3. Anak Agung Gede Sobrat Anak Agung Gede Sobrat lahir Tahun 1958, dia mengadakan
tahun 1912 di Padangtegal, Bali. pameran di Yogyakarta atas
Lahir dari pasangan seniman Anak sponsor Kementerian
Agung Putu Yasa dan Jero Pendidikan dan Kebudayaan.
Gambir. Sobrat dikenal sebagai Tahun 1963, mengadakan
seorang pelukis alam, Sobrat kecil pameran di Jakarta, disusul
sudah pandai membuat wayang kemudian (1970) mengadakan
dari bahan apa saja yang pameran di Surabaya dengan
ditemuinya di alam. Dia pernah sponsor Lembaga Indonesia
membuat wayang dari daun Amerika. Tahun 1971, ia
kamboja. pameran di Jakarta atas
sponsor dari Goethe Institute.
Pada tahun 1957 hingga 1959
Sobrat menjadi pengajar di
Akademi Seni Rupa Indonesia
(ASRI) di Yogyakarta. Ia pun
terus berkarya, hingga
akhirnya pada tahun 1980-an
Sobrat mendapat penghargaan
dari pemerintah (Wijaya
Kusuma dan Dharma
Kusuma). Sampai sekarang,
karya-karyanya tersebar di
berbagai tempat, seperti di
Taman Budaya Denpasar, Bali;
Museum Neka dan Ubud di
Bali; Museum Sonobudoyo di
Yogyakarta; Tropenmuseum di
Amsterdam dan juga di
Rijksmuseum voor
Volkenkunde, Leiden, Belanda.
Ada juga di Museum Puri
Lukisan Ratna Warta, di
Singapore Art Museum (1994)
dan di Centre for Strategic and
International Studies (CSIS)
Jakarta.
4. Made Wianta Made Wianta (20 Desember 1949 Made telah mengikuti berbagai
– 13 November 2020) adalah pameran internasional seperti
seorang seniman lukis yang di New York, Paris, dan
dikenal dalam seni rupa modern. Tokyo. Namun, yang paling
Made merupakan lulusan dari terkenal adalah
Institut Seni Indonesia keikutsertaannya dalam
Yogyakarta. Pada tahun 1976, ia Biennale di Venezia tahun
belajar seni Eropa ke Brussels, 2003 silam. Made adalah
Belgia, sekaligus mengunjungi seniman yang dikenal suka
galeri-galeri dan museum membaca, khususnya dalam
kesenian. bidang filsafat yang
menuntunnya pada falsafah
Buddhisme dan Nihilisme ala
Nietzsche. Selain karena
bidang bacaannya, seniman
dalam diri Made juga
tercermin dari tradisi agraris di
tanah kelahirannya, Bali.
Karyanya telah banyak
didokumentasikan dalam
beberapa buku, di antaranya
adalah Made Wianta (1990),
Made Wianta: Universal
Balinese Artist (1999), Made
Wianta: Art and Peace (2000),
dan Wild Dogs in Bali: The
Art of Made Wianta (2005).
Made Wianta juga
menampilkan beberapa koleksi
karyanya di The Neka
Museum di Ubud, Bali.
5. I Wayan Bendi I Wayan Bendi, lahir tahun 1950 Dia telah memamerkan
di Desa Batuan, Gianyar, Bali. Dia karya-karyanya di dalam dan
belajar melukis pada ayahnya, luar negeri, seperti Museum
Wayan Taweng. Dia adalah salah Rudana, ARMA, Museum Puri
satu ikon seni lukis gaya Batuan Lukisan, Museum Neka,
yang sangat populer di kalangan Museum Fukuoka Jepang,
kolektor. Karya-karyanya sangat Bentara Budaya Bali, Taman
kuat menampilkan gaya Batuan Budaya Bali, Singapura,
dengan tema-tema kontemporer. Amerika, dan sebagainya. Ciri
khas lukisannya adalah
kecenderungan menggunakan
warna oker dan munculnya
ikon pesawat terbang dan
helikopter yang berpadu
dengan suasana pedesaan Bali.
Dia banyak melukiskan
perkembangan Bali dengan
pariwisatanya yang riuh padat.
Tokoh Karya Seni Rupa Dari Indonesia
2. Affandi Affandi Koesoema (18 Mei 1907 Saat ini, terdapat sekitar
– 23 Mei 1990) adalah seorang 1.000-an lebih lukisan di
pelukis yang dikenal sebagai Museum Affandi, dan 300-an
Maestro Seni Lukis Indonesia. di antaranya adalah karya
Affandi merupakan pelukis Affandi. Lukisan-lukisan
Indonesia yang paling terkenal di Affandi yang dipajang di galeri
dunia internasional, berkat gaya I adalah karya retrospektif
ekspresionis dan romantismenya yang punya nilai kesejarahan
yang khas. Pada tahun 1950-an dia mulai dari awal karirnya
banyak mengadakan pameran hingga selesai, sehingga tidak
tunggal di India, Inggris, Eropa, dijual. Berbagai penghargaan
dan Amerika Serikat. Affandi dan hadiah bagaikan
tergolong sebagai pelukis yang membanjiri perjalanan hidup
produktif karena telah melukis dari pria yang hampir seluruh
lebih dari 2.000 lukisan. hidupnya tercurah pada dunia
seni lukis ini. Di antaranya,
pada tahun 1977 ia mendapat
Hadiah Perdamaian dari
International Dag
Hammarskjold. Bahkan
Komite Pusat Diplomatic
Academy of Peace PAX
MUNDI di Castello San
Marzano, Florence, Italia pun
mengangkatnya menjadi
anggota Akademi Hak-Hak
Asasi Manusia. Dari dalam
negeri sendiri, tidak kalah
banyak penghargaan yang
telah diterimanya, di
antaranya, penghargaan
"Bintang Jasa Utama" yang
dianugerahkan Pemerintah
Republik Indonesia pada tahun
1978. Dan sejak 1986 ia juga
diangkat menjadi Anggota
Dewan Penyantun ISI (Institut
Seni Indonesia) di Yogyakarta.
Bahkan seorang Penyair
Angkatan 45 sebesar Chairil
Anwar pun pernah
menghadiahkannya sebuah
sajak yang khusus untuknya
yang berjudul "Kepada Pelukis
Affandi". Untuk mendekatkan
dan memperkenalkan
karya-karyanya kepada para
pecinta seni lukis, Affandi
sering mengadakan pameran di
berbagai tempat. Di negara
India, dia telah mengadakan
pameran keliling ke berbagai
kota. Demikian juga di
berbagai negara di Eropa,
Amerika serta Australia. Di
Eropa, ia telah mengadakan
pameran antara lain di London,
Amsterdam, Brussels, Paris,
dan Roma. Begitu juga di
negara-negara benua Amerika
seperti di Brasil, Venezia, San
Paulo, dan Amerika Serikat.
Hal demikian jugalah yang
membuat namanya dikenal di
berbagai belahan dunia.
Bahkan kurator terkenal asal
Magelang, Oei Hong Djien,
pernah memburu lukisan
Affandi sampai ke Rio de
Janeiro.
3. Agus Suwage Agus Suwage adalah seorang Banyak hasil karyanya telah
perupa yang lahir pada 14 April dipamerkan di dalam dan luar
1959. Banyak ide-ide nya negeri, baik berpameran
dituangkan dalam karya-karya tunggal atau secara kelompok,
yang besar. Bahkan ketika usianya dan telah menerima banyak
tak lagi muda, Agus Suwage penghargaan, salah satunya
merayakan 50 tahun eksistensinya dari Phillip Morris Indonesia
melalui pameran retrospektif yang Art Award dan Phillip Morris
menampilkan 99 karya sejak tahun ASEAN Art Award. Agus
1985 hingga 2009. Seorang perupa lebih menyukai wajah manusia
yang dikenal dengan ide-ide aneh atau gerak tubuh manusia
seperti karya terbarunya Passion untuk dijadikan model
of Play. Hasil karyanya berupa karyanya. Seringkali Agus
enam patung berpakaian putih menggunakan wajah dan tubuh
yang merefleksikan wajah wajah nya sendiri sebagai sarana
seniman di bidang seni rupa dalam mengekspresikan sikap
Indonesia. terhadap diri sendiri. Hal ini
sesuai dengan prinsip
pribadinya yaitu "Sebelum
mengkritik orang lain, lebih
baik mengkritik diri sendiri
dulu". Agus Suwage
merupakan seorang perupa
yang merasa cepat jenuh,
namun ia juga adalah seorang
perupa dengan semangat tinggi
untuk terus berkarya dengan
media dan ide-ide gilanya.
Room of Mine adalah pameran
Solo Agus Suwage yang ketiga
kalinya di Tyler Rollins Fine
Art, setelah The End Is Just
Beginning Is The End pada
tahun 2011 dan CYCLE #2.
Pada pameran ini dia
membawakan beberapa karya
yang mengutamakan
ketertarikkan dia untuk
mengeksplorasi kertas dan
bahan dasar lainnya.