu menjadi sebab yang permukiman bisa jadi hanya salah satu
seakan-akan berpengaruh pada apapun contoh atau tanda kecil yang ingin alam
yang ada di bumi ini. tunjukkan. Animal soldier adalah imajinasi
perupa tentang aliansi yang dibentuk oleh
Manusia adalah bagian dari alam, namun alam, dan disiapkan sebagai benteng
dalam keberlangsungannya manusia kini pertahanan dan perlawanan mereka
telah berubah menjadi salah satu kepada manusia.
34
K ATA L O G
ANGGA CIPTA
Januari, 1988
KMO
2018
250 x 150 cm
Instalasi / proyeksi bayangan pada dinding
36
K ATA L O G
ARGYA DHYAKSA
Jakarta, 1991
CAHYO PRAYOGO
Surabaya, 1988
Sapu Angin
2017
Tentatif
Media campuran
( Video, Foto, dan teks)
Melihat dunia lewat tubuh merpati balap, ideal masa depan". Dibalik kemewahan,
membingkai lanskap tepian kota Surabaya dari kekokohan, serta kemapanan kelas "sosial baru"
ekspansi properti habis-habisan, meliuk-liuk ini pelan-pelan menghilangkan ruang hidup
seperti jet tempur yang hilang kendali menuju serta keberadaan kampung asli satu persatu.
landasan. Ditengah wacana pembangunan infrastruktur
yang makin tak terukur arahnya kemana, melalui
Sapu Angin berangkat dari upaya sederhana tubuh sang merpati, lahan kosong sebagai
membingkai narasi kota melalui fenomena adu metafor penanda gimana dan bagaimana
doro/balap merpati di Surabaya. Memori masa pembangunan, penggusuran makin sering kita
kecil, serta dilematis pengorganisasian balap jumpai dewasa ini.
merpati yang hingga hari ini masih di afirmasi
sebagai aktifitas perjudian masyarakat kelas Seperti melihat perayaan Demolition Party -
proletar perkotaan. Sapu Angin hadir dalam tentang bagaimana lahan kosong “ada” hanya
format video, foto, yang saling berkaitan satu untuk dicaplok bangunan yang sudah ada atau
sama lain. Pada kanal video, merespon soal akan berdiri diatasnya, seperti sebuah dunia
pergeseran ruang tepian kota menghadapi yang dilipat. Sapu Angin memberikan
medan tempur kepemilikan menggunakan penegasan bahwa penjelasan mengenai
perspektif tubuh merpati, dengan menempelkan pencaplokan lahan yang masif dan mengerikan
kamera penguntil ditubuh merpati aduan yang itu dilakukan dengan sangat sederhana, remeh,
diterbangkan pulang menuju ke pegupon dan merupakan keseharian yang justru
(rumah merpati). Dalam bingkai kurang lebih 5 sebenarnya sangat koruptif di tengah
menit tersebut sadar atau tidak, perubahan pengabaian yang dilakukan oleh manusia tapi
lanskap salah satu pinggiran kota Surabaya terlihat jelas dari mata mahluk hidup lainya
nampak jelas terlihat, bagaimana Surabaya saat (burung merpati atau doro) yang juga digunakan
ini tengah bersolek dalam bayang-bayang untuk aktivitas yang dipandang tak kalah remeh,
pembanguan infrastruktur atas nama "hunian yakni adu doro.
39
M U LT I P O L A R
M A N I F E S T O 6 . 0
Sapu Angin
2017
Tentatif
Media campuran
( Video, Foto, dan teks)
Melihat dunia lewat tubuh merpati balap, ideal masa depan". Dibalik kemewahan,
membingkai lanskap tepian kota Surabaya dari kekokohan, serta kemapanan kelas "sosial baru"
ekspansi properti habis-habisan, meliuk-liuk ini pelan-pelan menghilangkan ruang hidup
seperti jet tempur yang hilang kendali menuju serta keberadaan kampung asli satu persatu.
landasan. Ditengah wacana pembangunan infrastruktur
yang makin tak terukur arahnya kemana, melalui
Sapu Angin berangkat dari upaya sederhana tubuh sang merpati, lahan kosong sebagai
membingkai narasi kota melalui fenomena adu metafor penanda gimana dan bagaimana
doro/balap merpati di Surabaya. Memori masa pembangunan, penggusuran makin sering kita
kecil, serta dilematis pengorganisasian balap jumpai dewasa ini.
merpati yang hingga hari ini masih di afirmasi
sebagai aktifitas perjudian masyarakat kelas Seperti melihat perayaan Demolition Party -
proletar perkotaan. Sapu Angin hadir dalam tentang bagaimana lahan kosong “ada” hanya
format video, foto, yang saling berkaitan satu untuk dicaplok bangunan yang sudah ada atau
sama lain. Pada kanal video, merespon soal akan berdiri diatasnya, seperti sebuah dunia
pergeseran ruang tepian kota menghadapi yang dilipat. Sapu Angin memberikan
medan tempur kepemilikan menggunakan penegasan bahwa penjelasan mengenai
perspektif tubuh merpati, dengan menempelkan pencaplokan lahan yang masif dan mengerikan
kamera penguntil ditubuh merpati aduan yang itu dilakukan dengan sangat sederhana, remeh,
diterbangkan pulang menuju ke pegupon dan merupakan keseharian yang justru
(rumah merpati). Dalam bingkai kurang lebih 5 sebenarnya sangat koruptif di tengah
menit tersebut sadar atau tidak, perubahan pengabaian yang dilakukan oleh manusia tapi
lanskap salah satu pinggiran kota Surabaya terlihat jelas dari mata mahluk hidup lainya
nampak jelas terlihat, bagaimana Surabaya saat (burung merpati atau doro) yang juga digunakan
ini tengah bersolek dalam bayang-bayang untuk aktivitas yang dipandang tak kalah remeh,
pembanguan infrastruktur atas nama "hunian yakni adu doro.
40
K ATA L O G
DESRAT FIANDA
Padang, 1983